Pengelolaan sampah di Kampung Jati Baru, Kabupaten Bandung, bisa menjadi inspirasi pengelolaan sampah oleh warga. Berkat inisiatif warga dan keaktifan unit pengelola kebersihannya, kampung ini mendapatkan penghargaan lingkungan hidup tahun 2017. Sampah yang merupakan sebuah permasalahan berbeda ceritanya di Kampung Jati Baru ini. Di kampung ini, warganya tidak pernah menyumbangkan sampah ke tempat pembuangan akhir.
Tidak hanya itu, sampah juga bisa menjadi... 2014 ini setiap kakak dikenai iuran sebesar Rp10.000 perbulan untuk sampah yang sudah dipilah dan Rp20.000 untuk sampah yang belum dipilah sampai yang ada di upk ini seluruhnya diantarkan langsung oleh warga agar tidak menumpuk di rumah sehingga menciptakan lingkungan yang bersih ya daripada di rumah Nah itu banyak jadi penyakit harus ke sini aja dibawa itu hai hai Yang ibu rasakan kan disini ada pengolahan sampah ya? Iya Buat ibu dampaknya gimana?
Ya bagus aja gitu, jadi lingkungan bersih gitu Besok satu kali sore, ya satu kali gitu Setiap sore ya? Iya setiap sore ya Berapa banyak sampah sih Pak BSA yang Bapak bawa? Ya dua kres, dua kantong, satu kantong atau dua-dua gitu Manfaatnya dengan sampahnya diolah di sini buat Bapak gimana sih Pak?
Ya di lingkungan Abdi bersih, enak. Kesadaran warga RW17 disebabkan kehadiran UPK yang tidak hanya menjadi tempat pembuangan sampah, tapi juga tempat pemilahan dan pengolahan sampah. Sejak 2015, Asef Sopian merupakan satu-satunya petugas di UPK ini. Setiap pagi mulai jam 7 dia mulai bekerja memilah sampah. Sampah organik seperti sisa makanan ataupun dedaunan, didiamkan dulu selama sebulan sambil diberi cairan mikroba agar tidak bau dan cepat busuk, sehingga nanti...
nantinya menjadi pupuk. Pupuk ini ada yang digunakan sendiri dan ada juga yang dijual. Sementara sampah anorganik seperti sampah bungkus rokok dan penyedap masakan, dibakar di tungku dan menghasilkan gas helium dan juga gas metan. Berbagai sampah lainnya seperti rongsokan, botol plastik, karung, dan lainnya dikumpulkan untuk kemudian dibeli oleh pengrajin atau industri pengolahan lainnya.
Asep mempelajari pengolahan sampah ini secara otodidak. Bapak berusia 40 tahun ini kini bisa memilah 80. jenis sampah. 52 jenisnya memiliki nilai ekonomis, sedangkan 28 jenis sampah sisanya bisa habis dibakar di tungku api.
Abunya bisa dijual untuk industri batako dan sisa asap pembakarannya disuling ke dalam air yang digunakan untuk industri semen. Alhasil, seluruh sampah dari kampung ini benar-benar tidak tersisa. Dari yang awalnya hanya mendapatkan penghasilan bulanan sebesar Rp50.000, kini penghasilan aset bisa mencapai Rp3,5 juta per bulan dari hasil pemilahan dan pengolahan Saya seperti ini, biarkan Pak Bapak menjadi pengolah sampah di masyarakat asal Bapak tidak jadi sampah masyarakat itu. Berkat keberhasilannya mengurus UPK RW17, kini ASEP sering memberikan penyuluhan mengenai sampah ke daerah-daerah lain.
ASEP berharap semakin banyak orang mau terjun langsung mengurus sampah, sehingga persoalan sampah bisa selesai di daerahnya masing-masing dan tidak perlu dibawa ke tempat pembuangan akhir. Wilam Nasution, Kabupaten Bandung.