Transcript for:
Prinsip Dasar Akidah dalam Islam

Yuk dukung Yufit TV dengan belanja di Yufit Store www.yufitstore.com Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh wa ashadu an la ilaha illallah wahdahu la sharika lah wa ashadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh ya ayyuhal ladhina amanu attaqullaha haqqatu qatih wa la tamutunna illa wa antum muslimun Ya ayuhal-nasu attaqoo rabbakumul ladhi khalaqakum min nafsi wahidah wa khalaqa minha zawjaha wa batha minhuma rijalan kathiran wa nisa'a wa attaqoo allaha alladhi tasaaluna bihi wal arham inna allaha kana alaikum rakiba Ya ayyuhal-ladhina amanu ttaqullaha wa qulu qawlan sadida yuslih lakum a'malakum wa yaghfir lakum dhunubakum wa mayyuti'illaha wa rasulahu faqad faaza fawzan a'zima amma ba'du fa'inna asdaka al-hadith kitabullah Maashirul ikhwal wal ahwad fil din rahimakumullah Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala Atas semua limpah nekmat dan karunianya Sehingga Dia selantiasa menjaga dalam diri kita hidayahnya Untuk kita tetap istiqamah diatas petunjuknya Diatas Islam Di atas iman, di atas kecintaan kepada sunnah Rasulullah SAW, yang kita mohon kepada Allah SWT, semoga hidayah ini ditetapkan pada diri kita sampai perjumpaan kita nanti dengannya. Alhamdulillah. Kita bertemu kembali dalam majelis saling menasehati dan mengingatkan dalam kebaikan. Utamanya dalam hal berpegang teguh dengan prinsip-prinsip dasar akidah.

Berpegang teguh dengan pokok-pokok agama yang merupakan... Dambaan tertinggi setiap hamba-hamba yang beriman, yang merindukan, yang mendambakan kemuliaan di sisi Allah SWT. فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah, barang siapa yang ingin bertemu dengan kekasihnya yang tertinggi, maka hendaknya dia mengamalkan amalan soleh, dan janganlah dia melakukan perbuatan syirik menyekutukan Allah.

Dalam beribadah kepadanya, janganlah dia menyekutukan Allah dengan sesuatu pun. Cobalah kita perhatikan. Dalam ayat ini, Allah subhanahu wa ta'ala menjanjikan balasan yang sangat istimewa. Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah?

Taukah kita bahwa perjumpaan dengan Allah? Itu adalah kenikmatan tertinggi di akhirat, yang melebihi kenikmatan apapun yang ada di surga, sebagaimana di dunia. Taukah kita bahwa kenikmatan tertinggi adalah ketika kita meraih kedekatan dan kebersamaan Allah yang khusus, sebagaimana ini Allah peruntukan kepada hamba-hamba yang dipilihnya.

Di akhirat nanti sudah kita ketahui bersama, berjumpa dan memandang wajah Allah subhanahu wa ta'ala adalah kenikmatan tertinggi. Kita kenal semua hadis sahih riwayat Imam Muslim dari sahabat yang mulia Abu Yahya Suhaib Ibn Sinan radiyallahu ta'ala anhu. Bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ Ketika penduduk surga telah masuk ke dalam surga, semoga Allah jadikan kita semua termasuk penghuni surga. Ketika itu Allah berfirman kepada mereka, apakah kalian menginginkan sesuatu sebagai tambahan?

Maka penghuni surga menjawab, Alamtu bayit wujuhana. Alamtu dekhilnal jannata wa tunjina minan nar. Ya Allah, bukankah engkau telah menjadikan putih berseri wajah-wajah kami?

Bukankah engkau telah masukkan kami ke dalam surga dan selamatkan kami dari neraka? Apalagi yang dicari setelah itu? Qala, Rasulullah SAW bersabda, Fayakshifu anil hijab.

Ketika itulah Allah menyingkap hijab yang menutupi wajahnya yang maha mulia. Fama u'tu shai'an ahabba ilaihim minan nadhari ila rabbihim azawajal. Ketika itu penghuni surga tidak merasakan satu pemberian.

Yang lebih mereka cintai daripada ketika bertemu dan memandang wajah Allah SWT. Masya Allah, semua kenikmatan surga dengan istana-istananya, dengan bidadari-bidadarinya, dengan makanan-makanan yang enak, buah-buahan, sungai-sungainya, taman-tamannya, semua terkalahkan. Dalam pandangan penghuni surga setelah mereka bertemu dengan pemilik dan pencipta semua itu. Zat yang maha indah. Yang memang mereka telah dambakan sejak hidup di dunia.

Karena mereka selalu mengenal Allah. Selalu mendambakan perjumpaan dengannya. Dan Rasulullah s.a.w. bersabda, Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah, barang siapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah s.w.t. pun mencintai perjumpaan dengannya.

Maashirul muslimin rahimakumullah. Taukah kita? Bahwa dengan sebab ini juga sebagian dari para ulama menjelaskan. Bahwa ketika disebutkan dalam hadis tadi.

