Hai ayo muslim Yes sir I muslim Wah itu rasanya saya nggak bisa itu bagi saya itu rezeki jadi rezeki itu tidak Hai apa ya melulu tentang uang hai hai Di sana saya punya saudara gitu di sana Dan itu membuat waktu-waktu kita di sana akhirnya Alhamdulillah Saya ketemu saudara-saudara muslim di sana Disambut layaknya seperti seorang yang spesial, mereka senang melihat orang foreigner muslim itu senang. Sholat jumat gitu ya, zona merah. Di saat tim saya itu ngomong, kok beraninya kamu lagi ke sana? Kenapa?
Saya di sana itu saya kayak punya keluarga baru di sana. Oh iya? Asik ya itu.
Jadi saya sholat jumat itu kira-kira kalau dari pabrik itu sekitar empat puluhan menit. Dan itu benar-benar zona merah. Gak nyaman memang kesana.
Hai bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh perkenalkan nama saya Hegy harjoyo saya tinggal di Malang Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan hari ini untuk mengelola beberapa bisnis salah satu bisnis yang sudah cukup lama gitu Kita geluti sekitar 4 tahunan, ada bisnis bakery, cafe shop, dan kita lagi merintis 3 bisnis ya. Ada Harjoyo Corporate Center yang dalam bidang ini kita diamanai oleh Allah untuk membantu partner kami bagaimana mereka. mereka bisa bertumbuh lebih baik ya.
Terus kemudian ada juga turan travel, ini goalnya ada dua, sebenarnya menyalurkan hobi dan mencari kendaraan bisnis, bagaimana bisnis ini bisa berkembang lebih cepat. Syukur-syukur Allah juga memberikan takdir, tim ini juga bisa lebih maju dengan cepat juga. Jadi Harjoyo Group berawal dari ketika saya itu sudah memutuskan untuk hijrah gitu ya, dari profesional yang kita sudah 17 tahun.
Saya merintis pertama Harjoyo Group itu dengan tukang. tuku roti ini. Tuku roti itu kami geluti, ya benar-benar ketika saya keluar dari perusahaan, dan ini perusahaan cukup besar, saya harus nol lagi gitu ya, tanpa ada kegiatan apapun. Istri yang biasanya itu merawat anak, akhirnya ikut produksi.
Jadi jam 5 kita bangun pagi, istri harus mulai ngaduk roti, terus kemudian juga disambi untuk nyiapkan anak-anak sekolah, saya mengelola orderan di rumah ini. Jadi kegiatan sehari-hari kita waktu itu itu kita isi dengan ya berkeringat dengan benar-benar mulai dari nol ya jadi mulai tanpa ada penghasilan sama sekali waktu itu jadi kita mulai dari roti Alhamdulillah kita sudah punya beberapa outlet gitu ya outlet kami ada di Ciliwung kita juga sempet buka di Surabaya juga kira-kira dua tahun yang lalu akhirnya kita putuskan untuk merubah bisnis modelnya dan kita fokus di Malang terus kemudian kita buka belajar bikin cafe shop juga waktu itu ada di Malang juga Alhamdulillah sampai hari ini Juga salah satu bisnis yang menurut kami profitable Terus kemudian gak tau bagaimana ceritanya itu kan sering kita ketemu dengan beberapa pengusaha Sering-sering dengan pengalaman yang sudah pernah ada ketika saya dibekerja di beberapa perusahaan Terus kemudian sharing tentang manajemen SDM, sharing tentang manajemen operasional Akhirnya ada klien pertama saya itu menghubungi saya, Pak Hegi bisa gak saya itu dibantu sebagai konsultan Nah saya juga gak tau, sehingga ceritanya akhirnya Konsultannya itu seperti apa? Ya lebih ke organik ya, penjajakan organik.
