Transcript for:
Mengenal Kesalahan Lompatan Logika

Selamat datang di video kesepuluh Latih Logika! Seri kursus online gratis tentang berpikir kritis. Nama saya Andhyta yang akan menjadi pemandu kali ini. Di video sebelumnya, kita membahas kesalahan logika yang masuk dalam kategori salah fokus. Sekarang, kita akan mengulas kesalahan dalam kategori “lompatan logika”. Ini terjadi saat seseorang terburu-buru mengambil kesimpulan tanpa premis yang cukup. Ada empat jenis kesalahan “lompatan logika” yang akan kita pelajari dalam video ini. Yang pertama, menganggap karena A terjadi sebelum B, maka A pasti menyebabkan B. Di video 7, kita belajar kita tidak bisa sembarangan menyatakan hubungan sebab-akibat. Sebelum menyimpulkan A menyebabkan B, kita harus menjelaskan bagaimana hubungan sebab-akibat itu terjadi. Artinya, fakta bahwa A terjadi sebelum B belum menjelaskan bagaimana A menyebabkan B. Contohnya, sebelum penyebab penyakit malaria ditemukan, orang menganggap malaria disebabkan oleh udara malam. Sebab, banyak orang yang beraktivitas di luar ruangan saat malam hari — terkena malaria. Dengan kata lain, argumennya adalah, “Serangan penyakit malaria terjadi setelah seseorang keluar rumah di malam hari. Maka penyakit malaria disebabkan oleh udara malam.” Namun, setelah penelitian, para ilmuwan membuktikan bahwa malaria disebabkan oleh parasit yang ada dalam gigitan nyamuk anopheles. Nyamuk ini memang lebih suka mencari mangsa dalam gelap. Karena itulah banyak orang yang keluar rumah malam-malam terkena malaria. Tapi, bukan berarti udara malam menyebabkan malaria. Yang kedua, membesar-besarkan dampak. Ini terjadi kalau kita berusaha menyanggah argumen seseorang dengan membesar-besarkan konsekuensi negatif dari argumennya. Kesalahan ini bisa terjadi secara tak disengaja, tapi bisa juga orang melakukannya dengan sengaja untuk menakut-nakuti lawan bicaranya. Misalnya, guru Vira menolak permintaan Vira untuk membentuk ekstrakurikuler debat di sekolahnya, dengan alasan, “Kalau kamu pintar berdebat, nanti kamu jadi suka membantah kepada guru dan orang tua." Akhirnya kamu jadi anak yang egois dan durhaka.” Seperti jenis kesalahan sebelumnya, guru Vira tidak menjelaskan bagaimana kepandaian berdebat bisa membuat anak jadi suka membantah. Karena itu, kesimpulan bahwa berdebat membuat anak jadi egois dan durhaka, juga tidak dapat diterima. Yang ketiga, menyodorkan dilema palsu. Apa itu dilema? Dilema adalah situasi ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan yang setara, sama bagusnya atau sama buruknya, sehingga kita sulit untuk memilih. Contoh dilema adalah sebagai berikut: Sasa sangat lapar, tapi ia tidak membawa banyak uang hari ini. Jika Sasa makan dengan porsi normal, ia tidak bisa beli minum. Jika Sasa ingin beli minuman, ia harus makan dengan porsi kecil sehingga masih lapar. Jadi, Sasa harus memilih antara kenyang tapi sedikit haus, atau sedikit lapar tapi tidak haus. Sedangkan, kesalahan dilema palsu terjadi ketika seseorang menyodorkan dua pilihan saja, padahal masih ada kemungkinan lain. Contohnya begini: Gerry sering mendengar suara orang mengobrol dari rumah di ujung jalan. Padahal, rumah tersebut sudah lama tidak berpenghuni. Jadi, Gerry percaya rumah tersebut berhantu. Menurut Gerry, hanya ada dua penjelasan. Pertama, yang mengobrol adalah penghuninya. Kedua, jika rumah itu kosong maka yang mengobrol pastilah makhluk halus. Padahal, ada kemungkinan lain. Misalnya, karena kosong, rumah tersebut sering digunakan anak-anak untuk bermain dan suara merekalah yang didengar oleh Gerry. Kesalahan yang terakhir adalah menggunakan ketidaktahuan sebagai penjelasan. Ada dua situasi dimana kita melakukan kesalahan ini: Pertama, kita menyatakan sesuatu salah karena belum bisa membuktikan kebenarannya. Kedua, sebaliknya, kita menyatakan sesuatu benar karena belum bisa membuktikan kesalahannya. Contohnya begini, “Hingga kini, tidak ada orang yang dapat membuktikan keberadaan alien di luar angkasa. Karena itu, saya tidak percaya alien itu ada.” Atau, sebaliknya, “Hingga kini, tidak ada orang yang dapat membuktikan bahwa tidak ada alien di luar angkasa. Karena itu, saya percaya alien pasti ada.” Jadi, tahu tidaknya kita tentang suatu hal tidak menentukan salah atau benarnya hal itu. Itulah empat jenis kesalahan “lompatan logika”. Agar tidak terjebak melakukan kesalahan tersebut, kita harus memeriksa argumen kita sendiri. Apakah premis-premisnya sudah lengkap sehingga kesimpulannya kuat? Jika belum, mungkin kita harus menambah premis pendukung. Atau kita harus mengganti kesimpulannya sehingga lebih sesuai dengan premis yang ada. Terima kasih telah menyimak video Latih Logika kesepuluh. Setelah ini, kita akan melihat bagaimana caranya menerapkan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari. Klik tombol di bawah ini untuk terus belajar.