Transcript for:
Pentingnya Sholat dan Hubungan dengan Allah

Hai emang bapak Oh saya ibadah Allah usir nesri wa iyaakum mitakwa Allahi faqad fazal muttaqun selatan mutunna illa wa Antum muslimun faqala ta'ala ya ayyuha alladzimu abad uttaqun Allah haqqa taqati wa la ta'mutunna illa wa Antum muslimun Terkhusus keluarga besar Upi, Pak Irman Nawas dan seluruhnya. Saya bermohon pada Allah SWT, semoga seluruh amal kebaikan yang telah ditendun, terkhusus juga dengan hadirnya masjid ini, diterima oleh Allah SWT sebagai amal salih yang dapat meringankan langkah ke surga insyaAllah. Hadirin sekalian, Alhamdulillah.

Hari ini 5 Dhul Hijjah 1438 Hijrah Kita kembali diberikan kesempatan oleh Allah untuk hidup Dan telah menunaikan sholat subuh berjamaah beserta amalan sunnahnya Sekali lagi kita bermohon pada Allah semoga sholat yang telah kita tunaikan Diterima oleh Allah SWT dengan penerimaan terbaik insyaAllah Sholat saking pentingnya itu ditunaikan Ia menjadi sekian diantara rangkaian ibadah yang tidak hanya ditunaikan, disyariatkan pada umat Muhammad SAW, tapi juga disyariatkan pada nabi-nabi dan umat sebelum beliau. Nabi Zakaria, terakam dalam Al-Quran juga menunaikan sholat. Quran Surah Ketiga Adi Amran, ayat 39. Paling kanan sebelah atas di bushaf.

Bahkan ketika beliau memohon untuk dianugerahi keturunan, itu pun beliau mohonkan dalam salatnya. Sampai dikabulkan oleh Allah s.w.t. Malaikat menyeru Nabi Zakaria, mengabarkan pada beliau, ada kabar baik dari Allah. Anda akan punya keturunan.

Bahkan langsung namanya dari Allah Yahya. Kapan itu terjadi? وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّفِ الْمِحْرَبِ Beliau dipanggil, diberikan kabar gembira dalam keadaan sedang sholat di mihrabnya.

Nabi Zakaria, sholat. Nabi Isa bahkan, sholat. Quran surah ke-19 Maryam, ayat 31. Sholat. وَأَوْصَانِ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَدُمْ تُحَيَّةٍ Allah telah memerintahkan padaku supaya aku sholat. dan mengeluarkan zakat selama aku hidup.

Bahkan jauh sebelumnya, Nabi Ismail a.s. memerintahkan bahkan pada keluarganya untuk sholat. Quran surah 19, ayat ke-55.

Dan sungguh Ismail a.s. bukan hanya beliau sholat, tapi keluarganya diperintahkan untuk sholat. Nabi Musa a.s.

sholat. Quran surah ke-20, ayat ke-14. Innani anallahu la ilaha illa anatha'budni wa aqimis salatali dhikri. Musa, saya ini Allah yang layak untuk disembah. Tidak ada Tuhan selain saya, sembah saya.

Bagaimana cara menyembahnya? Wa aqimis salatali dhikri. Tunaikan salat supaya bisa mengingat aku. Anda bisa bayangkan, Nabi Zakaria, salat.

Nabi Isa, salat. Nabi Ismail, salat. Nabi Musa, salat. Nabi Muhammad, salat. Nabi, Rasul, dekat dengan Allah, surga sangat terjamin, tingkat paling tinggi, tidak ada hisab untuk mereka.

Mereka semua sholat. Anda bukan Nabi, Anda bukan Rasul, sampai subuh ini belum ada jaminan surga. Tingkatnya belum tentu paling tinggi, hisabnya masih menegangkan, dan Anda memilih tidak sholat.

Ada sesuatu yang harus terperbaiki dalam kehidupan kita. Karena itulah, hadirin sekalian, ada sesuatu juga yang menarik ketika konsepsi sholat itu dibangun dalam Al-Quran. Ternyata, masha'Allah, perintah sholat kepada para nabi dan rasul, yang kemudian diteruskan pada umatnya, itu umumnya seringkali diawali dengan pengenalan Allah terlebih dahulu, sebelum ibadah sholat itu ditunaikan.

Perhatikan kembali. Ketika Allah firmankan kepada Musa alaihi salam, sebelum Musa diperintahkan untuk salat, terlebih dahulu Allah mengenalkan dirinya supaya diketahui dalam salat itu siapa yang disembah, supaya dikenal siapa yang disembah, supaya dirasakan kenikmatan saat menyembahnya, supaya dihadirkan kekhusuan saat menyembahnya, maka Allah firmankan, Allah perkenalkan dirinya, saya ini Allah. La ilaha illa anna Tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali saya. Fa'budni, sembah saya. Perhatikan, kalimat perintah minta menyembah diawali dengan pengenalan terlebih dahulu tentang Allah SWT.

Siapa Allah? Dikenalkan aspek ketuhanannya. Dikenalkan rasionalitas kenapa mesti menyembahnya.

Diberikan sifat-sifatnya supaya diperkenalkan agar khusyuh dalam menyembahnya. Baru kemudian muncul kalimat wa'aqimis salah. Tunaikan sholat, cukup menarik. Dan semua demikian. Bahkan fase sholat di masa Nabi SAW, ini yang paling menarik.

Sebelum diperintahkan sholat, setahun sebelum hijrah ke Madinah Al-Munawwarah itu, dalam usia Nabi 52 tahun, setelah 12 tahun berdakwah di kota Mekah, ternyata perintah sholat tidak langsung diberikan saat Nabi diangkat jadi rasul, tapi justru... Diberikan perintah untuk mengenalkan Allah terlebih dahulu pada masyarakat hampir selama 12 tahun. Baru kemudian muncul perintah untuk menundaikan sholat.

Hadihin, inilah yang kita jadikan bahasan pada subuh ini. Mengapa kemudian Allah perkenalkan terlebih dahulu tentang konsepsi ketuhanan, konsepsi penyembahan sebelum turun perintah untuk penyembahnya. Saya ingin tunjukkan sedikit saja perbedaan orang dulu sholat dengan orang sekarang sholat.

Dulu Orang sholat karena mengenal Allah terlebih dahulu, memahami bagaimana cara menyembahnya. Maka kenikmatan sholatnya, mashaAllah ketika ditunihkan, khusyuh, sungguh tak terlukiskan. Ada orang ketika sholat tiba-tiba lewat anak panah, dia tidak bergeser sedikit pun dalam sholatnya.

Ada orang yang kemudian dalam sholatnya terhunus pedang, dan dia mashaAllah masih meneruskan sholatnya. Ada orang ketika dalam sholatnya terkena duri. Sebelum sholat, dulunya akan dicabut, Masya Allah, dia masih merasakan kesakitan.

Tapi ketika menikmati sholatnya, kawannya mengatakan, saya tahu kapan waktunya dulunya itu akan dicabut. Ketika dia mulai bertakbir, kemudian dulunya dicabut, Allahu Akbar. Tidak bergeser sedikit pun, tidak berubah rana wajahnya, tetap dalam keadaan sholatnya. Bahkan ada orang, yang ketika mulai bertakbir, kisah ini nyata seluruhnya. Dia mengucapkan, Allahu Akbar.

Abu Dawud nomor hadis 857. Fayaqulu Allahu Akbar. Maka dia bertakbir, Allahu Akbar. Saat kalimat Allah diucapkan, itu bisa bergetar tangannya. Dan kata Nabi, orang ini masuk surga tanpa hisab, pahanya tidak sebanding dengan amalan umat manusia, bahkan beliau menjadi mertua Nabi, bahkan beliau diantara orang yang sangat dimuliakan Nabi, sampai menemani Nabi, dipilih oleh Nabi untuk berhijrah ke Al-Madinah Al-Munawwarah. Anda bisa bayangkan, ada orang dulu bertakbir sampai gemetar.

Ada orang dulu dalam keadaan sholat sangat menikmatinya. Sujudnya bisa berlama-lama, kenikmatan bisa didapatkan. Sampai Imam An-Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan, di hadab Hamalatil Quran, di halaman 38, paragraf yang pertama, baris 1-2, cetakan darul-kutub al-Islamiyah.

Beliau menyebutkan, banyak sahabat-sahabat Nabi, terkhusus Rahman bin Affan r.a. Kemudian ada Abdurrahman bin Auf, ada Tamim Ad-Dari, bahkan di antara kehebatan mereka, tidak sekedar meraih dunianya begitu sukses. Tapi kenikmatan terbesarnya ketika mampu tahajud bahkan sampai hatam Quran. Saking nikmatnya dalam sholatnya. Kenapa?

Karena mereka telah kenal terhadap Allah lebih dahulu sebelum mereka tunai sholatnya. Sekarang mari kita bandingkan dengan kita. Maaf, ada sindiran yang halus dalam Al-Quran tapi tajam.

Bahkan ada orang sholat tidak paham, tidak mengerti apa yang dibaca dan dilakukan dalam sholatnya. Coba anda cek sampai barusan sholat terakhir. Dari sekian ribu ruku dan sujud yang Anda kerjakan, berapa persen bacaan sholat yang Anda pahami? Jangan-jangan lebih dari itu, kita pun tidak sadar bahwa ketika saat sholat, ketika sedang menunaikan sholat, kita dipersaksikan oleh Allah SWT. Bahkan kata Nabi di Abu Dawud, nomor hadis 666, ada orang sholat yang tidak sadar berapa rokaat sedang menunaikan sholatnya.

Sampai ada orang sholat kata Nabi, tidak sadar berapa rokaat sedang menunaikan sholatnya. Orang dulu, saking nikmatnya. Rakaat pertama sholat subuh sujudnya begitu berlama-lama. Karena kenal dengan Rabbnya. Sampai Nabi di akhir sujudnya.

Seakan-akan menunggu sujud berikutnya begitu lama. Karena itulah beliau nikmati sujud yang terakhirnya. Indah. Masya Allah.

Bandingkan dengan kita. Dari sekian sholat yang kita tunaikan. Berapa yang kita nikmati? Jangan-jangan kita pun tidak merasa senang menyembah Allah SWT.

Hanya lisan kita mengatakan menyembah Allah. Tapi hati kita tidak hadir dalam lisan yang kita ucapkan. Karena itulah Bapak dan Ibu sekalian.

Ikhwas kalian, penting kita ketahui dulu kemudian bangunan konsepsi mengenal Allah SWT dalam hal sebelum kita menyembahnya agar kenikmatan dalam setiap ibadah yang kita lakukan tuhalir dan melahirkan kekhusyuan. Karena itulah ibadahnya disebut dengan salat terambil dari kata silah. Saya mohon izin. Bismillah. Perhatikan sini, kata salat.

As-salat, ini bentuk tunggalnya, seakar dengan kata silah. Kata dasarnya dari kata wasalah yasilus silatan, kemudian jadi salah. Wasalah yasilus silah, sesuatu yang sampai atau terhubung dengan erat. Hubungan yang erat, yang sulit untuk dipisahkan. Silah.

Anda pernah dengar istilah silat rahim? Silaturahim, hubungan kasih yang sangat terat, yang sulit untuk dilepaskan. Bukan saat kumpulnya, ini seringkali keliru ini. Silaturahim itu terwujud bukan saat kumpulnya. Tapi saat Anda berpisah setelah momentum pertemuan itu terjadi.

Kalau Anda bertemu dengan kawan-kawan Anda menyapa, wajar karena Anda melihat orangnya. Karena Anda berjumpa dengan sosoknya. Yang paling hebat itu setelah Anda berpisah.

