Transcript for:
Bentuk-Bentuk Negara dalam Perspektif Filosofis

Baik, ketemu lagi kita, saudara sekalian, para mahasiswa sekalian di kuliah Filosofat Pancasila. Hari ini saya akan terangkan mengenai bentuk-bentuk negara secara filosofis. Supaya apa?

Supaya kemudian Anda nanti bisa menempatkan Indonesia itu dalam kerangka bentuk negara itu di mana. Sudah jamak diketahui negara kita kan demokrasi, ya oke. Demokrasi Pancasila. Tapi sebelum ke sana, saya harus menerakan dulu mengenai...

Bagaimana secara filosofis mengenai bentuk-bentuk negara? Silahkan disimak buku Diskursus Filosofat Pancasila, alaman, sorry, bab dua ya, bab dua mengenai bentuk negara. Begini, yang namanya negara itu pasti menyoal hidup politik.

Pertanyaannya apakah itu politik? Karena negara adalah entitas politik. Jadi apakah itu politik?

Politik dari asal katanya itu dari... Terminologi Yunani ya, polis Dari kata polis, apa itu polis? Negara, kota Jadi di Yunani kuno dulu Ada kota-kota-kota Itu Mengelolanya seperti mengelola negara Jadi ada Polis Athena, polis Parta dan seterusnya itu Dikelola seperti mengelola Negara, dari kata polis Lah orang yang menjaga polis Namanya polisi Dan kemudian orang yang ngurusi polis, ya politisi Dan untuk yang namanya seni ngurusi kota Seni ngurusi negara, kota semacam itu namanya politik Jadi dari kata itu politik Nah sudah sekalian politik itu hanya bisa dimungkinkan Kalau orang itu hidup bersama Tidak ada orang yang bernegara berpolitik itu hanya satu orang tidak bisa, bayangkan saja misalnya, saya tanya kepada Anda apa cita-citamu? Anda menjawab Pak, saya ingin punya negara oh boleh di situ Anda jadi apa? Anda menjawab, saya jadi presiden Pak oke, bagus, bagus menterinya siapa?

Anda menjawab saya Pak, loh kok saya lalu kemudian tentaranya siapa? saya Pak Oh gitu Warganya siapa? Saya pak Loh kok semua kok anda semua Jelas kalian Kalau negara hanya satu orang itu kan tidak mungkin Maka yang namanya politik itu seni mengatur hidup bersama Itulah negara Jadi sendiri itu kurang Bukan hanya kurang ini tidak mungkin bernegara Jelas ya Maka yang namanya apa-apa yang perlu bagi negara Itu diatur dalam namanya konstitusi.

Negara itu pasti punya konstitusi. Kalau percaya silahkan cek Amerika, punya konstitusi Amerika. Negara apapun punya.

Di sana diatur mengenai apa? Hal-hal yang mendasar dalam hidup pernegara. Maka namanya konstitusi, dari kata konstitutif. Apa itu konstitutif? Sesuatu yang tidak bisa tidak.

Apa itu pak? Tidak, bisa tidak. Berarti apa?

Mutlak, harus ada. Harus ada dalam satu negara. Itulah namanya konstitusi. Di sana kan diatur bentuk negaranya seperti apa, presidennya, bagaimana memilihnya, DPR-nya, tugasnya apa.

Itu semua diatur dalam konstitusi. Nah, silahkan sekalian secara khusus Indonesia. Indonesia itu konstitusinya apa?

Hukum dasarnya apa? Sudah Anda tahu? Namanya adalah Undang-Undang Dasar.

1945, itulah konstitusi yang kemudian mengikat Indonesia atau menjadi semacam legitimasi konstitusional mengenai apakah itu Indonesia. Jadi semua negara harus punya konstitusi ya, termasuk Indonesia. Dalam konstitusi itu kemudian diatur mengenai apa-apa yang penting dalam hidup bersama.

Maka jangan juga salah mengerti, kenapa? Karena roh konstitusi adalah hidup bersama tadi loh. Dimana satu orang tidak bisa hidup menjadi atau memiliki satu negara sendirian, tidak bisa, maka ada hidup bersama. Maka rohnya ini hidup bersama, paham ya?

Dan hidup bersama diatur di dalam konstitusi ini. Maka, saudara sekalian, banyak orang salah mengerti mengatakan bahwa konstitusi adalah hanya soal peraturan, undang-undang. Ya kan, aturan itu. Jadi hitam di atas putih, hanya itu saja. Keliru, kenapa keliru?