Terus kemudian beliau alhamdulillah puas dengan layanan, kemudian merekomendasikan ke klien saya berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya terbentuklah ini namanya Harjoyo Corporate Center. Jadi lini bisnis ini adalah lebih kepada bagaimana membantu para pengusaha mengelola usahanya dengan ilmu korporasi, sehingga nanti perusahaan ini atau bisnis ini bisa berkembang dengan lebih. lebih terstruktur dan sistematis. Jadi Harjoyo Group ada beberapa linis bisnis, Harjoyo Corporate Center ini untuk di consulting, manajemen SDM, manajemen operation, ada di bakery, ada cafe shop, tour and travel, dan ada taksa, taksa itu lebih ke parfum dan fragrance.
Saya juga enggak menamai ini Harjoyo Group, tim saya yang tiba-tiba nyeletuk, mudah-mudahan ini jadi Harjoyo Group, jadi holding, mudah-mudahan jadi manfaat untuk banyak orang. Jadi ada produk, kok ini enak? Terus kemudian saya waktu itu jadi customer-nya beliau ini. Terus kemudian karena satu dan lain hal, beliau memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis bakery ini.
Saya beli resepnya. Terus kemudian bagaimana nanti istri saya itu yang produksi itu akhirnya di training. Sampai akhirnya bisa.
Sama persis seperti ketika kita menikmati sebagai pelanggan. Jadilah bisnis ini. Jadi nggak punya perspektif bagaimana mengelola bisnis ini dari sisi market itu bagaimana. Apakah ukuran pasarnya besar.
Nggak punya. Ya sebenarnya dari produk kita jual gitu aja. Terus organik bagaimana bertumbuhnya ya belajar.
Kalau teman-teman yang sudah biasa bisnis tahu market. Kalau saya ya bagaimana. saya punya produk, saya jual. Sesimpel itu. Akhirnya, Bestdo ini kan jadi satu-satunya kendaraan waktu itu untuk kita bisa support untuk memenuhi dapur saya dan juga menghidupi tim saya juga.
Cuman karena minus, karena saya juga belum punya penghasilan mulai dari nol. Mau gak mau, saya mengambilnya juga cukup banyak waktu itu. Gak tahu itu gaji atau dividen waktu itu juga gak paham.
Saya ambilnya banyak sampai akhirnya lahirlah Harjoyo Corporate Center ini. Saya punya klien bertumbuh dari 1, 2, 3 tahun. Akhirnya saya berpikir perusahaan roti ini suatu saat harus jadi perusahaan besar Untuk menjadi perusahaan besar saya harus lebih profesional Kalau saya ngambil uang dari perusahaan ini ya entah itu ngambilnya sebagai gaji atau hal-hal yang entah itu deviden Tapi harus profesional, nggak bisa saya ngambil uang seenaknya di bisnis ini Alhamdulillah jadi saya bisa waktu itu saya bisa memenuhi kebutuhan hidup dapur saya melalui konsultan ini Best do dari sisi keuangan lebih profesional Dan Alhamdulillah akhirnya bisa bertumbuh.
Alhamdulillah dalam 3 bulan ini dengan tim itu, Bestdo sudah bisa tumbuh sekitar 5-6 kali lipat. Jadi uangnya kita kelola lebih profesional, bagaimana perusahaan ini bisa lebih bertumbuh secara profesional. Jadi benar-benar... Terorganik pengelolaannya, saya nggak tahu harus bagaimana lah waktu itu.
Pokoknya saya pikirkan bagaimana bisnis ini bertumbuh, tim saya ikut sukses, gitu aja. Menurut saya versi profesional dari sebuah bisnis itu kalau saya alami sendiri ya sebagai... bisnis owner, kemudian saya juga berinteraksi dengan puluhan klien.
Problem bisnis awal ketika dia itu berada dalam posisi skala mikro atau kecil, itu adalah bagaimana bisa produk ini terjual. Jadi fokusnya jualan, jualan, jualan, sampai akhirnya bertumbuh, menemukan market, bagaimana membuat produk yang fit dengan market. Itu tantangan pertama.