Masih ada hubungan kasih antara Anda dengan kawan Anda. Sehingga Anda menuakan dia dalam kebaikan. Dalam sujud Anda Anda doakan.

Dalam doa Anda Anda sertakan. Itu yang dimaksudkan hubungan yang erat. Yang sulit untuk dipisahkan. Nah hubungan yang melatih kita.

Supaya terhubung dengan Allah erat. Dan sulit dipisahkan. Bukan hanya saat Anda terhubung dalam ibadah.

Tapi selesai ibadah Anda masih terhubung dengan Allah. Jalan ingat Allah. Makan ingat Allah. Minum ingat Allah.

Kerja ingat Allah. Maka ibadah yang melatih kita supaya terhubung erat dengan Allah. Dirubah kalimatnya menjadi salat.

Dalam bahasa sering diartikan dengan doa. Karena dengan doa itu terhubung erat Anda dengan Allah SWT. Karena itulah setiap aktivitas kita seringkali dibuka dengan doa.

Tunjukkan pada saya. Mohon maaf ya. Tunjukkan pada saya.

Di kepercayaan mana yang dianggap sebagai agama. Yang setiap aktivitas yang melekat dengan doa. Coba lihat. Kita bangun tidur ada doanya.

Anda cuci tangan. ada doanya. Anda makan, ada doanya. Anda melepas pakaian, ada doanya. Pakai pakaian, ada doanya.

Urusan ke toilet pun, ada doanya. Bahkan langkahnya diatur. Masuk kiri, keluar kanan. Masuk masjid pun, ada doanya.

Langkahnya diatur. Masuk kanan, keluar kiri. Tunjukkan. Dan doa itu bukan sekedar kalimat yang diucapkan. Tapi itu bangunan kita, konsepsi kita antara kita dengan Allah supaya ada ikatan.

Bahkan kata Nabi, lihat kalimatnya. Saat Anda tidak tahu doanya pun cukup ucapkan kalimat Allah. Setiap perbuatan baik yang tidak diiringi kalimat Allah di dalamnya.

Paling singkat Bismillah. Terputus hubungan dia dengan Allah. Tidak ada nilai pahalanya. Bukan sekedar pahala yang penting.

Tapi hubungan Anda dengan Allah. Mau duduk? Bismillah. Mau makan?

Bismillah. Mau minum? Bismillah.

Ba'di sana itu fungsinya ilsaq, musahabah. Ada 14 jenis ba'dalam bahasa Arab. Lihat di kitab Murnil Labib an-Qutubil A'arib, karya Ibn Hisham al-Ansari, halaman 15 sampai 59. Di situ ada 14 makna huruf ba'.

14 makna. Ba'dalam kalimat Bismillah itu al-ilsaq wal-musahabah. Ilsaq itu sesuatu yang sangat dekat.

Makanya lem dalam bahasa Arab disebut dengan lisaq. Karena merekatkan satu dengan yang lainnya. Kenapa kalimat Bismillah disitu menggunakan bak fungsinya ilsaq?

Artinya, orang yang akan mengerjakan sesuatu menyebutkan Bismillah seakan-akan kalimat Allah melakat dalam dirinya. Bismillah, saya akan minum karena Allah. Dan ketika dia minum, dia merasa dekat dengan Allah SWT. Dia merasa dilihat oleh Allah.

Dia merasa diawasi oleh Allah. Karena itulah orang-orang yang menyebutkan kalimat Allah punya hubungan dengan Allah. Ketika akan minum Bismillah, dia tidak akan pernah menyentuh minuman yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Karena ketika akan dia minum, Bismillahirrahmanirrahim, dia tahu Allah lihat. Telunjuk yang selalu digunakan untuk tahiyyat dalam sholat, sholat, membangun hubungan dengan Allah. Telunjuk yang digunakan untuk tahiyyat tidak akan pernah mengerjakan maksiat. Sembilan kali anda gerakan, anda ucapkan tahiyyat.

Subuh sekali, buhur dua kali, asar dua kali, maghrib dua kali, isya dua kali, sembilan kali. Mustahil telunjuk ini ketika selalu digunakan untuk tahiyyat, anda gunakan untuk maksiat. Tanda tangan proyek yang tidak disukai oleh Allah. Menulis sesuatu dalam media sosial yang dilaknat oleh Allah, yang tidak disukai oleh Allah, mustahil.

Lisan yang digunakan untuk mengucap kalimat Allahu Akbar tidak akan pernah mengagungkan yang lain selain Allah. Lisan yang digunakan mengucap kalimat yang baik-baik dalam sholat tidak akan pernah digunakan untuk mengucapkan kalimat yang kotor di luar sholat. Karena itulah orang yang sholatnya benar, yang kenal dengan Allah, maka perhatikan, bukan saat sholat saja dia kerjakan. Quran surah keempat an-Nisa ayat 103, paling kanan agak sedikit ke atas.

Lihat konsepsinya, فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةِ Maka jika sholat telah tuntas Anda kerjakan, فَذْكُرُ اللَّهَ Maka orang yang sholatnya benar, dia akan langsung ingat kepada Allah SWT. Di sholat yang dia kerjakan, menjadikan dia ingat Allah. Qiyaman. Mau dia langsung berdiri, ingat Allah.

Begitu selesai sholat, Anda keluar, ingat Allah. Orang yang ingat Allah, tidak akan melangkahkan kaki keluar masjid dengan kaki kanannya. Pasti kiri. Orang yang ingat Allah tidak akan tertukar sandal.

Begitu dia menggunakan sandal orang lain, maka hatinya akan berkata, ini bukan punya kamu. Tinggalkan. Karena ingat Allah.

Wakungu dan duduknya ingat Allah. Wa'ala junubikum, bahkan sedang tiduran pun ingat Allah. Ketika setiap orang beringat dengan Allah SWT dalam seluruh aktivitasnya, maka yang terjadi ala emran, ayat 190. Inna fi khalqis samawati wal-arni, wa'aktilafi layli wa'n-nahali la'ayatin li'ulil al-bab. Ayat 191 ya.

Lihat langit, ingat Allah. Orang melihat langit cuma lihat bintang. Bintangnya bagus ya. Orang ini, mashaAllah.

Ada orang geologis. Dia praktik. Dia cari batu, macam-macam untuk menemukan mineral. MashaAllah. Pernah terjadi di Libya.

Kami sempat mengajar di kalangan teman-teman minyak. Ada orang yang sebelum belajar, begitu melihat batu, nih Ustadz, luar biasa batu ini, ada kodenya, satu begini, satu begini. Setelah dia belajar, balik lagi apa kalimat yang keluar di lisannya?

Masya Allah, Masya Allah. Kalau bukan Allah yang menciptakan Ustadz, tidak ada tanda antara satu dengan yang lainnya. Kita bisa bedakan begini, begini, dan begini.

Perhatikan, perubahan terjadi. Ini yang disebut ya hadis muslim. Nomor hadis yang ke-8, jirid yang pertama kita belum mengadakan, posisi paling kiri sebelah atas dari...

Umar bin Khattab radiyallahu ta'ala anhumah Sikap ini yang dibangun dengan pendekatan kepada Allah Melahirkan konsep siapa yang disebut dengan Ihsan namanya Kalau seseorang sudah dalam aktivitas yang selalu ingat Allah Maka dia akan memastikan semua aktivitasnya sebagai ibadah Dan dia merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala Maka perhatikan kalimatnya Ketika ditanya Nabi Muhammad s.a.w. tentang Ihsan Anta'budallaha ka'annaka tara'hu Engkau menjadikan seluruh aktivitasmu sebagai ibadah karena Allah. Dan engkau merasa dilihat oleh Allah. Sekalipun engkau tak mampu melihatnya. Jangan terbayangkan. Ini ihsan namanya.

Mau makan, merasa dilihat Allah. Mau duduk, merasa dilihat Allah. Mau sholat, sangat merasa dilihat Allah. Itu ihsan.

Dan ibadah pertama yang disebutkan di Quran, sholat. Quran surah kedua al-Baqarah ayat ketiga. Setelah dia yakin terhadap Allah Dan nampak dalam pandangannya Dia coba sempurnakan sholatnya Sekarang persoalannya Jika kita ingin menghadirkan Kehusuan dalam sholat yang dimaksudkan Menikmati sholatnya Dan berdampak dalam kehidupan Sebelumnya coba dievaluasi dulu Dari sekian sholat yang telah kita tunaikan Berapa persen dari sholat itu yang mengingatkan kita Dengan Allah SWT Antum kerja ingat Allah tidak, makan ingat Allah tidak, mendidik anak ingat Allah tidak. Saya cek ya, saya cek. Kalau bapak ibu kedatangan tamu, baik.

Bikin makanan tidak? Siapkan makanan? Siapkan minuman? Kenapa? Halo?

Karena ada tamu. Lihat, orang yang ingat Allah akan beda cara berfikirnya dengan orang yang barangkali belum sampai hubungan dengan Allahnya terjalin dengan kuat. Perhatikan bahasa nabinya.

Orang yang dekat dengan Allah ketika kedatangan tamu, kalimat pertama yang muncul yang disentuh imannya. Lihat. Siapa yang merasa beriman pada Allah dan hari akhir maka muliakan tamunya.

Ternyata orang ini membuat makanan, minuman memuliakan tamu. Bukan tamunya mau datang, tapi karena Allah perintahkan. Ketika dia punya hubungan dengan Allah, semuanya karena Allah.

Ketika saya mau buat minuman bukan karena orang lain mau datang, tapi karena Allah perintahkan. Kalau Allah enggak perintahkan, belum tentu saya kerjakan. Kalau cuma bikin minuman, makanan karena tamu datang, apa bedanya Anda dengan yang belum beriman?

Yang belum beriman pun begitu juga. Silahkan bertamu pada non-muslim, Anda datang, dia akan siapkan minuman. Anda siapkan makanan, lantas apa perbedaan Anda dengan yang lainnya? Yang membedakan adalah keimanan kita kepada Allah. Maka mashaAllah, saya buat minuman karena Allah perintahkan untuk itu.

Maka hasilnya apa? Akan ada perbedaan. Anda kalau kerjakan segala hal untuk kepentingan manusia, dunia, bukan karena Allah, maka umumnya, maaf, seringkali hadir kecewa. Tiba-tiba sudah pesan makanan banyak, tamu gak datang. Afon, akhi, maaf pak, saya gak bisa datang.

Ada acara mendadak, ya, kok ya pak? Gak apa-apa. Tapi anda-anda kecewa karena makanan sudah dibuat, macam-macam dan sebagainya. Tapi ketika anda kerjakan karena Allah, yang anda kejar bukan hasilnya.

Ingat, dalam pahala itu ada dalam prosesnya, bukan hasilnya. Mau tamunya datang, mau tidak, yang penting saya kerjakan perintah Allah. Begitu tamunya katakan, maaf pak, saya gak bisa datang, ada acara penting. Oh baik pak, mudah-mudahan acaranya lancar, baik dan sebagainya.

Bapak tidak apa-apa, tidak apa-apa pak. Malah Allah karunyakan makanan lebih buat saya hari ini, lumayan. MasyaAllah, nikmat gitu kan, enak. Nah bagaimana kita bisa membangun hubungan itu? Kalau hubungan anda sudah dekat, dekat, dekat, ada ikatan yang sangat kuat.

Ikatan dalam bahasa Arab disebut dengan akadat. Akadah, karena itu dalam pernikahan dibuka dengan akadah. Ketika anda mengucapkan kalimat, dibuka dengan ijab dulu.

