Jadi sebenarnya kita daripada stunting dikasih bantuan protein berapa bulan sekali. Itu kan padahal dimakan seminggu aja udah habis. Kami ini dikasih edukasi supaya masyarakat bisa mandiri. Itu solusinya akan lebih berkelanjutan. Dan pemerintah nggak harus mengeluarkan dan sosnya banyak sekali.
Jadi masyarakat itu dimodali kayak pancing lah, jangan dikasih ikan terus. Sebenarnya saya masih punya idealisme yang belum terwujud. Bagaimana membuat dunia itu seminimal mungkin dan sesedikit mungkin efeknya untuk lingkungan. Kalau sekarang kan katanya gen Z akan kesulitan mendapatkan perumahan.
Itu ada ilmunya tapi belum saya jalani. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Perkenalkan kami dari Yosof Farm Saya Sri Widodo dan istri saya Nurul Fitri Dayati Kenapa Yosof Farm? Yosof itu ayah saya Kebetulan Yosof itu punya arti membangun Jadi kita berusaha membangun sistem homestead kembali ke rumah Yosof juga berarti orang Jepang mengatakan Yosof itu bahan baku, jadi kita memanfaatkan sumber daya yang ada di rumah di Pekarangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Kami di Dukuh Karangkulon, Desa Mbiro, Kecamatan Terucuk, Kabupaten Kalten Jadi sebenarnya saya punya ide, tapi untuk implementasi itu saya masih bincang Jadi Alhamdulillah ketemu partner yang sejalan, kita passionnya sama-sama pengen berbisnis tapi juga tetap menjaga lingkungan Jadi kita tidak ingin Dapat duit tapi lingkungannya rusak. Kita tetap pengen menjaga sumber daya. Karena banyak orang yang berbisnis sekarang, mereka jadi kaya karena jual sumber daya.
Kalau seperti itu, yang akan menjaga sumber daya siapa? Kita berpikirnya seperti itu. Latar belakangnya Mbak Nurul sama Mas Widwi?
Kalau saya, background-nya pendidikan di pertanian. Terus kerja ikut orang di industri landscape. Dan memang pure industri, jadi kita ngejarnya profit, profit, profit. Dan...
Dari situ sebenarnya, saya masih dapat uang, tapi ada sesuatu yang kurang. Saya malah merusak lingkungan. Industri landscape itu kita membangun taman. Cara mudahnya, bayangannya kita bikin taman. Dan karena di public space, jadi tuntutannya harus full performance.
Selalu bagus. Apalagi saya kerjanya di negara yang kerajaan, jadi sering ada event dan selalu harus terlihat bagus. Jadi otomatis di sana pesticida banyak masuk, semua bahan kimia masuk.
Tanamannya bagus sih, saya di Brunei. Jadi kayak jadi tukang kebunnya laja gitu lah, semua harus tampak bagus. Dan memang tuntutannya untuk mengejar bagus itu ya pakai banyak kimia.
Dan di situ pernah saya treatment seperti alun-alun gitu, banyak pohon kurmanya, kena hama, daunnya kan jadi semua kecoklatan gitu. Treatmentnya itu dalam satu bulan, saya mungkin berkilo-kilo pesticida di situ, dalam satu kali aplikasi 200 liter, di alun-alun sekelilingnya banyak mobil. Itu saya sebenarnya kerjaan yang ngesek di hati itu.
Harus dilakukan mau tidak mau, reputasi perusahaan dipertaruhkan. Kalau tidak, tidak dapat profit dari situ. Saya dapat gaji dolar, tapi di hati tersayat-sayat. Karena tidak sesuai dengan nilai saya. Saya menawarkan yang organik, itu dipakai kalau di perusahaan saja.
Ini kan kamu ikut kita, kamu tidak bayar. Sampai berapa dolar? Saya masuk pertama masih 600 dolar.
Terus resign sebenarnya, tapi terus ada manajer yang datang dirayu lagi. Masih nego duit, waktu itu ya dapat seribu lebih. Ketemunya di mana? Ketemunya di sini, Mas. Saya pulang dari Brunei takut, akhirnya ngopi kebunnya Bapak, nanam seledri, saya nggak jadi-jadi.
Terus ada bule temennya, kakak Ifar, ya terus dikenalin. Pertama saya... tertariknya dikasih satu tanaman seledri, biar nanti seledri elik, nanti api, yaudah aku main ke rumahnya.
