Transcript for:
Pembelajaran Tahsinul Kira'ah Al-Qur'an

Bismillah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Innalhamdalillah, na'ahmaduhu wa nasta'inuhu wa nasta'ufiruhu wa na'undhubillahi min syururi anfusina wa min sayyiati a'malina man yahdihi allahu fa la mudhillalah wa man yublil fa la hadialah Ashadu an la ilaha ilallah wahdahu la sharika lah wa ashadu anna muhammadan abaduhu wa rasuluhu la nabiyya wa la rasulah ba'dah Allahumma salli wa sallim wa barik ala nabiyyina wa habibina muhammadin wa ala alihi wa ashabihi wa man tabi'ahum bi ihsanin ila yawmiddin Fayakulu subhanahu wa ta'ala fi muhkamitanzili Ya ayyuhal-ladhina amanu ttaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamutunna illa wa antum muslimun Ya ayyuhal-nasu ttaqullah rabbakum alladhi khalaqakum min nafsi wahidah wa khalaqa minha zawjaha wa batha minhuma rijjalan kathira wa nisa'a wa ttaqullaha alladhi tasaaluna bihi wal arham Inna Allaha kana alaikum raqiba. Ya ayyuhal-ladhina amanu takullaha wa qulu qawlan sadida.

Yuslih lakum a'malakum wa yaghfir lakum dunubakum. Wa man yu'ta'illaha wa rasulahu faqad faza fawzan a'zima amma ba'ad. Fa'inna asdaqal hadithi kitabullah.

Wa khairal hadihi hadihi Muhammadin sallallahu alaihi wasallam. wa syaral umuri muhdathatuha wa kulla muhdathatin bida'ah wa kulla bida'atin dalalah wa kulla dalalatin finah Para jemaah, Bapak Ibu Rahimani wa Rahimakumullah yang tergabung di dalam Yayasan Ashabul Hijrah Indonesia Kita bersyukur pada Allah SWT di kesempatan yang baik ini Kita kembali diperkenankan oleh Allah SWT, dipertemukan kembali untuk memulai kajian Tahsinul Kira'ah kita atau Tahsin Al-Quran kita. Dengan suasana yang baru, kita akan mengkaji kitab ilmu tajwid praktis metode Ash-Shafi'i yang ditulis oleh Al-Ustaz Abu Ya'la Qurnaydi LC dan Ustaz Nidhar Sa'ad Jabal LC MPD. Hafidhahumallahu ta'ala.

Dan semoga Allah menjaga keduanya dalam perjalanan dakwahnya dan diberikan pahala jariah atasnya, telah menuliskan kitab ilmu tajwid yang akan kita kaji bersama. Sayyukianya para hadirin, para jamaah, Bapak Ibu Rahimani warahmatullahi wabarakatuh, memiliki kitabnya. Sehingga nanti pada saat pembelajaran ini, Secara berkala, dari waktu ke waktu bisa kita kaji dan mengikuti kurukulum yang ada di dalam kitab metode ilmu tajib praktis, metode asyafi yang dikarang oleh Asatid yang sudah kita sebutkan. Sebelum kita mulai, di dalam mukaddimah dari pengantar penulis, kita nukil sedikit, beliau menyampaikan.

Dari hadis Rasulullah SAW pernah bersabda, Khairukum man ta'ala man al-Qur'ana wa'allamahu. Jadi sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan yang mengajarkannya. Jadi hadis riwayat Bukhari dari sahabat Uthman bin Affan RA. Tentu di sini merupakan tantangan yang tersendiri. Jadi ada yang belajar dan ada pula yang mengajarkan.

Keduanya sama-sama beratnya. Sehingga diberikan label oleh Rasulullah SAW. Orang tersebut yang belajar dan mengajarkan Al-Quran.

Maka dilabeli adalah orang-orang yang terbaik di muka bumi ini. Kemudian beliau menukil dari Quran surah Al-Muzzamil. وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِلًا Dan bacalah Al-Quran itu dengan tartil.

