Transcript for:
Iman dan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari

Ter Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim. Allah Rabbil Alamin.

Wa bihi nasta'in ala umuri dunya wa din. Wa salatu wassalamu ala ashrafi anbiya wal mursalin. Wa ala alihi wa sahbihi wa man sara'ala najihi bihisanin.

Ila yawmi din wa ba'd. Allahumma salli wa sallim. Allahumma inna nas'aluka ilmana fi'a wa na'udhu biqa min ilmin la yanfa Ya Allah berikanlah kami ilmu yang bermanfaat dan lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat Hadirin Allah muliakan kita bersyukur kepada Allah SWT Kembali dipertemukan oleh Allah SWT dengan sebuah karya yang sangat luar biasa Buah karya Imam Yayasan bin Syariah bin Masya Abu Zakaria Atau yang biasa kita kenal dengan nama Imam Al-Nabi Al-Shafi'i Rahimahullahu Ta'ala Semoga Allah merahmati beliau, keluarga beliau, orang tua beliau, guru-guru beliau Semoga Allah merahmati seluruh para ulama kita Dan semoga Allah merahmati kita semua Amin Ya Rabbal Alamin Hadirin Ya Allah Muliakan Kita masih bersama hadith Abu Hurairah Ketika Rasulullah SAW bersabda Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir Maka jangan ia sakiti tetangganya Jangan ia sakit di tetangganya Waman kana yu'minu billahi wa liwamil akhir fal yukrim daifahu Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya Waman kana yu'minu billahi wa liwamil akhir fal yakul khairan awliyaskut dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau diam Hadis Ratimah Bukhari dan Muslim Hadirin Allah muliakan, Nabi SAW bersabda Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir Maka jangan sakiti tetangganya Lalu berlaku mulia kepada tamunya Dan berbicara baik atau diam Kita sudah bahas dua pesan Nabi SAW, kita masuk ke pesan yang ketiga Faliyaqul khairan awliya smut Berang siapa yang beriman kepada Allah dan Ahli Akhir Henaknya berkata baik atau diam Berkata baik atau diam Sebuah pesan dari Nabi SAW kita lihat bersama-sama Nabi SAW mengaitkan dengan mengaitkan dengan iman kepada Allah dan hari akhir pelajaran yang kita bisa petik hadirin Allah Muliakan dari pembahasan ini bahwa Lagi-lagi Nabi SAW mengaitkan antara iman dan akhlak yang mulia.

Antara iman dan akhlak mulia. Bahwa orang-orang yang beriman, orang-orang yang yakin bahwa Allah itu maha mendengar, Allah itu maha mengetahui, Allah itu maha melihat. Allah itu maha mengetahui apa yang kita katakan, apa yang kita ucapkan, apa yang kita sampaikan.

Maka anaknya dia berkata baik atau dia diam. Dia berkata baik atau dia diam. Jadi, ucapan yang baik, ucapan yang baik, itu sangat ditentukan oleh, atau yang paling menentukan ucapan baik adalah iman seseorang.

Ada banyak orang itu bisa baik pada saat dia bekerja. Tapi setelah di luar waktu kerja gak bisa lagi berbicara di level pada saat dia bekerja. Kenapa?

Karena pada saat dia bekerja memang kerjanya menuntut dia mengatakan hal-hal baik. Tapi begitu selesai udah bebas. Gitu loh, ngawur lagi ngomongnya.

Ada orang tuh bisa berbuat, berkata baik di luar rumah. Di luar rumah tuh, baik banget ucapannya. Tapi di dalam rumah udah berantakan deh. Sama istri, istri dicacimaki sama dia.

Dibodoh-bodohin, dicelak. Anak-anak tuh disumpah serapah sama dia. Tapi kalau di luar rumah, oh luar biasa. Santun, baik, bijak terlihat.

Tapi kalau di dalam rumah, enggak. Ada orang tuh bisa berbicara baik ketika ketemu orang luar atau yang gak deket, tapi kalau sama orang-orang deketnya gak bisa berkata baik. Kasar, mencelah. suara tinggi yang tanpa apa dulu jadi hadirin sekalian kan banyak standar ganda seringkali dalam masalah berkata baik ini apa yang menyebabkan itu semua?

masalah iman karena iman kita, bahwa Allah maha mendengar kita baik di luar rumah dan juga di dalam rumah, itu yang membuat kita punya standar ganda di luar dan di dalam rumah. Minimnya iman atau kurangnya iman bahwa Allah maha mendengar ucapan kita pada saat kita bekerja dan di luar jam kerja, itu yang membuat kita punya standar ganda. Minimnya iman bahwa Allah maha mendengar dan mengetahui bagaimana ucapan kita dengan orang-orang terdekat, dan dengan orang-orang yang jauh, itu membuat kita punya standar ganda.