Saya ingat pertama kali datang ke rumah ini tanggal 7 Mei 2017. Kalau ini aku petah nih gini, dan sampai sekarang masa. Saya tuh dengar cerita orang dari masa ya, ada seorang cewek yang mau mengolah kebunya, jadi tidak malu-malu atau... Biasanya kan cewek suka identik, tidak kotor-kotor.
Ini nggak mau kotor-kotor, saya di situ. Makanya tagline kami, Lestari nganggu ati. Jadi kita kebayang kalau kita sering penghijauan, hanya asal menanam, tidak merawat, itu tidak pakai hati. Nihil gitu.
Jadi musim kemarau penghijauan kan nggak masuk juga? Kalau bapaknya banyak menggunakan hati, saya meskipun cewek banyak pakai logika pak. Jadi bapak pun dulu saya menikah kan umur 29 tahun. Bapak saya pun mungkin sudah cemas gitu bagaimana kan. Biasanya dikenalin sama yang karena background keluarga saya PNS, jadi menganggap hidup yang aman itu ya di dunia PNS terjamin.
Ya terus saya syaratnya satu pak, yang penting. Entah PNS atau tidak, yang penting peduli lingkungan. Gilem tidak ajak peduli lingkungan. Teman saya di BUMN pun juga tidak kenal dengan kawan saya, Yerul. Pokoknya tidak ajaknya mengurusi sampah, Gilem tidak.
Alhamdulillah ketemu yang dekat dan suficien. Jadi saat tahu pasien kita sama-sama peduli lingkungan, aku langsung menawarkan. Aku sehingga proposal malam. Pak, besok kita jadi nikah, ingin lagi Gilem tidak. Yang takut ya oleh siapa ya?
Saya dulu belum pulang dari Brunei sebenarnya takut. Di desa mau ngapain? Saya terinspirasi dari Youtube juga mas. Beliau bisa hidup tanpa uang.
Jadi hidupnya itu bukan mengejar uang, tapi memang beliau lebih aman bukan saat bersama uang, tapi saat sumber daya terjaga. Jadi kemakmuran itu bukan kamu bisa beli apa-apa, tapi semua tersedia kamu nggak usah beli. Air ada, tanaman, makanan yang sehat, obat-obatan, sebenarnya bisa kita dapatkan di lingkungan. Kalau kamu membuat ekosistemnya, tapi ekosistem dirusak, terus siapa?
Misi kita kan apa yang kita jalani, jadi apa yang kita makan, apa yang kita bunyi ini sumbernya kebermanfaatannya. Jadi kayak makanan, kalau bisa kita tidak hanya halal, tapi kalau bisa toyibnya. Jadi cara mengolahnya benar, makanannya benar, juntrung bahannya itu juga kita tahu.
Kita olah, kita menanam apa yang kita makan. Yang kita makan, kita tanam. Kita berusaha produktif di rumah, tidak konsumtif apa-apa beli.
Jadi kita itu bedanya orang dapat gaji buat beli apa-apa. Kalau kita bikin apa-apanya itu tidak melewati uang. Kalau homestead sendiri bisa dijelaskan?
Kalau homestead itu sebenarnya referensinya dari internet juga. Jadi lihat orang di luar negeri gitu, mereka punya range. Kayak petanakan besar gitu, mereka punya kebun pangan sendiri, sapi sendiri, kuda sendiri gitu.
Hidupnya mandiri, nah kita di lahan yang ada kita berusaha seperti itu minimal untuk kebutuhan keluarga sendiri. Jadi sayur ya utamanya cukup lah untuk kita makan dan alhamdulillah ternyata saat kita merasa cukup itu melimpah mas. Jadi misalnya satu keluarga nanam satu pohon cabai aja cukup, tapi kalau pengen dijual ya harus berkilo-kilo. Jadi kebanyakan orang berpikir bertani untuk berbisnis dan bisnis kan nanti ujung-ujungnya duit dan petani malah sekarang banyak ketergantungan.
Kita pengen... basicnya pertama yang penting untuk keluarga cukup baru sisanya kita jual jadi banyak yang bakwaiwes ngopeni pite ngopong sidik orang kecisan itu memang orientasi yang penting cukup untuk kami sisanya baru kita jual kalau orientasinya kita pure bisnis nanti lama-lama tidak pakai hati kayak yang saya lakukan di Brunei jadi dapat duit artinya tersayat-sayat itu jadi kita nentron ke hati dulu Insyaallah rezeki ada cukupnya dari jenengan berdua itu apa Kalau saya pribadi, untuk besok saya tahu apa yang dimakan, itu sudah lebih dari cukup. Jadi tidak berpikirnya, aku meninggalkan anakku warisannya bermilyar-milyar, tidak. Saya meninggalkan anak-anak itu value.