Ketika saya pelajari, ketika bisnis ini sudah bertumbuh dari mikro, kemudian kecil, terus kemudian dia bertumbuh sampai menengah. Nah menengah ini kalau asumsi saya atau definisi saya yang omsetnya sudah di atas 811 miliar per bulan. Itu saya anggap bisnis ini sudah masuk ke skala menengah. Jebakannya adalah mereka itu terbiasa bertumbuh organik. Semua-semua itu masih owner centric.
Kan istilah banyak tuh di market itu. Ada yang ngomong CEO itu adalah Chief Everything Officer. Itu memang relevan, memang seperti itu yang saya alami dan saya hadapi dengan klien-klien. Dan ada beberapa yang bilang, Mas aku ini sudah mentok, mas ini bisnis mau tak apain ini, aku bingung ini. Saya tahu bisnis ini sudah di skala 1M, 1,5M itu.
Tapi saya nggak tahu harus ngapain lagi setelah ini. Gimana cara mengembangkannya, yang jelas saya sudah. sudah tidak banyak waktu, terus kemudian problemnya lebih banyak, hari-hari banyak kejutan.
Jadi ketika saya pelajari bisnis di skala menengah, tantangan berikutnya adalah bagaimana bisnis ini perlu tata kelola atau sistem manajemen. Bagaimana membangun sebuah organisasi, bagaimana menentukan masing-masing rolnya dalam sebuah organisasi, bagaimana membangun manajemen operasionalnya, bagaimana membangun supply chainnya, membangun SDMnya, sehingga bisnis ini bisa bertumbuh. Nggak lewat owner, tapi memang manajemen yang bekerja, sistem manajemennya, kemudian organisasinya. Nah, jebakan kedua memang lebih banyak bagaimana bisnis itu bisa berkembang melalui sistem manajemen yang baik.
Saya dapat klien pertama itu waktu bisnis bakery saya usia 2 tahun. 2 tahun saya juga ngamen sana-sini, ketemu dengan teman-teman pengusaha, belajar bagaimana menumbuhkan bisnis. Bagaimana teknik marketing yang baik, teknik selling yang baik gitu ya.
Sampai akhirnya saya itu ikut beberapa komunitas waktu itu. Di komunitas itu kok kebanyakan orang kok membahas tentang SDM, membahas tentang kok banyak problem. Padahal menurut saya itu problem yang sederhana gitu ya.
Saya punya problem bagaimana berjualan gitu ya. Tapi bagi mereka problem itu bukan problem saya gitu. Karena saya sudah...
Sudah berada pada perusahaan yang besar yang tahu bagaimana cara menafikasi bisnisnya. Akhirnya saya, Mas sharing dong tentang SDM, aku punya problem ini itu. Mas sharing dong tentang bagaimana saya mengelola gudang, mengelola operasional. Sehingga aku itu nggak kaget-kaget setiap hari kalau ada problem A, problem B gitu ya.
Akhirnya saya masih ingat betul waktu itu saya ngisi tentang bagaimana mengelola SDM dengan manajemen korporasi. Setelah saya ngisi, saya ingat betul waktu itu 3 hari kemudian ada telepon masuk. Pak, saya adalah staffnya owner kami yang ikut sharingnya Pak Hegi di Surabaya.
Oh iya kenapa mbak? Bisa nggak Pak Hegi jadi konsulannya kami? Wah itu mikir saya. Konsultan, ya saya sering dengerin istilah konsultan tapi saya gak kebayang konsultan itu pekerjanya bagaimana. Terus saya juga sempat ditanya, Pak rate-nya berapa?
Rate itu saya juga bingung waktu itu, rate itu apa? Wess gini aja mbak, saya gak tahu harus jadi konsultan itu gimana, tak bantu wess gitu. Pokoknya mbak Nurul problemnya apa, tolong saya dikasih tahu nanti saya bantu.