Karena hidup bersama itu kan luar biasa kompleks Luar biasa ruwetnya Pertanyaannya, kalau kekompleksan ini hidup bersama kemudian diatur, ditulis satu per satu Dalam konstitusi, itu jelas tidak mungkin Itu hil yang mustahal, atau hal yang mustahil, kan begitu Nggak mungkin, karena kalau hidup bersama satu per satu diatur Bagaimana cara orang duduk, cara orang bersalaman Cara orang ini, cara orang itu, waduh kemudian diatur di dalam konstitusi tidak mungkin, bahkan tidak muat maka harus dimengerti berarti konstitusi bukan hanya soal peraturan hitam di atas putih tetapi soal roh hidup bersamanya maka tidak tidak semua ada di sana misalnya ya, misalnya contoh di UD 45 Undang-Undang Dasar 45 tidak ada yang namanya larangan... Misalnya ya, larangan untuk mencelak orang, tidak ada. Larangan untuk menghina orang, tidak ada.

Dalam Udada Dasar 45, tidak ada. Anda dilarang untuk memperkosa orang, tidak ada di UD 45. Pertanyaannya, lupa kalau tidak ada di UD 45, apakah boleh kita memperkosa orang? Ya tidak boleh.

Kenapa? Karena tadi loh, rohnya hidup bersama. Kalau tindakan memperkosa itu adalah bertentangan dengan hidup bersama, merusak hidup bersama, maka ya jangan dilakukan meskipun tidak ada di dalam undang-undang.

Faham ya? Demikian juga dengan, mohon maaf ya saya menyimpang, mohon maaf itu juga yang terjadi misalnya dengan kitab suci kita. Apa itu kitab suci? Semua agama mengatakan ya kitab ini mengajak kita untuk hidup suci. Kan begitu.

Tetapi kalau hidup... Manusia semua ditulis disana Tidak akan muat Contoh Mencontek Tidak ada di semua kitab suci Manusia dilarang mencontek Mahasiswa dilarang mencontek Kalau mencontek masuk neraka Coba dicari dimana ayatnya Saya yakin tidak ada Tetapi jangan mengatakan Kalau tidak ada di kitab suci Tidak ada di undang-undang dasar 45 Berarti kita boleh mencontek Ya tidak boleh Kenapa? Karena mencontek, kalau dalam mengajak kitab suci, itu kan melukai kesucian.

Tadi saya bilang, kitab suci itu kemudian mengajak manusia hidup suci. Kalau mencontek itu melanggar kesucian, ya jangan dikerjakan meskipun itu tidak ada di kitab suci mu. Sama dengan halnya, lho pak mencontek tidak ada dalam UD 45, apakah saya boleh mencontek? Tidak boleh, karena mencontek itu Anda melukai hidup bersama. Ya kan?

Anda melanggar keadilan. Kalau begitu ya sudah, jangan dikerjakan meskipun tidak ada di dalam Undang-Undang Dasar 45. Faham ya? Jadi konstitusi itu melampaui tulisan, meskipun bentuknya tulisan.

Faham dari sini ya? Baik, saya tuliskan. Dan soal konstitusi kemudian, kalau dirunut kepada bentuk-bentuk negara kuno, ini menarik. Misalnya, Plato. Plato mengatakan secara konstitutif atau secara mutlak, negara itu harus begini, begini, begini.

Itu menarik, misalnya Plato ya. Plato mengatakan bahwa, kalau ingin negaramu ideal, itu yang mutlak, itu haruslah kamu tarik negaramu dari bagian manusia yang ideal. Plato mengatakan bahwa manusia itu punya dua idealitas.

Eh, sorry, punya dua bagian manusia ya. Satu namanya jiwa. Dua namanya raga, manusia punya jiwa dan raga, itu kata Plato.

Maka idealnya mana? Apakah jiwa atau raga? Ini yang mau dicari oleh Plato.

Kalau Anda kepengen negaramu itu baik, tariklah dari akarnya. Akar negara itu kan manusia, betul ya? Karena negara kan kumpulan manusia, hidup bersama kan berasal dari individu. Apa itu?

Manusia. Dan kata Plato, manusia ini ternyata dibedah lagi ada dua kapasitas. Namanya jiwa dan raga.

Nah, Plato mengatakan, raga itu punya hukumnya sendiri, jiwa itu punya juga hukumnya sendiri. Raga misalnya itu kan bisa mati, raga bisa rusak, tetapi jiwa itu ideal. Dia kemudian tidak bisa mati, kekal bahkan. Maka Plato mengatakan, Nah, kalau ingin negaramu itu ideal, kekal, jangan ditarik pakai hukum raga, tariklah pakai hukum jiwa, gitu loh. Maka negara, kalau Anda ingin negaranya baik, harus dirunut dari jiwa manusia.

Ini saya tunjukkan. Plato tidak berhenti di situ. Kemudian dia membedah jiwa manusia lagi. Ini yang menarik filsafat ya.

