Halo semuanya, selamat datang di kisah bijaksana. Kali ini kita akan berbagi sebuah kisah biru yang cukup mengharukan, namun syarat akan pelajaran hidup. Pelajaran yang harus kita pegang dalam kehidupan ini.
Saya harap teman-teman bisa menyimak kisah ini sampai akhir, agar pesan yang disampaikan bisa kita pahami dengan baik. Suatu ketika di sebuah pinggiran kota, Hiduplah seorang pria bernama Steve, seorang pria paruh bayar yang ramah dan sangat sibuk. Belakangan ini dia sedang rajin bekerja lembur di kantor, untuk mengejar prestasi agar ia mendapatkan promosi jabatan.
Jika ia berhasil, maka ia akan mendapatkan jabatan yang selama ini ia dambakan. Bahkan di musim dingin kala itu, semangatnya untuk bekerja sama sekali tidak berkurang. Berangkat pagi sekali dengan pakaian khas musim dingin, ia membelah tumpukan salju di trotoar jalan dengan langkahnya yang tegas.
Semangatnya itu bahkan ia bawa sampai ke kantor. Ia bekerja dengan tekun dan telaten, menunjukkan secara jelas bahwa ia pantas untuk mendapatkan promosi jabatan. Dan tidak sampai di situ, malam hari sambil berjalan pulang ia membawa beberapa pekerjaan kantor untuk ia selesaikan di rumah. Benar-benar seorang yang keras kepada dirinya sendiri Di malam yang terasa lebih dingin dari biasanya itu Di bawah gerimis salju yang turun perlahan Samar-samar Tuan Steve melihat seseorang tengah bersandar di bangku umum Yang berada tepat di depan rumahnya Lebih dekat, Tuan Steve merasa iba melihat keadaan orang tersebut Seorang laki-laki tua dengan pakaian lusuh dan tidak terlihat tebal Ia terlihat tidak sehat dan kedinginan Tergerak hatinya Tuan Steve menyapa si kakek dan menanyakan bagaimana ia berada di sini Di musim dingin dengan pakaian yang tipis Si kakek bercerita jika ia tidak memiliki tempat tinggal Dan atau pakaian tebal untuk menghangatkan dirinya Merasa iba Tuan Steve meminta si kakek untuk tidak beranjak dari tempatnya Ia akan masuk ke dalam rumah dan membawakan mantel yang tebal dan beberapa potong roti untuk si kakek mengisi perutnya.
Merasa sangat tertolong, si kakek mengucapkan terima kasih dan kesediaannya menunggu di kursi yang dingin itu. Sesampainya di dalam rumah, Tuan Steve segera melepaskan mantel yang ia pakai dan menggantinya dengan pakaian yang lebih nyaman. Kemudian beranjak ke dapur untuk menyedih kopi hangat dan menyiapkan beberapa potong roti. Namun seketika saat melihat tasnya, ia teringat akan suatu kesalahan pada pekerjaan kantornya. Ia segera membuka laptop dan memperbaikinya.
Takut jika dia tidak melakukannya sekarang, bisa jadi ia akan lupa. Ia berterima kasih atas kehadiran sang kakek di luar rumahnya. Sebab ingin menjamunya, ia jadi teringat akan hal penting ini.
Setelah memperbaiki pekerjaannya, ia sekalian mengerjakan beberapa tugas lainnya. Hingga beberapa saat, sebab sudah bekerja dari pagi hingga malam tanpa henti, rasa kantuk dan lelah telah mengalahkan kesadarannya. Ia tertidur di atas meja di depan laptop yang masih menyala.
Malam yang sangat dingin itu berlalu dengan tenang, hingga pagi sekali pukul 5 pagi, Tuan Steve terperanjat dari tidurnya. Ia teringat akan si kakek yang telah ia janjikan makanan dan mantel hangat. Si kakek yang sedang melawan dinginnya salju dengan pakaian tipis dan tubuh yang lemah Tuan Steve segera berlari keluar dengan makanan dan mantel yang telah ia janjikan Di sana di bangku itu, ia menemukan si kakek masih tak beranjak Ia tertidur dan terlihat sangat lelap Terlelap sangat dalam sampai tak bisa lagi dibangunkan Ia telah gugur oleh dinginnya malam Kaki Tuan Steve lemas tak lagi bisa menopang berat tubuhnya. Ia terduduk kecewa melihat buah dari kelalaiannya. Di depan si kakek yang tak bernyawa itu, terdapat selembar kertas yang telah tertumpuk salju.
Tuan Steve menggapainya dan mendapati sebuah catatan yang menusuk batinnya. Dalam kertas itu tertulis, Ketika aku tidak memiliki pakaian yang hangat, meski berat, Aku masih sanggup menghadapi malam di musim dingin ini sebab sudah terbiasa Tapi ketika Tuan memberi janji kepadaku, aku berharap kepadanya Dan itu telah mengambil kemampuanku untuk menghadapi malam di musim dingin ini Tuan Steve bersandar di pagar rumahnya, menangis, menyesal dan kecewa Janji yang ia buat telah mengambil kekuatan si kakek dan ia meninggalkannya lemah tanpa membawa apa yang telah ia janjikan. Teman-teman, jangan berjanji apapun jika tidak bisa menepatinya. Janji itu mungkin tidak berarti besar bagimu, tapi itu bisa jadi segalanya bagi orang lain. Semoga kisah ringan ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Jangan lupa subscribe, like, dan tinggalkan komentar positif untuk mensupport kami agar bisa terus berupaya menginspirasi dan memperbaiki moral masyarakat Indonesia. Terima kasih sudah menonton dan sampai jumpa di kisah berikutnya.