Transcript for:
Konsep Kehidupan Dunia dan Akhirat dalam Islam

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ketika saya masuk Islam Memeluk agama yang baru Saya punya banyak sekali kesulitan Untuk memahami Islam Namun akhirnya ketika saya mempelajari Dan mempelajari lalu kemudian Melihat referensi demi referensi Yang saya dapatkan Masya Allah Islam itu sangat sempurna Paripurna, indah, istimewa Dan saya mencoba untuk menyederhanakannya Bagi orang-orang awam yang baru Mau belajar tentang Islam Orang-orang yang baru mau tahu tentang Islam Yang mereka yang berhijrah dan mau mempelajari agamanya Saya coba sederhanakan Dan akhirnya itulah yang kemudian menjadikan buku Beyond the Inspiration saya buat dari hal yang sangat sederhana untuk menjelaskan kenapa, why, pertanyaan awal tadi kenapa sih Islam bisa jaya di masa yang lalu dan sekarang Islam itu terpuruk dan apa solusinya dan apa yang harus kita lakukan agar Islam kembali lagi berjaya dengan singkatnya, Islam akan berjaya bila pemikiran Islam sudah berada pada kaum muslimin, itulah yang saya tulis dalam buku saya, Beyond the Inspiration Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT Zat yang maha mulia yang telah menciptakan kita dengan kemuliaannya Dan mudah-mudahan ketika kita kembali kepadanya Kita masih dalam keadaan beriman sebagaimana yang dia perintahkan Dan Allah menganugerahkan kepada kita sifat rahmahnya Sehingga kita bisa untuk mempunyai kesempatan untuk mendapatkan surganya Allah SWT Salat dan salam semoga juga tercurah dan terlimpahkan kepada bagi dan Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa kita muliakan setiap perkataan beliau dengan mencontohnya kita muliakan juga setiap perbuatan-perbuatan beliau dengan mengikutinya dan mudah-mudahan kita semua termasuk yang digolongkan sebagai umatnya Rasulullah SAW Teman-teman, insyaAllah, kita masih nyambung pembahasan kita dari buku Beyond the Inspiration dan sampai bab yang terakhir yaitu adalah bab Living the Afterlife. Dan kita sudah membahas bahwasannya. kenapa sih manusia itu kehidupannya tidak dijalankan dengan maksimal, they don't live to the fullest, karena mereka tidak mengerti mereka ingin berakhir di mana.

Mereka tidak punya ujungnya itu mau di mana. Nah kalau manusia tidak punya ujungnya di mana, maka dia tidak akan bisa membuat sebuah perencanaan untuk bisa memaksimalisasi hidupnya. Kalau ibarat game, kalau kita tahu ujungnya ada di mana dan kita sekarang ada di mana, maka dengan ujungnya di mana dan kita di mana itu kita bisa untuk membuat satu planning, kita bisa membuat satu usaha untuk mencapai ujung yang kita inginkan.

Tapi kalau ujungnya itu belum ada, maka kita akan jadi sulit, kita akan jadi... sia-sia, karena kita gak punya motivasi kita gak akan punya semangat untuk bisa menjalani hidup kita dengan maksimal, artinya kalau ada orang yang mereka belum merencanakan mati mereka kayak apa mereka belum bisa membayangkan nanti mereka mati kayak apa, maka wajar kalau mereka belum bisa hidup dalam kemaksimalan hidup dia, jadi dia tidak menghargai setiap waktu, dia tidak menghargai setiap lintasan-lintasan hidup dia, dia menganggap biasa apapun yang datang pada hidup dia Beda dengan orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan mati Bahwa mereka punya satu tujuan Yang mau nggak mau harus mereka kejar Maka mereka akan maksimal dalam kehidupan mereka Inilah seorang muslim Seorang muslim senantiasa diyakinkan oleh Allah SWT dan Rasulnya Bahwa mereka punya akhir Dan akhir itu adalah yang paling dekat adalah kematian Yaitu adalah sebuah fase Dimana mereka harus menjalani Harus berganti fase yang lain Dari kematian itu nanti akan ada kehidupan lagi Itu adalah seorang muslim Maka Rasulullah SAW kemarin kita sudah bahas Memberikan cara pandang Memberikan prinsip terhadap kaum muslim Bagaimana menyikapi dunia ini Bahwa dunia ini bukan akhir Bahwa dunia ini hanyalah awal Daripada sesuatu yang panjang yang akan kita jalani Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita Kun fit dunia ka'annaka gharibun Jadilah engkau di dunia seperti engkau itu orang yang asing atau engkau hanya sekedar lewat saja. Atau engkau hanya sekedar menyeberang jalan saja Dan bagaimana cara dia mensikapi kehidupan yang sebentar dan terbatas ini Kata Rasulullah SAW Sesungguhnya dunia ini ibarat sebuah penjara bagi orang-orang mu'min Dan dia seperti surga bagi orang-orang yang kafir Kenapa?

