Transcript for:
Sekolah Hewan dan Dinamika Hutan

Ibu dan Bapak Calon Guru Penggerak Hutan adalah salah satu tempat hidup beraneka ragam hewan dan makhluk hidup lainnya. Hutan merupakan rumah bagi mereka. Pada suatu hari, Raja Hutan berpidato di hadapan semua hewan di hutan dan mengatakan, Untuk menghadapi tantangan dunia baru, maka aku akan mencari mendirikan sebuah sekolah semua anak-anak hewan yang ada di hutan diwajibkan untuk bersekolah tanggapan masyarakat hutan setelah mendengar perintah sang Raja Hutan tentang kewajiban anak-anak harus bersekolah sangatlah beragam.

Jadi terdengar keriuhannya. Mereka mendiskusikan kurikulum yang harus diajarkan di sekolah hewan tersebut. Semua memiliki pendapat yang berbeda.

Pagi yang cerah. Warga hutan mengantar anak-anak mereka ke sekolah hewan untuk mendaftar masuk sekolah. Mereka antri dengan tertentu.

bertip berbaris warga hutan beserta anaknya dijelaskan oleh jerapah sang kepala sekolah bahwa sekolah hewan tersebut telah memutuskan untuk mengadopsi kurikulum kegiatan yang terdiri dari berlari memanjat berenang dan terbang agar lebih mudah pengelolaan kurikulumnya maka semua hewan wajib mengambil dan mengikuti mengikuti semua mata pelajaran. Bebek sangat bagus dalam berenang bahkan ia lebih baik dari instrukturnya. Tapi dalam ujian terbang nilainya hanya pas-pasan.

Untungnya ia tetap lulus ujian terbang tersebut. Yang membuat dia sedih adalah hasil ujian berlarinya. Ia mendapatkan nilai yang sangat buruk.

Karena dia sangat lamban dalam berlari. Padahal Bebek sudah berusaha dengan sangat keras. Dia harus tinggal di sekolah setelah sekolah usai untuk latihan berlari ini. Dia bahkan juga terpaksa meninggalkan hobinya berenang untuk menambah jam latihan berlarinya.

Dia berlatih sangat keras hingga selaput kakinya robek. Akibatnya, ia pun tidak bisa menunjukkan hasil yang baik bahkan dalam ujian renang karena masalah dengan kakinya tersebut. Bebek pun gagal di ujian berlari dan hanya mendapat nilai rata-rata dalam ujian berenang. Bebek sedih sekali mendapat nilai rata-rata.

Tapi di sekolah tidak ada yang peduli dengan kesedihannya. Menurut guru-gurunya, Nilai rata-rata bebek sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau KKM. Jadi tidak masalah. Kelinci tadinya senang karena ia selalu mendapat nilai bagus di pelajaran berlari.

Tapi akhir-akhir ini semangat belajarnya menurun drastis. Ia lelah karena hampir setiap hari harus mengikuti kelas remedial untuk berenang. Sementara itu, Tupai adalah hewan yang sangat baik dalam memanjat pohon. Tapi, saat pelajaran terbang, ia mengalami frustasi. Di kelas terbang, gurunya meminta ia terbang dari bawah ke atas.

Dan bukan dari atas ucuk pohon ke bawah. Karena diforsir, ia kelelahan. Tupai pun mengalami kram.

Akhirnya, Tupai mendapat nilai C dalam memanjat, dan nilai D dalam berlari. Elang di kelas dikategorikan sebagai anak bermasalah dalam disiplin, sehingga sering sekali dihukum. Di kelas memanjat, ia selalu mengalahkan semua hewan yang lain dan sampai ke pucuk pohon terlebih dahulu.

Tetapi, ia bersih keras untuk naik ke atas pohon dengan menggunakan caranya sendiri. Menurut Elang, yang penting adalah tujuan akhirnya. Iya, akhirnya juga tidak lulus.

Walaupun gurunya sudah memintanya untuk terbang dari bawah, Ia tetap tidak mau mendengarkan Psikolog sekolah mendiagnosis Elang memiliki oppositional deviant disorder Gangguan oposisi menantang Rencana modifikasi perilaku yang ketat pun lalu dikembangkan untuk elang. Pada akhir tahun, seekor ular yang kebetulan bisa berenang sedikit, berlari sedikit, memanjat, dan terbang sedikit memiliki nilai rata-rata tertinggi di antara para hewan. Sebagai murid yang dianggap terbaik, ia diminta mengucapkan pidato akhir tahun mewakili hewan-hewan.

hewan lainnya. Anjing-anjing padang rumput memutuskan tidak bersekolah karena tidak ada kurikulum menggali. Para orang tua anjing kemudian lebih memilih mengirimkan anak-anaknya untuk magang kepada musang. Sambil terus mengkritisi kebijakan sekolah hewan.