Berapa banyak sih saham yang harus dimiliki dalam portfolio kita? Ada pepatah yang mengatakan, don't put all your eggs in one basket. Artinya, supaya aman dan bisa sukses, kita harus punya banyak saham. Tapi apakah benar punya banyak saham dalam porto itu selalu lebih baik? Coba kita cek apa kata investor sukses berikut ini.
Bapak Feth mengatakan jika ada 3 bisnis saja yang luar biasa Bisnis yang benar-benar kalian pahami Dan yang bisa survive dari guncangan ekonomi dan persaingan Maka kita tidak perlu punya 10, 20, atau bahkan 30 saham Kalau kita uang kita cuma sedikit 500 juta gitu ya Kalau kita ketemu satu saham yang Bagus dan murah? Yaudah cemplungin aja semua 500 juta Mengenai diversifikasi portfolio saham ya Umumnya saya bagi cuma 2-3 saham Nyatanya banyak dari investor saham sukses Itu tidak menyarankan untuk diversifikasi kebanyak saham Peribahasannya berubah menjadi Put all your eggs in one basket And watch the basket Nah, di video ini kita akan cari tahu mengapa para investor yang sukses di pasar saham tidak menerapkan diversifikasi yang berlebihan yang bisa menghambat potensi keuntungan. Kita akan mendalami mengapa memiliki sedikit saham saja, tapi berkualitas tinggi dan belinya di harga murah bisa menjadi jalan tercepat bagi uang kita untuk compounding. Part pertama, mengapa diversifikasi itu berbahaya.
Pertanyaan tentang seberapa banyak seharusnya saham yang dimiliki dalam satu portfolio tentu tidak ada jawabannya mutlak ya. Bisa saja ada orang yang nyaman pegang 30 saham, tapi ada juga yang nyaman ketikanya pegang 2-3 saham saja. Strategi diversifikasi ini awalnya diperkenalkan oleh Harry Markowitz dalam salah satu jurnal yang dipublikasikan pada 1950-an.
Teori ini populer dan disebut sebagai Modern Portfolio Theory. Dalam teorinya, Markowitz membagi resiko investasi menjadi dua. Yang pertama, systematic. risk, yaitu resiko pasar yang tidak bisa dihindari, seperti misalnya perubahan suku bunga inflasi, perang, mata uang, dan lain-lain dan yang kedua adalah unsystematic risk, yaitu resiko yang dapat dikelola dan diminimalisir oleh investor dengan memperbanyak jumlah saham alias diversifikasi, secara teori unsystematic risk itu harusnya dapat ditekan sehingga membuat return portfolio menjadi lebih optimal, tapi sayangnya teori ini berasumsi kalau pasar itu efisien, padahal kenyataannya pasar saham yang saya kenal itu jauh dari kata efisien. Asumsi ini berbahaya ketika teori ini diterapkan dan konsekuensinya adalah terjadi yang namanya blind diversification.
Jadi blind diversification ini tanpa sadar sering dilakukan oleh investor pemula dan ini sangat amat berbahaya. Misalnya saja, Bobby, seorang investor saham pemula, memutuskan untuk mengikuti saran umum tentang diversifikasi dan membeli 30 saham dari berbagai sektor tanpa analisa yang mendalam. Bobby berpikir bahwa dengan memiliki banyak saham, Resikonya akan tersebar merata dan portfolio-nya akan lebih aman Namun Bobby tidak sadar 3 hal penting ini Yang pertama, Bobby tidak akan memahami setiap saham Bobby membeli saham-saham dari sektor-sektor yang kurang ia pahami Dan karena belum punya sektor teknologi misalnya, Bobby memutuskan untuk beli goto Supaya ada exposure ke nikel misalnya, Bobby membeli inko Ataupun karena belum ada sektor konstruksi, Bobby putuskan beli PTPP Masalahnya, Bobby tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang kinerja perusahaan, manajemen, ataupun kondisi pasar dari masing-masing sektor tersebut dan ini sangat amat berbahaya. Yang kedua, Bobby membeli saham berkualitas rendah.