Saya nikahkan kau, saya kawinkan hei fulan, dengan putih saya fulana binti fulan fulana, dengan mas kawin sekalian, sekian-sekian dibayar tunai. Maka anda katakan saya terima nikahnya kawinnya si fulana binti fulan, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai. Itu kalimat yang disebut dengan akadah. Kenapa disebut dengan akad? Karena dengan kalimat itu terikat kuat hubungan anda antara anda dengan istri anda.

Antara anda dengan keluarga baru anda. Saking kuatnya disebut dengan mahram bil musaharah. Seperti mahram, kuat. Yang tadinya anak laki-laki ini gak boleh melihat ibu mertuanya terbuka hijabnya sekarang jadi boleh. Yang tadinya tidak boleh menyentuh tangan ibu dan mertuanya sekarang jadi boleh.

Akad. Nah, ketika hubungan anda kuat dengan Allah, dilatih dalam ibadah. Dimanapun terikat Anda dengan Allah, maka konsepsi ikatan ini berubah jadi pedoman kehidupan. Dari akhada jadi akhidah.

Akhidah itu bukan sekedar keyakinan. Tapi keyakinan Anda yang mengikat Anda dengan Allah SWT sehingga terbangun hubungan yang kuat antara Anda dengan Allah. Konsepsinya disebut dengan akhidah. Dari akhada ya akhidah.

Saking kuatnya hubungan anda dengan Allah, maka Masya Allah, saya berikan gambaran pada anda ya, orang yang punya hubungan kuat, sekuat apapun, saking kuatnya, itu kadang-kadang bisa melampaui fikiran akalnya. Bahkan hal yang kata orang belum tentu terjadi, bagi dia saya yakin. Bahkan hal yang bagi sementara orang tidak dipercayai, bagi dia saya yakin. Pokoknya kalau orang sudah terbangun hubungan yang kuat, Dia tidak akan peduli. Akan tumbuh keyakinan yang kuat pada orang.

Antara dia dengan orang yang dibangun ikatan yang kuat itu. Saya contohkan. Antum kenal sahabat Abu Bakar.

Kenal dimana mas? Hanya di Masjid Rahmatanil Alamin ada yang kenal sahabat Abu Bakar. Kemarin di Bukit Tinggi.

Masjid Kubang Putiah ada yang kenal dengan Uthman bin Affan. Luar biasa. Itu masih lumayan lah. Daripada di Lampung kenal Fir'aun. Alhamdulillah Abu Bakar As-Siddiq Sangat kuat ikatannya dengan Rasulullah SAW Sampai satu kali Abu Jahal yang seorang provokator, pembenci Nabi luar biasa, penghalang dakwah yang sangat tajam, itu punya satu rencana.

Rencananya akan membuat malu Nabi Muhammad SAW sehingga Islam bisa ditinggalkan seketika. Kalau Anda umrah atau haji, dan saya bermohon pada Allah semoga yang belum berangkat disegerakan oleh Allah SWT. Dari arah Zamzam menuju Al-Masjid Al-Haram. Sebelah kiri dari Zamzam itu ada bukit yang diatasnya ada Istana Raja.

Itu Jabal Qubes namanya. Bergeser sekitar 50-100 meter ke sebelah kanannya ke arah Bukit Marwah. Seluruh dengan sofa, lurus itu ada Anda temukan Al-Maktabah Kadeema, museum. Dengan bangunan warna krim seperti masjid kita ini. Disitulah diduga dilahirkan Nabi Muhammad SAW.

Bergeser sedikit ke Marwah, ada bukit yang cukup agak panjang, disitu diduga Nabi SAW berubah tangga dengan Sayyidah Khadijah. Tepat di bawah Jabal Qubes, Anda akan temukan lampu tiang pertama yang cukup panjang, tinggi, yang kedua agak lebih rendah, disitulah tempat tinggalnya Abu Jahal. Abu Jahal punya gambaran, saya akan permalukan Muhammad SAW.

Dia infokan kepada Nabi Muhammad, Muhammad, bukankah kamu menerima wahyu? Ya, tadi malam. Bukankah wahyu itu mengatakan engkau telah pergi ke masjid Al-Aqsa dan naik ke langit selama semalam?

Ya, maksudnya Quran surah 17 al-Isra'ayat pertama itu. Umumkan sekarang. Itu kan hal yang hebat. Yang tidak pernah dikerjakan oleh orang-orang kita sampai saat ini.

Itu akan menegaskan keraselan. Dijebak Nabi SAW. Jadi bukan Batman saja yang pandai menjebak. Abu Jahal lebih jagoan.

Apa yang terjadi? Nabi kemudian mengikuti saran itu. Naik, dikira akan disupport.

Begitu naik ke atas Jabal al-Qubes dan mengumumkan itu, maka mulailah kalimat Abu Jahal meluncur di lisannya yang sangat beras itu. Inilah sang penipu yang sangat ulung. Tertawakan oleh Abu Jahal, ini penipu yang sangat ulung. Mari kita bayangkan, kita saja untuk menuju Masjid al-Aqsa di Palestina itu butuh waktu berapa lama?

Pakai unta berapa lama? Jalan kaki apa lagi? Orang ini mengatakan ke Masjid al-Aqsa naik ke langit lagi cuma semalam.

Apakah di antara kalian ada yang percaya? Maka berguncanglah bahkan orang-orang yang sebelumnya telah beriman kepada Dabi. Ada yang kemudian balik lagi. Ada yang ragu-ragu dan sebagainya. Disitulah melihat tersenyum kecut Abu Jahal tinggal satu orang lagi.

Kalau saya bisa yakinkan dia, maka selesai istan di Tanah Suci. Pergilah kemudian kepada Abu Bakar itu. Abu Quhalfah. Sekarang rumahnya di sekitaran Hotel Hilton. Kalau dari Zamzam, sebelah kiri ada Hilton, di sekitaran itu.

Depannya Parlemen Quraish. Dia berangkat, dia kejar. Ke kebunnya Abu Bakar, As-Siddiq RA.

Begitu berangkat, kemudian disampaikan. Ada sesuatu yang menarik, kau harus lihat. Abu Bakar berkata, apa itu?

Ikut saja. Begitu kemudian diikut, ditarik tangannya sampai ke Jabal Qubis. Diminta oleh Abu Ja'al untuk mendengar kalimat Nabi Muhammad SAW. Kata Abu Ja'al, katakan apa yang tadi kamu sampaikan. Maka ketika disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, Abu Ja'al tersenyum, tersenyum, tersenyum, kecut, menduga ini akan semua berakhir.

Tapi apa jawabnya Abu Bakar As-Siddiq RA? Perhatikan kalimatnya. Laukana Muhammadun s.a.w. Sekalipun Muhammad s.a.w. Qala, dia mengatakan, di balik bukit ini ada musuh yang menyerang kita sekarang juga, dan itu tidak terjadi, saya akan tetap yakin dengan dia. Saya akan tetap yakin dengan dia. Saudara, meyakini sesuatu yang umumnya diragukan oleh banyak orang, Kalau standar disebut sadiq, tapi kalau semakin memuncak dan yakin apapun yang disampaikan, maka berubah namanya jadi sifat mubalagah, superlatif.

Dari sadiq jadi sediq. Sejak saat itulah diletakkan kalimat sediq melekat dalam dirinya. Abu Bakar as-sidiq. Tapi yang penting ada garis bawahi, ada ikatan yang kuat antara Abu Bakar dengan Nabi SAW.

Sampai mengatakan, kalaupun benar tidak terjadi, saya tetap akan yakin dengan itu. Nah, Anda yang punya hubungan dengan Allah SWT, yang... kuat.

Apapun yang Allah perintahkan kepada Anda, sekalipun kita belum mengetahui hikmahnya, belum paham ujungnya, belum dapat imrahnya, maka orang yang punya ikatan kuat dengan Allah tidak akan meluncur di lisannya kalimat keraguan. Dia akan katakan, saya yakin sekalipun itu belum terjadi. Keyakinan pada sesuatu yang tampak, itu disebut dengan ilmu. Abu Bakar yakin pada Nabi Muhammad SAW karena melihatnya.

Tapi kalau anda yakin pada sesuatu yang belum tampak, itu disebut dengan iman. Ikatannya disebut dengan akidah, keyakinannya disebut dengan iman. Karena itulah kalimat iman di Quran pertama kali disebutkan. Dirangkaikan dengan kalimat yang belum tampak dalam bahasa Arab disebut dengan raib. Diawali dengan kalimat tanpa ragu terhadap isi Quran.

Quran surah kedua al-Baqarah ayat 2-3. ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِي هُدَلِّ الْمُتَّقِينَ Siapa yang memutakin itu? Ayat 3-nya Iban Pada yang lain Sampai subuh ini, mohon maaf, coba lihat sejauh mana kekuatan hubungan kita dengan Allah dibangun.

Jadi kalau ikatan kita kuat, tidak akan pernah terjadi dari ujung kepala sampai ujung kaki, hal-hal yang menyimpang dari ketentuan Allah. Perhatikan ya, saya mau tunjukkan satu bukti yang sangat indah di Quran. Teman-teman, akidah itu melahirkan iman. Kekuatan hubungan kita dengan Allah melahirkan keyakinan yang kuat. Dari keyakinan inilah kemudian...

Ini yang paling indah, Allah seringkali memanggil hambanya dengan kalimat itu. Saya mau tunjukkan kepada anda, ketika Allah menyebut orang-orang yang yakin kepada dirinya punya hubungan dengan Allah, maka diterangkan semua fungsi kehidupannya. Misal, mata. Saya mulai dari kepala sampai ujung kaki. Mata, apa fungsi mata?

Melihat, baik. Kita melihat, kambing pun melihat, elang juga melihat. Lantas apa bedanya mata kita dengan mata elang?

Elang terbang ke udara, masya Allah, sampai bukit tinggi, anak ayam di bawah kelihatan. Antum naik pesawat ke udara, anak sendiri gak kelihatan. Lebih tajam mata elang dibanding mata kita. Cuman persoalannya mata elang dihisab, mata kita tidak.

Quran surah 17 ayat 36. Setiap pendengaran, penglihatan, apa yang kita fikirkan satu saat akan ditanya oleh Allah. Mata elang yang tajam tidak ditanya, mata kita ditanya. Perhatikan, ketika Allah menyebut fungsi mata, itu tidak dimulai dengan kalimat mata, tapi kalimat iman.

Quran surah ke-24, ayat 30 untuk laki-laki, ayat 31 untuk perempuan. Kalimatnya menggunakan kalimat iman. Katakan pada pria-pria yang merasa punya iman.

Matanya hanya boleh dipakai melihat yang baik-baik saja. Radalbasar itu kan gak boleh lihat. Radalbasar itu hanya melihat yang baik. Dan palingkan dari yang tidak baik. Memalingkan dari sesuatu yang tidak baik.

Itu Ghadrun namanya. Jadi ketika Anda punya hubungan kuat dengan Allah, Anda akan punya semacam gambaran di hati Anda. Akan punya semacam pengarah kompas di hati Anda, yang masuk ke dalam mata Anda.

Jadi begitu kemudian Anda melihat sesuatu yang tidak layak menurut Allah dipandang, Anda akan segera palingkan. Aurat terbuka, Anda palingkan. Lihat handphone ada gambar tak layak, Anda akan palingkan. Di mata Anda hanya boleh melihat yang baik-baik saja.

Sekarang ukur, kalau selama ini mata kita mudah melihat sesuatu yang tidak baik, berarti hubungan Anda dengan Allah tidak sampai taraf akidah yang sangat kuat. Iman kita belum menguat dengan tajam. Cek, listen.

