Sejarah Pemberontakan Madiun 1948

Aug 6, 2024

Pemberontakan Madiun 1948

Latar Belakang

  • Proklamasi Kemerdekaan: 17 Agustus 1945, muncul berbagai organisasi, termasuk sayap kiri, sosialis, dan komunis.
  • Perjanjian Renville: Wilayah Indonesia menjadi sempit; terdiri dari Keresidenan Banten, Yogyakarta, Bojonegoro, dan sebagian Pulau Sumatra.

Perkembangan Politik

  • Sidang Dewan Partai (18 Januari 1948): PNI menuntut Amir Sarifuddin untuk menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
  • Perubahan Kabinet: Amir Sarifuddin meletakkan jabatan sebagai Perdana Menteri pada 23 Januari 1948, digantikan oleh Muhammad Hatta.
  • Pembentukan Front Demokrasi Rakyat (FDR): Dibentuk oleh Amir Sarifuddin pada 28 Juni 1948 untuk mempersatukan golongan sosialis kiri dan komunis.

Aksi Front Demokrasi Rakyat

  • Organisasi Kaum Petani dan Buruh: Didirikan untuk memperkuat basis massa.
  • Pemogokan Buruh: Diadakan di pabrik Delanggu pada 15 Juli 1948 sebagai ancaman ekonomi.

Kembalinya Muso

  • Muso: Pemimpin PKI kembali ke Yogyakarta pada 11 Agustus 1948 dengan doktrin baru "Jalan Baru".
  • Propaganda Muso: Mengkritik kabinet Hatta, menyatakan hanya PKI yang mampu menyelesaikan revolusi.

Respon dan Kerusuhan

  • Program RERA: Dikritik Muso, dianggap mengurangi kadar komunis di TNI.
  • Demonstrasi dan Kerusuhan: Diakibatkan propaganda Muso, dengan aksi saling menculik dan membunuh.

Peningkatan Ketegangan

  • Pertemuan Rahasia (21 Juli 1948): Soekarno, Hatta, dan pihak Amerika membahas pembasmian kelompok merah.
  • Proklamasi Negara Soviet Republik Indonesia: Diumumkan pada 18 September 1948 di Madiun oleh Muso dan Amir Sarifuddin.

Pemberontakan Madiun

  • Aksi Anarkis: PKI menduduki tempat penting, menangkap dan membunuh pejabat pemerintah dan tokoh agama.
  • Konflik Bersenjata: Terjadi setelah pernyataan Soekarno melalui radio; rakyat harus memilih antara Soekarno atau pemberontak.

Tindakan Pemerintah

  • Operasi Militer: Pemerintah melakukan penangkapan terhadap musuh negara.
  • Pemulihan Kontrol: Madiun dapat dikuasai kembali pada 30 September 1948, 12 hari setelah pemberontakan.

Akhir Pemberontakan

  • Penangkapan Pimpinan PKI: November 1948, seluruh pimpinan dan pasukan musuh ditangkap atau tewas.
  • Hukuman Mati: Amir Sarifuddin dan tokoh komunis lainnya dijatuhi hukuman mati, Amir tertangkap di Grobokan, Jawa Tengah.