Yo guys, Xiaomi 14T Pro. Gue udah pake HP ini selama 2 minggu dan saatnya share kesimpulan gue tentang smartphone yang satu ini. Mostly tentang kameranya yang punya branding Leica. Bagusnya apa, yang kurang juga apa, bakal gue kasih tau. Tapi tenang, hal-hal lain yang gue anggap penting bakalan dibahas juga.
Alright, let's go! Kita start dengan spek kameranya dulu. Xiaomi 14T Pro punya 3 kamera yang menurut Xiaomi pakai kaca lensa Leica Sumi Lux, di mana fokus utamanya adalah di sensitivitas cahaya.
Nggak heran ya, marketing angle Xiaomi kali ini terfokus pada foto-foto malam. Di belakang kaca-kaca itu, pada main camera ada sensor 50MP Light Fusion 900 atau versi customizernya OmniVision OV50H. Itu artinya sama seperti di flagship-nya Xiaomi 14. Terus ada 13MP OmniVision OV13B untuk ultrawide dan ISOCELL JN1 50MP untuk lensa tele yang punya magnifikasi 2,6x atau equivalent to 60mm di full frame sensor.
Selfie-nya 32MP sensor ISOCELL. Yang gue sayangkan pada spec head ini adalah ketiadaan OIS di lensa tele, dimana sebenarnya kita tahu semakin panjang lensa, artinya semakin dibutuhkan itu yang namanya OIS. So, by spec atas kertas ada pembeda ya antara... flagshipnya Xiaomi 14 dengan Xiaomi 14T Pro yang berada di segmen apa ya? Entry level flagship, flagship killer, sensor ultrawide di Xiaomi 14 lebih bagus dengan JN1.
Tele-nya juga lebih jauh di 3,2x, bisa buat macro shot juga, which kepake banget buat gue pribadi. Dan terakhir, tele-nya tersebut juga stabilized di Xiaomi 14 dengan OIS. Mumpung udah nyinggung Xiaomi 14, gue mau kasih tau sesuatu. Perbedaan karakter processing di Xiaomi 14, 14T Pro, dan 14T biasa. pada Leica Authentic, which itu adalah mode warna yang supposedly Leica banget.
Surprisingly, Xiaomi 14T Pro justru yang warnanya paling netral skin tone-nya. Di sisi lain, vignet-nya lebih berasa daripada Xiaomi 14, lebih kontras juga, serta sharpening-nya lebih berasa sedikit. Sharpness di Xiaomi 14 itu lebih natural ya, sedangkan 14T paling berasa efek sharpening-nya.
Itu ya perbedaan karakter antar ketiganya. Sementara kalau perbandingan Leica Authentic versus Vibrant di... Xiaomi 14T Pro ya seperti biasa, vibrant lebih rata antara gelap dan terangnya dan lebih eye pleasing, sementara Authentic lebih kontras, less saturated, lebih berkarakter.
Moving on, kita lihat hasilnya seperti apa. Foto dulu. Berhubung most of the time hasil foto di 14T Pro pada mode Authentic tuh nggak terlalu kental karakter Leica-nya, gue end up 90% pake mode warna Leica Authentic ini.
Karena malah jadinya natural, nggak terlalu eye pleasing, nggak terlalu nyeleneh pula. Warnanya pas aja di Authentic ini. Tips dari gue, kalau mau berasa lebih berkarakter, mainin EV atau Exposure Compensation yang sekarang udah hadir dedicated button-nya di viewfinder sebelah bawah kiri.
Underexpose ke minus 0,7 sampai minus 0,3 supaya kekhasannya kembali. Hasilnya lebih kontras dengan darker shadow, vignette juga lebih kelihatan, overall tone juga lebih unik. Atau ya sekalian, gas aja ke black and white. Yang secara tuning keren banget dengan gradasi gelap terang yang khas serta kontras yang laika, bewe banget.
Soal warna ini konsisten ya, sampai kondisi remang sekalipun. Warna ngikut kondisi sekitar tanpa terlalu dibikin netral. Namun tetep keluar, nggak jadi muted warnanya. Sampai kondisi gelap juga masih bagus banget.
Yang gue cukup surprise adalah dynamic range-nya. Di kondisi extreme backlight, Xiaomi 14T Pro masih oke banget, padahal pengalaman gue dengan flagship Xiaomi tahun ini sampai 14 Ultra sekalipun, mereka paling struggling di kondisi ini. Nah, soal detail, di Leica Authentic tuh natural banget ya. Jejak oversharpening yang biasa kita lihat di HP-HP dengan SOC MediaTek nggak kelihatan di sini.
Maklum udah Dimensity Series 9 kan kalau yang Pro, memang udah cakep ASP-nya. Ketika coba gue bandingin soal detail dengan hape yang jualan kamera juga, di rentang harga yang mirip-mirip, Realme GT6 kita bisa lihat perbandingan karakter detailnya. GT6 tuh lebih tajem dengan sharpening profile khas BBK Group. Hampir menuju over sharpening. Tapi, uniknya kita bisa dapet sharpness yang mirip dengan mengubah mode di 14T Pro jadi Leica Vibrant.
Yes, di Leica Vibrant, sharpeningnya tuh lebih main daripada di Leica Authentic. Soal detail ini masih bagus ya, sampai di kondisi rembang sekalipun. Halo kalau udah gelap jelas ada penurunan namun masih sangat-sangat baik lagi-lagi detail ini bukan hasil oversharpening melainkan hasil bukaan lensa f16 berkolaborasi dengan sensor besar satu persatu koma tiga satu insya natural banget foto orang apalagi detailnya sangat baik tips yang sama kayak sebelumnya kalau moto malam terutama non orang, gue prefer mainin EV ya, karena sering kali dia expose untuk bikin scene lebih bright dari aslinya dan gue kurang suka hal itu gue pribadi prefer malem terlihat masih seperti malam Kita move on yuk ke lensa yang lain.
Mengejutkan, tele-nya lumayan banget. Secara image quality se-level sebetulnya dengan Xiaomi 14, walau magnifikasinya cuma 2,6x, katsus 3,2x di Xiaomi 14. Ketiadaan OIS baru obvious ketika kondisi udah gelap. Nah, ketika nge-zoom di atas zoom range-nya, let's say 5x hybrid. Lalu kita bandingkan dengan GT6, yang tele-nya di 2x. lalu dibikin 5x Hybrid juga, detail di Xiaomi 14T sekilas kalah.
Namun ketika diteliti, GT6 terlihat tajam karena over sharpening yang berasa banget artifactsnya. Gue masih prefer hasil di Xiaomi 14T Pro. Yang gue kurang suka dari tele-nya tuh ada 2. Pertama adalah Portrait Mode-nya.
Secara karakter dan detail gambar sih oke ya, cuma Depth Calculation-nya yang kurang oke. Sering kali bagian yang harusnya nggak bokeh malah jadi bokeh. Edge Detection-nya juga sekedar lumayan aja.
Hal kedua adalah focusing distance-nya, jauh banget cuy di atas 40 cm. Dan Xiaomi 14T Pro itu ternyata tidak punya mode makro sama sekali, karena ultrawidenya juga tidak autofocus. Jadi kalau mau foto close-up, solusinya pakai lensa utama, lalu zoom kedua kali.
Hanya itu pilihannya. Ngomong-ngomong soal ultrawide, lumayan ya hasilnya ya. Nggak luar biasa, tapi lumayan banget.
Tidaknya lebih baik lah dari 8MP sensor yang biasa ada di mid-range. Malam juga masih oke. Balik ke depan, kamera selfie biasa aja sih, nggak ada yang spesial. Masih butuh pencahayaan yang oke dulu, supaya hasilnya wah.
Alright, foto udah ya. Next video. Eits, sebentar dulu.
Seperti biasa, ada yang mau lewat. Kalian nyari headphone over the ear yang premium. Bisa cek headphone terbaru keluaran Sonos. Sonos Ace, secara hardware, TOP. Top, out of the box, udah dapet carrying case dan 2 kabel.
Build quality-nya premium, ala AirPod Max, namun lebih ringan. Jadi nyaman digunakan berlama-lama. Fitur ANC dan transparency mode-nya, bagus. Salah satu yang terbaik di kelasnya. Output audio-nya pun, bagus.
Cocok buat gue yang bass head. Yang nggak kalah penting, input kontrolnya tombol semua. Jadi, bass head.
accidental touch sangat minimal terjadi. Nggak lupa, buat yang punya produk audio Sonos lain, dengan tipe tertentu, Sonos Ace mendukung fitur audio swap juga. Harganya 8 jutaan?
Yes, ini adalah headphone over the ear yang premium. Kalian tertarik? Bisa mampir ke Sonos Offline Store di Music Plaza Indonesia lantai 3, Pacific Place Mall lantai 4, dan Sonos Store di PIM 2 lantai 3. Jadi bisa sekalian nyobain.
Kalau online, bisa cek di Sonos Official Store Tokopedia dan Music Tokopedia. Untuk perekaman video, settingan maksimal 4K 60fps bisa digunakan di main camera dan tele. Untuk ultrawidenya, mentok di 4K 30fps. Cuma untuk kalian yang mau pindah-pindah antar lensa belakang, cuma bisa di 4K 30fps.
Pindah-pindah lensanya sih masih ngaget-ngaget ya, belum terlalu smooth. Untuk video 4K 60fps-nya bagus, stabilisasi bagus, warna oke, bitrate pun stabil sehingga fps nggak fluktuatif keseringan. Jitter-nya masih ada sesekali kalau kondisi nggak ideal, namun tidak obvious.
Nih, lihat tuh berapa sampel video yang gue ambil. Hai guys, aku lagi nyobain video selfie-nya Xiaomi 14T Pro. Tadi yang 4K agak jiter nih, sekarang aku nyobain yang 1080p 60fps. Perekaman audio-nya juga lumayan bagus, clean.
Untuk video selfie-nya mentok di 4K 30fps dan 1080p 60fps. Di resolusi 4K sayangnya jiternya masih berasat. Tapi sebenarnya kalau kita rekamnya dalam kondisi yang super bright, bener-bener terang-beneran siang bolong begini, mendingan.
Nggak terlalu jiteri kayak kalau udah maghrib, udah mulai jam 5, udah mulai mendung gitu. Jadi bener-bener butuh pencahayaan yang sangat ideal. Intinya untuk perekaman video, Xiaomi 14T Pro hampir tidak ada tapinya.
Bagus untuk harganya. Nah, buat yang nanya lensanya ngembun atau enggak, gue udah tes di beberapa situasi. Ada yang rekam dulu di ruangan panas lalu semburin ke freezer.
Ada yang rekam di tempat panas lalu semprot AC rumah. Semuanya so far so good. Full videonya udah gue taruh linknya di deskripsi ya.
Mau pengen juga taruh di video review gini kan. Anyway. Ada satu kali sebetulnya tes dimana Xiaomi 14T Pro ini muncul unggun Namun cuma sebentar banget Beberapa detik doang lalu menghilang unggunnya Ya intinya kalau nggak dicari-cari Ya asalnya sih bakal aman-aman aja Gitu ya pandangan gue tentang kamera dari Xiaomi 14T Pro ini. Sebenarnya ada yang belum gue bahas nih soal kamera, AI.
Gue rencana ada satu video khusus tentang AI di 14T series. Nanti ya, setelah AI-nya lengkap semua datang via software update. Stay tuned. Nah, sekarang kita bahas singkat aja findings lain gue tentang HP ini. Seperti apa?
Soal desain, gue kurang suka seperti gue bilang kemarin di video first impression. Tapi sebenarnya yang warna Titan Grey ini lebih baik daripada yang hitam menurut selera gue. Materialnya sih premium ya dengan back cover kaca dan frame metal. Layar OLED-nya bright, enak buat foto hunting di outdoor kayak begini. Dan smooth juga di 144Hz refresh rate-nya.
Untuk performa, Dimensity 9300 Plus ini kenceng, AnTuTu-nya bisa 2,1 juta. Kenceng banget. Stabilitas performa di 3DMark bisa sampai 75-80 persenan. Dipakai main Wild Rift, 2 kali berturut-turut di ruangan non-AC, itu stabil ya, di sekitar 120 fps dengan... Susuh maksimal ditahan di bawah 45 derajat Celcius.
Kalau dibatalkan export video ke 4K, upscale dari 1080p di CapCut, masih lebih cepetan Xiaomi 14 sedikit dengan Snapdragon 8 Gen 3-nya. Baterainya 5000 mAh, gue bisa dapet 5 jam sampai sampai 6,5 jam SOT tergantung pemakaian. Jadi dia tipikalnya tuh standby drainnya lumayan boros ya kalau kita standby-in aja HPnya nggak kita pakai. Kalau dipakai intensif SOT bisa lebih banyak.
Kita juga dapat charger 120 Watt dan bisa wireless charging juga. SIM card slotnya dual SIM, no micro SD slot dan mendukung eSIM. Terakhir vibration motornya nggak sempuk flagshipnya tapi nggak kasar bajai juga.
Stereo speakernya juga suaranya nggak sebulat Xiaomi 14, sekedar 8,5 juta dan 12,512 di 8999. Untuk yang 14T, 6,5 juta buat yang 256, 6,999 buat yang 512. Bokil juga ya, akhirnya berani banget nih Xiaomi Indonesia. Bawa 2 tipe dan masing-masing tipe punya 2 varian pula. Berani dia.
Orat itu adalah Xiaomi 14T Pro, 8,5 juta sampai 9 juta. Worth it banget. Overall kameranya bagus, hampir tidak ada tapi nya. Tidak seperti di 13T yang kemarin punya problem di skin tone.
Foto-fotonya bagus, sangat fun dan berkarakter juga hasil-hasilnya. Video juga seimbang, tidak jomplang dengan hasil fotonya. As a phone, overall saya pun suka. Nyeram pet flagship.
Kencang mula. Ini sih sepertinya akan saya pakai untuk mengganti iQOO Neo 9S Pro untuk kebutuhan push rank sehari-hari. Nah kalau ditanya, direct competitor-nya siapa?
S24 FE. Gue belum dapet kesempatan nyoba sih, tapi nanti mudah-mudahan bakalan kita versusin di lain video. Vivo X100 biasa juga udah tipis tuh, harganya di 10 juta. Tele-nya juga lebih bagus kan.
Overall, gue rekomen Xiaomi 14T Pro ini. Gue tanya-nanya kalau kami jual HP second di mana, coba kunjungi lapaknya ponsel kamu di Tokopedia. Link udah gue taruh di deskripsi. Alright, sekian aja video dari gue kali ini.
Gue Aliesa and this is K2G. Tunggu racun-racun kami berikutnya. Ayo!