Karena di dunia ini seorang mu'min tidak bakal betah Kita sudah bahas Kenapa dia tidak betah? Karena Nah ini bukan kampung halamannya, maka seenak apapun dia merasa ini masih di penjara. Ini adalah tidak bebas, dan dia pengen segera menuju kepada kebebasannya.

Dia pengen untuk segera bebas, ini adalah sikap mental seorang mu'min. Beda dengan orang kafir. Orang kafir melihat kehidupan dunia ini adalah sebuah surga, sehingga mereka harus memaksimalisasi hidup di dunia ini untuk mencapai kenikmatan.

Karena mereka itu tidak meyakini. akan sesuatu yang datang setelah kehidupan dunia ini. Kalaupun meyakini, maka itu tidak membawa konsekuensi pada aktivitas-aktivitas mereka. Tapi bedanya dengan seorang muslim adalah, dia meyakini dunia ini adalah sebuah penjara bagi dia.

Ad-dunya sijnul mu'min, wajan natul kafir. Sesungguhnya dunia ini penjara bagi orang-orang mu'min, dan ibarat surga bagi orang-orang yang kafir. Menarik dalam penjelasannya ketika kita membaca kisah tentang Ibn Hajar al-Asqalani. Jadi Ibnu Hajar ala sekolah ini adalah ulama yang sangat terkenal sekali Kita pasti pernah baca kitab-kitab beliau Dan beliau ini Ibnu Hajar adalah salah satu kodi Salah satu hakim di masa pemerintahannya di Mesir Nah jadi suatu waktu ketika Ibnu Hajar ini masih hidup Maka karena dia adalah seorang kodi yang cukup ternama Seorang hakim yang cukup ternama Maka dia difasilitasi dengan iring-iringan yang bagus Jadi dia difasilitasi sekarang dengan Uh...

kendaraan yang lumayan bagus lah suatu waktu ketika Ibnu Hajar ini berjalan ketika pulang ke rumahnya dengan iring-iringan yang cukup besar ini, maka dia dihadang oleh seorang Yahudi penjual minyak, dan Yahudi ini beragama bukan Islam jadi ketika dia dihadang di tengah-tengah ini Yahudi menghadang Ibnu Hajar Al-Sukolani lalu kemudian memprotes, nanya protes dalam tanda kutip, dia bilang gini sama Ibnu Hajar Wahai Ibnu Hajar Katanya kan kamu orang yang berilmu. Katanya kan kamu orang yang punya pengetahuan. Dan katanya kamu ini adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya. Karena kamu adalah seorang Muslim. Aku mau protes.

Apa kata Yahudi tadi? Saya mendengar hadis Rasulullah SAW. Jadi keren ya.

Jadi orang Yahudi zaman dulu hafal hadis gitu ya. Zaman sekarang orang Muslim, dia bukan hafal hadis tapi ngikutin Yahudi. Tapi oke lah, Yahudi zaman dulu dengan pakaiannya yang tentu saja ya, penjual minyak.