Dan banyak ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan makna tersebut. Kenikmatan tertinggi adalah berjumpa dengan Allah. Maka ini menunjukkan.

Bahwa penderitaan terbesar yang didapatkan oleh orang-orang yang berpaling dari iman, berpaling dari tawheed, di akhirat nanti adalah ketika mereka terhalang dari memandang wajah Allah. Ketika Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat Al-Mutawfifin. Kalla bal, rana ala kulubihim ma kanu yaksibun, kalla innahum arrabihim yawma idhin lamahjubun.

Sekali-sekali tidak, bahkan telah menjadi penutup hitam yang menutupi hati mereka. Perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan, hatinya tertutup, tidak mengenal iman, tidak mengenal tawheed. Karena terbiasa menghambakan diri kepada selain Allah, menempatkan cinta takut dan berharap kepada selain Allah.

Terbiasa bergantung, berdoa, meminta kepada selain Allah. Akhirnya hati mereka ditutup. Keburukan terbesar di dunia mereka dapatkan. Di akhirat, sekali-sekali tidak. إِنَّهُمْ أَرَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ Sungguh mereka, orang-orang yang terhalangi dari iman dan tawhid ini, pada hari kiamat nanti akan terhalangi dari melihat wajah Allah SWT.

Syekh Abdurrahman Al-Sa'adi dalam tafsir beliau, tafsir Karimir Rahman, mengambil dalil dari dua ayat ini bahwa penderitaan dan azab terbesar yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak beriman, tidak bertauhid di akhirat yang melebihi penderitaan mereka di azab neraka adalah ketika mereka terhalang dari memandang wajah Allah SWT. Jadi disini, ma'asyiral muslimin rahimakumullah, permasalahan tawhid, peribadatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata-mata, menyerahkan ibadah lahir dan batin hanya kepadanya, ini permasalahan yang menyangkut semua kebaikan dalam agama. Bukan cuma di dunia, sampai di akhirat nanti. Orang-orang yang terbiasa dengan tawhid, Dialah yang akan merasakan kenikmatan ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ketika Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang sahih, riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya pernah berdoa. Allahumma inni as'aluka lizzatan nazari ila wajhika wa syawqa ila liqa'ik. Fighairi dharra'a mudhirratin wala fitnatin mudhinlah Allahumma zayyinna bi zinatil iman wa ja'alna hudhatam muhtadin Ya Allah aku memohon kepadamu Keledhatan memandang wajahmu di akhirat nanti Dan kerinduan bertemu denganmu di dunia Kerinduan bertemu denganmu di dunia, tanpa ada bahaya yang mencelakakan atau fitnah yang menyesatkan.

Ya Allah hiasilah diri kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang selalu mendapatkan petunjuk dan menyebarkan petunjuk kepada orang lain. Di sini kata Imam Ibn Qayyim rahimahullah ta'ala, Rasulullah s.a.w. meminta dua kenikmatan tertinggi, yang keduanya saling bergandengan, saling berhubungan. Yaitu, kenikmatan tertinggi di akhirat adalah ketika berjumpa dan memandang wajah Allah.

Sebagaimana kenikmatan tertinggi di dunia adalah perasaan selalu rindu untuk dekat dengan Allah. Rindu untuk beribadah kepada Allah. Rindu untuk mendekatkan diri kepadanya. Memurnikan penghambaan diri kepadanya. Wallahi ini akan dirasakan oleh ahlu tawhid di dunia.

Karena hati mereka beribadah kepada Allah dengan perasaan yakin memang cuma dia yang pantas diibadahi satu-satunya. Cuma dia yang pantas diserahkan kecintaan, ketakutan, dan pengharapan. Karena dia maha kuasa atas segala sesuatu. ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقِّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلِ Yang demikian itu karena Allah dialah sembahan yang benar, satu-satunya. Dan segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah batil.

Tidak pantas. Mereka-mereka yang disembah selain Allah. Tidak memiliki kekuasaan sedikit pun.

Tidak memiliki kemampuan melindungi. Bukan yang menciptakan. Bukan yang mengatur alam semesta.

Baltil. Tidak ada kepantasan untuk menyembah mereka. Coba kita lihat. Inilah buah manis daripada ibadah.

Yang selalu kita murnikan untuk Rab kita. Orang yang beribadah kepada Allah karena dia mengenal kemahasempurnaan sifat-sifat Allah, kemahakuasaannya, dia akan selalu berusaha mencari cara untuk dekat dengan Allah. Makanya saya katakan tadi, Di ayat pertama yang kita baca di awal kajian ini, barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah.

Ini janji keutamaan besar. Kedekatan dengan Allah itu, kebersamaan yang khusus itu Allah berikan kepada hamba-hamba yang tertentu. Al-Quran menyebutkan, إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ Inna Allaha ma'al ladhina takaw wal ladhina hum muhsinun. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Kebersamaan khusus. Penjagaan, perlindungan, taufik dari Allah dalam semua keadaan. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Bahkan lebih khusus, Allah sebutkan kebersamaan kepada para nabi dan para rasulnya.

