Skenario Mata Air 2045 Indonesia diisi generasi baru yang berpandangan pragmatis dan rasional. Generasi saat itu hampir semua berpendidikan tinggi dan menguasai IT. Interaksi global menanamkan keyakinan mendalam pada nilai-nilai universal, khususnya demokrasi dan keadilan sosial.
Prinsip keadilan sosial dan demokrasi diterapkan pula pada birokrasi. Pemerintahan pusat berjalan transparan, efektif dan terbuka pada kritik. Demokrasi pun terlihat lebih dewasa.
Pada 2045, tekanan DPR terhadap pemerintah masih berlangsung. Namun, peran mahkamah, konstitusi, dan lembaga pengawas lainnya meminimalkan tekanan DPR terhadap pemerintah. Partisipasi kritis masyarakat muncul sebagai kekuatan kontrol terbesar. Tak hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi semua lembaga, termasuk DPR. Demokrasi tampak sempurna.
Sayang, sistem politik masih bercelah. Di pusat, banyak elit bisnis menjabat pimpinan lembaga negara. Akibatnya, kerap muncul konflik kepentingan.
Rakyat tak puas, politik memanas. Generasi 2045, memandang ikatan NKRI bukan lagi atas dasar romantisme sejarah, tapi manfaat Daerah harus merasakan manfaat dari keputusan bergabung dengan NKRI Pemerintah berusaha mempertahankan NKRI dengan memenuhi harapan daerah. Daerah-daerah kaya sumber daya alam sebagai penyumbang terbesar kasa negara dapat perhatian lebih.
Aspirasi mereka sangat diperhatikan. Pembangunan daerah mereka pun selalu diprioritaskan. Usaha pusat membangun daerah, sayangnya tidak selalu didukung kualitas institusi dan SDM daerah yang baik dan merata.
Banyak kepala daerah justru menyalahgunakan gelontoran dana pembangunan dari pusat untuk kepentingan politik dan mempertahankan kekuasaan. Pembangunan yang pesat di daerah baru jadi daya tarik migrasi dari daerah padat, seperti Jawa. Daerah pusat pembangunan baru menghadapi krisis sosial.
Kualitas SDM masyarakat asli kalah bersaing dengan pendatang dalam memanfaatkan kekayaan daerah. Sementara, ada daerah yang berlimpah pembangunan, ada juga daerah yang kurang tersentuh pembangunan. Kesenjangan ini menimbulkan kecemburuan yang berbuntut keinginan disintegrasi.
Seperti mata air, bangsa ini melahirkan generasi-generasi baru. Pengalaman hidup yang beda dengan pendahulunya, membuat generasi 2045 juga punya pandangan yang beda, termasuk pandangan dalam bernegara. Skenario Sungai Struktur ekonomi Indonesia tahun 2045 menyerupai belah ketupat. Jumlah kelas menengah lebih besar dibanding penduduk miskin maupun konglomerat. Begitupun dengan sektor manufaktur.
Sektor menengah lebih besar dibanding sektor kecil maupun sektor besar. Kelas menengah ini memiliki sikap mandiri, kritis, dan menjunjung tinggi kesetaraan. Mereka juga memiliki peran besar dalam ekonomi.
Selain mendorong terciptanya kemitraan antara industri besar, kecil, dan menengah, mereka juga banyak mencetak wira usaha di berbagai daerah. Langkah ini membantu meningkatkan kemakmuran masyarakat lebih merata, sehingga stabilitas ekonomi dan sosial lebih terjaga. Di sisi lain, pemerintah secara serius menerapkan teknologi pada sektor agro serta menopangnya dengan infrastruktur yang baik. Ini untuk mengimbangi teknologi sektor industri yang lebih dulu maju. Selain itu, pemerintah juga giat memperdayakan UMKM, serta melakukan pembatasan pada industri besar dalam hal pemilikan lahan, monopoli, oligopoli, dan lain-lain.
Kebijakan inilah yang membuat iklim keminus. berjalan serasi dan pasar menjadi sehat. Hasilnya, pada 2045, Indonesia menjadi salah satu negara industri dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di dunia. ekonomi, tahun itu daerah-daerah sudah saling terhubung. Bahkan Indonesia terhubung dengan negara-negara ASEAN dan negara ekonomi raksasa lainnya di Asia Pasifik.
Sayang, pemerintah Indonesia kerap kurang tanggap pada siklus bisnis ekonomi global yang berakibat resesi. Daerah yang jumlahnya ratusan dan tersebar luas membuat pemerintah sulit melakukan pengawasan. Kondisi ini menimbulkan kesenjangan kualitas pemerintah daerah. Pelanggaran Peran UMR, insentif yang tak tepat sasaran serta kemiskinan. Sengketa tanah antara rakyat dengan industri masih terjadi.