Teman-teman tau lah seperti apa kriteria penjual minyak. Mungkin ada banyak noda di dalam bajunya, bajunya juga nggak bagus. Dia juga bukan dari orang yang kaya karena memang dia penjual minyak.

Maka dia protes, dia bilang ini hadis yang saya tahu Sesungguhnya dunia ini seperti sebuah penjara bagi orang-orang mu'min Dan seperti sebuah surga bagi orang-orang yang kafir Sedangkan coba lihat keadaanmu sekarang Wahai Kodi, wahai Ibnu Hajar ala sekolah nih Kamu punya iring-iringan, kamu punya kendaraan bagus Kamu pakai baju yang lumayan Dan di rumah kamu ditunggu dengan tempat tinggal yang juga lumayan Sementara aku katanya aku kafir Katanya aku bukan muslim Tapi engkau lihat saya Mana surganya Katanya Rasulmu surga itu adalah seperti Eh sorry saya itu di dunia seperti surga Mana surganya Tempat tinggal saya pas-pasan Baju saya juga pas-pasan Lalu saya itu miskin Saya cuma penjual minyak Mana Rasulmu Rasulmu bilang dunia ini seperti surga bagiku Dan seperti penjara bagimu orang-orang mu'min Kayaknya Rasulmu itu salah Coba ini apa artinya maka Ibn Hajar ala sekolah ini turun dari iding-idingannya lalu kemudian menjawab pertanyaan Yahudi tukang minyak tadi dengan jawaban yang Masya Allah Ibn Hajar bilang begini dia sambil senyum lalu bilang gini jadi gini wahai saudaraku dunia ini penjara bagiku kenapa? karena seenak-enaknya seorang muslim di dunia maka dia tidak bakal betah Kenapa dibandingkan dengan surganya Allah yang dijanjikan oleh Allah SWT dan segala kenikmatannya di dalam Al-Quran itu, maka ketika membaca setiap kenikmatan-kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah SWT, maka itu benar-benar membuat kami Muslim tidak betah di dunia. Kenapa?

Kami pengennya segera mendapatkan janji Allah SWT di dalam surga itu. Maka ini udah kayak penjara. Kami disuruh menjalani...

Banyak beban di sini. Kami disuruh puasa, kami disuruh sholat, kami disuruh apapun. Ada banyak restriction, ada banyak batasan. Dibandingkan dengan surga yang dijanjikan oleh Allah SWT.

Ini udah kayak penjara banget. Sementara kamu, wahai orang-orang yang belum beriman, maka di dunia ini, walaupun engkau susah, walaupun engkau makannya kurang, walaupun tempat... tidurmu itu tidak semewah kami walaupun engkau merasakan sulit dan sengsara di dunia, tapi bila dibandingkan dengan neraka yang telah menunggu kamu dan kesengsaraan, siksaan yang ada di sana ini sudah surga bagi kamu maka sebegitu mendengarkan itu langsung Yahudi tadi mikir wah kalau gitu saya masuk Islam aja lah kenapa? karena tadi kan ya daripada mendingan mana?

mendingan mu'min lalu kemudian dia bahagia ataukah sudah sengsara gak beriman lagi kan gitu kan ya maka dia langsung masuk Islam. Karena dia jadi ngerti, oh konsepnya begitu ya. Jadi mu'min itu penjelasannya adalah hadis yang tadi dia tuh punya banyak beban ketika di dunia dia disuruh melakukan ketaatan-ketaatan pada Allah. Dan ketaatan-ketaatan pada Allah tuh kadang-kadang gak mudah. Dan ketaatan-ketaatan pada Allah Nah pada Allah itu kadang-kadang membuat sebuah konsekuensi pada hidup dia.

Dan ketika itu ada konsekuensi berarti konsekuensi itu membuat sebuah beban bagi dia. Maka ketika dia mati maka itu adalah sebagai sebuah hari untuk beristirahat. Dimana dia tidak lagi disibukkan dengan beban-beban, tidak dikhawatirkan dengan kekhawatiran dunia.