Ketika mulut disebut oleh Quran, kalimat pertamanya menggunakan kalimat iman. Quran Surah 49, ayat 11. Hei orang-orang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah, punya ikatan dengan Allah. Orang yang punya ikatan itu ciri lisannya, la yasraqom min qaum. Jangan saling celak.

Jangan saling celak. Jadi lisan orang yang punya hubungan dengan Allah itu, karena Allah maha baik, Allah itu suci, maka yang punya hubungan dengan Allah tidak akan menodai kebaikan Allah dengan menggunakan lisannya pada yang kotor. Dia akan bicara yang baik-baik. Lihat kata Nabi. Man kana yu'minu billahi wal yaumil akhir, fal yaqul khairan awliyasmut.

Siapa yang merasa beriman pada Allah dan hari akhir, merasa beriman pada Allah dan hari akhir. Katakan yang baik-baik kalau tidak bisa diam saja. Pilihannya cuma dua. Ima anda katakan yang baik kalau tidak bisa anda diam.

Di lisan orang beriman yang punya hubungan dengan Allah, dia tidak akan memilih yang ketiga. Jadi kalau lisannya mulai berkata kotor, maka ada yang salah dalam keyakinannya dengan Allah SWT. Cek. Sampai ke ujung kaki.

Bahkan yang paling menarik ujung kaki itu indah sekali. Quran Surah 25 ayat 63. وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْدًا Hambak Allah itu. Hambak Allah yang penyayang itu.

Disebut hambak Allah. Cilinya apa? Jika dia melangkah-langkahnya begitu tawadu. Tenang. Jadi kalau Anda melangkahkan kaki, langkah Anda berpentangan dengan nilai ayat ini, sifatnya seperti di Quran Surah 31 Luqman ayat 18, paling kiri sebelah bawah.

وَلَا تَمْشِفِ الْأَرْضِ مَرَحًا Jangan jalan dengan sombong. Anda sombong misalnya. Maka saat seketika itu Anda keluar dari nilai-nilai hamba Allah SWT Jawab aja Baik teman-teman sekalian Bangun hubungan kita dengan Allah Kuatkan, yakinkan Nah bagaimana kita membangun keyakinan terhadap Allah Disebutkan kemudian diisyaratkan dalam Al-Quran Tidak mudah kita untuk mendapati itu Sahabat Nabi saja diajarkan berulang, berulang, berulang Tapi konsepsinya diturunkan oleh para ulama Setiap zaman konsepsinya bisa berbeda Tapi maknanya sama Sebagian ulama ada yang mengenalkan sifat-sifatnya, dari sekian sifat dikeluarkan sifat utama, ada yang 20. Yang lainnya lagi beda masa mengeluarkan lagi konsepnya, tapi semuanya berukur dan berasal pada konsep yang sama. Kita ambil contoh, Quran 11.19 Maryam ayat 65. Ini konsep utamanya, Quran 11.19 Maryam ayat 65. Saya turunkan ya, saya hapus dulu sebentar. Bismillahirrahmanirrahim.

Masya Allah spesial hari ini ya. Kedatangan pertama, selalu hukumnya begitu, saya terangkan sendiri, saya tulis sendiri, saya hapus sendiri, mahasya Allah, luar biasa. Untung tinggal simak aja. Bismillah. Saya turunkan dulu ya, konsepnya satu, dalam Al-Quran dulu.

Pertama, Al-Quran surah ke-19, ayat ke-65. Kemudian kalau ini kita turunkan konsepnya, kita perkenalkan. Pertama, Al-Quran surah 112. Satu surah, kedua kita turunkan sifat secara nalar logisnya.

Di Quran itu indah, memberikan dalil plus memberikan analisa secara rasional. Supaya nanti kalau dipersoalkan kita bisa jawab. Quran, kita ambil surah ke-21, ayat 22. Kemudian perintahnya dibangun di Quran, surah ke-20, ayat ke-14.

Di masa Nabi Muhammad kemudian diturunkan perintah yang sama. Kita ambil Nabinya dulu, Quran surah ke-2, ayat 151. Perintahnya muncul di Quran surah 17 ayat ke 78, penegasannya di Quran sebelumnya surah ke 11 ayat 114, waktunya diatur di Quran surah ke 4 ayat 103, diminta dijaga misalnya di Quran surah ke 2 ayat 238. Ini juga pernah dikerjakan di nabi-nabi dulu, Quran surah ke 3 ayat 38 sampai 39, kemudian Quran surah ke 20 ayat ke 14 yang tadi. Kemudian Quran surah ke-19 ayat 31, seperti Quran surah ke-19 ayat ke-55. Ini bangunannya.

Sifat yang keduanya, kalau sudah paham yang ini, kita turunkan pada yang kedua. Kita ambil pertama Quran surah ke-17 ayat 110. Ini bisa kita turunkan lagi dengan sifat-sifatnya. Misal kita ambil yang cepat Quran surah pertama, misal saja. Dari ayat 1 sampai ayat keempatnya, ini sebagai contoh saja. Kalau mau lebih dalam, Quran surah ke-59 sampai ayat ke-24nya, kita turunkan.

Kemudian sifat selanjutnya, yang ketiganya, kita ambil yang disebut dengan sifat urmubiahnya sejak Quran surah ke-7. Kita ambil ayat 172. Aplikasinya di Quran surah ke-7 ayat 189. Ketika dilahirkan sampai 2 tahun, Quran surah ke-2 ayat 233. Kemudian sampai menjelang Quran surah ke-31 ayat 13 sampai dengan ayat 19. Kemudian Quran surah ke-49 ayat ke-13 sampai berkumpul dewasa lagi. Sampai kemudian saya langsung ke dia mencari nafkah pun akan diperhatikan oleh Allah.

Quran surah ke-2 ini yang standar ayat 168. Orang beriman beda ayatnya, Quran surah kedua ayat 172. Semakin meningkat iman dan taqwanya di Quran surah ke 7 ayat ke 96. Ini contoh kecil saja. Kalau sudah semakin kuat hubungannya maka akan diberikan 5 keutamaan. Quran surah ke 65 ayat 2 sampai 3. Tafsirnya ada di Quran surah kedua ayat 2 sampai dengan ayat 3. Kemudian yang kedua Quran surah ke 13 ayat ke 28. Yang ketiga Quran surah ke 3 ayat 38 sampai 39. Kemudian kita ambil yang selanjutnya. Bisa kita dapatkan Quran surah ke-23 ayat 1 sampai dengan ayat ke-2. Yang paling utama Quran surah ke-29 ayat 45. Ini makanya utama.

Ini kurang lebih konsepsi kita. Bismillahirrahmanirrahim. Sudah?

Saya ingin pastikan saya punya berapa menit lagi. Kita sampai jam berapa? Silahkan sampai jam 11. Saya jam 7 pulang. Jam 7 ada pernikahan disini. Bismillah, kita mulai.

Jadi ini inti bahasan kita seperti Anda buat tebaknya. Mengenal akhidah, uluhiyah, rububiyah, al-asma'ah, wa s-sifat. Ini inti bahasannya yang tadi baru mukaddimah.

Baik, Bismillah. Satu. Untuk membangun hubungan kuat dengan Allah, sehingga bisa dinikmati dalam ibadah. dan terikat dipraktekan dalam wa'amalah, maka ada tiga konsepsi utuh yang dibangun dalam Al-Quran, diperkenalkan oleh para ulama walaupun dengan istilah yang berbeda-beda, intinya ke sini.

Quran surah 19 ayat 65. رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِ وَمَا بَيْنَهُمَا Satu. فَعْبُدْهُ وَصْطَبِلْ عِبَادَتِهُ Dua. Awas hati-hati.

Dan yang ketiga. Indah sekali, memperkenalkan sifat, samiyah. Satu, dua, tiga. Konsepsi Rabbus samawati wal ardi ini mewakili rububiah, nanti kita terangkan. Kemudian fa'ambodhum mewakili uluhiyah, samiyah mewakili asmawah sifat.

Tiga hal saja. Nanti istilahnya dari para ulama bisa beda-beda, yang penting tiga konsepsi ini mesti kita pahami. Kalau Anda ingin punya hubungan yang kuat dengan Allah, dimanapun berada tersambung dengan Allah, dan nanti hasilnya kita akan lihat di ujung, orang yang tersambung dengan Allah akan diberikan lima keistimewaan dalam hidupnya di dunia.

Dibandingkan dengan orang yang sambungannya belum kuat atau tidak punya hubungan dengan Allah, kita akan lihat di ujung nanti. Kalau nanti Anda tidak punya lima hal ini, berarti Anda harus berusaha meningkatkan yang tiga hal ini. Satu, Saya turunkan sebagai adab yang pertengahan dulu, lihat sini, kita ambil yang uluhiyah dulu, aspek ketuhanannya.

Perhatikan, Al-Quran menyampaikan, kalau Anda ingin punya kekuatan dalam beragama, khususnya dalam ibadah, maka Anda harus punya pemahaman yang kuat dari aspek ketuhanan dulu. Awas hati-hati ya, ini nanti yang sangat menentukan antara keyakinan kita dengan Allah SWT. Dengan keyakinan orang-orang lain yang meyakini bukan Allah SWT.

Jadi ketika nanti Anda dipersoalkan, kenapa Anda memilih Allah, Anda bisa jawab. Awas hati-hati ya, awas hati-hati. Sekarang ini banyak persoalan-persoalan yang dihadirkan kepada kita, yang dalam saat bersamaan diuji kekuatan dan keyakinan kita kepada Allah.

Dan tidak sedikit orang yang goyah, karena setelah dia berislam, dia tidak kenal siapa Allah. Awas hati-hati, konsepsi teologisnya. khususnya aspek ketuhanannya tidak dibangun dengan kuat padahal pertama kali ketika Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengenalkan Allah itu langsung kalimatnya bersanding dengan ilmu yuk kita mulai kita mulai dari Quran surah ke 47 ayat 19 saya ingin tanya dulu kalau orang masuk Islam apa yang pertama kali dilakukan? bersyahadat apa bunyinya? tau dari mana?

Baik, hadis muslim adalah hadis yang ke-8. Ketika ditanya tentang islam, bali islam, jawaban pertamanya Antashhadu an la ilaha illallah wa anna muhammad rasulullah Perhatikan baik-baik ya. Ketika kita mengucapkan ashadu an la ilaha illallah Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah.

Kalimat Allah meluncur di lisan kita. Bagi kita yang muslim, itu sudah bersyahadat dalam perut ibundanya dan dijaga sampai dengan kembali kepada Allah. Setiap manusia sebetulnya bersyahadat dalam perut ibundanya.

Quran Surah 7, Ayat 172. Mereka berkata, kami bersyahadat, kami bersyahadat. Cuman sayang nanti ada lingkungan yang merubah seseorang sehingga keluar dari nilai syahadatnya. Abawah itu tidak harus orang tua.

Karena ada orang lahir, orang tua sudah gak ada. Bisa lingkungan, bisa pamannya, bisa kakeknya, bisa sekolahnya, bisa kampusnya. Di sini mungkin belum pernah terjadi.

Tapi kami pernah mengalami satu masalah. Ada anak SD-nya Islam, bahkan dari TK. Kemudian SD, SMP, SMA Islam. Orang tuanya merasa kuat dia, sudah kuat keislamannya.

