Dimaksud pager betis itu cuma istilah Sebenarnya paget betih itu buat tenda, cuma jaraknya paling jauh 5 meter. Tapi orangnya, masyarakat itu banyaknya masyarakat. Masyarakat ada yang 10, ada yang 15. Cuma tentara paling jaraknya cuma 1 sampai 50 meter.
Sedikit kelintaranya itu. Cuma istilah panggir peti itu supaya orang yang dimaksudkan panggir peti itu tidak bisa keluar. Supaya rapat dengan yang dimaksudnya.
Makanya tidak ada orang yang boros bisa keluar masuk kampung. Maksudnya... Itu berapa lama Pak?
Berapa lama? Lama juga. Kurang lebih sekitar 1 tahun kali ada.
Lama juga. Dan ketika pekerbik itu terjadi perang senjata? Nah, kalau di situ tidak terjadi perang senjata.
Di dalam dimasukkan abri, di sini ditahan. Kontak senjata mah tidak ada, kontak senjata mah. Cuma satu-satu biasa, karena yang sebelum pagi betis itu ada yang sudah menyerah.
Waktu senjatanya, udah yang menyerah. Waktu itu tidak terjadi kontak senjata. Cuma kontak senjata mah sebelum pagi betis.
Sebelum pagi betis. Karena tidak ada imporan peralatan. Sudah tertekan peralatan, tidak terjadi kontak senjata.
Selama pegerbetis? Selama pegerbetis, tidak terjadi. Cuma penyerahan itu bukan kurobistiknya, cuma kuarat makanan.
Terpenting itu. Kalahnya sama makanan ya? Makanan. Jadi kemampuan waktu itu, perang besar-besaran, tidak terjadi masalah penyerahan keamanan, tapi kekurangan makanan.
KB, menyerah. Jadi yang inti nama yang kuatnya bukan senjata, makanan yang kuat. Juga pangkat petis itu bukan istilah main kontak senjata masyarakat bersenjata, pakai gitar-gitaran.
Orang itu bawa gitar, musik-musikkan aja, hura-hura. Tidak ada berani yang berontak, yang bergutih itu, tidak ada. Orang di IDI yang tayunya keadaan istimewa senjata, tidak ada sama sekali.
Sama gitar-gitaran, sama ini buat makanan peda. orang yang ditahan diri itu kedengaran yang ingat mempunyai ikan pedak dengan nasi lipet kata orang di itu yang diingat itu makanan cuma apa-apa lagi nah itu menghirup harum makanan yang bilang itu orang yang turun orang itu sendiri yang bilang itu hai hai Bawa sendiri, bawa perbekalan. Dari masyarakat?
Dari masyarakat. Bukan dari pemerintah? Bukan, bukan dari pemerintah.
Karena ada di tugas seperti ini, ini bagian Anung. Kadang-kadang ini memberi upah, siapa yang mau berangkat, kasih duit. Dia yang berangkat, kadang-kadang orang yang demen ke situ.
Mencari upahan, upah gede. Di situ cuma hura-hura, cuma gitar-gitaran. Kadang orang Cina itu dipasuki tugas, lebih dari pemberi upah dari para berangkat, orang yang banyak orang upah pulang kembali. Nah opernya tidak begitu pulang sebelum ada apus. Kalau sudah ada apus baru pulang.
Itu ketatnya panggung putih, yang dimaksud panggung putih itu. Supaya tidak sempat mereka bisa keluar. Sebenarnya Cina juga ditugaskan Ditugaskan semua Cuma karena mereka punya uang Punya uang diganti oleh semua orang Orang lain yang berburu-buru Kasih upah Tapi saya lupa ada gak pernah ada orang Cina yang ikut pegerbetis Gak ada Gak ada Cuma orang-orang Indonesia aja yang nanya.
Orang. Cuma kasih upah aja. Apanya? Entah, gak tau dah upahnya tuh. Gak tau.
Hanya tau-tauin, kok udah kembali lagi? Ya pak, bagian siapa? Katanya nih, saya ini gantinya. Oh gitu. Semua pepatannya gitu aja tuh.
Dibuat proyek adah untuk orang-orang itu. Karena di situ walaupun menjaga masalah Dii, tapi mereka aman-aman, bagitar-gitar biasa, musik-musik. Tiap malam nggak ada yang tidur, rame-rame aja.
Rame-rame aja. Cuma dikasih ribet. Makanya istilahnya, DII itu kalahnya sama ribet. Bukan sama senjata.
Kalahnya. Tapi tiap pos ada senjata. Menjata?
Jarak jauh. Jarak jauh. Karena tentara dikit waktu itu.
Jadi tidak di tiap tenda ada tentara? Tidak. Tidak di tiap tenda.
Jauh. Jarak 50 meter kali satu. 50 meter satu. Cuma tentara itu sudah sama penjaga-penjaga di sini, nggak ada cemburu sasial, udah ini, udah seikat. Jadi tenang aja tentara juga.
Nggak takut gini, takut gini, nggak ada.