Lalu kemudian dia mendapatkan janji Allah berupa kenikmatan yang besar. Ini adalah yang terjadi pada orang-orang mu'min. Nah artinya adalah orang-orang mu'min itu ketika dia di dunia adalah sebuah...

penjara bagi dia karena dibandingkan dengan kenikmatan yang Allah kasih pada dia. Karena itulah Rasulullah SAW selalu mengajarkan agar kita tuh di dunia biasa aja. Kenapa?

Karena ini bukan tempat kita. Ini bukan kampung kita. Kampung kita adanya di akhirat yang harus kita persiapkan. Maka Abu Bakar senantiasa berdoa, Ya Allah, jangan engkau jadikan dunia ini menjadi sesuatu yang saya simpen di dalam hati saya.

dunia ini cuma saya genggam saja. Cuma saya genggam dengan tangan saya yang bisa saya lepas ataupun bisa saya genggam kapanpun saya mau. Tapi kalau dia sudah masuk dalam hati saya, maka dia akan bersarang di situ dan kalau dia hilang, saya akan sakit hati. Kalau misalnya dia ada, saya akan merasa senang berlebihan, maka saya tidak mau itu.

Al-Quran mengatakan kalau itu cuma soalan dunia, kalau dia dapat, jangan terlalu senang. Kalau dia hilang, jangan terlalu sedih. Inilah maksudnya menggenggam dunia saja.

Karena kalau perlu dilepas Lepas ya lepas. Kalau Allah minta ilangin, ya ilangin. Kalau Allah misalnya kasih, ya kita ambil. Tapi kalau misalnya Allah nggak kasih pun, kita nggak gerutu. Kenapa?

Bukan di sini tempat kita. Mengenai kemudian sikap manusia di dunia ini, bagaimana dia memperlakukan dunia, maka Rasul memberikan sebuah contoh yang luar biasa lagi. Rasulullah pernah mengatakan pada para sahabat, dunia ini bagi kalian, semua kenikmatan dunia ini, kata Rasulullah SAW, dari zaman yang paling awal sampai dengan zaman yang... paling akhir manusianya, itu tidak lebih daripada yang Allah rasakan itu seperti kalian ketika pergi ke lautan, kemudian perhatikan ketika kalian memasukkan telunjuk ke dalam laut itu lalu kalian angkat kata Rasulullah telunjuk itu, maka perhatikan berapa banyak air yang bisa kalian ambil setetes, dua tetes tiga tetes yang paling maksimal maka yang menetes dari telunjuk kita itulah adalah kenikmatan yang Allah sediakan di dunia Jadi kenikmat yang Allah sediakan di dunia hanya seperti yang mampu kita ambil dari telunjuk kita itu. Sementara kata Rasulullah, sedangkan yang Allah tahan nanti di akhirat bagi kalian orang-orang mu'min, itu seperti luasnya.

Samudera itu dan air-airnya Maka air-air yang Ditahan oleh Allah ibaratnya Kalau kenikmatan dunia yang dibagi Pada seluruh manusia itu ibarat beberapa Tetes yang mampu kita angkat daripada tangan kita itu Tapi yang Allah tahan Di akhirat bagi orang-orang Suhrah mu'min itu nggak dibayangin. Itu seperti lautan yang ditinggalkan itu. Jadi kalau Anda mau ngitung silahkan itung lah ya.

Berapa kubik air. Berapa kubik air yang ada di lautan seluruh dunia. Dibandingkan dengan yang Anda bisa angkat.

Maka kata Rasulullah. Pantes nggak sih seolah-olah kata Rasulullah gini. Seolah-olah kata beliau. Pantes nggak sih kita itu sedih dengan yang setetes itu. Atau merasa terlalu seneng dengan yang setetes itu.

Sementara kita melupakan yang lautan. Jadi. Jadi kalau kita ngeliat sultan-sultan zaman sekarang, dalam tanda kutip sultan-sultan zaman sekarang, pantes nggak sih kita iri dengan apa yang Allah kasih pada seluruh manusia, yang cuma beberapa tetes itu dibagi pada seluruh manusia, sementara di sisi Allah ada banyak kenikmatan yang kita abaikan semuanya itu. Kita pengen dapet kayak gitu sampai pengennya kita itu...