Loh yakin pak, dibantu pak? Ini kan bakal sering pak, bapak kalau membantu saya kalau sebagai konsultan. Waduh kalau sering ya, saya kan ninggal bisnis mbak. Akhirnya saya waktu itu ada... ada jedah beberapa, coba saya nanti pikirkan ya Pak ya, akhirnya saya melihat coba ini saya ambil, terus kemudian saya mikir, ya wislah ratenya ini gini aja waktu itu kan saya kerja di perusahaan multinational company, ya sanggaplah karena ini yang dipakai adalah ilmu profesional saya saya hitung gaji saya satu bulan saya konversikan ke waktu-waktu itu, dan Alhamdulillah waktu itu, yaudah Pak, deal Pak, saya juga lihat kok CV-nya Bapak tidak hanya SDM Bapak malah justru lebih banyak di bagaimana membangun atau mengelola sebuah pabrik, bisa nggak Pak, sekalian Pak ini Jadi semuanya ini mbak, SDM?
Iya pak sekalian wis pak, SDM sama operasional. Masuklah saya dan kemudian wow ternyata seperti ini yang mereka mengelola bisnisnya. Jadi benar-benar enggak tahu caranya bagaimana mengelola manajemen sistem. Jadi problem-problem hariannya itu meledak di mana-mana, dia juga bingung bagaimana menafikasinya, owner itu. Kadang ngurusi sales, kadang ngurusi operation, ngurusi SDM.
Terlibat di semua ini problem. Dan itu saya bisa memahami. Keos juga kalau bisnis dalam skala menengah ini.
Kalau ownernya semua harus jadi superman di semua fungsi. Akhirnya insya Allah saya punya pengalaman itu. Akhirnya saya mulai masuk membangun manajemen operasionalnya. Alhamdulillah singkat cerita kurang lebih sekarang klien saya ini sudah saya bantu sekitar 2 tahun setengah.
Perusahaan ini sudah bisa berjaya. bertumbuh 6 kali lipat. Dan hampir tidak ada penambahan mesin di situ.
Tidak ada penambahan SDM secara signifikan. Jadi benar-benar dengan tata kelola yang baik, bagaimana meningkatkan produktivitas timnya, meningkatkan moral mereka bekerja, sampai akhirnya yang dulunya juga sempat minus, sekarang kita tahu bagaimana menafigasi dari sisi finansial budgetingnya. Akhirnya kita bisa membawa perusahaan ini dengan izin Allah tentu saja akhirnya bisa positif. Alhamdulillah akhirnya klien saya ini ngomong ke klien yang kedua. Singkat cerita klien dua, ngomong ke yang ketiga, keempat, dan seterusnya.
Karena saya bukan orang yang saya nggak tahu bagaimana membrandingnya, saya juga nggak tahu cara marketingnya, saya juga nggak tahu cara selling itu harus seperti apa. Kadang itu saya juga pekewuh kalau ada orang minta penawaran, aduh gimana ini cara jualannya, terus kemudian kalau nego nanti closing saya juga sungkan. Jadi lebih banyak sungkanya kalau memang deal ya Alhamdulillah kalau enggak ya berarti belum rejeki gitu Sesederhana itu jadi bisnis HCC ini mengelola klien mulai dari 0 sampai puluhan itu ya Hanya benar-benar dari mulut ke mulut Sampaikan beberapa informasi terkait dengan ini.
Yang saya lakukan bagaimana membantu bisnisnya klien itu bertumbuh, biasanya awal itu tantangan saya adalah membangun trust. Nah untuk membangun trust, biasanya saya itu buat projek yang kecil. yang kira-kira terukur, yang kira-kira bisa membawa dampak. Akhirnya orang itu merasa win dengan keberadaan kita bekerja bareng itu.
Nah setelah dalam posisi itu, ke depannya saya bisa banyak hal yang bisa saya lakukan. Contoh sederhana. di industri konveksi gitu ya.
Mereka punya 21 penjahit. Saya bagi menjadi tiga grup. Jadi ada tujuh penjahit masing-masing tim.