Artinya, kok kenapa sih ada standar ganda tersebut? Karena kita berbicara baiknya bukan karena iman gitu. Tapi karena kepentingan duniawi. Gitu, ada orang tuh ketika ngejar seorang wanita, baik banget ucapannya. Begitu udah jadi istri, berantakan ucapannya.

Karena niat bicaranya tuh bukan karena Allah, tapi ingin mendapatkan seorang wanita. Ingin mendapatkan seorang wanita. Ada orang ketika untuk mendapatkan customer atau untuk mendapatkan klien, baik banget. Begitu udah dapet, udah deal, udah gak butuh lagi, ketemu di tempat publik lain kayak gak kenal aja.

Karena kemarin dia bilang, kemarin dia bicara baik banget untuk mendapatkan tanda tangan seseorang, deal dengan seseorang, dan dia udah dapatkan. Dan waktu ketemu itu klien lagi, dia udah keluar dari itu perusahaan. Dan dia kerja di bidang lain, dia rasa aku udah gak punya kepentingan untuk bicara baik sama dia. Jadi berpikirnya kayak gitu.

Kenapa orang baik di luar rumah? Karena dia berpikir misalnya saya harus bangun personal branding di luar. Di dalam rumah udah gak penting. Waktu orang rumah udah saya dapatkan. Jadi kalau kita renungkan, kenapa terjadi standar ganda di banyak kita?

Karena kita nggak membangun ucapan kita dengan iman atau di atas dasar iman. Kalau kita bangun semua itu di atas dasar iman, nggak ada bedanya. Bahkan sebaliknya, ada pihak yang seringkali kita sikapi dengan ucapan gak bagus, seharusnya dia yang paling dapat ucapan terbaik kita. Seperti istri misalnya, khairukum khairukum li ahli wa anna khairukum li ahli. Sebaik-baik kalian yang paling baik dengan istrinya dan aku yang paling baik dengan istri.

Jadi ketika niat Dasarnya bukan iman Dasarnya adalah Mentargetkan Misalnya seorang wanita Ketika udah dapet udah selesai Sudah dapet semuanya Bahkan sebagian orang hunting lagi Di luar Takutu bilal Jadi hadirin Alhamdulillah kan Nggak ada yang lebih bisa mengkontrol lisan kita dibanding keimanan. Mungkin Allah maha mendengar dan Allah akan tanya pada hari kiamat. Dan kita akan mempertanggungjawabkan itu semua di hari kiamat. Kalau ada orang biasa...

Biasa bicara ngalor ngidul by phone misalnya. Diomongin semua orang diomongin gitu. Tiba-tiba hari itu dia tahu handphonenya disadap.

Kira-kira dia bisa ngomong ngalor ngidul kayak kemarin. Gak bisa. Orang dia tahu dia disadap. Nah ada yang sekarang. Bukankah quote-end quote kita disadap setiap hari?

Bukankah ada dua malikat yang mencatat amal dan ucapan kita? Bukankah Allah maha mengetahui? Bukankah kita gak bisa lolos dari pengawasan Allah SWT?

Bukankah Allah akan tanya pada hari kiamat nanti? Terima kasih Bukankah malekat Allah SWT tidak akan pernah miss? Bukankah Allah berfirman dalam surat Qaf ayat 18 ma yalfidhu min qawlin illa ladehi raqibun atid Tidak ada ucapan, tidak ada lafad dari ucapan dan lisan kita kecuali Di sisinya ada Rokib dan Atif yang mencatat itu semua, yang mengawasi itu semua. Kata para ulama seperti Ibn Kathir, layat ruku kalimatan walaharakatan, itu kalimat Rokipatid itu, malaikat Rokipatid itu, itu tidak akan melepaskan satupun kalimat, satupun kata dalam bahasa Arab.