Saya menjaga lingkungan, itu warisan yang berharga. Jika saya tidak bisa menemukan bumi lain, ya kita menjaga. Kita memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kebutuhan sekarang dan besok dan besok itu sudah ada.
Kayak kita menanam labu madu, kita satu pohon bisa berbuah 30 misalnya. 30 itu kalau kita nanam mungkin ratusan ya, itu kita petik sekarang bisa. dimasak setahun yang akan datang. Sudah melimpah untuk segi karbohidrat.
Kita melihara ternak. Kita nggak usah beli pakan. Kita memanfaatkan sampah yang ada. Menyelesaikan sampah untuk menjadi pakan, dijadikan magot, itu sudah sudah cukup protein tinggi untuk si ternak kita. Jadi kita nggak pernah beli konsentrat, nggak pernah beli pekatul.
Itu sudah cukup. Tiap hari kita dapat suasan badan telur. Lele itu sebelum 2 bulan sudah over. Sudah besar-besar dan sehat. Jadi kita bisa mencukupi...
Tuhan sehari-hari kita tiap hari bisa ambil telur, tiap hari bisa ambil ikan, tiap hari bisa ambil sayur, tiap hari bisa ngolah labu madu, sebagainya. Jadi yang pertama itu kita ngolah tanah, supaya dapat panenan yang bagus. Kita nggak cuma melulu-muri-muri tanemannya, kembali ke akar tanah. Itu yang makan dari akar, berarti tanahnya kita jaga.
Kita jaganya, kita kasih pupuk. Setelah dapat pupuk, airnya tercukupi, insya Allah tanaman akan sehat juga. dan bisa berbuah.
Misalnya, dari satu pohon tomat itu melimpah, kita bisa bagi ke tetangga. Dan pupuk dari akar ke tanah, tanah butuh makanan juga, jadi yang kita kasih makan tanahnya. Tanahnya kita uri-uri, dapat pupuknya dari mana?
Oh, pupuk itu bisa dari kotoran binatang. Alhamdulillah, tetangga sekitar mereka banyak yang memelihara kambing. Jadi kayak kita banyak hijauan, mereka butuh hijauan. Gak mau aku melimpah mas. Kayaknya yang butuh kambing, mau pecahkan.
Oh, saya mau kandang, aku harus isi. Kita panen pupuk. Jadi sistem kita itu integrated farming. Kita tidak bergantung kepada perusahaan besar. Kita saling ketergantungan dengan sekitar.
Oh, Mbah Rati butuh hijauan. Menggunakan Mbah. Saya butuh pupuk Mbah, isi kandangnya dengan angsal. Bisa.
Kemudian dari tanah. Manusia juga butuh protein. Karena saya lahannya tidak begitu luas dan sudah ada tetangga yang memelihara kambing, kita tidak perlu repot-repot memelihara kambing. Aku butuhin dok, jadi kita memelihara ayam. Dan dari ayam itu kita dapat telur.
Kalau ayamnya sudah tidak produktif, kita dapat dagingnya, kita dapat pupuk juga. Jadi kandang ayam yang di Yoso Farm ini kita desain kandang ayam lestari. Kita namanya kastari, kandang ayam lestari. Karena kita ingin lestari di alam. Dan Lestari dapat telur.
Dapat telur berkelanjutan. Tidak putus-putus dari kandang itu. Kita bisa dapat pupuk, dapat telur, dapat ayam.
Dan nggak usah beli pakan. Karena kita mengolah sampah organik. Sampah organik khususnya yang dari dapur. Itu banyak sisa makanan. Sisa makanan itu kita olah untuk pakan magot.
Nah dari magot itu kita dapat kaskot. Bekas magot. Itu bisa jadi pupuk juga. Terus magotnya kita panen untuk pakan ayam dan pakan lili.
Jadi sebenarnya manusia... Tidak terpisah dari sistem. Tuh, aku khalifah, terus aku cuma ngatur-ngatur gitu.
Enggak, kita tuh bagian dari sistem. Ayam misalnya dari telur. Kita yang butuh telurnya. Jangkangnya kita enggak butuh. Jangkangnya kita kembalikan ke ayam, karena itu sumber kalsium.