Atau dengan perlahan-lahan. Maksudnya di sini kaedah-kaedah tajwid dipenuhi. Di setiap kita membacakan kalimat dari Al-Quranul Karim.

Nah kemudian ada beliau menukil dari Al-Imam Ibnul Jazari RA pernah mengatakan bahwa membaca Al-Quran dengan tajwid hukumnya adalah wajib. Barang siapa yang tidak memperbaiki bacaan Al-Quran ia berdosa. Karena dengan tajwidlah Allah menurunkan Al-Quran dan demikianpun Al-Quran itu sampai kepada kita.

Jadi ketika kita tidak ada upaya untuk mempelajari ilmu tajwid, maka menurut al-imam Ibnul Jazari, kita termasuk orang yang berdosa. Jadi menyepelekan cara membaca kalamullah ketika kita tidak membacakan Al-Quran dengan ilmu tajwid. Menurut al-imam Ibnul Jazari. Jadi di sini menurut... Penulis Al-Mu'alif, hendaknya kaum muslimin disini mengupayakan semaksimal mungkin untuk mempelajari ilmu tajwid ini dan mencoba untuk menyebarluaskannya ketika kita sudah menguasainya.

Ilmu tajwid ini merupakan ilmu yang penting dengan cara yang terbaik yaitu berguru kepada seorang ahli. Seperti halnya Rasulullah SAW pun langsung diajarkan oleh Malaikat Jibril. Jadi Rasulullah SAW ini langsung talaki.

kepada malaikat Jibril. Di sini penulis menuliskan kitab ini secara ringkas agar mudah difahami. Jadi rangkaian ilmu tajwid ini beliau menulis ada dua versi.

Yang satunya ilmu tajwid praktis, yang satunya ilmu tajwid lengkap. Di sana semua pendalilan-pendalilan atau sanat-sanat riwayat dari keilmuan tajwid disampaikan. Hanya saja mungkin bagi pemula itu terlalu berat untuk kita bahas, sehingga kita memilih kitab yang pertama ini, yaitu kitab metode asyafai, ilmu tajib praktis. Jadi kitabnya seperti ini, semoga para jamaah di kesempatan yang berikutnya bisa memilikinya.

Di sini ada harapan dari penulis, Al-Mu'alif. Semoga buku yang beliau terbitkan ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya. Jadi kita doakan pada penulis supaya dilimpahkan pahala yang terbaik dari Allah SWT. Sehingga kita semua nanti setelah hatam dari pembelajaran ini semakin menguasai mengenai ilmu tajwid ini.

Dan beliau berdoa semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam menggapai surga dan ridhonya. Amin. Allahumma amin. Baik para jemaah, rahimani warahimakumullah. Kita akan lihat terlebih dahulu kurikulum yang akan kita jalani di pembelajaran ilmu tajwid praktis metode asyafi ini.

Al-Mu'alif disini menyusun dengan durasi 20 jam. Pelajaran yang terbagi menjadi beberapa bagian di sini terkait dengan kompetensinya. Mulai dari mengenal ilmu tajwid, kemudian pengertian tajwid, hukum dan tujuan mempelajarinya, cara membaca isti'adah basmala, dan lain sebagainya. Terus ada makhrajul huruf, sifatul huruf, terus semua sampai ke bawah.

Jadi beliau sudah membagi ini sampai di... Membaca dengan baik hukum-hukum ro. Jadi huruf ro.

Ada ro yang tabkhim dan ro yang terkik. Kemudian di sini merupakan kelas program pendalaman. Jadi kelas program pendalaman ini hanya diajarkan pada murid yang sudah memahami dan menguasai materi kelas tajwid. Maksudnya tajwid terapan.

Tajwid terapan sudah mampu. dan sudah bisa membaca dengan benar dan baik, jadi kita tambahkan secara teorinya. Ataupun yang sedang belajar mengenai tilawah dasar, insya Allah ini cocok untuk kita kuasai atau kita pelajari. Kemudian penulis di sini menjelaskan bahwa materi yang dijabarkan pada kelas program ini harus diajarkan oleh guru yang mempunyai kompetensi dalam ilmu tajwid. Jadi saya mohon doa kepada para jamaah semua.