Karena owner ini waktu itu mengeluh ke saya. Mas, ini permintaanku ini banyak. Tapi produksiku itu nggak mampu memenuhi kapasitas yang diinginkan oleh permintaannya pelanggan.
Wah, bagus sebenarnya ini. Pelanggannya lebih banyak dibandingkan apa yang kita bisa jual. Terus yang kedua, mas.
Kemarin itu saya itu ada gagal produksi gitu, sampai kalau gak salah inget itu sampai ribuan piece yang gak bisa saya jual Tiga SDM ku ini absenan mas. Apalagi kalau orang desa ini kan sering kalau punya hajat itu, dui gawe izin sehari, seminggu nggak masuk. Sudah permintaan kurang, kualitas bermasalah, masih absenan.
Nah yang saya lakukan waktu itu sesederhana, 21 penjahit itu tadi saya bagi menjadi tiga grup, jadi tujuh, tujuh, tujuh. Tersederhana juga saya buatkan papan tulis bareng-bareng sama klien. Terus kemudian setiap tim ini, grup ini, Saya minta mereka untuk memberi nama Anggaplah ini perusahaan kamu sendiri Ada yang menyebutnya PT Bahagia Persama PT Berkah PT apa gitu ya Mereka membuat identitasnya mereka masing-masing Anggaplah ini bisnismu kamu sendiri Nah kemudian papan tulis itu tadi Mereka bisa melihat ini Isinya papan tulis itu adalah output setiap hari Jadi Senin outputnya berapa Selasa outputnya berapa Masing-masing tim bisa melihat kinerjanya seperti apa Saya tambahkan juga jumlah cacatnya Terus kemudian saya goreng sedikit ini. Yuk kalau seandainya kamu bisa hari ini katakanlah outputmu adalah 7 piece per hari. Kalau seandainya bulan depan kamu bisa 10 piece, bulan depannya lagi lebih dari 10 itu kamu akan dapat reward.
Terus kemudian masing-masing tim ini nanti akan ada tim yang punya pre-progress paling bagus itu juga ada reward makan-makan. Terus kemudian nonton bareng gitu misalnya. Ya Alhamdulillah lagi-lagi atas izin Allah tanpa menambah SDM baru. Dengan 21 orang itu tadi, bergerak itu sampai 3 kali lipat, bahkan 5 kali lipat, dalam waktu kira-kira 3 sampai 6 bulan. Jadi output mereka itu naik, cacatnya turun hampir 46 persen, berarti hampir separuh.
Nah, dengan cara yang sesederhana itu, itu kan sebenarnya kan adalah tata kelola. Bagaimana memainkan ukuran kinerja, bagaimana memainkan moralnya tim, sampai akhirnya dengan orang yang sama tapi outputnya nambah. Terus kemudian cacatnya berkurang.
Terus kemudian yang serunya lagi, kalau ada timnya yang tiba-tiba absen, yang mikir bukan ownernya. Timnya sendiri yang mikir, eh si ini nanti besok itu izin, terus gimana ini teman-teman, kita harus gimana ini strateginya dan sebagainya. Jadi karyawan itu akhirnya punya ownership. Padahal ownership itu kan DNA-nya owner, namanya juga owner kan. Nah ketika bisnis ini bertumbuh dengan tim, ada dampak, disitulah biasanya owner itu mulai trust.
Timnya juga yang ngomong, gak mungkin ini Pak Ege, biasanya kita sekian, gak mungkin lah, mana mungkin 3 kali lipat, iwes toh bu, dicoba disek. Kalo memang gak mungkin aku tak tekorin ini. Kalo mungkin sudah wes, anggap penuh sangin lalu aja. Kalo memang itu terjadi, wes itu memang prestasi jenengan. Dan ketika saya datang lagi ke sana, terus pun tiba, enggak Pak Egy, bisa ternyata Pak.