Al-Kalimat, kalimat itu artinya kata dalam bahasa Indonesia. Kalau kalimat dalam bahasa Indonesia, bahasa Arabnya jumlah. Jadi jumlah itu kalimat, kalimat itu kata. Jadi walanya terukur kalimat.

Mereka itu enggak melewatkan satupun kata yang kita ucapkan. Enggak dilewatkan. Semua dicatat.

Walah harokah, gak satupun gerakan itu terlewatkan. Gak satupun gerakan itu terlewatkan. Kalau kita yakin seperti ini, mana kita berani macem-macem. Ma yalfidhu min qawlin illa lada yiruqibun adid Oleh karena itu hadirin Allah muliakan Oleh karena itu Coba renungkan masalah ini.

Bahwa setiap kata yang kita ucapkan itu tidak akan dilewatkan oleh Rokib dan Adit. Nggak akan dicatat. Lalu kita semua yakin, benar-benar yakin dengan ini. Kita akan mengubah cara bicara kita.

Jadi kalau ingin, gimana sih agar bicaranya bagus, yang pertama beriman dulu. Beriman dulu lah. Sebelum kita bicara masalah teknik, berbicara, lalu bagaimana, beriman dulu.

Itu yang paling penting. Poin yang berikutnya, hadirin Allah muliakan Hadith ini memberikan pelajaran kepada kita Bahwa pentingnya berpikir sebelum bicara Dan itulah karakter orang-orang beriman Sebelum bicara, dia mikir Makanya dijelaskan banyak para ulama diantaranya al-imam al-syafi'i rahimahullah ta'ala. Mari kita simak ucapan al-imam al-syafi'i rahimahullah. Kata beliau, فَلْيَقُلْ خَيْرًا Andaqlah dia berkata baik. لَكِنْ بَعْدَ أَنْ يَتَفَكَّرُ فِيهَا أَفِي مَا يُرِيدُ أَنْ يَتَكَلَّمَكْ بِهِ Jadi mengucapkan yang baik itu setelah berfikir tentang hal yang ingin dia sampaikan, ingin dia ucapkan.

فَإِذَا ظَهَرَ لَهُ أَنَّهُ خَيْرٌ مُحَقَّقٌ لَيْتَرَتَبُ عَلَيْهِ مَفْسَادَةٌ وَلَا يَجْرِئِلَ كَلَامٍ مُحَرَّمٍ أَوْ مَكْرُهُ أَتَبِهِ Awliya skut. Jadi bicara yang baik itu setelah mikir, kata beliau. Ketika ia berpikir, lalu kesimpulan hasil pemikirannya, bahwa pembicaranya ini, kalimat yang disampaikan, kata yang ia sampaikan itu, khairun muhakkok, memang baik gitu. Kesimpulannya ini, ini kata baik, ini kalimat yang baik, dan ini pembicaraan yang baik.

Dan muhakkok loh. Udah terbukti baik, artinya dia yakin ini baik atau gola batil hon dalam ilmu sulviki. Dia punya, belum sampai derajat yakin tapi prediksi dia dengan segala pertimbangan, segala perhitungan, segala faktor ini positif. Jadi, Gholam Batilwan itu belum tidak sampai derajat 100%, tapi datanya itu kuat.

Misalnya datanya 90%, 80%, 70%. Datanya kuat. Ini baik.

Cukup layatarot tabu'a alihi mafsadah. Dan tidak ada side effect-nya, tidak ada dampak buruknya. Gak ada mafsadatnya, ada bakpuru. Dan tidak... Mengarah ke ucapan yang haram dan makro Bukan hanya disini aja Bukan hanya berpikir ini aman, ini baik, dan ini tidak ada sisi buruknya Tapi tidak mengarah ke yang haram dan yang makro Jadi bisa jadi kita menyampaikan sebuah isu di 5 menit pertama masih positif Menit ke 6 Masalah ini kalau kita bahas Di menit ke enam Ke arah yang haram Atau makro Dan itu banyak Kasus kayak begitu Dan memang sebagian menyengaja Mengesengajakannya Dancing-mancing gitu.

Karimat, mancingnya pakai pertanyaan yang baik-baik aja, baik. Nggak ada yang haram, nggak ada yang makro, nggak ada yang gibah, nggak ada ngomongin ayep orang, nggak ada, nggak ada, nggak ada. Tapi dia tahu, ini kalau pertanyaan ini dijawab, ini akan masuk ke pembahasan yang haram. Dan itu yang dia incar.