Semoga dalam perjalanan ini bisa istiqomah dan kemudian bisa menjadi guru yang baik di dalam pembelajaran ini. Saya mohon doanya kepada para jamaah. Di sini ada beberapa kompetensi lain setelah kelas pembelalaman.

Jadi kalau yang kita pernah bahas di sini masuk ke dalam kategori ilmu gharib dan musyikilat. Jadi kalau di buku ini langsung disatukan di dalam satu buku, tidak dipisahkan. Jadi nanti kita akan sisir sedikit demi sedikit. Baik, kita masuk ke dalam kelas pendalaman ikro.

Di buku ini ada dua bagian kelas pendalamannya ini. Jadi ada kelas pendalaman ikro dan ada kelas pendalaman tajwid. Sebelum masuk ke ilmu tajwid, al-Mu'alif di sini membagi... yang pertama kali itu dengan kelas pendalaman ikhro. Jadi setelah lulus pra-al-Quran, masuk ke dalam kelas pendalaman ikhro.

Sebelum masuk ke dalam kelas pendalaman tajwid. Jadi metodenya demikian. Jadi beliau mempunyai tingkatan menulis juga buku pra-al-Quran atau buku ikhro.

Satu jilid untuk dewasa. Kemudian setelah itu khatam, maka akan masuk ke dalam kelas pendalaman ikro. Di kelas pendalaman ikro, kita ada beberapa pelajaran nanti yang akan kita bahas dan kita mulai dari pelajaran yang ke-1 sesuai dengan tema yang sudah diinformasikan sebelumnya.

Baik, kita akan mulai di pelajaran yang ke-1. Di pelajaran yang ke-1, Temanya adalah mengenal bacaan al atau alif lam di sini. Atau lam ta'rif. Bisa juga disebutkan demikian dengan istilah-istilah yang berbeda di metode lainnya. Di bacaan al ini ada dua.

Yaitu ada al-kumariyah dan asyamsiyah. atau aliflam Qumariyah dan aliflam Syamsiyah. Yang pertama kita bahas di sini aliflam Qumariyah. Aliflam Qumariyah ini dibaca jelas bila bertemu dengan huruf-huruf Hamzah, Ba, kemudian Jim, Ha, Kho, Ain, Wain, Fa, Kof, Kaf, Mim, Waw, Ha, dan Ya.

Maksudnya di sini, Adalah huruf-huruf yang dia menyertai huruf al ini atau alif dan lam ini. Nah setelah urutan al ini atau alif lam ini maka ada huruf-huruf ini. Sehingga di sini alnya atau huruf lamnya ini harus disukunkan.

Harus dimatikan kemudian masuk ke dalam huruf yang sudah disebutkan tadi. Nah kita bacakan contohnya. Kita lihat di sini, jadi beliau di sini mempergunakan Al-Quran dengan cetakan Madinah. Di sini ada kepala sod, ini bukan domah tapi disebut dengan kepala sod. Kita tarik ke bawah, ada istilah tersendiri.

Ada istilah tersendiri di halaman yang ketiga. Tanda ini. Disebut dengan ro'su sod atau kepala sod. Yang mana alif ketika berada di tengah kalimat ini tidak dibaca.

Jadi ketika ini di tengah kalimat atau wasol, maka ini tidak dibaca. Ini tanda ro'su sod, ada istilahnya. Jadi bukan istilah doma.

Jadi kita masuk ke sini dulu. Contoh di sini waljibala. Dibaca waljibala, bukan wa'uljibala. Jadi jangan terkecoh, ini bukan doma. Kalau doma seperti ini, sempurna ujungnya.