Nah, ketika ownernya merasakan ada dampak, terus ibu-ibu penjahat, karena ini kan ibu-ibu ini dapat. Upaya itu kan borongan Jadi semakin dia menghasilkan banyak output Dia semakin juga mendapatkan income atau penghasilan yang bertambah Jadi dengan semua itu win Akhirnya kan orang itu trust Oh kita ini disini memberikan manfaat bareng-bareng Nah setelah sudah ada seperti itu Wah sudah banyak hal yang sudah dilakukan Mau apa dulu ini Ada yang fokus di finansial Mas ayo kita fokus finansial yuk Bagaimana yang sekarang finansialku ini minus bisa jadi plus Ada yang seperti itu Ada yang fokusnya Mas gimana caranya misalnya fokus permintaan kita terpenuhi dalam satu tahun kapasitas produksi naik tiga kali lipat misalnya ada yang seperti itu juga ada yang mas omsetmu itu berapa sih sebenarnya 1M Oke kalau 1M tak prediksi kamu itu punya stok hari ini nilainya pasti di atas 4M Pernah gak dihitung itu stoknya nilainya berapa Belum pernah sih mas coba dihitung Dihitung waktu itu dan ternyata Bener 4,3 M Mas Yegindukun ya Ya enggak ya memang seperti itu Problem yang terjadi di beberapa teman-teman Bayangkan mas Samen itu kalau harus membuka toko Itu butuh modal berapa Ya kira-kira 350 juta Bayangkan mas 4,3 M Ini dilakukan efisiensi Tanpa menurunkan bagaimana samen bisa memenuhi permintaan pelanggan Samen buat untuk berkembang Untuk menambah storan Daripada jadi uang diam Akhirnya kita buatlah sistem operasionalnya Bagaimana dengan inventory Yang harusnya 800 juta itu sudah cukup Untuk skala bisnismu 1M itu. Nah Alhamdulillah kalau saya dengar yang terakhir bisnisnya beliau ini nambah sekitar 1, 2, 3 hampir 4 outlet baru.
Tapi inventory-nya masih sama seperti atau stoknya itu masih sama seperti saya. Berarti kan skala bisnisnya naik tapi dengan stok yang sama. Yang bagi saya itu juga masih efisiensi. Jadi lebih ke dampak-dampak yang kita lakukan. Setelah itu dampak-dampak kita rasa sudah bisa dikerjakan oleh tim, baru kita ngomongin berbenah.
Bagaimana membangun sistem manajemen SDM-nya, bagaimana mendesain organisasinya, terus kemudian bagaimana mendesain job masing-masing dalam posisi dalam organisasi, terus mendesain. analisa jabatan, terus mengevaluasi sampai akhirnya ada grading atau golongan. Itu kan di perusahaan besar kan kadang ada golongan satu, golongan dua, ada yang bilangnya grade gitu ya. Sehingga persepsi orang dalam sebuah organisasi, oh di sini ada karir.
Ketika saya grade saya di sini atau golongan saya di sini, oh kalau saya di sana berarti saya ada kenaikan tingkat atau kenaikan golongan. Nah itu sudah ngomongin sistem manajemen SDM. Terus kemudian yang biasanya mereka ngawur gitu ya.
Orang pasar, ayo ikut kerja di saya, gitu kan. Terus kemudian begitu kerja kaget. Ternyata ada yang mencuri, ada yang menipu.
Begitu pentingnya bahwa ternyata SDM itu bisa diukur. Mungkin waktu itu persepsinya bisnis owner itu SDM nggak bisa diukur. Jadi kita itu sekarang ketika kita melakukan rekrutmen itu, kita melakukan asesmen dengan detail, nggak boleh.
Kita itu asal itu ya, melihat seseorang itu. Jadi akhirnya... Hari ini ACC juga punya tim yang memperkuat kita, ada psikolog yang bergabung dengan kita juga.
Jadi kita itu melihat SDA makanya lebih detail gitu ya. Dilihat intelijensinya, atau kemampuan kognitifnya, terus kemudian dilihat minatnya. Karena minat itu penting. Di klien itu ternyata ketika kita teliti ada orang yang perform sama yang enggak.