Tapi dia nggak mau langsung. Atau mungkin dia gak incer tapi dia tau gitu loh. Saya mau tanya masalah ini, tapi orang ini kalau ngebahas ini, nanti dia emosi, dia marah-marah, dan dia akan mengucapkan hal-hal yang gak bagus. Kalau itu yang terjadi, diam. Tapi kalau steril dari semua itu, baru bicara.

Makanya beliau mengatakan, silahkan bicara, kalau sebaliknya maka dia diam. Bahkan kata beliau, hendaknya seseorang itu. Diam, walaupun dari hal-hal mubah. Lian nahu rubba ma'adda ila muharram min aw makruh. Karena hal yang mubah itu, kalau tidak hati-hati, itu akan membawa seseorang pada hal yang haram atau yang makruh.

Kalaupun gak ke haram dan makruh, lihat para ulama ya. Kalaupun gak membawa kepada haram dan makruh, wa bifardi andahu layu'adi ilaiha. Anggap saja pembicaraan kita gak haram, gak makruh.

fafihi dhaya'ul waqt. fima layani. Seringkali pembicaraan yang mubay itu buang-buang waktu terhadap hal yang gak bermanfaat.

Maka diam. Jadi, Itu standar para ulama kalau bicara. Harus steril dari hal yang haram, lalu hal yang makruh, lalu hal yang mubah yang buang-buang waktu. Atau hal yang mubah, eh 4 berarti nih, mohon maaf.

Dari yang haram, yang kedua hal yang makruh, yang ketiga hal yang mubah. Tapi kalau ini dibahas, akan ketemu sama hal yang haram dan yang makruh. Atau yang keempat, hal yang mubah, steril dari halam dan makro, dan nggak mengarah kepada halam dan makro, tapi kalau kita bahas, buang-buang waktu, waktu kita habis, nggak bermanfaat.

Dari keterangan dua, ada empat. Empat hal yang harus disterilkan kalau mau bicara. Makanya para ulama luar biasa berkah hidupnya karena begini. Itu jamaah. Coba kita renungkan ya, kalau kita menggunakan konsep para ulama ini, konsep Imam Syafi'i dan ulama-ulama lain, ada berapa waktu kita yang bisa kita jaga?

Jadi margin, margin waktunya berapa? Dan kalau waktu itu dipakai buat hal-hal yang, dipakai buat sholat sunnah, dipakai buat baca Quran, dipakai buat zikir, dipakai untuk muhasabah, dipakai untuk tolabul ilam, dipakai untuk belajar, baik belajar agama maupun belajar hal-hal duniawi yang bermanfaat, dipakai untuk nolong orang, dipakai untuk silaturahim dan seterusnya, itu cukup. Banyak kita tuh mengatakan gak ada waktu.

Padahal bukan gak ada waktu, gak berkah waktunya. Kenapa gak berkah? Ya ngomongnya macem-macem.

Jadi disuruh mikir. Sebelum bicara tuh dipikir dulu. Bagus gak ya?

Ini halal apa haram? Ini makro atau mubah? Ini mengarah kemana?

Ini alurnya kemana nih? Oke, hulunya bagus, tapi hilirnya bagus gak? Oke, semua aman dari yang haram.

Oke, bong bong waktu gak bahas masalah ini? Bong bong waktu jangan. Dari yang lain aja.

Itu hadirin sekalian. Makanya masih ingat ucapan Abu Darda Radiyallahu ta'ala'an Abu Darda memberikan sebuah arahan yang mind blowing hadirin kata beliau ta'allamu somta kama ta'allamu al-qalam belajarlah diam sebagaimana anda belajar bicara Jadi diam itu harus belajar hadirin. Diam itu harus belajar.

Gampang diam itu. Selama ini kita berpikir yang perlu belajar hanya bicara. Gimana bicara yang baik, gimana bicara yang nyenengin, gimana bicara yang menurut perhatian.