Begitu juga dengan korupsi, tetapi dengan kuantitas dan kualitas yang jauh berkurang. Kondisi geografis kepulauan, dengan jumlah penduduk banyak dan beragam, masih jadi kendala bagi pengelolaan negara yang efisien, efektif, dan adil. Ekonomi Indonesia 2045 ibarat sungai. Meski tercemar sampah persoalan, namun kondisinya masih cukup efektif untuk mendorong perekonomian bangsa ke arah yang benar, yaitu ekonomi yang berkeadilan sosial.
Skenario Kepulauan 2045 Indonesia eksis sebagai negara multikultur dan pluralis. Meski belum sampai menjadi negara terbesar, namun perekonomian meningkat cukup signifikan. Indonesia juga sudah bisa suasembah ada pangan. Sayangnya, di balik pencapaian itu, semangat nasionalisme bangsa justru rendah.
Rakyat, termasuk ormas, partai bahkan birokrat, TNI dan Polri mengalami krisis nasionalisme. Seringkali kepentingan pribadi dan golongan di atas segalanya. Kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan tumpang tindih, serta kurangnya persiapan infrastruktur untuk mengantisipasi bonus demografi, juga membuat efektivitas dan efisiensi negara menjadi rendah. Di sisi pertahanan, kekuatan militer cukup besar, tetapi tidak efektif dan tidak efisien karena teknologinya sudah tidak sesuai.
Pengamanan maritim belum maksimal, bahkan pengaturan wilayah penerbangan Nusantara masih dilakukan negara asing. Kondisi ini membuat diplomasi Indonesia lemah di hadapan dunia internasional. Pendek kata, secara geopolitik, hamparan ke pulau Nusantara adalah anugerah yang luar biasa. Tapi di sisi pertahanan, penjagaan, dan pengelolaan, wilayah seluas ini sangat penuh tantangan. Apalagi, jika negara masih didera beragam salah kebijakan.
Ibarat berlayar di kepulauan yang sangat luas, meski menghadapi berbagai tantangan dan persoalan. Geopolitik Indonesia 2045 berhasil menuju ke arah yang diharapkan. Skenario Air Terjun Tahun 2045, Indonesia telah menerapkan konsep perencanaan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goal.
Langkah ini sebagai usaha menjawab isu depresi sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perlindungan sosial, dan ketahanan pangan. Tiga pilar utama pembangunan saat itu, yaitu pilar pertama, meliputi pembangunan manusia lewat pendidikan dan kesehatan. Pilar kedua, berupa ketersediaan sarana-prasarana lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi. Sedang pilar ketiga adalah, pembangunan lingkungan yang lebih besar, berupa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik. 2045, Indonesia telah menerapkan sistem green economy dengan menerapkan low carbon economy.
Sistem ini mengharuskan kebijakan ekonomi menekan seminem mungkin penggunaan energi tinggi karbon. Karena polisi karbon adalah masalah serius bagi kerusakan alam. Pada sisi pembangunan energi, peralihan dari energi tak terbarukan yang tinggi karbon ke penggunaan energi terbarukan yang lebih rendah karbon, juga sangat menguntungkan bagi ketahanan energi dalam negeri. Di sisi lain, optimalisasi pemanfaatan ruang dilakukan, sehingga sektor bisa berkembang tanpa merusak lingkungan.
Pemanfaatan ruang mengacu pada penataan gunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya. Sayangnya, pada pelaksanaan masih ditemukan ketimpangan. Penataan yang tumpang tindi antara kepentingan pemerintah pusat, daerah, masyarakat lokal, dan investor menimbulkan konflik.
Konflik ini membuat kualitas dan kuantitas lahan berkurang. Meski pemerintah sudah melakukan berbagai program perekonomian inklusif, namun kesenjangan masih jadi persoalan. Ketahanan panganan yang masih rentan akibat belum mampu swasembada pangan, menjadi goya akibat kondisi defisit pangan dunia. Partisipasi sektor swasta dengan konsep green banking dan green financing jadi angin segar di tengah berbagai persoalan.
Lewat sistem ini, mereka memberikan pinjaman dana pada program-program pembangunan yang akan memperkuat ketahanan energi dan pangan nasional. Seperti air terjun, berbagai persoalan terkait lingkungan dan sumber daya alam memang masih akan terus datang bahkan di tahun 2045. Tetapi, semangat dan inovasi melahirkan berbagai jalan keluar, walau itu tak semudah membalikan kelapa tangan.