Kita berbuat maksiat Sampai kita berebutan yang setetes Dua tetes, tiga tetes itu Sampai kita menghina orang lain Sampai kita gak peduli lagi dengan agama Kerja keras, banting tulang, kepala jadi kaki Kaki jadi kepala Senggol kiri, sikut kanan, jilat ke atas Injek ke bawah, cuma untuk dapat Seberapa tetes itu Dan kita melupakan yang Allah sediakan itu Pantes gak sih? Seolah-olah kata Rasul begitu Maka dunia itu bagi para sahabat Itu seperti apa? Oh seperti, seperti beberapa tetes yang mampu kita ambil dan mereka senantiasa mikir, kalau kita merasa seneng dengan beberapa Ketes itu saja, harusnya kita lebih merasa senang dengan yang Allah sediakan bagi orang-orang mu'min ketika di lautan itu tadi. Maka mereka nggak pernah lupa daratan, tapi mereka, sorry, mereka tidak hanya tidak lupa daratan, tapi mereka tidak lupa lautan yang sudah Allah sediakan. sediakan berupa perumpamaan kenikmatan bagi mereka yang Allah sediakan di surga kela, nanti ketika berjumpa dengan Allah SWT, maka wajar saja suatu waktu ketika perang Uhud, itu ada seorang sahabat namanya Hanzola.

Hanzola ini diceritakan sahabat yang gak terlalu yang tidak terlalu tampan wajahnya dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain. Apalagi seperti Musab bin Umair gitu ya. Nah, maka kemudian Hanzola ini walaupun dia tidak terlalu tampan, akhirnya dia nikah juga.

Nah, ternyata ketika dia lagi malam-malam pengantin itu itu ada seruan jihad. Ada seruan jihad perang Uhud. Maka dia langsung bergegas, langsung kemudian pergi untuk ke jihad, ke perang Uhud.

kemudian disitulah dia menemui ajalnya disitu dia menemui ajalnya dia meninggal dalam keadaan syahid tentu saja ketika dia meninggal dalam keadaan syahid Rasulullah SAW yang meninjau kemudian korban-korban pada saat perang Uhud pada saat itu kemudian dia bilang pada para sahabat eh tau gak saya tuh ngeliat Hangzallah itu mayatnya dimandikan malaikat coba kalian tanya sama keluarganya kenapa Hangzallah itu bisa dimandikan malaikat ya Rasulullah udah tau gitu maksudnya cuman para sahabat, hah dimandikan malaikat Ya Rasulullah, bukankah orang yang jihad itu tidak perlu lagi dimandikan? Rasulullah bilang, iya. Makanya coba kalian tanya sama keluarganya. Kenapa dia masih bisa, sorry, kenapa dia bisa dimandikan oleh malaikat? Maka para sahabat nanya pada keluarganya, nanya pada istrinya.

Istrinya jawab, iya gini lah ceritanya. Abang Hangzola itu, dia itu ketika lagi ada panggilan jihad, dia itu lagi dalam keadaan junub. Paham gak sih? Ini bagi 17 plus aja ya. Ini bagi teman-teman sudah dewas aja.

Dia tuh lagi dalam keadaan junuk. Jadi ceritanya, Hang Zulullah itu lagi malam pengantin. Lalu kemudian mendengarkan panggilan jihad.

Ketika mendengarkan panggilan jihad, dia langsung pergi. Lah, saya bayangin ya. Saya bayangin, Hang Zulullah tuh mikirnya begini.

Ya Allah ya Rabb. Andaikan dunia dan kenikmatan itu seperti setetes, dua tetes, tiga tetes air yang diambil sementara Allah tahan itu. Itu selautan itu. Maka dia mikir gini.

Ya Rabbi ini aja malam penganten. Yang baru setetes aja sudah kayak gini. Apalagi Allah sediakan yang selautan.

Maka dia langsung gak sabar. Untuk mendapatkan yang selautan itu tadi. Maka dia langsung buru-buru.

Gak sempat mandi wajib. Ketika gak sempat mandi wajib. Langsung pergi jihad.

Karena yang kebayang adalah lautan yang Allah sediakan bagi dia itu. Sementara yang baru dia cicipin. Yang setetes, dua tetes, tiga tetes itu.

Dilupakan semua sama dia. Maka langsung dia pergi berjihad. Syahid disitu, karena itulah Dia dimandikan malekat, oh para Sahabat akhirnya tahu, karena dia Nggak sabar dengan yang selautan itu Ini adalah mentalnya kaum muslimin Jadi artinya mentalnya kaum muslimin, dia Tidak memandang rendah dunia Walat tansa Nasibah keminat dunia, dia tahu Memang betul, kita itu adalah Diciptakan oleh Allah untuk darul akhirah Untuk negeri akhirat, tapi Dia tahu juga, dia tidak boleh Melupakan dunia, tapi ketika dia Mendapatkan kenikmatan dunia Dia sampai selalu relate, ya Allah ya Rabb makan mie paling enak tuh ternyata kayak gini ya kalau gitu bagaimana dengan hidangan-hidangan di surganya Allah oh ternyata kenikmatan punya anak tuh kayak gini ya bagaimana ketika nanti di surganya Allah kenikmatan punya istri tuh kayak gini ya bagaimana kenikmatan di surganya Allah makanya jomblo tuh segera menikah kenapa? saya khawatir kalau anda jomblo-jomblo itu tidak menikah nanti anda masuk surga, itu bidadari gak ada yang mau sama anda loh kenapa gitu?

bidadarinya ngomong ah dia di dunia aja gak lulu Dulus apalagi di surga. Di dunia aja dia nggak laku. Apalagi di surga.

Guyon ya. Guyon ya. Sorry. Sorry.

Ini cuma menampakkan guyon aja. Nggak. Cerita nggak gitu ya.

Nanti di surga semuanya akan dipasangkan. Itu kan ya. Insya Allah.

Nah. Balik lagi pada pembahasan kita tentang akhirat ini. Akhirnya orang-orang muslim tuh memandang akhirat itu ya. Luar biasa. Orang-orang muslim tuh memandang akhirat itu adalah sesuatu yang istimewa.

Yang senantiasa mereka pandangan mereka terpaku pada itu semua. Ad-dunya sijnul mu'min wa janatul kafir. Sesungguhnya dunia itu adalah surga bagi orang-orang kafir dan penjara bagi orang-orang yang mu'min. Dan sesungguhnya orang-orang mu'min memandang dunia dan kenikmatannya, dia akan melecehkan semuanya itu. Kenapa?

Ah cuma setetes dua tetes. Yang kamu perbutkan itu ya, yang mobil-mobil yang kamu inginkan. Ataupun rumah-rumah besar yang kamu irikan itu.

Ataupun segala macam kenikmatan yang kita pengenkan itu, yang sampai kita craving untuk itu. Allah sediakan selautan. Sementara anda cuma...

cuma berebut dengan beberapa tetes dengan itu. Ini adalah cara pandang seorang mu'min ketika... melihat kenikmatan dunia sehingga dia tidak mudah silau dengan dunia.

Dia tidak mudah gumun dengan dunia. Kenapa? Karena dia tahu dia punya tujuan.

Tujuan dia adalah keriduan Allah SWT ketika dia berjumpa dengan Allah SWT. Bukan berarti dia nggak mau yang setetes dua tetes. Kadang-kadang saya tanya tuh sama orang, nah kalau gitu pilih mana yang setetes atau yang selautan? Yang lain bilang selautan. Ya kalau saya pilih dua-duanya.

Yang setetes saya juga mau, yang selautan saya juga mau. Nah bisa nggak? Bisa banget di dalam Islam.