Silahkan, belajar bicara bagus. Tapi siapa di antara kita belajar diam? Karena perintah dari Nabi Sallallahu Allah Wasallam Vel yakul khairan Allah skut atau Allah smut Hendaklah dia berkata baik Atau hendaknya dia diam Ini perintah Kita harus jalanin nih, kalau gak bisa belajar Itu hal yang perlu kita Jamkan bersama-sama Saya rasa cukup sampai disini, semoga Allah memberikan Taufik kepada kita dan semoga Allah memberikan kemudahan untuk kita mengamalkan ilmu kita kita buka sedikit waktu untuk sesi tanya jawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustaz, keluarga dan tim semoga ada dalam rinduan Allah SWT. Alamin Izin bertanya Ustaz, ya makasih atas doanya wajahku. Saya punya tetangga, tetangga itu punya peliharaan burung, kotorannya ke rumah saya dan mengotori ke baju yang dijemur.

Sikap saya ngomong ke pemilik yang punya peliharaan burung itu gimana ya Ustaz, agar tidak menyakiti hatinya. Rasulullah khairan, semoga bisa dibalas pertanyaan ini. Ya terima kasih atas pertanyaannya.

Sampaikan dengan baik aja, karena kan Ya Allah Kita harus ingatkan tetangga kita Karena sebagaimana kita gak boleh mengganggu tetangga Tetangga kita pun juga gak boleh mengganggu Tetangga beliau, yaitu kita sendiri gitu loh Nah ketika itu terjadi, berarti kan tetangga kita tidak melaksanakan perintah Nabi SAW. Nah kalau ini dibiarkan, kesian beliau. Dalam arti, kan setiap perintah kalau tidak dilaksanakan ada konsekuensi. Nah karena kita sayang sama tetangga kita, kita coba ingetin tetangga kita tersebut.

Nah jadi, why factornya nih gitu loh hadirin. Beda antara orang-orang yang beriman dan punya hati yang lapang dengan orang umum. Kalau orang yang gak belajar, datangin ke tetangga marah-marah. Lihat gak tuh baju saya begini?

Rusak tau. Kau mikir dong. Ya kan, saya sih mikir, tapi burung saya nggak mikir gitu loh.

Kan ini kotoran burung ya. Maksud saya, kamu mikir, jangan taruh di situ gitu. Oh iya iya iya gitu.

Nah, itu kalau, jadi udah atmosfernya udah ribut gitu loh. Atmosfernya udah bersih tegang. Tapi kalau orang-orang beriman yang imannya kuat gitu hadirin, datang kasih tahu.

Tapi sebagai pensupport gitu, supporter. Makanya timingnya juga ini gitu, mungkin setelah semua diselesaikan gitu. Mohon maaf, kita kan sekutu tangga dan kita tuh saling mensupport, saling mendukung gitu loh.

Nah saya gak mau kamu tuh ditanya oleh Allah SWT dalam sebuah hal gitu. Nah itu, apa... Kayaknya kamu taruh kandang burung gak tepat ya, atau burung-burung kamu tuh bisa mengganggu tetangga gitu.

Nah saya gak mau kamu demikian. Kalau baju saya emang tinggal dicuci gampang lah gitu. Tapi kan tanggung jawab itu dalam, tanggung jawab masalah ini kan gak mudah. Gitu lah. Kalau atmosfernya beda, insya Allah responnya juga beda dengan taufik Allah.

Tapi kita harus jujur gitu loh. Oh gitu ya mas, iya. Mohon maaf ya mas, aku gak tau, gak apa-apa, biasa. Tapi juga tetangga. Emang kalau boleh tau ini dari kapan mas?

Ya dari 17 tahun yang lalu, misalnya. Kan jadi dia ngerti, oh berarti dia bukan karena benci sama aku. Tapi karena memang sayang sama, tapi jangan lama-lama juga, pas 17 kan baru ngerti sekarang, ngajinya kan baru sekarang. Jangan biarkan orang 17 tahun juga, tapi timing penting lah, itu poinnya adalah timing itu penting. Jadi sampaikan, biar beliau juga semakin berbenah diri.

Assalamualaikum Ustaz, Waalaikumsalam. Semoga Ustaz selalu dalam lindungan Allah SWT. Afan Ustaz izin bertanya, jangan lupa doakan Imam Nabi, para ulama-ulama kita.

Kita dapat ilmu itu dari mereka, hadirin. Jadi jangan pernah lupa doakan ulama-ulama kita dan khususnya Imam An-Nawai r.a. Kita itu disuruh Allah s.w.t ngebales.