La tahzan inna allaha ma'ana Jangan kamu bersedih, sungguhnya Allah bersama kita berdua Innani ma'akuma asma'u wa'ara Kepada Nabi Musa dan Harun alaihissalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Allah berfirman, sesungguhnya aku bersama kalian berdua Aku mendengar dan aku melihat Kebersamaan yang lebih khusus Balasan ini Allah peruntukan kepada orang-orang yang selalu menjaga hatinya dengan iman dan tawhid yang benar. Adapun orang-orang yang tidak berusaha memurnikan tawhidnya, memurnikan imannya, penghambaan dirinya kepada Allah SWT. Maka keutamaan dan kemuliaan ini tidak mungkin mereka dapatkan.

Tidak mungkin mereka dapatkan. Oleh karena itu, Maashirul Muslimin Rahimahumullah. Ini nasihat penting untuk kita semua. Landasan utama agama kita, Tauhid dan Ittiba. Ini adalah sesuatu yang harus kita paling perhatikan.

Tidak berhenti pembahasannya dengan sekali, dua kali, tiga kali, bahkan sepuluh kali pengajian. Ini yang menjadi awal dan akhir. Karena inilah penentu kebaikan kita di dunia dan di akhirat yang paling utama.

Coba lihat ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan kedudukan landasan utama Islam, dua kalimat syahadat. فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ أَمَّا كَانُوا يَأْمَلُونَ Maka demi Rabbimu, demi Allah, sungguh-sungguh kami akan bertanya, meminta pertanggung jawaban kepada semua manusia tentang apa yang mereka kerjakan di muka bumi. Amal perbuatan kita dimintai pertanggung jawaban.

Taukah kita, apa inti dari semua pertanyaan itu? Hanya dua hal. Kembali kepada dua kalimat syahadat. Imam Ibn Qayyim rahimahullah ta'ala menukil ucapan salah seorang ulama salaf yang menafsirkan ayat ini.

Ulama ini berkata, Kalimatani yus'alu anhumal awwaluna wal akhirun. Hanya dua kalimat. Yang ditanyakan kepada Manusia yang paling pertama sampai terakhir di akhir zaman. Ketika datangnya hari kiamat. Hanya dua kalimat.

Dua pertanyaan. Apa yang mereka sembah di dunia? Bagaimana mereka dalam menyempurnakan penghambaan diri kepada Allah dalam bertawheed? Dan yang kedua, bagaimana mereka menjawab seruan para nabi dan para rasul.

Yakni untuk masing-masing umat, bagaimana mereka menyikapi seruan para nabinya. Alayhimussalam. Dua pertanyaan. Inilah sebabnya dua kalimat syahadat adalah syarat masuk Islam. Bahkan ini adalah kunci masuk surga.

Barang siapa yang di akhir ucapannya, di akhir hidupnya, menutup ucapannya dengan dua kalimat syahadat. La ilaha illallah dan Muhammad Rasulullah. Karena kata para ulama, la ilaha illallah artinya juga beserta dengan Muhammad Rasulullah.

Maka dia akan masuk ke dalam surga. Pertanyaan malaikat mungkar dan nekir. Ketika mayat dibangkitkan dari kuburannya, apa yang utama?

tentang dua kalimat syahadat siapa Rabbimu, siapa Nabimu, apa agamamu intinya kembali kepada dua kalimat syahadat makanya Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Al-Bara'Ibn Azib RA bersabda, Rasulullah SAW bersabda Innal muslima iza su'ila fil qabri fayashhadu an la ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah Orang yang beriman itu ketika ditanya di kuburannya Waktu itu dia mempersaksikan La ilaha illallah tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah Dan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah utusan Allah Di depan malaikat Dia menjawab dengan konsekuensi syahadatnya. Kata Rasulullah SAW, فَذَاكَ قَوْلُوا Itulah yang dimaksud dengan firman Allah. Janji keteguhan iman dunia akhirat. Dalam surat Ibrahim, يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ ثَابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ Allah akan meneguhkan.

Keimanan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh, dua kalimat syahadat. Yang dipahami dan diamalkan dengan benar dalam kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Oleh karena itulah, ma'asyirul muslimin rahimakumullah.

Para ulama kita ketika menjelaskan tentang permasalahan, perkara yang paling penting dalam agama. Kita kenal misalnya tulisan yang sangat terkenal dari Sheikh al-Imam al-Mujadid, Muhammad bin Abdul Wahab. Al-usulut thalatha, tiga landasan utama.

Adalah mengenal Allah untuk mentauhidkannya, mengenal Rasulullah s.a.w. untuk ittiba, memurnikan. Ibadah semata-mata mencontoh perbuatan atau ibadah yang dikerjakan oleh Nabi SAW dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Tiga landasan utama.