Kemudian pergilah ke kampus tertentu, keluar wilayahnya. Dua pekan tidak pulang, begitu pulang minta izin pindah agama. Bagi kita yang tidak tergoyahkan, maka dijaga keislabannya kita ulang-ulang syahadat khususnya dalam sholat. Bagi yang kemudian berubah ingin masuk Islam lagi, kembali kepada fitrahnya, maka dia mengucapkan kalimat syahadat. Sekarang perhatikan, ketika kalimat Allah diucapkan, disebutkan dalam Al-Quran perintahnya kepada Nabi, agar kalimat Allah itu tidak sekedar mengalir di lisan.

Perhatikan, Quran Surah 47 Ayat 19. Fa'lam. Fa'lam. Awas, sebelum dihapus tuh. Ini imannya kuat. Sebelum saya minta hapus, udah dihapus.

Tahan pak, jangan dulu dihapus pak, tahan. Tidak apa-apa, izakallah ya. Quran surah 47 ayat 19. Perhatikan sini.

Saya mulai dari uluh ya, fokus ya. Fa'lam, an-nahu la ilaha illallah. Anda bersyahadat, ashadu an la ilaha illallah.

Kata Allah jangan sekedar ucapkan, ashadu an la ilaha illallah. Fa'lam, maka Anda mesti memiliki pengetahuan. Bahkan kalimatnya perintah, fi'l amr. Al-aslu fi'l amr ya dhullu alal wujud.

Asal dari perintah itu menunjuk pada kewajiban. Fa'lam, ketahuilah, ketahuilah mesti tahu. Mesti tahu itu dengan ilmu. Makanya kalau diterjemahkan dengan penerjemahan ilmu saraf, maka kalimat ini akan berubah demikian.

Maka andalah Anda punya pengetahuan. Annahu untuk menetapkan. La ilaha illallah.

Untuk menetapkan, meyakinkan, memantapkan, bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Kalimat la ilaha illallah, ini kalimat Allah, bersanding dengan pengetahuan ilmun. Sehingga dengan pengetahuan ini, nanti ketika Anda dipersoalkan seperti Nabi dulu dipersoalkan oleh orang-orang Quraish, oleh masyarakat yang hadir di sekitarnya, yang belum menerima risalah Islam, apa yang pertama kali mereka persoalkan?

Konsepsi ketuhanan. Siapa Allah? Siapa Rabb kamu?

Kenapa Tuhan kamu itu bukan Tuhan kita, yang selama ini kita sembah? Saya kasih gambaran ya. Dulu, tahun 2004, buka program kedokteran. Di salah satu kampus di Indonesia, yang paling unik ini kampus Islam, tapi berpartner untuk membuka fakultas kedokteran itu dengan salah satu sponsor yang meminta syarat ada satu mata kuliah yang diajarkan di situ, yaitu mata kuliah pluralisme, menganggap semua agama sama. Maka anehnya di fakultas kedokteran ada pelajaran pluralisme agama.

Kemudian datanglah tokoh agama lain mengajar disitu. Yang belajar disitu orang Islam. Salah satunya ada siswanya kemudian datang kepada kami. Diajarkan oleh salah seorang tokoh di agama lain.

Mengatakan kalimat ini, lihat kalimatnya. Anda bisa bayangkan anak baru lulus SMA setingkat itu. Nalarnya belum tajam tiba-tiba dihadapkan pada persoalan itu. Kalian menyembah siapa? Allah.

Kata orang ini tidak, kalian menyembah batu. Kakbah. Kakbah kan batu.

Mereka kemudian sepakat mengatakan, maaf pak, Kaabah itu bukan Tuhan kami. Kaabah itu Qiblat bagi kami. Lihat jawabannya.

Lantas apa bedanya dengan kami? Patung kami pun kan Qiblat juga buat kami. Tuhannya bukan itu. Tapi itu Qiblat buat kami.

Anda mau jawab apa? Nah ini teman-teman sekalian, ada berita dalam Al-Quran. Iman kita itu mesti kuat.

Di antara kekuatannya, Anda mesti paham konsep tentang ketuhanan. Konsep ketuhanan dalam bahasa Arab disebut dengan uluhiyah namanya, segala yang terkait dengan Allah. Jadi ketika Anda ditanya kenapa kamu sembah Allah, bukan Tuhan yang lain. Kenapa kamu memilih Allah, bukan Tuhan yang lain. Kenapa ibadah kepada Allah tidak mengibadahi yang lain.

Anda bisa jawab, dan jawaban Quran begitu elegan, luar biasa, komprehensif. Ada jawaban dalil, ada jawaban rasionalitas akal. Kalau cuma pakai dalil saja, orang mungkin belum akan percaya. Ini ayatnya, oh jangankan kamu, kita juga punya ayat. Anda mau jawab apa?

Saya tunjukkan dengan singkat, karena materi kita singkat ini. Ya waktu kita sangat singkat, lihat sini. Pertama, ketika Nabi dipersoalkan, Muhammad siapa sih Tuhan kamu? Kamu bilang merawat, merawat, merawat, menyembuhkan, mengampuni, memaafkan.

Siapa Tuhan kamu? Lihat kalimatnya. Begitu keluar perintah dari Allah untuk mengenalkan. Pertama, dari segi namanya, Tuhan kita beda dengan yang lain yang dipertuhankan. Dari segi namanya.

Perhatikan, Quran Surah ke-112. Surah paling favorit, mewakili sepertiga Al-Quran. Kul, katakan Muhammad. Huwa, dia yang ditanyakan oleh mereka itu, siapa namanya?

Tuhan yang kamu sembah, yang kamu yakini? Allah. Saya ulang ya.

Allah. Kul, huwa, Allah. Karena orang-orang pada saat di zaman Nabi, sudah punya nama-nama Tuhan.

Ada Lata, ada Uzza, ada Manat. Mereka katakan, Muhammad Tuhan kami punya nama. Ada latak, ada a'zah, ada manat.

Tuhan kamu siapa namanya? Jangan cuma bilang merawat, menyembuhkan, memaafkan. Tuhan kami juga merawat kami. Menyembuhkan kami, memaafkan kami, mengampuni kami.

Tuhan kamu siapa namanya? Lihat. Allah.

Masya Allah. Allah. Dan bukan hanya Allah. Diberikan sifat yang paling indah, yang menegaskan dari segi nama saja, tidak ada yang bisa menyaingi. Kul huwallahu ahad.

Ahad. Ada ahad. Ada wahid, itu beda Ada al-ahad, itu lain Sekarang ada apa?

Bukan, bukan ahad Ini al-ahad Kalau Ahad, itu sifat satu-satunya, gak ada duanya. Tapi kalau pakai Al, itu berulang. Itu berulang. Dan bukan minggu ya. Bukan minggu, itu ada kisah nantilah kalau saya terangkan terlalu luas.

Tapi anda buka saja bukunya, Pendiri Nahdlatul Ulama, K.H.M.H.A. Mendirikan NU 31 Jurnalist 1926, punya 19 kitab. Anda buka kitab keduanya, namanya Risalah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Halaman ke-14, posisi paling kanan sebelah atas.

Baris ketiga sampai baris kelima. Baris ketiga dimulai dari pojok sini. Diterangkan di situ, kenapa kemudian alasan Ahad bisa jadi minggu salah satunya. Nah, Ahad.

Lihat, ada Ahad, ada Wahid. Kalau Wahid, itu satu, mungkin ada dua. Satu, dua, tiga.

Wahid, iznin, talatak, arba'at, dan sebagainya. Tapi kalau Ahad, satu yang tidak ada duanya. Satu yang tidak ada duanya. Di sekalipun dikurangi, dikurangi, dikurangi akan kembali kepada yang satu.

Karena gak akan pernah ada dua diantara yang lain. Tapi kalau disebutkan wahid akan berpeluang ada yang kedua, ketiga. Karena itu setiap disebutkan kalimat wahid, mesti melekat kalimat ketuhanan. Untuk mengikat yang wahid ini tidak kembali kepada yang lain. Wa ilahukum ilahuk.

Harus pakai kata ilah. Wahid harus menggunakan kata ilah. Tapi setelah menggunakan kata ahad, tidak harus menggunakan kata ilah.

Karena ahad itu hanya akan kembali pada yang satu. Lihat sini, saya bandingkan. sekarang saya yang hapus saya lebih tau mana yang harus di hapus insyaallah insyaallah iman antum kuat masyaallah fokus bapak dan ibu sekalian sebelum tulisan ini menjadi gaib bismillah awas dalam tanda petik ya perhatikan sini siapa namanya kul huwa Allah Sifat nama saja, ini dari segi nama nih, lihat dari segi nama. Namanya sangat spesial.

Dengan nama ini jelas menunjukkan Tuhan. Karena beda dengan nama-nama lain yang dipertuhankan. Saya ingin ingatkan dari sekarang dan kajian ini tersambung live. Mirsa dimanapun Anda berada, saya tegaskan ini kajian ilmiah. Berisi perbahasan-perbahasan ilmiah.

Jadi kalau nanti ada hal yang tidak sepakat, dipersoalkan, mari dipersoalkan secara ilmiah. Dan saya siap berdiskusi. Jangan sampai nanti sedikit-sedikit, wah dipersoalkan jadi tersangka saya besok gitu kan?

Wah kita lihat dulu, yuk kita lihat. Lihat sini ya, sifatnya Ahad. Ahad itu satu-satunya, bukan hanya melekat pada sifat tapi pada nama.

Jadi kalaupun ini dikurangi satu-satu-satu, hanya akan tetap kembali pada esensi yang sama. Saya mau turunkan, misal nama-nama yang dipertuhankan, misal untuk perbandingan saja. Dan silahkan bagi yang meyakininya, itu kembali pada masing-masing. Karena dalam Islam ada kaedah. Quran surah kedua ayat 256, paling kiri sebelah bawah.

لا اقراها في الدين Tidak boleh memaksa, paksa orang untuk memeluk ad-din. Apa itu ad-din? Quran surah 3 ayat 19. إِنَّ الدِّينَ عَنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامِ Gak boleh paksa orang masuk Islam. Ini gak ada kaidah di kita baik secara kasar ataupun halus. Gak boleh secara halus kasih orang indomie supaya masuk Islam.

Kasih orang uang supaya masuk Islam. Gak boleh. Apalagi memaksa, todongkan pedang, todongkan ini itu gak boleh. Haram hukumnya. Hati-hati ya.

Anda paksa orang masuk Islam dengan senjata Haram Anda dosa Maka dari itu saya ingin tegaskan Yang isu-isu muncul sekarang Tembak orang, bunuh orang, bom orang Supaya menegakkan nilai-nilai keislaman Saya katakan itu keliru Tidak sesuai dengan konsepsinya Jadi kejadian Pak Hermat di Jalan Tamrin itu Meledak bom Setelah itu saya berangkat ke Lampung Pertanyaan pertama sampai Lampung Ustadz apakah bom di Jalan Tamrin? Jihad visabilillah Silahkan Pak Sependek pengetahuan saya, jihad fisabilillah itu jihad di jalan Allah, bukan di jalan tamrin. Agak beda. Ayo sini, kembalikan. Misal ya, saya tuliskan misal.

Misal Yesus. Misal saja, misal Wisnu, misal. Misal saja. Ayo kita bandingkan.

Dan silahkan masukkan nama-nama lain yang ini dimasukkan. Kita cek. Ahad, sifat Tuhan itu mesti beda dengan sifat makhluk. Jadi gak mungkin sama.

Awas hati-hati. Gak mungkin sama. Jadi kalau Tuhan sifatnya sama sama makhluk.

Lantas apa bedanya Tuhan dengan makhluk? Harus beda. Ingat, itu konsep pertamanya.