Sampai ke akar-akarnya. Dan Plato membedah jiwa manusia ada tiga bagian. Yang pertama ada bagian rasional, rasional part. Yang kedua ada bagian spirited, bagian yang bersemangat. Yang ketiga bagian apetitif, bagian yang mengingini, itulah tiga kapasitas jiwa manusia.

Bagian apetitif, bagian yang mengingini, kan jiwa juga kepingin ini, kepingin itu kan. Bagian kemudian bersemangat, jiwa kan punya semangat juga. Nah yang pertama rasional, karena jiwa juga berpikir. Nah kata Plato, dari tiga bagian ini yang paling ideal adalah bagian rasional. Kenapa?

Karena rasio itulah yang membimbing manusia. Gitu kira-kira. Maka yang namanya rasionalitas manusia, kalau di-runut ke dalam konteks jiwa tadi, saya kembali ke bagian rasional tadi. Rasio itu punya keutamaan apa? Bijaksana, karena dengan rasio itu kemudian dia bisa mengerti mana baik, mana buruk.

Maka orang menjadi bijaksana hidupnya. Dan negara... Kalau kepingin ideal, ya tadi itu harus dipimpin oleh orang yang bijaksana.

Satu orang bijaksana. Itu baru negaramu ideal. Nah, kemudian Plato mengatakan kalau begitu, negara yang ideal itu satu orang bijaksana.

Modelnya apa? Kata Plato, kingship. Apa itu kingship?

Kerajaan. Harus ada satu orang bijaksana yang memimpin negara. maka jangan heran, ya saya jalan ya saya bongkar sekarang di negara Eropa Eropa kuno Eropa kuno misalnya Inggris sekarang masih ada sisanya ya Belanda Belgia Luxemburg Swiss macem-macem pokoknya negara Eropa hampir semua hampir semua ya zaman dulu itu bentuknya pasti kerajaan hampir pasti kerajaan tak percaya silahkan cek meskipun sekarang masih ada juga enuh kan Sisanya kan, misalnya Inggris punya ratu kan, ratu Inggris.

Belgia juga punya ratu Belgia. Kemudian Prancis pernah dipimpin Raja Louis. Belanda ada ratu Belanda juga.

Lalu lihat ya, jadi negara-negara Eropa itu dulu memakai teorinya Plato supaya negara mereka ideal. Maka bentuknya apa? Kerajaan Harus bentuk kerajaan supaya ideal Oke Nah sekarang anda membandingkan Apakah ada filosof lain selain Plato ada namanya Aristoteles Membandingkan antara konstitusi ideal Dan tidak ideal Yang ideal tadi sama ya yang namanya Kingship kerajaan dianggap paling ideal Tetapi menariknya Aristoteles menyebut Ada satu bentuk negara yang sangat tidak ideal Apa itu?

Demokrasi Kok demokrasi pak? Karena menurut Aristoteles dan juga Plato Yang nama demokrasi adalah Negara yang dipimpin oleh Bukan oleh satu orang bijaksana Ini atau demokrasi ya Pemerintahan dari rakyat Oleh rakyat Untuk rakyat Jelas Demokrasi berarti siapa pemimpinnya? Rakyat Siapa tuh rakyat? Saya, Anda, Bapakmu, Mbahmu, semuanya rakyat. Berarti mereka bisa memimpin?

Bisa. Bayangkan ya, kalau saya bisa memimpin, Anda jadi pemimpin Lekjo, jadi pemimpin Lekmin, jadi pemimpin Mbahnem, jadi pemimpin. Apa terjadi? Kacau balo kan?

Karena semua merasa bisa memimpin. Lalu kemudian mempertunjukkan kepemimpinannya. Makanya terjadi kacau balo.

Itu kata AstraZeneca. Kenapa? Karena tidak ada kebijaksanaan.

Yang ada dalam negara demokrasi adalah anarki. Oke, C. Mungkin penjelasan saya ini agak mengagetkan. Kenapa?

Karena lupa, Indonesia kok demokrasi? Padahal kata dua filosofi ini kan tidak ideal. Oke, saya stop sampai di sini dulu. Pertanyaan ini harus Anda jawab dalam tugas. Karena memang sengaja saya pancing.

Kok negara kita memilih demokrasi ya? Padahal ini tidak ideal. Tolong dicermati, silakan membuka buku saya itu supaya Anda mengerti kenapa Indonesia memilih demokrasi. Dan bukannya Indonesia, sekarang hampir semua negara beralih dari kingship, dari kerajaan, menuju demokrasi. Kenapa demikian?

Penjelasan berikutnya akan saya jelaskan, karena saya terkendala oleh waktu. Sampai di sini ya, saudara sekalian. Baik, semoga bermanfaat.

Terima kasih. Selamat belajar.