Ini yang merupakan pertanyaan malaikat mungkar dan nakir. Ini inti pertanyaan semua makhluk ketika dihadapan Allah seperti ayat yang kita bacakan tadi. Jadi harusnya hidup kita... Kita banyak habiskan untuk memperbaiki dan membenahi kekurangan dalam masalah ini.

Tidak hanya cukup dengan sekali, dua kali, bahkan sepuluh kali pembahasan. Semua pembahasan kita seumur hidup membahas masalah ini. Terkhususnya ketika kita dapati perbuatan syirik dan penyimpangan dari sunnah Rasulullah SAW, perbuatan-perbuatan bid'ah masih tersebar di sekitar kita. Dari orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada Islam.

Kita harus bersemangat menjelaskan kepada mereka, tentu dengan cara yang baik, cara lemah lembut. Bahwa peribadatan yang mereka lakukan bukan cuma tertolak, tapi tidak pantas, tidak masuk akal, dan akan sia-sia hasilnya. وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَعَمِلُ مِنْ عَمَلٍ فَجَأَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا Kami hadapi amal-amal yang mereka kerjakan, kemudian kami jadikan seperti debu-debu yang berhamburan. Tidak ada yang ingin mengalami nasib seperti ini.

Bertauhid kepada Allah, ini merupakan kenikmatan. Merupakan ketenangan. Yang tidak mungkin jiwanya seorang muslim tenang tanpa semua ini.

Karena tauhid kepada Allah ibadah yang paling tinggi, zikir yang paling utama. Petunjuk terbesar dari Nabi SAW. Makanya ketika Allah SWT berfirman, أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبِ Ketauhilah, dengan berzikir kepada Allah hati manusia menjadi tenang, maka zikir yang paling utama adalah beribadah kepada Allah SWT semata-mata dan tidak menyekutukannya. Makanya dalam Al-Quran disebutkan, orang yang bertauhid dia akan mendapatkan ketentraman dan keamanan yang sempurna sesuai dengan kemurnian tauhid dalam hatinya.

Allah SWT berfirman, وَلَذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan imannya dengan kezoliman, yakni kesyirikan. Mereka lah orang-orang yang selalu mendapatkan keamanan, ketentraman, damai. Dan mereka lah selalu yang mendapatkan petunjuk. Hidayah dari Allah tergantung dari Tauhid. Perasaan aman dan damai dalam jiwa kita.

Yang ini merupakan sebab kebaikan dan kebahagiaan hidup kita di dunia. Tergantung dari Tauhid. Kita ketahui kedoliman disini ditafsirkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Bukhari Muslim.

Dengan firman Allah SWT dari ucapannya Luqmanul Hakim. Janganlah kamu menyekutukan Allah karena kesyirikan itu adalah kedoliman yang paling besar. Bayangkan, dolim kepada makhluk.

Sudah merupakan zulmat, kegelapan di atas kegelapan. Kegelapan yang menutupi hati. Kegelapan yang menghalangi kebaikan pada diri manusia.

Ittaqul zulma fa'inna'l zulma'ul zulmatun yaumal qiyamah. Takutlah kamu kepada zulim. Karena zulim itu sesuai dengan namanya zulm.

Mendatangkan zulumat kegelapan pada hari kiamat nanti. Ini dolim secara umum. Bagaimana dolim kepada Allah SWT dengan mengambil hak yang khusus baginya.

Tidak pantas. Seorang makhluk mendiamkan perbuatan syirik. Karena ini perkara yang paling tidak masuk akal. Bagaimana mungkin bisa diterima oleh akal manusia? Makhluk yang lemah dan penuh dengan kekurangan.

Sifat asalnya makhluk itu lemah dan penuh kekurangan. Sifat lazim. Wahai sekalian manusia. Kalian adalah hamba-hamba yang miskin fakir.

Penuh dengan kekurangan, butuh kepada rahmat Allah. Dan Allah subhanahu wa ta'ala dialah yang maha kaya, lagi maha terpuji. Coba, mahluk yang penuh dengan kekurangan, butuh kepada rahmat Allah. Dijadikan fitrahnya cenderung untuk beribadah kepada Allah, bertauhid.

Karena inilah kebutuhan terbesarnya. Kemudian setelah mahluk ini besar, disebabkan dia tidak mengenal keagungan Allah, tidak mengenal Rabbnya. Dia mencari ketergantungan meminta atau menyerahkan ibadah kepada mahluk. Padahal mahluk ini sama seperti dirinya, penuh dengan kekurangan dan kelemahan.

Apa jadinya orang yang lemah minta kepada yang lemah? Sangat tidak masuk akal dan sangat bodoh. Harusnya dia mengikuti fitrahnya meminta kepada zat yang memang maha kuasa atas segala sesuatu. Yang minta apa saja perbendaharaan itu semua ada di tangannya. Milik Allah lah perbendaharaan langit-langit dan bumi.

Tapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya. Orang-orang munafik yang tidak mengetahui hal itu. Orang yang beriman tahu.

Jadi sangat tidak wajar dan tidak pantas. Ketika seseorang itu ingin menyempurnakan kekurangan dirinya, dia mencari sesuatu yang sempurna. Dan itu adalah Allah SWT. Disinilah yang berkali-kali selalu kita tekankan. Untuk memurnikan Tauhid kita harus mengenal kebesaran dan keagungan Allah.

Supaya hati kita bertemu dengan tempat yang pantas kita menyandarkan diri padanya. Inilah makna nama Allah SWT. Yang berarti. Hati manusia selalu menyandarkan diri kepadanya dengan segala kebutuhan mereka.

Ketika seorang hamba mencari rezeki. Dia mengetahui ar-razak adalah Allah SWT. Dia minta kepadanya.

Ketika dia mencari keselamatan, dia mengetahui itu milik Allah, maka dia minta kepadanya. Meminta perlindungan dari keburukan, itu kekuasaan Allah, dia minta kepadanya. Minta hidayah, maka Allah adalah Al-Hadi, Maha Pemberi Hidayah, dia minta kepada Allah.

Semua, semakin dia mengenal Allah, semakin dia mengetahui segala kebutuhannya. Ada pada Allah SWT dan dia yang maha kuasa memberikan kepadanya. Dengan inilah dia akan semakin berpaling dari perbuatan syirik. Semakin menganggap perbuatan syirik itu tidak pantas dan paling tidak masuk akal.

Nah oleh karena itulah jamaah sekalian rahimahkumullah. Inilah... Hal-hal yang paling berharga yang harusnya kita usahakan dalam diri kita. Sekarang coba kita koreksi diri kita.

Bagaimana upaya kita dalam memurnikan Tauhid? Bagaimana upaya kita dalam memurnikan Tauhid? Gambaran sederhana saja. Cinta kepada Allah, ini adalah landasan utama ibadah.

Cinta kepada Allah disebut-sebut oleh para ulama sebagai ruhul iman, ruhnya iman. Hakikatut tawhid, hakikatnya tawhid. Wa asasut takarrub, landasan utama pendekatan diri kepada Allah. Wa ainut ta'abud, dan inti peribadatan kepadanya. Apa yang terjadi?

Sebagian manusia kurang dalam upaya mewujudkan ini sehingga kecintaan dan ketertarikannya kepada makhluk lebih besar dibandingkan dengan kecintaan kepada Allah SWT. Antum dan kita semua harus paham, cinta saja tidak cukup. Coba kita renungkan makna firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah.

Yang sering kita dengarkan. وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادَ يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ Dan di antara manusia. Ada orang-orang yang selalu yang menjadikan tandingan-tandingan sembahan-sembahan selain Allah. Yang mereka mencintai sembahan-sembahan itu seperti mencintai Allah.

Coba lihat orang-orang musyrik yang disebutkan dalam ayat ini. Apakah mereka mencintai Allah atau tidak? Mereka juga mencintai Allah. Tapi sama dengan kecintaan mereka terhadap apa? Sembahan-sembahannya.

Cukup dikatakan ini perbuatan syirik. Jadi jangan disangka orang-orang musyrik itu tidak mencintai Allah. Mereka mencintai Allah.

Fitrah manusia. Tapi ketika kecintaan ini disekutukan, dijadikan sama dengan makhluk. Maka dengan itulah mereka dikatakan telah menjadikan tandingan-tandingan atau sembahan-sembahan selain Allah. Makanya Allah membanta dan meruntuhkan kesalahan mereka dengan firmannya. Walladhina amanu ashadu'ubban lillah.

Dan orang-orang yang beriman itu sangat besar kecintaan mereka kepada Allah. Apa artinya? Diterangkan dalam kitab Fatul Majid, maknanya adalah Ai alladhina amanu ashaddu hubban lillahi min ha'ula il mushrikina liandadihim Orang-orang yang beriman itu lebih kuat kecintaannya kepada Allah dibandingkan kecintaan orang-orang mushrik terhadap berhala-berhala mereka. Kecintaan orang-orang muslim terhadap berhala itu lemah.

Dan tidak akan mungkin ada yang mengalahkan kecintaan hatinya orang yang beriman kepada Allah. Disinilah kita lihat, orang-orang yang menyembah kepada selain Allah punya syubhat besar yang meliputi hati mereka. Apa?

Mereka menyangka sembahan-sembahan ini bisa memenuhi kebutuhan. Dan ketergantungan atau kelemahan dirinya. Dasarnya karena mereka sesuai dengan fitrah manusia.

Merasa lemah dan kurang. Pasti dia akan mencari tempat bersandar. Terjadilah ketika syaitan membisikkan atau menampakkan hal-hal yang aneh.