Maka Allah kenalkan dari nama dulu. Perhatikan. Nama yang melekat pada Tuhan mesti beda dengan makhluk. Setiap dihilangkan hurufnya kembali pada nama yang sama. Esensi yang sama.

Yuk lihat. Allah. Saya ingin menghapus sekarang huruf ini. Hamzahnya, Hamzah Wasol. Yuk kita hapus.

Baca. Lillah. kembali kepada Allah saya hapus satu yang ini sebagai bandingan Apakah menunjuk pada makna yang sama? Silahkan pahami sendiri.

Saya hapus lagi satu. Lam pertama dihapus, otomatis tajdidnya dihapus. Baca. Lahu mulkus sama wati wal ar.

Kembali kepada Allah. Saya hapus ini. Dan kalimatnya semua ada di Quran.

Lillah ada. Lillahi mafis sama wati wa mafil ar. Lahu ada. Lahu mulkus sama wati wal ar. Di sini silahkan cek di semua kitab suci yang dianggap suci.

Yang terkait dengan nama-nama Tuhannya. Apakah ketika dihapuskan namanya, ada yang dihapus namanya? Dan kembali pada zat yang sama Tidak akan pernah ditemukan Saya hapus Kita samakan ini dua ini dua Amerika Serikat Ini warma Islam terbesar Saya hapus jadi satu Baca Hu itu bentuk wakaf dari kata hua Allahula ilaha illa Ketika anda baca hua Kemudian berhenti di hua maka A-nya tidak dibaca, anda akan baca U Allahu la ilaha illa hu Kalau anda teruskan, hua dibaca Allahu la ilaha illa hu wal hayyul qayyum hua-nya bunyi, tapi kalau anda kemudian wakafkan disitu, di kalimat huanya Quran surah kedua, ayat 255 dikenal dengan ayat kursi itu Allahu la ilaha illa hu huanya tidak bunyi, jangan terlampau sore hua, tidak, hu nah Ketika Anda tanya, siapa hu di situ? Hua.

Siapa hua di situ? Kembali ke Quran surah 112. Kul hua Allah. Kul hua. Katakan yang disebut hua.

Hua. Dia itu Allah. Ketika Anda sebutkan, siapa hu di sini? Hua Allah.

Kul hua Allah. Hua itu Allah. Saya hapuskan lagi.

Sampai bingung mana penghapusnya. Lihat. Ini saya hapus jadi satu.

Baca. Saya hapuskan semuanya. Apa namanya?

Ketika tidak kelihatan, ghaib namanya. Al-lazina yu'minuna bil ghaib. Ada semuanya.

Tunjukkan pada saya, ketika saya hapus ini, di mana Tuhan Anda? Dari segi nama, dia ahad. Segi nama. Jadi ketika Allah ditanya, kemudian... Ditanyakan melalui Rasulnya, siapa nama Tuhanmu?

Mustahil ada kalimat yang mengalir di lisan manusia dengan sifat-sifat ketuhanan. Kalau nama ini bukan berasal dari Allah, mustahil bisa memiliki sifat-sifat ini. Karena mesti beda antara konsepsi Tuhan dengan konsepsi makhluk.

Antara Rab dengan makhluk, antara Khaliq dengan makhluk. Allah menyebut dirinya Khaliq. Quran Surah 15 ayat ke-28.

وَإِذْ قَالَ رَبُّ كَلِ الْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ Saya Khaliq, kamu makhluk. Beda sifat Khaliq dengan makhluk. Karena itu terusan dari ayat-ayat ini menerangkan perbedaan sifatnya. Allahu samad, sifat-sifat Tuhan itu mesti jadi acuan.

Saya turunkan dalil-dalilnya. Misal, kul huwallahu ahad. Samad jadi acuan. Perhatikan, perhatikan. Samad jadi acuan.

Satu. Gak mungkin anda bisa mengacu pada yang lebih daripada satu. Pengumuman disampaikan oleh orang pertama. Insyaallah jam 7 ada pernikahan.

Orang kedua mengatakan, insyaallah jam 7 seperempat pernikahan dimulai. Orang ketiga ada toleransi, jam setengah delapan dimulai. Mana yang mau anda jadikan pegangan? Tuhan satu mengatakan, saya mau turunkan rahmat hari ini.

Tuhan dua mengatakan, jangan dulu, tahan dulu. Saya mau azab dulu. Tuhan tiga mengatakan, jangan diadab, jangan turunkan rahmat. Tengah-tengah aja, stand by.

Mustahil. Maka turun kemudian, kaida. Quran Surah K-21, ayat 22. Kullau kana fihima alihatun illallahu lafassadatan Muhammad umumkan pada mereka Kalau di langit dan bumi ada banyak Tuhan selain Allah Yang satu saja, mesti satu Maka kacau urusan bumi dan langit ini Satu pengen hujan, yang satu pengen berawan Satu pengen petir, yang satu jangan dulu Masuk mengatakan ini, ini mengatakan itu Kapan terjadinya suasana kondusif di muka langit dan bumi?

Besok kiamat, kata Tuhan satu lagi, jangan dulu Bagaimana nanti bisa terjadi kebaikan? Maka akal kita disentuh oleh Quran. Lihat konsepsi akal dalam Quran. Di Quran itu jelas sekali kalimatnya. Menyebut Tuhan namanya jelas.

Ibadah jelas. Tunjukkan pada saya, di kitab mana ada kejelasan. Saya Tuhan, sembah saya. Saya Tuhan, sembah saya. Kalau Anda temukan potong kambing besok di ladang.

Silahkan. Teman-teman sekalian, lihat jelas di Quran itu. Allah namanya, sifatnya jelas.

Sifatnya diterangkan dengan begitu detil. Kalau logikanya jelas dibangun. Kalau ada Tuhan lebih daripada satu, kacau kehidupan di muka langit dan bumi. Maka diturunkan Allahus Samad.

Yang akan jadi acuan cuma satu. Satu. Lam yalid wa lam yulad. Karena itu gak mungkin ada Tuhan bisa melahirkan, bisa dilahirkan.

Karena melahirkan, dilahirkan itu sifat manusia. Sifat manusia, nah sifat Tuhan beda dengan manusia. Jadi kalau sifat Tuhan sama dengan manusia, lantas apa kemudian derajatnya menjadi Tuhan?

Perbedaannya di mana? Baik, sifat Tuhan selanjutnya. Lihat, kalau ada Tuhan kemudian dilahirkan, berarti ada yang melahirkan.

Jelas ya? Baik, kalau ada yang melahirkan, berarti ada pasangan kan? Ada pasangan.

Baik, Quran surah 51 ayat ke 49. Saya turunkan dari lainnya. Dan semua makhluk selain Allah kami ciptakan berpasangan. Supaya mereka sadar bisa merenungkan beda antara makhluk dengan khalik.

Allah tidak berpasangan, makhluk berpasangan. Karena itu ketika Allah menciptakan manusia pertama, itu ada pasangannya. Adam, Allah menciptakan pasangannya siapa?

Hawa. Ingat ya, ingat, ingat, mohon maaf ya. Pasangan orang tua kita pertama kali, laki-laki perempuan, Adam dan Hawa.

Allah tidak menciptakan Adam dengan Adang, atau Siti dengan Hawa. Pasangan Adam dengan Hawa. Karena itu keturunannya pun ketika disebut Bani Adam, tujuh kali disebutkan di Quran, maka keturunan Adam pun mesti memilih pasangan yang benar.

Laki-laki ketemu perempuan. Quran Surah 49, Ayat 13. Jangan sampai laki-laki cari laki-laki lagi, perempuan cari perempuan. Hati-hati, itu keliru, konsep yang salah. Bahkan binatang, ada jantan, ada bebtina.

Bahkan tumbuhan ada putih, ada benang sari. Nanti sebentar lagi idul adha, insya Allah tanggal berapa? Bukan, 10 Dhul Hijjah. Belum pernah dengar saya ada idul adha tanggal 1 September. Bukan, 10 Dhul Hijjah bertempatan dengan 1 September.

Anda ikat nanti kambing di luar masjid rahmatan lillahi'l-abid. Kambing jantan dengan kambing betina. Sapi jantan, sapi betina. Karena kambing sapi tidak punya taqwa, punyanya nafsu saja, syahwatnya datang, dia akan peduli.

Samping masjid, adhan berkumandang, syahwat datang, jantan akan menjelat betina. Betina akan menunggu di lirik yang jantan. Maaf, yang tidak punya akal saja paham siapa pasangannya.

Maka silahkan cek bagi kita yang punya akal. Demi Allah sampai hari ini, saya tidak tahu Prof, kalau ada penelitian misalnya di Padang sampai hari ini, ada kambing homo atau sapi lesbi misalnya. Maka agak bingung dipahami, masa yang tidak punya akal saja mengerti pasangannya?

Kita yang punya akal lebih daripada itu. Tapi mohon maaf, kambing punya pasangan, ayam punya pasangan. Tumbuhan punya pasangan. Bahkan kurma, kurma itu setiap satu batangnya itu sendiri. Putih saja atau benang sari saja.

Jadi kalau Anda nanam kurma ingin berbuah, Anda mesti ambil benang sari di batang yang lainnya, tempelkan di situ. Bantu perkembang biakannya. Mesti nempel.

Mesti nempel. Tidak bisa berdiri tunggal. Siapa yang tunggal?

Cuma Allah. Lantas ada orang mengatakan, Ustaz, ini kan spesial. Lahirnya beda dengan manusia biasa.

Manusia biasa berpasangan dulu baru lahirkan. Ini tidak punya pasangan. Bisa melahirkan tanpa Bapak. Gak pernah disentuh laki-laki manapun. Lahir.

Yesus lahir, kan gak ada Bapaknya. Sampaikan, ada yang lebih hebat. Adam lahir, gak punya Bapak dan Ibu. Tapi sampai hari ini belum pernah yang menyebut Adam menjadi Tuhan.

Tunjukkan pada saya, siapa yang mengatakan Adam sebagai Tuhan? Di agama manapun tidak pernah ada yang menunjukkan Adam sebagai Tuhan. Lantas kenapa ketika ada seseorang, mudah bagi Allah menciptakan seseorang perempuan melahirkan tanpa suami melekat pada dirinya, dia tidak pernah disentuh siapapun lahir. Ada yang lebih hebat untuk menunjukkan bahwa. Diciptakan lebih daripada itu.

Maka penciptaan Isa itu seperti halnya Adam. Mudah bagi Allah. Baik, tapi kan yang ini beda Ustaz.

Ini bisa menghidupkan yang mati Adam tidak? Eh ingat, dengan izin Allah. Ada yang lebih hebat daripada itu. Namanya Nabi Ibrahim. Kalau Nabi Isa pegang.

Dengan izin Allah, bangun. Nabi Ibrahim lebih dasyat. Quran surah kedua ayat 260. Dicincang dulu.

Cincang dulu. Ketika Ibrahim bertanya kepada Rabbi, Ya Allah tunjukkan pada saya bagaimana menghidupkan yang mati. Kata Allah, kamu gak yakin?

Kata Ibrahim, saya yakin betul Ya Allah. Cuma untuk menenangkan hati saja. Masya Allah. Kata Allah, ambil empat burung, cincang dulu. Cincang.

Nabi Isa menghidupkan, tidak dicincang dulu. Nabi Ibrahim cincang dulu, sebarkan ke beberapa gunung, sebarkan. Nabi Isa tempatnya satu tempat, Nabi Ibrahim beda tempat.