Nanti jangkang telurnya akan jadi lebih kokoh. Jadi kita ngambil seperlunya itu, insya Allah seluruh dunia ini cukup untuk menghidupi manusia. Tapi enggak akan cukup untuk satu orang yang serakah, kira-kira gitu.
Kita juga bikin kompos, jadi dari sisa daun-daunan kan banyak pohon, itu tiap hari nyapu. Semua hasil yang disapu itu bukan kita buang atau kita bakar, kita timbun. Kalau cara zaman dulu kan gak ada jogangan, beratnya kalau kita bikin jogangan itu kita bikin tanah baru. Dan kita kan tidak mungkin tiap hari jogangi, kita ada penampungan di sana, kita menyiapkan karung besar, itu semua hasil pangkasan, hasil nyapu, kita tampung di situ.
Itu dalam setahun yang bawah itu sudah jadi pupuk. Jadi sebisa mungkin bahan organik itu tidak keluar dari tanah kita. Misalnya kalau petani panen, sebenarnya kan yang dipanen cuma padi, gabahnya.
Itu kalau semua diangkut, nutrisinya dari tanah, semua akan dikedilang. Tapi kalau yang diambil gabahnya, nanti jeraminya dibosok lagi di sawah, itu juga akan kembali sehat. Jadi bertani itu lebih banyak menghuri-huri tanah. Jadi kita berusaha untuk zero waste atau minim sampah.
Jadi kita idealnya itu sampah selesai di rumah tangga. Jadi sampah tidak dipindah di TPS atau TPA, tapi cukup diselesaikan di rumah. Jadi semua sampah yang ada, yang dihasilkan rumah tangga, itu tanggung jawab si rumah tangga itu. Jadi kita berusaha untuk minim sampah.
Kalau kita keluar, misalnya belanja, kita berusaha tidak membawa pulang plastik. Jadi kita bawa tas sendiri, belanja, pakai rantang biar di... Tapi, Allah-Allah nggak apa-apa. Yang penting kita bebas dari sampah di rumah.
Jadi, kita sampah idealnya sudah selesai di rumah. Jadi, kita itu produknya itu musiman, mas. Jadi, artisan.
Jadi, kita itu apa yang ada di pekarangan, ya itu. Jadi, tidak melulu kita bikin ini terus, enggak. Misalnya, kita punya bunga telang.
Kita bikin keripik bunga telang, sirup bunga telang, selai bunga telang. Semua yang berbau bunga telang. Kerupuk bunga telang, gitu.
Jadi, sekelan besok panen labu madu. Kita bikin donat, kita bikin ini, kita bikin ini. Bikin artisan. Tidak dipungkiri untuk hidup yang cukup, itu bukan hanya pengan gitu ya.
Kalau terutama hidup di desa. Singkatan itu tinggi lumrah. Kalau di desa kan seperti itu.
Jadi ya ada sumbangan. Ada acara apa-apa gitu, untuk running cash flow-nya, kita banyak jual di Saprodi, Saprodi Pertanian yang organik. Jadi kita jual media tanam, kita bikin sendiri juga campurannya.
Kalau media tanam kan kita dari tanah, dari pupuk, dari sekam, dan kita jual pupuk organik. Arang sekam. Jual arang sekam. Jadi yang memang core-nya di pertanian, dan skalanya ya skala pekebun.
Tapi Alhamdulillah sekarang yang untuk petani-petani yang mau nanam jagung gitu, Mereka pakai organik sekarang. Kalau dulu kan beli pabrikan. Sekarang itu sudah langka.
Jadi banyak petani yang dipaksa keadaan jadi ke organik. Secara tidak langsung kan itu juga pergeseran yang baik. Tidak tergantung ke industri lagi.
Yang mungkin masyarakat sekitar itu, Yosofam itu apa? Yang dia tahu mungkin tanaman, pupuk dan sebagainya. Kalau yang datang itu yang jauh-jauh mas.
Kemarin kayak Bupati Kendal Mas Diko itu datang sini. Saya kenalkan gaya hidup pemistir itu. Dia juga pengen ya, jadi dibikinin minimum setiap di rumah dinasnya kendalanya. Kayak gitu. Jadi kita gaya hidup mudah, murah, melimpah.
Di sini kan banyak petani jagung, mas. Janggulnya itu cuma dibuang, dibakar. Kalau pikiran kami enggak, janggul itu kita manfaatkan. Kita teburi ragi tape sama begatul. Sudah 10 hari sudah muncul jamur.