Sehingga mereka menganggap kuburan ini bisa mendatangkan berkah, mendatangkan kebaikan. Memberikan apa yang mereka minta atau melindungi mereka dari yang ditakutkan. Atau pohon keramat ini atau batu ini. Seperti orang-orang musyrik zaman dahulu. Akhirnya hati mereka lari ke situ.

Tipu daya syaitan. Bersamaan dengan itu, hati mereka tidak berpaling dari Allah sama sekali. Masih ada kecintaan kepada selain Allah.

Akhirnya mereka bikin, oh ini merupakan perantara saja. Supaya mudah hajat kita sampai kepada Allah. Inilah namanya persekutuan yang sesungguhnya. Menjadikan perantara-perantara dalam beribadah kepada Allah.

Seperti ucapan orang-orang musyrik yang disebutkan dalam Al-Quran. Ma na'buduhum illa liyukorribuna ilallahi zulfa. Kami tidak menyembah sembahan-sembahan itu, kecuali agar mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.

Akhirnya terjadi perbuatan syirik. Menyerupakan Allah dengan makhluk. Memang kalau makhluk karena terbatas, kita ingin dekat, kita butuh perantara.

Kita ingin datang menghadap presiden atau orang besar, raja, butuh perantara. Untuk disampaikan hajat kita. Mereka serupakan ini dengan Allah, inilah perbuatan syirik. Atau menjadikan perantara dengan meminta kepada makhluk tersebut agar disampaikan kepada Allah. Inilah hakikat perbuatan syirik.

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَا اللَّهِ أَحَدًا Dan bahwasannya tempat-tempat ibadah itu adalah milik Allah. Maka janganlah kamu menyeru bersama Allah kepada seseorang pun. Jangan menjadikan perantara dalam berdoa meminta kepada Allah SWT. Satu poin penting yang kita ambil dari penjelasan ini adalah apa?

Tadi, cinta saja tidak cukup. Anda yang mengaku mencintai Allah. Kita yang mengaku mencintai Allah. Apakah sudah mewujudkan apa yang disebutkan dalam ayat ini?

Orang-orang yang beriman lebih besar dan paling kuat kecintaannya kepada Allah dibandingkan apapun. Antum harus ingat, kecintaan sampai pun dalam perkara-perkara yang mubah bisa melampai batas. Syekhul Islam Ibn Taymiyyah rahimahullah ta'ala mengatakan termasuk kesyirikan yang banyak terjadi di kalangan manusia adalah syirik dalam masalah cinta, takut, dan berharap. Coba kita lihat saja, kecintaan terhadap makhluk, misalnya kepada Rasulullah SAW, apa hukumnya?

Dianjurkan apa tidak? Bahkan wajib, iya kan? Betul gak?

Mencintai mengagumkan Rasulullah SAW, betul kan? Diwajibkan dalam Islam, karena ini mengikuti kecintaan kepada Allah SWT. Sekarang kenyataannya di lapangan. Apakah ada orang yang melakukan perbuatan syirik.

Dengan alasan mencintai dan mengagumkan Rasulullah SAW. Ada gak? Banyak. Bukan sedikit, banyak. Dengan alasan mencintai dan mengagumkan Rasulullah SAW.

Dia menyembah Rasulullah SAW. Loh disini kita lihat dekat sekali. Cinta yang diwajibkan kok bisa menjadi syirik. Disinilah tipu daya syaitan. Disebabkan apa?

Kalau asal dari kecintaan kita kepada Allah lemah, perkara-perkara apapun bisa dimanfaatkan oleh syaitan untuk merusak iman kita. Apalagi kecintaan terhadap perkara-perkara yang mubah. Betapa banyak dalam kehidupan kita, kita bertemu dengan sesuatu yang menarik, akhirnya kita cintai dan kita sukai.

Harta benda, anak-anak, istri, hukum asalnya boleh. Tapi disebutkan dalam Al-Quran, إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ Fitnah. Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah. Kenapa jadi fitnah? Hukum asalnya boleh kok.

Karena, kalau kecintaan di hati tidak segera diisi dengan kecintaan kepada Allah. Yang merupakan inti utama tawhid. Yang mengalahkan kepada kecintaan-kecintaan yang lain.

Maka kecintaan-kecintaan yang mubah tadi akan dimanfaatkan dan ditunggangi oleh syaitan. Untuk merusak iman manusia. Dari sinilah banyak terjadi perbuatan kesyirikan.

Makanya orang yang tidak mengenal Allah. Tidak memurnikan tawhid kepada Allah. Pasti dia akan terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Antum jangan mengira. Orang yang melakukan perbuatan syirik itu hanya yang sudah jelas-jelas menyembah kepada berhala, kuburan, yang dikeramatkan atau pohon-pohon besar.

Baik, orang yang tinggal di kota seperti yang saya pernah bahas. Tidak ada kuburan, tidak ada pohon besar. Apakah dia tidak berbuah syirik? Di dalam dirinya ketika dia tidak mengenal Allah, karena potensi syiriknya sudah ada, maka dia tidak akan menyerahkan mungkin kepada ber... Kepada pohon besar atau batu besar atau kuburan keramat.