Jadi ini seperti huruf sod tapi kepalanya saja. Makanya disebut dengan Roksu Sod. Baik, kita lihat lagi ke atas bagaimana cara membaca Al-Kumariyah. Berarti huruf lamnya ini harus disukunkan. Jadi di sini ada dua teknik membaca kita bacakan.

Yang pertama kita bacakan. Ba-nya ini dimatikan dan hurufnya ini dibacakan. Harokat domahnya dibacakan.

Kalau dibacakan berarti al-ba-bu. Bacanya seperti itu. Al-ba-bu. Kalau kita matikan di sini. Kita bisa memanjangkannya hingga enam ketukan atau enam harokat.

Al-ba-ba. Bisa seperti itu. Jadi nanti latihannya akan demikian.

Al-ba-bu. Al-ba-ba. Kemudian kesebelahnya. Al-fi-li.

Al-fi-li. Jadi ada dua teknik membaca latihannya. Dengan membaca dua harokat, kita ambil mat-tabi'inya di sini.

Belum sampai istilah di situ, tapi kita pinjam dulu istilah mat-nya. Kalau yang ininya di sukun, berarti kita sebut dengan mat-arid li sukun. Belum sampai ke pembahasan itu, tetapi diperhatikan atau disimak teknik membacanya terlebih dahulu. Jadi dua cara membaca.

Kemudian kita latihan lagi. Yang satu lagi, Alhamd. Kemudian, Al-Yatimah. Itu boleh dipanjangkan.

Kemudian di sini, Al-Ahadu atau Al-Ahad. Dimatikan huruf dalnya. Kemudian, Al-Wadudu atau Al-Wadude.

Jadi wawu di sini tersukunkan. Di sini wawu yang mati. Di dalam cetakan Al-Quran Madinah. Jadi di sini akan selalu dicontohkan dengan Al-Quran cetakan Madinah. Al-Wadude.

Jadi di sini wawunya disukun. Kemudian Al- Al-Qur'anu atau Al-Qur'an. Seperti itu cara bacanya. Kemudian sebelahnya.

Al-Hadi. Yang ini sama, satu teknik membaca saja dengan dibaca dua ketukan saja. Kemudian Al-Wafuru atau Al-Wafur. Kemudian, Al-Karimu atau Al-Karim. Ingat ya, para jamaah, rahimani, warahmatullahi wabarakatuh.

Di sini ketika kita memutuskan untuk mematikan huruf-huruf hidup ini, karena kita akan mewakof berhenti di sini, maka ininya bisa dipanjangkan. Tetapi kalau ininya dibaca, tidak boleh dipanjangkan. Contoh yang salah, Al-Karimu. Itu salah. Berarti ininya harus dua ketukan karena mimnya mau kita hidupkan.

Al-karimu. Seperti itu ya. Kemudian contoh selanjutnya.

Al-jibalu. Atau al-jibal. Seperti itu. Kemudian al-kari'ah. Atau al-kari'atu.

Seperti itu. Atau dihidupkan dulu ya tadi. Al-kari'atu.

Al- Qari'ah Kemudian Al-Ghasyah Al-Ghasyati Ini sama Insya Allah tidak ada Madtabi'i di ujungnya Kemudian Al-Furqanu Al-Furqan Ketika memutuskan untuk dimatikan Jadi ini boleh dipanjangkan Sekali lagi Diingat-ingat ini Jangan sampai Kalau ini hidup berarti hanya dua ketukan. Al-khandas. Atau al-khandasi.

Ketika dihidupkan ini dua harokat. Kemudian al-ma'una. Atau al-ma'un. Kemudian. Yang selanjutnya, Al-Alamina atau Al-Alamin.

Yang terakhir, Al-Kafiruna atau Al-Kafirun. Seperti itu yang Aliflam Komaria contohnya. Kita bergeser ke Asyamsia.

yang kedua Ash-shamsiyah al ini melebur pada huruf setelahnya. Bila bertemu dengan huruf yang di bawahnya ada huruf ta, kemudian huruf sa, dal, zal, ro, zai, sin, shin, sod, dod, to, zo, lam, dan huruf nun. Kaedah membacanya berarti ketika menghadapi huruf-huruf ini, maka huruf lamnya ini dilebur. Tidak dibaca, melebur atau diidromkan istilahnya.