Karena itulah Islam menyediakan sebuah kebenaran. sebuah cara bagaimana doa kita gitu loh masya Allah. Ya Allah, saya pengen sebagian kecil daripada yang engkau sediakan kenikmatan di dunia.

Jangan sampai luput semua, ya Allah. Saya pengen segala macam ketenangan, kebahagiaan, kesenangan di dunia. Tapi yang paling saya pengen itu adalah akhirat. Gitu kan ya?

Yang paling saya pengen itu adalah kenikmatan akhirat itu. Yang selautan itu jangan sampai lepas. Jadi pikiran kaum muslimin adalah... Kalau dikasih di dunia, alhamdulillah ya Allah. Kalau enggak, jangan sampai lepas yang di akhirat.

Sesungguhnya dunia itu lebih berarti daripada di akhirat. Sorry, sesungguhnya dunia. Sesungguhnya yang akhir itu lebih berarti daripada yang awal.

Dunia itu tidak lebih berarti daripada yang akhir, yaitu akhirat. Akhirat itu lebih penting daripada dunia. Sesungguhnya.

Akherat itu lebih penting daripada sisanya, yaitu adalah dunia ini. Artinya, ini prinsip yang senantiasa ditanamkan kepada orang-orang mu'min tentang dunia. Ini bukan tempat kita. Kalau Anda ngeliat orang-orang di dunia itu berlomba-lomba untuk mendapatkan 1, 2, 3 tetes, boleh nggak Anda mendapatkan itu? Boleh.

Dan apalagi itu digunakan untuk dakwah. Boleh banget. Tapi jangan sampai kalau Anda kalah perlombaan di dunia ini, jangan sampai Anda kalah perlombaan di akhirat.

itu maksudnya, karena perlombaan di akhirat itulah yang kelak nanti akan akan memberikan kita kenikmatan yang lebih panjang dan kenikmatan yang lebih abadi artinya kalau selama ini anda cuma mikir tentang satu, dua, tiga tetes dan itu pun berjibaku untuk satu, dua, dan tiga tetes itu maka seperti apa yang anda lakukan untuk supaya anda bisa main bisa berenang-renang di lautan, bisa untuk apa namanya main-main air di lautan Happy-happy, bisa untuk swimming-swimming Di lautan, nah harusnya tentunya Itu harus lebih tinggi lagi, harus lebih besar lagi Karena kenikmatan yang Allah sediakan disitu Lebih besar dan lebih Baik insya Allah Insya Allah kita akan bahas lanjut lagi tentang Manusia dan perjalanan hidupnya Living the afterlife, menghidupi hidup Setelah hidup, dan sampai di titik ini Kita sudah membahas bahwa dunia ini Kayak sebuah safar, dunia ini kayak Sebuah perjalanan, kita sudah tahu Bahwa kampung halaman kita itu Seperti lautan yang Allah sediakan sediakan. Sementara di safar ini kita cuma dikasih sampel oleh Allah berupa setetes, dua tetes tiga tetes itu. Dan kita punya masa perantauan dan kita tahu perantauan yang nggak nyaman karena seperti di penjara kalau dia seorang mu'min dan dia tahu pasti akan berpisah maka dia seorang mu'min tidak akan takut dengan kematian. Karena kematian itu ibarat penghubung antara dia dengan kampung halamannya.

Ibarat yuk kita suruh mudik gitu misalnya. Mudik, ayo, ayo, ayo mudik mudik. Nah, itu adalah kematian bagi mereka.

Lalu, kenapa orang-orang yang tidak mu'min justru menakuti kematian? Karena bagi mereka, kematian adalah pemutus antara mereka dengan kenikmatan yang mereka cari, yaitu adalah dunia. InsyaAllah, di pertemuan yang ke depan kita akan bahas berapa lama sih kita sebenarnya merantau di dunia ini dan berapa lama sebenarnya kita ada di dalam masa safar itu.

InsyaAllah, kita akan lanjutkan dalam perjumpaan yang lain. Mudah-mudahan bermanfaat, teman-teman sekalian. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.