Di antara 30 saham yang dia miliki, banyak di antaranya adalah perusahaan dan fundamental yang lemah, manajemen yang buruk, dan proses pertumbuhan yang rendah. Alih-alih memilih perusahaan yang berkualitas tinggi, Bobby malah memilih banyak saham-saham yang tidak memberikan return yang optimal. Dan yang ketiga, Bobby memiliki kesulitan untuk memantau kinerja setiap saham secara efektif Dengan 30 saham dalam portfolio-nya Ia tidak dapat secara aktif mengikuti perkembangan perusahaan, laporan keuangan, ataupun berita terbaru yang dapat mempengaruhi nilai saham Makanya gak salah Buffett bilang seperti ini Anda tahu bagaimana menganalisis bisnis dan menilai bisnis Ini gila untuk memiliki 50 atau 40 atau 30 stok Part 2 Mengapa Diversifikasi Membuat Return Investasi Turun Bobby punya 30 saham di awal tahun 2020 dengan bobot yang sama rata.
Berikut adalah list saham dari Bobby nah berikut adalah kinerja saham-saham tersebut dari 2020 hingga 2024 Bobby memilih untuk memiliki 30 saham dalam portfolio-nya dengan tujuan diversifikasi. Namun ia sebenarnya hanya benar-benar memahami saham-saham blue chip saja seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI. Keputusan ini berujung pada hasil yang kurang optimal.
Dari keempat saham yang Bobby pahami, hasil kinerjanya sangat positif dengan rata-rata return sekitar 27-67% dari BCA, BRI, Mandiri, dan BNI. Namun saham-saham yang Bobby tidak pahami, terutama yang di sektor-sektor seperti konstruksi, saham-saham BUMN Karya, yaitu PT. PP dan Waskita, itu mengalami penurunan yang signifikan hingga 86%.
Kelugian ini menggerus seluruh keuntungan dari saham-saham yang Bobby miliki. Misalnya, meskipun ada 12 saham yang return-nya positif, total ada 18 saham yang merugi, dan kebanyakan dari saham-saham tersebut tidak dipahami oleh Bobby. Total seluruh portfolio Bobby minus 15,3% sejak awal 2020 hingga 2024 ini. Padahal jika Bobby taruh di satu saham saja, misalnya di BBCA, portfolio Bobby akan naik ke 52%. Kasus Bobby menunjukkan bahwa blind diversification dapat mengakibatkan dampak negatif pada portfolio investasi.
Bobby menghadapi kesulitan karena meskipun niat memiliki banyak saham, tidak semua saham tersebut memberikan hasil yang baik. Kurangnya pemahaman dan analisa mendalam menyebabkan saham-saham berkualitas rendah atau yang berada di luar kalian Bobby, itu mengurangi nilai dari portfolio-nya. Diversifikasi yang wajar dan ideal akan mampu mengurangi resiko, namun over diversify malah akan mengurangi potensi return. Tapi seberapa ideal sih diversifikasi yang seharusnya?
Part 3, berapa banyak saham untuk return maksimal. Owning stocks is like having children. Don't get involved with more than you can handle.