Bukan hanya doain loh, ngebales orang yang udah berbuat baik sama kita. Dan sona ilaikum marufan fa gafi'uh. Barang siapa yang berbuat baik bagi anda, maka baleslah. Dan mana kebaikan yang lebih baik daripada ilmu.

Nah kalau kita belum bisa bales, doakan kata Nabi SAW. Kata Nabi SAW, kalau anda belum bisa bales, maka doakan. Itu hal yang penting Assalamualaikum Apa yang harus Saya lakukan untuk mengantarkan ibu saya Agar dapat husnul khatimah di akhir hayatnya Saat ini ibu sudah Tidak bisa sholat dan lain-lain Hanya berbaring tanpa membuka mata Sudah tidak makan dan tidak minum. Tetapi terkadang ada sedikit respon gerakan kaki sebentar dan mata sudah tidak bisa membuka.

Tertidur selama 3 hari ini. Kami sudah konsultasi dengan dokter dan herbalis jawabannya hampir sama. hanya diminta ikhtiar, doa, dan sabar. Apa yang harus saya lakukan sebagai bentuk birululiden? Saya, Ustaz, mohon penjelasan.

Syukur, Ustaz. Terima kasih. Yang hadirin Allah muliakan. Pada akhirnya kan, yang ada di dunia ini adalah kefanaan.

Nggak ada yang kekal. Maka, birululiden kita adalah doakan beliau. Doakan beliau.

Lalu rukyah, kita bacakan. Lalu kita rawat dengan baik, walaupun belum enggak tahu. Lalu lakukan hal-hal atau upaya-upaya yang direkomendasikan dari pihak medis. Jadi, udah tau kalau Allah semoga kasih taufik Dan menjaga iman dan suasana ibadah orang tua kita Itu adalah hal yang terpenting Wulutul Allah Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Semoga Allah merahmati Imam Nabi dan Ustaz dan Ustaz diberi selalu Semoga Allah merahmati Imam Nabi Amin Dan Ustaz selalu diberikan kesehatan dan selalu diambil dengan Allah Amin dan semoga Allah merahmati ulama-ulama kita yang lain izin bertanya usat bagaimana menahan lisan kita untuk tidak terlalu banyak berbicara kadang jika ada hal-hal yang mengganggu misalnya datang dari pihak orang-orang terdekat jadi si istri selalu ngadu sama suami ibarat mau curhat gitu bukan ibarat emang curhat yang namanya wanita kadang kita segala apa yang gak penting diceritakan Kadang sadar ini saya sudah berlebihan Tapi kayaknya hawa nafsu untuk berbicara terus Ini ingin cerita terus Apa tipsnya Ustaz agar lebih menahan lisan Yang pertama belajar diam Kata Abu Darda Ini menunjukkan diam itu perlu dipelajari Kapan timing bicara, kapan harus diam Jadi, belajar harus belajar. Dan yang paling penting adalah iman.

Imam yang paling mampu menjaga lisan kita. Gak ada yang lebih bagus daripada iman. Jadi kalau kita ingin lisan kita terkontrol, terjaga, maka...

Naikkan iman kita, tingkatkan kualitas iman kita itu. Begitu iman kita naik, otomatis akan mempengaruhi lisan, otomatis. Jadi jika ilmu dan iman kita terus kita pupuk terus berkembang, lisan itu akan terjaga. Lisan itu akan terjaga.

Hai Allah ta'ala alhamdulillah type serasa cukup sampai sini jadwal akhiran semoga memberikan taufik kepada kita aku lokal ya ada Subhanakumul a'laikum warahmatullahi wabarakatuh La ba'asa, tohurun, insya'Allah. Kabar gembira bagi yang diuji sakit. Saya, banyak kebaikan yang Allah dan Rasulnya janjikan.

Bagi muslimin yang diuji sakit, seperti tanda sayang Allah pada hambanya yang diuji sakit. Pahala yang mengalir saat sakit. Masya Allah, semoga kian menyemangati kita maupun saudara-saudara kita yang sakit dalam meraih ridha Allah.

Sampaikan pula perhatian dan dukungan untuk saudara yang sakit melalui Bank Syariah Indonesia 1111 811 553 atas nama Yayasan Muhajir Peduli Indonesia. Muhajir Project Peduli Terima kasih.