Diidhol, dimasukkan ke huruf setelah huruf lamnya. Jadi di sini ad-dinu atau ad-din. Begitu teknik membacanya. Di sini juga sama al-laylu. Bisa kita pinjam dulu istilahnya, susah menjelaskannya.

Bisa dengan... Hurharflin, huruflin atau dengan madlin. Kalau dengan madlin berarti ini boleh panjang. Alail. Atau ini dihidupkan menjadi alailu.

Ketukannya harus begitu. Kalau ininya dihidupkan sama. Tidak boleh terlalu panjang. Jadi contoh yang salah. Ini jangan dicontoh ya.

Saya contohkan yang salah. Semoga nanti bisa hati-hati. Alailu.

Itu salah. Alailu. Langsung ayunnya langsung. Jadi karena huruf lam ini harus kita hidupkan.

Kemudian kita lanjutkan. Huruf ta berarti. Seperti ini.

Jadi cara membacanya. Kemudian contoh yang selanjutnya. Atau.

Seperti itu, hati-hati jangan terkecoh. Kalau kita wakofkan, panjangkan. Saya ulang-ulang supaya ingat para jamaat.

Kemudian contoh berikutnya, huruf ro dan huruf po. Arrohimu atau arrohim. Kemudian di sini, abtoriku atau abtoriku.

Toriko. Dikolak-kolakan, dipantulkan huruf kofnya. Kita lanjutkan.

Huruf sin setelah al. As-sama-u. Nah, ini yang tidak di wakof. Saya ulangi.

As-sama-u. Ini kenapa harus panjang walaupun ini tidak sama dengan atas, ada alifnya. Karena di sini setelah huruf, ini namanya huruf ilat atau huruf madiyah. Huruf ilat atau huruf madiyah, huruf yang memanjangkan huruf alif ini. Mengapa harus panjang?

Karena dia ditemukan dengan huruf hamzah. Disebut dengan madiyah. wajib mutasil, tetapi kita belum masuk ke sana. Jadi intinya teknik yang di sini dilingkari, di sini ada kaida yang harus dipanjangkan bagi para jemaah yang mungkin belum mengenal ilmu tajwid. Kalau yang sudah, tentu sudah langsung paham.

Walaupun tidak ada tanda layarnya di atasnya. Biasanya kalau di dalam Quran, dibantu dengan tanda layar ini. Kemudian kalau gitu. Kalau kita memutuskan untuk mewakof di sini, berarti harus ada penekanan yang menunjukkan bahwa di sana ada huruf Hamzah.

Itu disebut dengan Annabr atau aksentuasi. Jadi cara bacanya, asama. Harus ada penekanan ujungnya seperti ini. Ini disebut dengan aksentuasi atau Nabr.

Ini terlalu jauh mungkin menjelaskan hal ini. Tulis dulu saja di sampingnya. Ini ada kehususan di sini supaya tidak salah nanti membacanya.

Jadi kalau saya ulangi yang di sini. Kalau misalkan kita mau melanjutkan. Cara bacanya tidak ada penekanan seperti tadi. Biasa saja. Tapi kalau kita mau berhenti di sini.

Kita buah kof di sini. Cara bacanya berarti berlaku aksen. Ada number. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Ada dinaikkan sedikit ya.

Insya Allah ini ada rekamannya jadi nanti bisa berlatih kembali. Lanjut, huruf Shin. Asyamsu atau asyams. Ini harus dibedakan, huruf Shin dengan huruf Sin. Ini berbeda.