Dia akan memalingkan itu kepada mungkin fasilitas yang ada di sekitarnya. Alat-alat canggih yang ada di sekitarnya. Syirik dimanapun bisa terjadi. Kalau inti utama daripada akidah, tawhid, cinta, takut, dan berharap tidak segera diisi dengan yang benar. Dan dijadikan paling besar kepada Allah SWT.

melebihi kepada siapapun. Dari sinilah kita sadari bahwa pelajaran Tauhid itu tidak bisa berhenti. Harus diulang-ulang supaya hati kita terbiasa menerimanya.

Sekarang permasalahannya kita ulang-ulang berapa kalipun pengajian Tauhid paling berapa jam kita bicarakan. Sementara kaum muslimin saat ini menyaksikan tontonan-tontonan yang menyimpang dari tawhid. Membaca di koran-koran. Bahkan dukun-dukun dan para tukang sihir ketika mempromosikan. Jin-jin sihir mereka, jimat-jimat mereka terang-terangan.

Akan mempengaruhi hati kita, karena hati kita lemah. Hal-hal seperti ini. Mau tidak mau akan mendominasi masyarakat kita, orang-orang di sekitar kita. Makanya saat ini kalau kita jalan misalnya ke pasar saja, atau di tempat keramaian.

Apakah kita akan dapatkan suasana yang dominan? Tauhid atau penyimpangan daripada Tauhid? Penyimpangan daripada Tauhid. Ucapan-ucapan manusia, kalau bukan karena ini.

Orang-orang yang membuat penglaris-penglaris. Pesugihan-pesugihan. Orang-orang yang tidak bersandar kepada Allah SWT.

Kita dapatkan dominan dan menjadi pemandangan yang marak. Karena tidak dibiasakan untuk mendengarkan tawhid yang benar. Tidak didakwakan kepada mereka bahwa Tauhid itu adalah sesuatu yang paling pantas dan paling wajar dilakukan oleh manusia. Dan inilah kebahagiaan hati manusia yang terbesar. Yang menjadi kesimpulan dari pembahasan tadi adalah, mengulang-ulangi dan membiasakan pembahasan tentang Tauhid, penjelasan tentang dalil-dalil Tauhid, membiasakan diri kita untuk selalu Mengulangi dan menambah keyakinan tentang Tauhid, ini akan menjadikan hati kita semakin mantap dan semakin kuat berpegang teguh dengannya.

Karena tentu hati manusia akan terbiasa dengan sesuatu yang sering didengarkannya, apalagi dengan dalil-dalil dari Al-Quran dan Sunnah. Rasulullah SAW yang merupakan sebaik-baik petunjuk akan semakin menancap di hati kita, sehingga itu yang kita harapkan nanti akan keluar di saat-saat. Apa ini akhir dari?

Hembusan nafas kita di saat-saat kita menghadap Allah SWT untuk ditanyakan tentang apa yang kita lakukan di dunia ini. Karena tidak akan mungkin bisa menjawab pertanyaan malaikat munkar dan nakir, orang-orang yang tidak terbiasa untuk mengamalkan penghambaan diri kepada Allah, mengingkari perbuatan syirik. Tidak mungkin. Masing-masing di akhirat nanti orang akan menjawab sesuai dengan apa yang mereka lakukan di dunia. Kalau mereka tidak terbiasa mencintai Tauhid, mengagungkan Tauhid, maka mereka akan kesulitan untuk mengatakan, Rabbku adalah Allah, Tuhanku atau sembahanku adalah Allah semata-mata.

Sesuai dengan apa yang disembahnya di dunia. Kemudian orang-orang yang tidak terbiasa memurnikan itibak, mengikuti sunnah Rasulullah SAW, akan kesulitan dan tidak mampu dia mengatakan, Nabi ku adalah Nabi Muhammad SAW. Karena masing-masing manusia akan menjawab, Sesuai dengan siapa yang dijadikan panutan sewaktu di dunia. Kemudian pertanyaan, Wama dinu ka'apa agamamu?

Tidak akan mungkin bisa dijawab, Kecuali oleh orang-orang yang di dunia selalu memperhatikan agamanya, Berusaha memperbaiki agamanya, Membela agamanya, Maka sesuai dengan apa yang kita kerjakan di dunia, Itulah gambaran dari amalan atau jawaban-jawaban, Pertanggung jawaban kita nanti di akhirat. Oleh karena itu, maashiral muslimin rahimakumullah, jadikanlah tawheed sebagai sesuatu yang menjadi simbol dari semua kegiatan kita. Dengan inilah kita habiskan waktu-waktu kita yang paling berharga.

Bukankah Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Quran, qul inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. La sharika lah wa bithalika umirtu wa ana awwalul muslimin. Katakanlah, sesungguhnya sholatku, sembelihanku. Bukan cuma itu, hidupku dan matiku.