Jadi kita setiap hari manen jamur, mas. Nanti bingung aja mau dimasak apa. Jadi jamur itu bikin pakuan, bikin crispy, bikin... Jadi tiap hari kita sudah cukup mas, jamur ada, lele ada, telur ada, kokas sudah penuh dengan telur. Karena tiap hari produksi.
Jadi kita berpikirnya dari dasar lagi mas, kita berpikirnya dari bahan baku. Semua bahan itu bisa jadi bahan baku. Orang menganggapnya sudah sampah, kayak sisa makanan itu sudah anggap sampah.
Sampah kan sesuatu yang tidak berguna. Sebenarnya itu limbah, masih bisa dikelola. Seperti janggal, petani menganggapnya itu sampah. Tapi dengan ada bahan baku, biasanya saya berpikir, ini saya tinggal apa ya?
Saya mikirnya gitu, makanya bisa dimanfaatkan. Jadi sesuatu itu sebenarnya perannya belum selesai, cuma manusia yang malas berpikir, jadi dibuang. Kebanyakan gitu. Yang saya rasakan, pertama memang low budget, Mas.
Jadi untuk belanja gitu, nggak usah mikir besok makan apa. Minimal anak sudah punya lauk lah. Meskipun beras kita masih beli, karena belum bisa nanam sendiri di pekarangan. Tapi insya Allah akan ada eksperimen ke sana.
Untuk integrated farming ini, kita nggak repot buang sampah. Jadi supaya nggak repot buang sampah, sebisa mungkin ya jangan nyampah. Dan pengennya sih pola seperti itu juga ditiru di tetangga. Kita yang penting yang dekat dulu yang merasakan.
Tapi nanti lah yang datang malah yang jauh-jauh. Dulu pun untuk memulai ini saya juga ragu. Kok dipaidu? Emang dipaidu?
Tapi kita dapat suntikan motivasi itu dari Pak Esyandar, orang Imogiri. Beliau yang punya Bumi Langit Institute. Beliau bilang, kalau kamu berbuat kebaikan, Insya Allah yang baik-baik itu akan tertarik untuk datang.
Dan itu sudah kita rasakan. Jadi di Yosofam ini, selain kita praktek untuk diri sendiri, kita juga cerita ke orang-orang yang berkunjung ke sini. Jadi kita kalau dibilang jualan, kita cuma jualan omongan. Jualan omongan, tapi kalau kita sudah melakukan sendiri, orang-orang akan percaya. Hai jadi untuk protein untuk telur lah ya tiap hari ada dari empat ekor itu satu jantan tiga batinah itu minimal satu hari satu tapi karena kita maksudnya banter yaitu lebih sering tiga rata-rata tiga berani dan orang-orang yang sudah tahu Kita punya telur organik, banyak yang minta, Mbak, aku mau beli telur organik, tapi aku tidak mau.
Lebih penting, itu turanku. Kalau tidak, aku akan bosan. Kalau tidak, aku akan bosan, lagi tidak boleh.
Itu protein setahun ini, Alhamdulillah, sudah sembarangan. Jadi ayam itu pun dulu tidak dibeli. Jadi ada teman yang main ke sini, Mas, aku butuh tanduran ini. Aku ingin memanfaatkan ini. Jadi Alhamdulillah, koleksi-koleksi tanaman di sini pun juga banyak yang berusaha.
Kita pernah nanam kentang udara. Kentang tapi gemeran di atas. Itu dulu ada anak magang ke sini.
Terus cerita di kebun gue ada kayak gini, aku belum punya yaudah. Magangnya berapa? Itu bayar aja pakai kentang itu aku sudah senang.
Jadi saya lebih suka barter sesuatu yang bisa kita budidayakan. Daripada cuma sekedar barter transaksi duit. Saya memulai Yosefampun merasa nggak relate mas.
Di rumah itu banyak orang, orang udah turut mau. Ya pakai, saya pakai secukupnya. Tapi saya nggak ngajak orang untuk nggak pakai duit. Saya mengajaknya orang itu menggunakan uang itu dengan kesadaran. Saya menggunakan uang dengan sadar.
Misalnya, saya beli baju. Oh, baju ini fungsinya apa? Saya jadi nggak ngikuti fashion, nggak ngikuti tren. Ketika trend, saya hanya jadi follower orang yang bikin trend.