Berbeda sifatnya yang nanti di pertemuan berikutnya kita akan bertemu. Mengapa demikian cara bacanya? Jadi diperhatikan dulu teknik membacanya. Kalau yang kita wasol berarti asyamsu. Kalau yang kita wakof berarti asyamsu.

langsung berubah ya jangan biasanya seperti itu ini masih tertahan di sin, tapi disini sin orang biasanya kalau yang baru-baru mengaji ini sin besar, ini sin kecil istilahnya itu untuk memudahkan tetapi kaidah itu sebetulnya kalau secara profesional tidak ada istilah itu, jadi ini sin ini sin, begitu ya Yang satu syajaria, yang satu asalia. Terlalu jauh lah, nanti kita akan bahas di makrojul huruf. Insya Allah kita sisir satu per satu. Kemudian huruf fa. Jadi cara bacanya tetap di tajdid di sini.

Asawabu atau asawabu. Nah begitu cara teknik membacanya. Kemudian ob. Ini di akhir surah Al-Fatihah sering kita baca.

Jadi di sini berlaku aksen juga tadi. Seperti tadi. Jadi baik kita lanjutkan atau kita berhenti di sini. Tetap.

Jangan. Al-Dhalin itu salah Jadi harus dipanjangkan dulu Kemudian masuk ke huruf yang bertasti Nanti ada nama hukum Tajwidnya tersendiri Ketika kita sudah masuk di pelajaran pendalaman Tajwid Saat ini belum masuk ke sana Kita sisir sesuai dengan kurikulumnya Supaya tidak overlapping Jadi mungkin ada beberapa para jamaah yang baru memulai pembelajaran ini Sehingga kalau overlapping nanti jadi bingung Yang penting teknik bacanya dulu. Jadi kita tarik ke atas. Ada dua kehususan mungkin di sini. Dilatih yang di sini.

Dilatih yang di sini. Jadi ada dua naber di sini. Kemudian huruf zai. Huruf zai az-zai-tu-n. Kalau kita berhenti atau kalau lanjut, az-zai-tu-na-e.

Az-zay-tuna Jadi disini pendek Dua harokat saja Jadi dua harokat saja Karena nunnya kita hidupkan Jadi maksudnya disini ada kalimat selanjutnya Kemudian Al-toghina Atau Al-toghin Seperti itu teknik membacanya Kita lanjutkan Huruf ro lagi Tadi sudah ya di atas ar-rahim. Oh ini ar-rahman. Yang sama-sama huruf ra yang tajdid.

Ar-rahman. Atau kalau kita mewasal. Ar-rahmani.

Kemudian. Al-zalimin. Atau al-zalimina. Nah ini jangan sampai tertukar.

Jadi saya mau wanti-wanti demikian pada para jemaah. Kemudian, atta ibuna atau atta ibuna. Ini kenapa panjang?

Karena tadi. Ini sudah dibantu dengan layar tadi. Ada atau tidak ada layar? Ketika di sini ada huruf illat tadi, huruf alif, ditemukan dengan Hamzah. Hamzah yang hidup.

Jadi Hamzah yang hidup di sini. Kalau kita pinjam istilah yang di depannya ada Hamzah Koto. Maka ini dipanjangkan sampai 4 ketukan yang di sini.

Jadi kalau kita bacanya. Itu salah, kurang panjang. Jadi harus di delay, dipanjangkan.

Seperti itu kurang lebih. Kemudian. Contoh huruf Sade yang tajdid. As-sabirina.

Atau asabirin Kemudian huruf yang selanjutnya Huruf dhal yang ditashtit Atau di alif lam di al-asyamsyah Adzakirina Atau adzakirin Kemudian asalihuna Atau asalihuna Demikian yang bisa disampaikan di kitab metode asyafi yang dikarang oleh Ustaz Abu Ya'la Qurnaydi Al-Thi Hafidhullah Ta'ala. InsyaAllah selesai khatam. Barakallahu fikum. Jazakumullahu khairan. Di pelajaran yang pertama kita cukupkan.

InsyaAllah ketika ada tambahan atau diskusi seperti biasa kita adakan sesi bebas setelah. live streaming ini insya Allah kita tutup subhanakallahumma wabihamdika asyhadu an la ilaha ila anta astagfirullah wa atubu ilaih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh