Kita dari awal membangun sebuah sistem prototipe di mana pernak magot kita melakukan integrasi dengan budidaya ayam. Tadinya setahun pertama saya itu pernak magot jual magot, tapi sekarang pernak magot jual ayam peti. atau jual telurnya atau jual ayam pedagingnya dan jual ikan.
Jadi sangat bisa mereduksi sampah yang ada dan ini menjadi solusi bahkan benefit bagi pelaku-pelaku usaha di bidang permagutan. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat siang sahabat pencinta lingkungan Perkenalkan nama saya Yuswinto Usia 51 tahun Beralamat di kampung Paten Gunung RT03 RW10 Kota Magelang Disini saya sebagai pelaku Wira usaha Budidaya Magot Dan Budidaya Ayam Elba Dan Ayam KUB Yang berorientasi memproduksi pakan mandiri jadi dari sampah saya berikan ke magot, terus magot nanti kita berikan ke ayam dan ikan. Tadinya kita berawal dari ikut pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang sehingga mau tidak mau kita terus budidaya di kota dan Alhamdulillah walaupun di kota karena kita juga melibatkan sebagian warga yang peduli terhadap kebersihan lingkungan, khususnya sampah yang ada di wilayah wilayah kami Alhamdulillah itu support bahkan mereka bisa nyumbang sampah mereka ke kami otomatis secara moral mereka juga sepakat dan setuju terhadap apa yang saya lakukan dalam artian secara moral karena saya berpikir di saat kita tinggal di suatu tempat beserta masyarakat yang ada di saat lingkungan kita bersih tertata sehat tentunya itu sangat nyaman bagi kita yang tinggal di daerah tersebut dan saya berpikir sampai Apa ini yang tadinya jadi problem bagi masyarakat maupun pemerintah, itu akhirnya menjadi sebuah solusi bagi khususnya saya untuk menjadi wira usaha di budidaya mankot ini.
Jadi tentu kaitannya dengan kebersihan itu adalah tanggung jawab bersama, itu yang saya kemas dengan ikatan moral tadi. Jadi latar belakang saya dulu sebenarnya kerja di sebuah perusahaan pengeboran yang berpusat di Jakarta. Terakhir saya tugas itu di Brunei. Setelah saya risen...
saya coba melakukan wira usaha, mencoba untuk penghidupan baru. Dan insya Allah ini takdir Allah yang terakhir untuk menapai anak istri. Sekarang ini selain di magot, terus di ayam, di ikan, juga di tanaman buah dalam pot.
Jadi itu terintegrasi karena tanaman butuh pupuk, pupuk itu diambil dari hasil limba pengolahan magot, dan hasil dari kotoran kandang ayam yang dimakan magot, itu saya konversikan menjadi pupuk organik. sebagai tanaman yang saya budidayakan. Jadi di saat saya kerja di sebuah perusahaan eksplorasi migas, itu kan lumayan gaji. Dan itu saya pikir lebih dari cukup untuk menghidupin dua orang anak. Tapi lambat laun karena proses perjalanan hidup tadi, ada sisi-sisi yang hampa.
Kita hanya bisa bermanfaat bagi keluarga, tapi saya punya idealisme. Kenapa sih kita sebagai manusia tidak bisa bermanfaat selain dari keluarga, khususnya bagi masyarakat luas. Idealisme itu tetap tersimpan dalam benar.
hati dan pikiran dan Alhamdulillah ini bisa terrealisasi lagi idealisme itu dengan saya melakukan proses biokonversi yaitu budidaya maggot konsep berpikir saya saat itu bagaimana cari uang sebanyak-banyaknya biar bisa membahagiakan khususnya diri saya maupun keluarga namun ada sisi-sisi hampa di saat kita lagi melakukan aktivitas kerja di luar kota atau di luar pulau bahkan di luar negara kita di saat orang di sana itu Lagi nganter anak sekolah, anaknya cium tangan ayahnya, cium tangan bundanya. Itu yang saya belum bisa sehingga saya merasa-rasa ada yang hilang. Idealnya bagi saya saat itu, wah harusnya saya punya kehidupan yang seperti itu ya.
Jadi tetap aktivitas mencari nafkah, tapi tetap bisa tiap hari ketemu anak istri, bisa nganter sekolah, bisa nganter istri belanja. Kalau kita bicara tentang hasil atau finansial yang saya dapat saat ini, itu banget jauh lebih sedikit. dibandingkan saya kerja di perusahaan.
Anggap aja dulu kalau punya pengusaha Penghasilan 100% di pengeboran, sekarang ini paling 1 persepuluhnya. Cuma saya berpikir bahwa hidup ini pilihan. Pilihan ini apakah bisa membuat kita bahagia atau tidak, atau bermanfaat atau tidak dalam arti sekarah holistik.
secara luas. Itu balik-balik lagi saya ada pengalaman spiritual dimana di saat saya yakin dengan kebesaran Allah, Allah akan mencukupi kebutuhan saya bersama anak istri. Dalam arti bukan hanya kebutuhan finansial saat ini yang saya butuhkan, juga juga butuh kebahagiaan di mana hubungan sama anak, sama istri, sama cucu, itu saya sikapi itu juga bagian dari sebuah rezeki yang tidak bisa dikontaksikan dengan rupiah.
Jadi kalau kita bicara sampah atau limbah, kan menjadi problem bagi kabupaten, kota, provinsi, bahkan sekup negara, bahkan sekup dunia. Seperti kayak di Jerman, di Belanda yang sudah pakai konsep zero waste. Saya perkecil dari lingkup di RT saya sendiri, RT 03 RW 10 Paten Gunung. Saya mencoba membuat sebuah gagasan beserta warga, konsep kawasan zero waste. Jadi konsep kawasan zero waste ini saya harus memulai dari sisi teknikal, jadi bagaimana sampah organik itu digumpulkan warga untuk makan magot, terus yang anorganik kita tampung untuk kita catat dan kita konfesikan rupiahnya.
Itu kita bicara tentang kuratif, tapi bicara edukatif, saya melakukan program-program pelatihan seperti di lingkungan. kecil sendiri di masyarakat bahwasannya, gak usah bingung kalau sampah di rumah tangga, gak usah dibawa ke gerobak, sebisa mungkin kalau yang bisa dimanfaatkan oleh makot setorkan ke sini, kalau yang unorganik kok bisa laku dijual oleh kami, itu akan saya tampung dan kita tabungkan nanti di akhir tahun akan kita buka dan kita kembalikan ke warga musik kaitannya dengan volume sampah atau yang berkaitan dengan linear dengan perilaku hidup sehat, saya nggak bisa berharap bahwa apa yang saya lakukan ini sebuah proses yang revolusi, tapi evolusi. Dan saya juga butuh sinergitas dari pemerintah, khususnya dinas terkait, dan juga butuh support atau kekuatan-kekuatan lain dari NGO yang konsen di bidang lingkungan.
Karena hampir rata-rata 60-80 ton per hari heterogen jenis sampahnya, dan itu harus ditumpuk di salah satu tempat namanya. namanya TPSA. Saya berpikir ini masih dalam level mindain sampah, belum mengelola.
Kalau kita bicara kelola itu berarti ada biokonversi, ada teknologi yang bisa kita hire untuk melakukan proses pengelolaan tersebut. Namun teknologi maupun improvisasi tersebut tetap harus berbanding lineal dengan program membangun sistem edukasi di tiap-tiap rumah tangga yang ada di Kota Magelang, khususnya di RT Sayang. Jadi kalau kita bicara tentang budidaya magot, karena pakan utamanya itu adalah sampah, khususnya sampah organik.
Kalau kita menghasilkan 1 kg magot, itu magot itu membutuhkan 5 kg sampah. Jadi hampir mendekati 1 banding 5. Tinggal bagaimana nanti kalau kita meningkatkan populasi magot, budidayanya, otomatis kan mereduksi sampah juga cukup besar. Cuma yang perlu kita pikirkan juga bukan masalah hulunya ini, tapi juga hilirisasi.
Jadi kalau meningkatkan populasi magot, terus bisa menghabiskan... dengan sampah 1 banding 5 tapi hilirisasi atau penjualan makut ini kemana ini yang akan menjadi PR bagi saya beserta teman-teman makanya kita dari awal membangun sebuah sistem prototipe dimana kita melakukan integrasi dengan budidaya ayam tadinya setahun pertama saya tuh pernah makut jual makut tapi sekarang pernah makut jual ayam petelur atau jual telurnya atau jual ayam dagingnya dan jual ikan jadi sangat bisa mereduksi sampah yang ada dan ini menjadi solusi bahkan benefit bagi pelaku-pelaku usaha di bidang permagotan ini. Kaitannya dengan permodalan yang dibutuhkan untuk budidaya magot, saya membina teman-teman sesuai dengan kearifan lokal. Jadi kalau modalnya sedikit, ya kita budidayanya sedikit.
Jadi balik lagi ke modal, modal itu relatif dan sangat normatif. Sesuai dengan tempat yang ada, kita berikan. kita bisa budidayakan cukup di teras rumah atau di belakang rumah.
Sisi menarik dari usaha yang saya lakukan adalah karena saya pakai tagline socialpreneur. Bagaimana kita bisa maju bersama sehingga lingkungan di tempat masing-masing pembudidayakan magot otomatis sampahnya tereduksi. Kedua, dengan konsep socialpreneur, kita ini tadinya tidak punya teman jadi punya teman, punya teman jadi punya saudara, sehingga kita menjadi sebuah keluarga baru yang sudut pandangnya sama.
Bahwa kita bisa punya hasil, tapi juga lingkungan tertolong atau bersih dari sampah. Yang nanti puncak-puncaknya itu kita bisa menciptakan di tiap-tiap punya teman itu lingkungannya punya kawasan zero waste. Sehingga bisa menghasilkan atau bisa memunculkan destinasi bagi pengunjung-pengunjung yang mungkin hanya belajar atau studi banding.
Sehingga bisa meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat setempat di saat ada kunjungan-kunjungan. Bagi teman-teman pembudidaya maggot yang... Yang tidak ada kegiatan lain-lain magot, yaitu misalkan tidak ada budidaya ayam maupun ikan, berarti kan dia harus ternak magot, jual magot. Sebenarnya kebutuhan magot untuk industri pakan ternak, baik itu ternak unggas maupun ternak ikan, itu sangat tinggi sekali.
Jadi saya memulai mangkut ini bukan dari nul, tapi dari minus 165 juta.