Jadi kita menggunakan uang dengan risadaran. Saya beli makanan, sekarang kan tinggal mencet, datang, tinggal mencet, datang. Itu mudah untuk manusia, mas. Manusia dapat segala kemudahannya.
Tapi sebenarnya dengan kemudahan itu kita utang budi dengan alam, mas. Berapa ongkirnya? Ongkirnya kan ya dihitung.
Bukan cuma karena bensinmu, tapi polusinya berapa. Kemasanmu, Singmus Pro berapa. Jadi sampah yang merusak bumi berapa. Kayak nggak dihitung itu.
Jadi kita pakai uang. secara sadar apa yang kita konsumsi itu sadar misalnya kita tinggal beli beli beli rasanya enak tapi kita nggak sadar apa yang kita makan jadi dari makanan kalau kita sadar Insyaallah makanan itu adalah obat bukan kita makan obat tapi yang kita makan adalah obat jadi Alhamdulillah saya belajar pertanian dan sempat jadi TKW di Brunei itu ada sesuatu yang bayarannya sangat mahal Mas saya jadi suka di tempat ini ada tanaman apa misalnya ada kemarin Pak Lek lah kesini mengeluh Beliau sudah sakit basir gitu ya, sampai marah. Terus dibilangin sama sepupu saya, datanglah ke rumah Mbak Nurul, di sana ada tanaman ini, gitu kan.
Datang ke tempat saya. Ini lah ya, Alhamdulillah saya juga pernah pakai, gitu kan. Sembuh. Dan beliau datang ke sini lagi.
Kacau Mbak, ini yang dekat dengan rumah Anda, ada. Tenangin Mbak, datanglah. Jadi saya...
Oh, ini kena, oh my god, ini kena, ini kena, ini kena. Jadi terpetakan, Mas. Jadi sumber daya itu bukan cuma milik saya.
Saya lebih suka sumber daya dimiliki banyak orang, jadi aku merawatir, Kak Kian. Misalnya, di sini alhamdulillah yang ramai lagi orang pengen belajar mengolah lidah buaya. Saya nggak nanam banyak gitu, nggak. Saya tahu, oh, mungkin Mas Kai enek.
Dan orang kebanyakan nanam nggak tahu gunanya. terus tiba-tiba tak tembak ya mbak oh itu payut mbak Alhamdulillah di rumah saya payut saya lebih suka seperti itu yang sumber daya ada di mana-mana tapi kita gak sadar seperti kita punya bibit kelapa misalnya kita tanam di rumah A, B, C, D, E Terus kita sudah tidak punya kelapa, kita bisa main ke sini dapat es tegan, terus nanti dapat kambil. Jadi kita menanam apa yang kita belikan bibit itu, kita bisa main ke sana. Jadi berkunjung sudah. banyak kelapanya, tembak ini pengen nganamu kayak pengen kita seneng itu kayak gitu mas jadi misalnya ada teman kesini gitu, aku pengen bibit ini ya udah ditanam aja gitu yang penting ada orang mau nanam aja kita udah seneng banget gitu jadi misalnya kayak kelapa kita nanam di beberapa tempat, tempat saya dilelah mati sebenarnya kentang udara itu saya nanam disini ternyata nggak cocok saya pun juga masih belajar, di tempat bapak saya cocok, saya panennya disana jadi yang merasakan manfaatnya itu bukan kita tok dan yang menjaga bukan kita tok Jadi cara kita ngajak-ajak orang kayak gitu mas, oh, kue tak keitang dalam kia, rap, rap.
Jadi mereka biar peduli juga, biar merasakan manfaatnya. Ibaratnya kalau kita menanam, itu banyak sodakohnya yang nggak usah beli. Kita nanam pohon aja, ngasih rosemen buat burung, ngasih udara, dan banyak orang jadi petah di sini. Kalau tak hitung-hitung kita nggak pakai pelet apa-apa lho Pak, kok banyak orang yang betah di sini ya? Di sini masih banyak burung, bermacam-macam burung.
Jadi di pohon-pohon ini masih senang di sini. Kalau sore jam 5 itu ada burung kutilang itu musyawar di situ. Banyak sekali gitu? Banyak sekali.
Datang dari beberapa penjuru, terus ngumpul di pohon peti ini. Kalau jam 5 sudah paling saya. Jadi kayak musyawar aja lah. Banyak saling mengoceh.
Caut-cautan gitu? Semuanya mengoceh kayaknya. Prinsip kita, kita menjaga alam, alam bisa menjaga kita. Sebenarnya manusia yang diomongin menjaga alam itu terlalu sombong.