Semua hanya untuk Allah SWT semata-mata. Tidak ada sekutu baginya. Semua untuk tawheed.

Dan dengan inilah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk hamba yang pertama kali berserah diri kepada Allah SWT. Makanya jadikan ini sebagai sesuatu yang selalu ada pada diri kita. Karena kita ingin menghadap Allah subhanahu wa ta'ala dengan iman yang benar. Dengan kerinduan untuk bertemu dengannya.

Kerinduan untuk memandang wajahnya. Dan orang-orang yang mendapatkan karunia ini hanyalah orang-orang yang benar-benar mengenal Allah. Beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata-mata. Memurnikan imannya.

Sehingga mereka akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka. Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan perjumpaan dengan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai anugerah terbesar bagi hamba ini di akhirat nanti. Maka semoga kajian ini merupakan nasihat yang bermanfaat bagi kita semua dalam upaya untuk menjaga kemurnian tawhid dalam diri kita. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa. Memudahkan kita untuk memurnikan iman, menyempurnakan tawheed dan penghambaan diri kita kepada Allah SWT.

Menjauhkan diri kita dari segala sesuatu yang menyimpang dari tawheed, perbuatan syirik besar maupun kecil. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita agar tetap istiqamah di atas Islam dan iman. Di atas sunnah Rasulullah SAW sampai di akhir hayat kita.

Demikian saya cukupkan. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan. Assalamualaikum Wr Wb wa'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bihsanna yawmiddin wa akhiru da'wana anilhamdulillahi rabbil alamin ya ada satu dua pertanyaan ada pertanyaan ustad mohon dijelaskan bahwasannya sebagian ikhwan kita sibuk dengan ilmu kira'ah masyaallah, namun yang menjadi masalah kesibukannya tersebut melupakan belajar akidah dan tawhid jazakallah khairan pertama Antum tidak boleh bersangka buruk kepada ikhwan Antum sendiri. Antum mengatakan dia ikhwan kita. Belum tentu dia melupakan Tauhid.

Bisa jadi dia belajar, tidak mesti dia belajar menampakannya kepada Antum. Kalau betul dia adalah ikhwan kita, apalagi dia mempelajari Qiro'ah, dengan dia baca Al-Quran, dia dapatkan di situ dalil-dalil tentang Tauhid, karena mayoritas isi Al-Quran adalah tentang Tauhid. Mestinya dia perhatian tentang masalah ini.

Kalaupun ini benar, nasihati dia dengan cara yang baik. Katakan kepadanya, buat apa anda belajar Al-Quran, memperindah suara, memperindah kira'ah, kalau inti kandungan Al-Quran anda tidak perhatikan. Tauhid, mengenal Allah SWT, ini adalah inti kandungan Al-Quran. Mayoritas isi Al-Quran, seperti kata Ibn Taymiyyah RA, Al-Quranu fihi min dhikril asma'i wa sifati aktharu mimma fihi min dhikri al-akli wa syuri wa nikahi fil jannah.

Di dalam Al-Quran penjelasan tentang nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah lebih banyak daripada penjelasan tentang kenikmatan, makanan, minuman, dan pernikahan di surga. Ini mayoritas isi Al-Quran. Jadi nasihati dengan baik agar mereka perhatian kepada masalah Tauhid. InsyaAllah mereka adalah orang-orang yang baik karena mereka adalah ikhwan kita sendiri. Supaya mereka lebih perhatian dalam masalah ini.

Agar ilmu yang mereka pelajari benar-benar bermanfaat. menjadi sebab kebaikan dan kemuliaan untuk diri mereka sendiri. Ketika kita berusaha menjalankan syariat Islam, sunnah dengan sungguh-sungguh, sebagian dari saudara kita sama muslim menyebut kita sebagai orang yang eksklusif.

Padahal kita tidak merasa seperti itu. Tolong dinasihati. Ya, tanggapan orang tidak akan bisa... Kita harus jadikan baik semua kepada kita. Orang yang lebih mulia daripada kita, para nabi dan para rasul.

Dituduh bahkan dikatakan sebagai orang gila. Apalagi kita. Kita yakin mereka itu berkata demikian karena tidak paham.

Kita pun dulu sebelum dapatkan hidayah, kita menilai orang-orang yang berpegang dengan Islam mungkin juga dengan gelar yang sama. Makanya kita menyadari, orang yang tidak paham butuh untuk difahamkan, butuh untuk didakwai dengan cara yang baik. Nasihati mereka, sampaikan kepada mereka, doakan mereka mendapatkan hidayah.

Mudah-mudahan dengan sebab itu mereka akan berubah dan ikut merasakan keindahan Islam yang telah kita rasakan. Semoga dengan sebab itu kemudian mereka berubah penilaiannya terhadap. Orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah.

Barakallah fikum. Ya cukup ya dua pertanyaan ini. Kita akhiri kajian kita. Subhanakallahumma bihamdika asyadu an la ilaha ilan tas taufiru kawatu bilai.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.