ثُمَّدْ أُهُنَّ يَأْتِنَكَ سَعْيَةً Panggilan yang sama dengan Nabi Isa. Nabi Isa memanggil, Bismillah, dengan izin Allah, biiznillah datang. Biiznillah hadir, biiznillah bangun, dengan izin Allah.

Ibrahim kalimat yang sama, ثُمَّدْ أُهُنَّ بِإِذْنِ اللَّهِ datang. Tiba-tiba يَأْتِنَكَ سَعْيَةً Yang pecah itu nyambung lagi, terbang lagi. Mayat Nabi Isa tidak bisa terbang, mayat Nabi Ibrahim terbang. Kenapa tidak ada yang menyebut Nabi Ibrahim sebagai Tuhan sampai hari ini? Perhatikan, Quran menjawab dari segi nama, dengan dalil, dengan rasionalitas.

Jadi ketika Anda dipersoalkan kenapa ambil Allah sebagai Tuhan, Anda bisa jawab. Rasionalitas kita dibangun. Makanya orang-orang yang tidak bertuhan, sebetulnya dia setengah rasional. Coba, orang ateis itu kan setengah syahadat. Dia mengatakan, la ilaha, la ilaha, la ilaha.

Baru sampai la ilaha, tidak ada Tuhan. Dia cuma perlu lengkapi sekali lagi, illallah. Setengah muslim dia, setengah muslim. Dia tetap sampaikan saja. Jadi kalau kita ingin bangun dengan logika menghadapi orang ateis, kita punya jawaban.

Kita ingin bangun berhadapan dengan orang yang punya dalil, kita punya jawaban. Jadi jangan sampai anda ingin punya ikatan yang kuat dengan Allah, tapi anda tidak kenal siapa Allah. Anda mesti punya keyakinan, kenapa saya sembah Allah. Dari segi namanya, spesial.

Sifat ketuhanannya, spesial. Yang ketiga, sebagai penutup sementara waktu. Tuhan harus punya kemampuan hebat dibanding dengan makhluk. Jadi dasar ketuhanan itu begini, kalau sama dengan makhluk, bukan Tuhan. Apalagi kalau lebih lemah dibanding makhluk, pasti bukan Tuhan banget.

Pasti itu. wa lam yakullahu kufwan ahad selalu diartikan dan tidak ada serikat baginya kufu itu dalam bahasa arab kufu itu asalnya sebetulnya bukan serikat, tapi asalnya lihat kalimatnya, kebutuhan kepada sosok lain untuk bisa menguatkan saya jalan susah, saya butuh tongkat, maka tongkat ini disebut kufu namanya, yang menopang saya supaya saya bisa kuat lagi, anda bekerja gak mungkin sendiri Yang bangun masjid ini ada tukang cornya, ada macam-macam yang gak mungkin nak kerjakan sendiri. Ngecor sendiri, bikin bahan sendiri dan sebagainya. Mustahil.

Maka itu kufu bagiannya. Syarikat. Kufu.

Nah, sifat Tuhan mesti bebas dari itu. Manusia butuh sesamanya, Tuhan tidak. Jadi kalau ada sifat-sifat kemanusiaan melekat pada manusia, mustahil melekat kepada Tuhan.

Sekarang perhatikan. Misal, maaf ya. Maaf. Ada orang... Menjadikan misal hewan sebagai Tuhan, hewan saja lebih lemah daripada manusia.

Mengapa kemudian hewannya dipertuhankan? Lihat standarnya, sifat Tuhan itu standarnya standar tertinggi. Mesti melebihi standar manusia. Sekarang ada yang dibawah manusia dipertuhankan.

Menuhankan manusia, sudah salah. Karena itu ketika Fir'aun mengaku Tuhan, Anarabukumul a'la ditenggelamkan oleh Allah ke lautan. Nih coba buktikan kemu Tuhan. Baru dia berkata, Al-Anahashashalhaq.

Sekarang baru nampak kebenarannya, saya beriman pada Tuhan yang Musa dan Harun, terlambat ketauan, nyawas dari kerongkongan. Manusia mengaku Tuhan ditenggelamkan supaya bertunjukkan pada makhluk, eh coba tunjukkan kamu Tuhan, coba tunjukkan. Maka diabadikan oleh Allah, sampai dengan sekarang mayatnya abadi untuk menunjukkan tidak ada manusia yang bisa menjadi Tuhan. Manusia.

Sekarang level di bawah manusia ingin jadi Tuhan. Ini agak aneh. Ada binatang dipertuhankan misalnya, maaf, ya manusianya aja sembelih binatangnya.

Kenapa Tuhan tidak melakukan pembelaan? Karena itu setiap tahun dipertontonkan. Kalau Anda ingin menuhankan hewan, coba lihat. Anda saja menyembelinya.

Bagaimana Anda bisa menjadikannya sebagai Tuhan? Yang paling hebat, hewan, masih bergerak. Ada kemudian bernama mati jadi Tuhan. Lalat saja hingga tidak bisa menepuknya.

Maka ini cuma logika Al-Quran ingin menyampaikan kepada kita. Ini loh, konsepsi ketuhanan seperti ini, yang lain seperti ini. Apa faidahnya ketika Anda dipersoalkan oleh orang lain, Anda bisa menjawabnya?

Paham? Coba kalau ada yang mengatakan semua agama sama, Anda mau jawab apa? Semua agama sama menuju Tuhan yang sama, cuman caranya beda-beda. Apa jawaban kita?

MasyaAllah. Yang seperti ini bahkan, Nabi sudah antisipasi, dari dulu sudah ada hadisnya. Anda buka sahih muslim. Jilid yang pertama, halaman 111. Hadis 4 yang keempat, nomor yang keenam.

Riwayatnya Abu Hurairah RA. Posisi paling kiri sebelah atas. Kelimatnya.

Akan nampak di akhir-akhir umatku, para pendusta tapi pintar-pintar. Jadi ada Masih Ad-Dajjal, ada Dajjal itu beda. Kalau Masih Ad-Dajjal, itu makhluknya.

Tapi kalau Dajjal itu sifatnya. Di antaranya pintar. Jadi kalau ada orang-orang Arab menyebut orang pintar tapi kebelingar, maka dia menyebut dengan Dajjal.

Dajjal itu sifatnya. Nanti kata Nabi, di akhir umat itu, akan ada orang-orang yang mengaku pintar, pintar luar biasa, gelarnya tinggi. Tapi dia bisa berdusta.

Dan dustanya bukan urusan dunia. Jadi bukan dusta masalah bisnis, Pak. Kalau masalah bisnis, tidak harus nunggu akhir zaman.

Zaman Nabi saya sudah banyak yang menipu. Turun ayat, Celaka orang-orang curang, yang ketika berbisnis dia mengurangi timbangan. Jadi kalau ada pebisnis sekarang mau ikutan curang, dia terlambat. Katakan padanya, maaf, Anda telat.

Orang jahiliah sudah duluan daripada Anda. Jadi kalau Anda ingin ikutan curang, Anda korupsi, Anda kolusi, macam-macam, Anda kembali ke masa jahiliah, dan Anda terlambat bangun. Ini, yuhadithunakum bima lam tasma'uhu wa layasma'una wa aba'ukum. Dia akan bicara kepada anda tentang agama anda. Tapi banyak dusta aja disitu.

Kadang-kadang mengambil ayat-ayat, dia potong-potong kata Nabi. Ditegaskan di Quran. Surah kedua Al-Baqarah, ayat 204-207.

Paling kiri sebelah atas sampai ke tengah. Wa minal nasi mayu'ajibuka qawluhu fil hayati dunya. Wa yushidullaha alama fi qalbihi wa huwa aladdul khisam. Di antara manusia ada yang retorikanya begitu menarik.

Kalimat-kalimatnya cantik. Kadang-kadang memotong ayat-ayat. Allah, bersumpah karena Allah, tapi dia musuh yang paling nyata.

Ambil ayat Quran dipotong-potong, ambil hadis dipotong-potong. Dia katakan, Masya Allah, membuat kalimat, lihat kalimatnya. Dia akan membuat kalimat yang membuat Anda kaget.

Jangankan Anda, kata Nabi, orang dulu pun kalau dengar, ikutan kaget. Saya kasih contoh ya. Sejak zaman jahiliah, sebodoh-bodohnya orang jahiliah, itu tidak pernah mengatakan kalimat, semua agama sama.

Kalau semua agama sama di masa jahiliah, mereka tidak akan useng dan usil mengganggu Nabi. Datang mereka kepada Nabi malam-malam bawa proposal. Muhammad, kita memang beda. Tuh, kita memang beda. Tapi jangan sampai perbedaan ini menjadikan kita menjadi berselisih.

Gini saja, kita gantian saja. Malam ini kami sembah Tuhan kamu. Besok-besok kamu sembah Tuhan kita.

Tapi kalimat yang diucapkan ini tidak pernah keluar dari mereka. Konsep yang mengatakan kepercayaan kita sama. Mereka hanya ingin mengambil konsepsi, biar gak apa-apa, saya ikut nyembah Tuhan kamu, kamu nyembah Tuhan kita. Tapi mereka katakan, kita memang beda. Maka turunlah kemudian satu surah itu.

Katakan, hei orang-orang yang belum mau menerima risalah dakwah. Kafir itu dari kata kafir. Diserap dalam bahasa Inggris jadi kafir.

Kafir itu yang terhalang, bahasanya sopan pak. Sopan, kafir, yang terhalang. Ini ada kertas, ini ada jam. Jam ini tercover oleh kertas ini Sehingga tidak bisa nampak Orang yang sengaja cover dirinya menutup Supaya tidak hadir hidayah pada dirinya Belum mau dia menerima Maka orang yang disebut kafir Orang yang masih menutup diri Makanya ketika dipanggil kafir mereka tidak marah Orang-orang kafir yang masih menutup diri Kenapa?

Dia tidak marah Orang-orang kafir Anda bayangkan orang jahiliah Orang Arab paling fasi bahasa Arab disebut kafir, gak marah orang sekarang, bukan orang Arab, gak bisa bahasa Arab fasi juga gak, disebut kafir, marah apa? anda belajar dulu apa itu kafir itu sopan banget, sopan coba, anda pilih mana, disebut hei orang-orang yang menutup diri atau kalimat kedua, hei domba-domba yang tersesat disebut domba, tersesat lagi sudah disebut domba, tersesat pilih mana, hei orang-orang yang menutup diri atau hei domba-domba yang tersesat, pilih mana, satu atau dua jangan pilih dua-duanya Tidak dua-duanya yang satu salah, yang kedua fatal. Tapi saya mau tunjukkan dalam Islam itu kalimatnya, sekalipun beda keyakinan, tidak harus melukai yang lainnya. Sopan.

Jadi pada non-Muslim saja baik, apalagi pada orang Islam. Quran Surah ke-48. Lihat, teman-teman. Ayat yang ke-29.

Muhammadun Rasulullah wal-ladhina ma'ahu ashidda'u alal kufarru hamau bayinahum. Indah. Tapi apa yang terjadi?

Lakum dinukum waliyadin. Lihat. Orang jahiliah saja mengatakan kita memang beda.

Kata Nabi, Kalau begitu kamu ikuti saja kepercayaan kamu, kami tidak akan berpaksa. Kami tolong kita saling toleransi dengan zero tolerance. Toleransi tertinggi, zero tolerance. Tidak harus saling mengganggu.

Kami sembah Tuhan kami, kalian sembah apa yang kalian anggap Tuhan. Selesai. Dan jangan saling ganggu, selesai.

Kalau mau saling dakwah, boleh. Ayo kita berdakwah, kita diskusi. Tapi jangan saling ganggu.