Kita itu hanya bagian dari alam. Yang soal-soal menjaga ini kayaknya keduran. Kita hidup sama-sama saja. Sinergi dengan alam.
Iya, kita itu cuma bagian kecil. Angin sedih, menunggu saya selesai ngomong-ngomong. Kandang itu saya bikin segitiga sama kaki.
Itu tujuannya agar orang yang datang itu tidak khawatir untuk kesenggol badannya. Jadi mengutamakan space lebih luas. Jadi kalau kita melihat cara mandi... ke kandang, kita bisa melihat isi kandang sepenuhnya. Bisa mengontrol telurnya di mana, medianya bagaimana, sirkulasi udara bagus, cahaya bagus.
Dan sebelum kita bikin kandang, kita gali dulu mas, 60 cm. Jadi yang minimal 60 cm. Yang 20 cm itu yang paling bawah itu saya kasih ranting kayu mas.
Ranting kayu itu tujuannya agar didatangi rayap sama cacing. Nah rayap sama cacing itu kan sumber makanan bagi ayam juga Terus yang 2 per 3 atas itu saya kasih daun basah, daun kering Sebagai unsur brown sama green Untuk mendekomposisi si kotoran ayam Kita lagi tambah lagi komposisi kapur tohor mas Kapur tohor itu kapur injet Yang biasa nginang simbah-simbah itu loh Nah itu tujuannya agar apa? Dia akan mematikan bakteri-bakteri yang ada Dia kan kalau kena Nah, telek kotoran ayam itu panas.
Jadi dia bisa mematikan bakteri-bakteri. Jadi kan medianya sehat. Terus kita mengutamakan kebahagiaan ayam juga, Mas.
Jadi ayam itu senangnya ceker-ceker, Mas. Jadi kita memfungsikan ceker ayam bagi chicken tractor. Mengolah-alik media itu.
Sehingga terdekomposisilah si kotoran ayam, media itu. Sebagai lahan untuk menyimpan makanan juga. Kan ayam itu makannya secukupnya, Mas. Jadi ketika dia sudah kenyang, dia timbun lagi.
Nanti kalau sudah. laper dibuka lagi dapat makanan kalau dia lebih emas weh kepingin makan dia tuker-tuker atau ceker-ceker lebih dalam dapat cacing sama raya jadi kandang itu kan tadi bentuknya segitiga sebenarnya sisi tegak ini bisa berupa tembok-tembok kirtisan pager tembak apapun jadi bentuknya segitiga ibaratnya kita cuma ngasih papan selembar papan aja itu udah cukup ngirit bahan kan kita prinsipnya 3M murah mudah hasilnya melimpah Ngirit bahan, terus bisa diaplikasikan di tempat yang sempit. Seperti kandang kami hanya ukuran 1x2,5.
Ibadahnya 1x2 meter ukuran rumah masa depan kita. Itu masa depan protein kita dari situ. Semua itu kita dekatkan dengan dapur, mas. Sebenarnya mungkin lebih kenanya, kita punya ruang makan, mas.
Di depannya ada cendela. Ketika kita melihat ke luar, itu bisa kita makan, itu telur dari ayam ini, sayur dari situ. Kita melihat, ternyata sayur itu dapat pupuk dari kandang.
Si ayam baru makan sampah, baru makan rumput, jadi kita... Pagi hari kita makan bersama. Ayamnya makan, tanamannya makan, kita juga makan.
Kita makannya dari hasil telur, dari sayur. Terus sayurnya dari buku yang dari kandang. Ini kayak terintegrasi. Kita merasakan kita tuh di dalam sistem, bukan kita tuh terus jadi pengatur sistem gitu, kayak sombong gitu.
Bahagia sekali sih mas ketika kita bisa menyaksikan dan merasakan ayamnya seneng, kita bikin seneng, terus aku juga dibikin seneng sama ayam. Ya, lele-nya itu juga sehat. Kita makan lele, lele-nya dapat dari sisa makanan, lele-nya dapat dari makot. Bahkan lele mati kita kasih makot, makotnya kita kasih lele, itu cuma... Siklus yang sangat singkat itu terasa terlihatnya tadi, pekarangan kita.
Setahun suasan badan telur dari 4 ekor itu impossible. Kan kita memeliharanya ayamnya KUB. Itu pun yang ngenalin yang ngasih ayam itu. Sebelumnya itu saya juga nggak tahu ada ayam KUB. Nah dari situ sebenarnya ada rasio mas.
Antara kamu keluarganya berapa, ayammu berapa itu ada rasio. minimal sama. Jadi keluarganya lima, ayamnya lima, sisa makanan lima orang ini dan sampah-sampah organiknya cukup belum untuk ngasih makan ayam.
Jadi sebenarnya gitu, daripada stunting dikasih bantuan protein berapa bulan sekali. Nah itu kan padahal dimakan seminggu aja udah habis. Namun ini dikasih edukasi supaya masyarakat bisa mandiri.
itu solusinya lebih berkelanjutan dan pemerintah harus mengeluarkan dan sosnya buaya sekali jadi masyarakat itu dimodali kayak pancing lah jangan dikasihkan terus sebenarnya ada sesuatu yang belum belum terlengkapi lah ibaratnya kalau sandang tangan itu kalau sandang kan kita memang tidak mengikuti fashion yang penting fungsinya ada gitu tangan Insyaallah bisa terus pengobatan sebisa mungkin yang alami yang untuk papan itu sebenarnya saya masih punya idealisme yang belum terwujud bagaimana membuat hunian itu seminimal mungkin dan sedikit mungkin efeknya untuk lingkungan kalau sekarang namun Katanya Gen Z akan kesulitan mendapatkan perumahan ini. Itu ada ilmunya, tapi belum saya jalani. Jadi bikin rumah seperti orang zaman dahulu, dengan bahan yang ada.
Respon Bapak Ibu sebagai pegawai negeri, terus memilih di kehidupan begini bagaimana? Mungkin ada cemasnya, Wali. Merasa leganya itu saat banyak yang datang ke sini. Oh, ternyata anakku ya aneh-aneh banget.
Ternyata ya relevan. Tapi ya memang kalau... kumpul keluarga besar gitu yuk yang dibicarakan memang dunia mereka dan kebetulan suami kan dulu juga pernah didaftarkan supaya jadi PNS dengan berbagai cara dan beliau menolak saya juga tau setelah nikah yang penting aku masih jaring bidangku Alhamdulillah banyak yang datang yuk kalau orang tua saya sih kalau cerita sama temen-temennya gitu ya tidak bisa dibanggakan mungkin beliau lebih bangga saat saya dulu ada di Brunei daripada sekarang di rumah gitu tapi yuk ternyata yang datang ke rumah pun malah dari kalangan tertentu malah dari pecah Banyak yang datang ke tempat ini, tapi anak saya sudah dibutuhkan.
Jadi mungkin mereka sudah tahap penerimaan. Jadi tiap anak itu punya peran masing-masing. Kalau dari DNA, ibu kan memang PNS.
Tapi saya itu mungkin DNA-nya lebih banyak dari bapak. Bapak saya, ke saya itu DNA-nya sama. Pemulung, senang resik-resik. Jadi melihat sesuatu yang kotor, barang yang most pro, nggak berguna itu risih. Jadi selalu berpikir untuk seperti itu.
Jadi bapak saya... ngolah sampah juga di rumah juga beliau milah sampah, saya pun belajarnya dari bapak meskipun beliau PNS tapi tetap DNA-nya tukang resik-resik jadi kalau di ekosistem ada yang karnivora, herbivora apa-apa saya mungkin mengambil perannya saya itu pengurai semua itu nggak ada yang lebih tinggi, lebih rendah semua itu bagian dari sistem yang bodoh lainnya pengurai, ya batangnya yang dinding kan yang ngurip, yang ngendur, yang tadi rojo, ya orang betah semua ada perannya masing-masing Halo harapan kami Yosofa memberikan manfaat untuk lebih banyak orang jadi kita enggak maksa orang lain untuk cinta lingkungan praktekkan dan rasakan lebih bisa meyakini kalau dengan ngalamin Kalau cuma dengar dari omongan saya, jadinya nggak praktek. Itu akan maitu lah, simpaling. Tapi kalau sudah mengalami, nanti insya Allah akan merasakan sendiri.
Saya berharap anak-anak jauh nanti tetap menjaga alam ini dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Jadi tidak muluk-muluk lah kita cukup menjaga alam sekitar. Kita fiturnya sudah kita rasakan sendiri nanti.
Terima kasih, saya Sriwetutur dan Nurul sebagai owner Yusof Farm, Karangkulon Biro Terucuk Klaten, mengucapkan banyak terima kasih dan Wassalamualaikum Wr. Wb