Artinya, makin banyak saham yang dimiliki, makin besar effort pula yang harus dikeluarkan investor untuk bisa memahami setiap sahamnya, memantau kondisi bisnis, serta mengantisipasi jika ada perubahan fundamental. Simpelnya, lebih banyak waktu dan komitmen yang harus disediakan untuk melihat semua saham tersebut. Lalu, berapa jumlah saham yang ideal. Mengenai diversifikasi portfolio saham ya, umumnya saya bagi cuma... 2 sampai 3 saham gitu, kadang-kadang kalau di banyak saham yang murah dan menariknya mirip-mirip diskonnya mirip-mirip, ya mungkin bisa sampai 5 saham, tapi jarang kebanyakan hanya 2 sampai 3 saham kalau ada 10 saham sebenarnya diskon 70%, biasanya di 10-10 nya gitu tapi pada kenyataannya selama saya investasi saham, belum pernah ya ketemu kondisi seperti itu lebih dari 100 bisnis yang berasal 3 bisnis yang luar biasa lebih dari yang kamu butuhkan dalam hidup ini untuk melakukan dengan baik punya saham itu sama dengan punya anak ini analogi yang saya sukai untuk menggambarkan berapa banyak portfolio saham yang harus kita punya analogi ini juga saya dapatkan dari Think ya komunitas edukasi saham yang saya ikuti ketika punya anak ada yang namanya time and commitment dan sama dengan saham perlu juga ada yang namanya time and commitment punya banyak saham tanpa tahu luar dalam itu sama seperti punya banyak anak tapi gak dirawat dengan baik bayangkan contoh Bobby tadi yang punya 30 saham artinya punya 30 anak sudah pasti semuanya tidak terawat saya pribadi punya 4 saham yang mengisi lebih dari 90% dari portfolio saham saya dimana 2 saham terbesar itu sudah mengisi 80% sendiri dari total portfolio jadi saya sepakat kalau lebih baik punya sedikit saham yang benar-benar kita bisa analisa dengan mendalam dimana kita bisa dedikasikan waktu dan komitmen kita namun saya juga sadar kalau tidak semua orang punya level pemahaman waktu dan kemampuan menganalisa yang sama Untuk itu perlu ada dua pertanyaan yang perlu kita perhatikan sebelum memutuskan diversifikasi saham.
Yang pertama, apakah kita know something atau no nothing investor? Know something investor yang bisa mendedikasikan waktu khusus untuk research yang mendalam, sangat cocok untuk punya jumlah saham yang sedikit, yaitu maksimal 5 saham. Circle of Competence, ini adalah prinsip yang dikenal oleh Warren Buffett, di mana kita harus tahu apa yang benar-benar kita tahu, dan kita juga harus sadar apa yang benar-benar kita tidak ketahui, dan disiplin untuk menjauh darinya.
Yang berbahaya adalah kalau kita merasa tahu, padahal kita tidak benar-benar tahu. Nah, kalau kita tergolong no-nothing investor, yang belum bisa berkomitmen untuk melakukan analisa mendalam, dan mengikuti perkembangan tiap holdings, mau tidak mau harus diversifikasi untuk melindungi salah pilih saham. Salah satu opsinya adalah dengan memilih index fund seperti Serikati, ataupun index bank seperti Prime Bank. Dan yang kedua adalah apakah ada peluang lain yang lebih menarik?
Kalau ternyata iya, maka diversifikasi itu wajar untuk mengambil kesempatan tersebut. Tapi kalau tidak, fokuslah pada holdings yang ada, terutama pada holdings yang masih murah. Pada prinsipnya, do the big bet on few stocks only.
Justru dengan fokus, kita bisa menekan resiko karena tingkat pemahaman yang cukup tinggi terhadap tiap holdings. Pemahaman tinggi ini bisa diperoleh kalau jumlah sahamnya tidak terlalu banyak. Nah, untuk bisa paham atau punya high conviction dengan saham-saham yang kita pegang, berikut ada beberapa checklist yang perlu dijawab, dan ini saya ambil dari buku Warren Buffett Way.
Checklist pertama dari segi bisnis. Checklist kedua yaitu dari segi manajemen. Checklist ketiga dari segi finansial.
Checklist keempat dari segi market. Oke, semoga video ini bisa menjawab pertanyaan kalian semua. Sebelum video ini selesai, Tink merupakan salah satu platform edukasi yang selama ini membantu saya untuk lebih mendalami prinsip-prinsip berinvestasi saham. Tink adalah komunitas yang menyediakan all-in-one solution terkait edukasi investasi saham.
Saat ini, Tink banyak memberikan edukasi gratis di YouTube seputar investasi, khususnya saham. Jadi jangan lupa untuk datang ke Youtube Think untuk bisa subscribe dan terus tonton konten gratisnya setiap minggu. Think juga menyediakan onboarding group yang dibuka untuk semua orang secara gratis.
Di situ akan ada banyak pembelajaran yang bisa kalian ikuti khususnya bagi yang baru mulai belajar saham. Oke, sampai jumpa kembali di video-video selanjutnya. Bye!