Sebodo-bodonya orang jahiliah mengatakan kita beda. Sepintar-pintar orang sekarang masih mengatakan semua agama sama. Kata Nabi, kalau kedengaran orang jahiliah ikutan kaget mereka. Cek.

Paham ya? Ini baru contoh saja dari pembahasan tentang uluhiyah. Belum yang lain.

Ada rububiyah. Rububiyah itu tentang perawatan. Allah yang menyembuhkan kita saat sakit. Allah yang memaafkan kita, mengampuni dosa kita.

Mempermudah rizki kita. Maaf ya, yang punya rizki siapa? Allah.

Yang punya kesembuhan siapa? Allah yang punya kemudahan siapa? Kalau anda yakin Allah, kenapa anda saat surat rizki tidak minta sama Allah? Kenapa saat sakit tidak minta sama Allah?

Kenapa saat punya salah tidak mendekat kepada Allah? Yang paling aneh, ada orang menyembah Allah, sholat kepada Allah, minta rizki. Tapi ketika minta sama Allah, gak datang-datang rizkinya.

Apa yang salah? Karena mungkin dia belum tahu cara meminta rizki yang benar. Maka cara mengajarkan anda bagaimana melihat Allah dalam konteks melihat keagungannya. Dalam konteks melihat pemberiannya. Dalam konteks mempercepat kemudahan mendapatkan rizkinya.

Maka itu yang disebut dengan robobia. Bagaimana cara memohon rizki supaya dipercepat rizkinya. Cara meminta kesembuhan supaya cepat, orang dulu, silahkan buka di setiap kitab tafsir, yang paling standar Ibn Kathir aja, menafsirkan surah Al-Fatihah, selalu disebutkan kisah ada kepala suku di Arab, kepala suku Arab dulu, tersengat kalajengking, kalajengkingnya kalajengking Arab lagi, anda bisa bayangkan, besar, begitu disengat, sekarat, cari obat sana sini gak semua, apa yang terjadi? Tiba-tiba ditemukan sekelompok sahabat yang sebelumnya bertamu ke situ tapi diacuhkan, ditanya siapa yang bisa menyembuhkan. Satu orang mengangkat biiznillah dengan izin Allah.

Biiznillah. Datang dia dibacakan al-fatihah sekali, gak pake apa-apa. Cuman sekali, al-fatihah cuman sekali.

Sembuh. Ada orang sakit sekarang, baca al-fatihah seratus kali, seribu kali gak sembuh-sembuh. Apa perbedaannya? Karena yang satu mengenal membacakan dengan rububiah, yang ini berbeda.

Coba cek. Sakit sedahsyat apapun. Bahkan sakitnya sesakit Nabi Ayub.

Sakitnya bukan disini, disini, disini, hampir seluruhnya. Yang paling menarik, penyakit ini tidak akan pernah dialami orang setelahnya, dan belum pernah dialami orang sebelumnya. Cuman Ayub yang merasakan itu.

Tapi Ayub mengamalkan amalan dengan kaidah rububiyah. Dan Allah berjanji di ujung ayatnya, akan menyembuhkan siapapun yang punya penyakit, bahkan seperti Ayub. Rububiyah.

Quran Surah 21, ayat 83-84. Paling kiri sebelah atas. Ada. Ujung ayatnya ditutup dengan, Zikra lila abidin.

Wa ayyubah. Iznada rabbahu. Dan saya buka kata Allah kisah Ayub ini. Supaya dipelajari oleh Anda. Ketika beliau menyeru kepada Allah.

Ya Allah penyakit ini sudah mengganggu saya untuk ibadah kepada engkau. Sedangkan engkau yang paling sayang kepada saya. Kalau yang paling sayang saya tidak menyembuhkan saya kepada siapa lagi?

Saya mesti memohon. Kami kabulkan. Ujung ayat ini ditutup dengan.

Kami jadikan ini sebagai pengingat bagi hamba-hamba Allah yang soleh. Yang punya penyakit yang sama dengan Ayub. Amalkan seperti Ayub mengamalkan. Saya sembuhkan kalian.

Cek. Selama ini kalau penyakit belum sembuh, bukan karena Anda kurang berobat, mungkin karena Anda kurang dekat dengan Allah SWT. Ke tanah suci belum sembuh, pulang ke tanah kusir belum sembuh juga, ke Singapura belum sembuh, ke Singapurna belum sembuh juga, ke Chicago belum sembuh, ke Chicago balik belum sembuh juga. Kenapa? Apa yang salah?

Mungkin bukan karena rumah sakitnya kurang bagus, bukan karena dokternya kurang hebat, Anda kurang dekat dengan Allah. Kalau sampai Anda dibuat sakit-sakit sana-sini gak sembuh-sembuh, itu tandanya Anda harus menlekat kepada yang maha menyembuhkan. Kalau sudah dibuat susah-susah belum dekat juga dengan Allah, Anda perlu dibuat apa lagi selain menekat?

Yang terakhir Ustaz, bagaimana cara mintanya? Kan harus ada panggilannya. Maka turunlah kaedah yang terakhir disebut dengan Asma wa Sifat. Allah menurunkan berbagai sifat-sifat dan nama-nama terbaik sesuai kebutuhan kita. Dikenal dengan Al-Asma wa Al-Husna.

Disebutkan di Quran 117 ayat 110. Qulid Allah. Kalau sedang punya masalah, sebut Allah. Jangan mengeluh. Ingat, jangan mengeluh. Demi Allah, ini kaedah Quran ya.

Kalau saya yang sampaikan, tinggalkan saya. Tapi kalau Allah yang sampaikan, Anda jangan ragu. Jangan ragu.

Kulidullah. Kalau Anda sedang punya masalah, sebut nama Allah. Jangan mengeluh.

Baru sedikit macet. Sudah bikin status. Macet ya. Ada kerjaan. Ayo sebut nama Allah.

Allahumma yallah yasir. Ya Allah mudahkan. Karena, ingat ini ya.

Ingat ini. Ingat baik-baik. Allah tidak mungkin menitipkan ujian pada Anda.

Kecuali Anda mampu mengatasinya. La yukallifullahu nafsan illa... Allah tidak akan titipkan ujian kecuali Anda mampu mengatasinya. Jadi kalau sekarang ini, Anda sedang punya masalah seberat apapun, itu tandanya cuma Anda yang mampu mengatasinya, yang lain tidak.

Makanya dititipkan pada Anda, bukan pada orang lain. Karena hanya Anda yang mampu. Jangan Anda mengeluh mengatakan, Ya Allah, why me? Ya Allah, why me? Kata Allah, why not?

Kenapa tidak? Ya, kamu yang bisa. Maka sebut nama Allah. Bagaimana menyebutnya? Qulidur Rahman.

Tersebut namanya Rahman. Yang indah. Ayyamma tada'u falahul asma'ul husna. Setiap kamu punya masalah, saya sudah berikan nama terbaik dari nama saya untuk kamu panggil sesuai dengan kebutuhan kamu.

Jadi Asma'ul-Khustai itu bukan nama hafalan. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Malik, Ya Kudus, Ya Salam, dan seterusnya. Tidak dilarang Anda menghafalkannya bagus.

Tapi yang lebih baik adalah memahami esensinya. Karena semua nama itu terkait dengan kebutuhan Anda. Anda punya kesulitan sebut namanya Ya Al-Fattah. Anda punya yang mengganggu misalnya sebut namanya Ya Al-Balik, Ya Al-Jabbar. Anda butuh rizki sebut namanya Ya Allah, Ya Razak.

Sebut, sebut, sebut, panggil namanya. Seketika diberikan karunia terbaik bagi Anda. Jadi Bapak Ibu sekalian.

Bagaimana kita memahami semua itu. Rububia, uluhia, asmawasifat. Sesuai konsepsi penjelasan perang ulama.

Kita harus butuh materi yang baru. Waktu yang baru untuk mendalami semua itu. Tapi hari ini, hanya sebagai trigger saja pengingat untuk kita semua, bahwa ada kedekatan yang harus dibangun bagi kita dengan Allah SWT.

Jika Anda bisa dapat ini semua, Anda mendapatkan lima keistimewaan dalam hidup yang tidak akan pernah ditemukan di hal-hal lainnya. Anda akan terbebas dari keburukan, Quran Surah 29 ayat ke-45. Kemudian yang kedua, Anda akan hidupnya tenang, Quran Surah ke-13 ayat ke-28. Rizki Anda dimudahkan, hidup Anda akan mudah, Quran Surah 65 ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-3.

Ditafsiri Quran Surah ke-2 ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-3. Dan yang paling indah... Anda cepat dikabulkan doanya, Quran surah ke 3 ayat 38-39 dan yang paling hebat lagi di akhirat pun ditempatkan di surga terbaiknya.

Quran surah ke 23 ayat 1 sampai dengan ayat keduanya. Jika Anda bisa bangun itu dalam latihan sholat-sholat kita dalam keseharian. Jam 7 pas ya? Baik. Jelas?

Paham? Baik, saya mau tanya sebentar untuk memuatkan keyakinan kita. Yakin dengan Allah? Yakin dengan Al-Quran?

Mau mengamalkan isi Quran? Saya cek ya, Al-Ma'idah ayat 100-101. Saya tegaskan dulu, yakin dengan Quran? Mau mengamalkan?

Ya ayyuhalladhina amanu. Hei orang-orang yang telah merasa, menyatakan dirinya beriman kepada Allah. Ayat ini hanya untuk yang beriman saja. Yang tidak beriman, tidak berlaku ayat ini. Hei orang-orang yang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah.

La tas'alu an asya'a intub dalakum tasukkum. Kalau urayan sudah jelas disampaikan, maka jangan banyak dipertanyakan. Banyaknya pertanyaan itu akan menjadikan yang jelas semakin tidak jelas nantinya.

Baik, yakin dengan ayat ini? Jelas surayannya? Ada pertanyaan?

Ayo, mana pertanyaan? Sudah, cukup ya. Cukup dulu ya. Saya dengar ada yang akan nikah hari ini, jam 7. Kita tidak ingin menunda momentum terbesar bagi kehidupan saudara kita yang akan menikah. Ya, telat satu menit, kiamat terjadi karena repot ya, doyan.

Allahuakbar. Tapi, kami ingin menyampaikan satu kenangan-kenangan. Barangkali pada Dewan Pendiri atau... yang mewakili dari UPI ini, ada buku yang sempat kami tuliskan, salah satunya terkait Idul Adha yang mungkin nanti menjadi bacaan yang insyaallah bisa diamalkan untuk persiapan Idul Adhanya.

Baik, bismillah teman-teman akhir, barangkali bisa dibawakan. Silahkan, siapa yang bisa mewakili atau Pak Rektor atau siapa? Teman-teman sekalian, kami harus bergerak juga ke Semen Padang, ke Jabar Rahma. Karena itu kami hanya punya waktu sampai jam 7. Nanti pertanyaan-pertanyaan yang sudah dikumpulkan kami akan bawa.

Kemudian kami jawab insyaallah dalam sesi khusus di Quran Sunnah Solution. Nanti tersambung insyaallah lewat Akhir TV. Yang bisa dijawab dalam sesi di jam 9 nanti.

Atau nanti kita akan jawab dalam sesi khusus Quran Sunnah Solution. Ya, saya pegang dulu mas. Ini nanti pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul kami akan simpan.

Kemudian nanti kami jawab di sesi jam 9 tersambung ke Akhir TV. Insyaallah ini pertama kali nanti kami jawab. Dan dalam sesi lain dibahasan Akhir TV setiap Kamis malam Jumat insyaallah. Demikian, Alhamdulillah,