Ternyata begitu kita lihat, orang yang perform ini karena minat. Dengan pekerjaan itu tinggi. Jadi akhirnya ketika kita menempatkan orang, Nggak kaget-kaget sendiri.
Ngerekrut orang nggak kaget-kaget sendiri. Mempromosi orang kaget-kaget sendiri kan ya agak runyam itu kan. Ya jadi SDM itu penting.
Akhirnya membangun tata kelola SDM, membangun tata kelola operasionalnya, membuat perencanaan dengan baik, sehingga ketika bisnis ini bertumbuh, operasinya juga siap. Dalam 2 tahun kita itu handle sekitar ada 16. Dan kebanyakan memang di skala bisnis yang menengah. Ada yang industri karmen, ada dua.
Industri retail, tiga mungkin. Ada yang IT, internet service provider, jasa. Entah itu tour and travel, baby spa dan kepidanan.
Juga industri-nya ini kreatif. Jadi alhamdulillah sekarang portfolio HCC, Harjo Corporate Center ini nambah. Jadi nggak cuma di bidang manufaktur, tapi kategori bisnis yang lainnya. Dan alhamdulillah juga...
Kita juga sempat membantu perusahaan multinasional Kita itu membantu perusahaan Eropa Yang punya tiga pabrik di Jabodetabek Mereka punya organisasi problem Kita melakukan assessment Kemarin kita juga sempat kontak lagi setelah mereka melakukan action Apakah ada dampak dan sebagainya Alhamdulillah lagi-lagi Allah mengizinkan kita bisa membantu mereka Dan mereka juga merekomendasikan Kita akhirnya Kalau dari sisi perusahaan yang multinasional, Alhamdulillah kita sudah membantu dua perusahaan multinasional. Satu bisnya di Perancis, satu bisnya di Switzerland. Yang kebanyakan yang lain lebih ke industri teman-teman kita yang pebisnis yang di skala menengah.
Bagi saya klien yang unik itu ada dua. Yang satu klien yang memang dari awal itu datang ke saya, bahkan insya Allah kalau saya nggak salah ingat itu ada tiga kali, berangkat dari luar kota ke Malang. Waktu awal... Beliau itu motifnya saya tahu betul, dia ownernya pengen pensiun ini.
Mas aku bantuan mas bisnis ini biar aku itu, ah ini motif pensiun ini. Saya nggak mau kalau motif pensiun. Paling nggak bantu kita harus kerja bareng-bareng paling nggak 6 bulan atau 1 tahun. Setelah itu timmu sudah jadi, dia bisa menafikasi bisnis ini dengan baik, sudah kamu mulai sedikit-sedikit pensiun, oke. Tapi kalau dari awal dia tiba-tiba minta pensiun, saya harus masuk ke dalam.
Saya ini kan orang eksternal ya. Waktu saya juga gak setiap hari di sana Gak bisa, ini gak akan works Dari pengalaman yang kita sudah lakukan Ya Alhamdulillah dengan tiga kali kita penjajakan Akhirnya ya wislah, kita salaman yuk kita kerja bareng. Dan ini menurut saya fenomenal. Timnya pun juga, ini industri yang berada di benar-benar pedesaan.
Yang saya begitu masuk ini, ini industri beneran atau enggak? Ini jalan kok seperti ini, banyak pring-pring sekitar ini, terus kemudian jangan-jangan nyasar ini. Tapi ternyata benar.
Begitu saya masuk, uh ada industri ternyata di sini. Dan tipe SDM-nya itu yang orang kalau enggak di, ayo ngomong baru ngomong. Bisa nggak ya kira-kira dengan SDM seperti ini?
Terus kemudian akhirnya berpenang. Alhamdulillah itu fenomenal. Terus timnya itu, ya alhamdulillah mereka itu awalnya saya ini mikir ini butuh waktu ini kira-kira timnya.
Dan hari ini mereka bisa membawa bisnis ini menafigasi yang nggak perlu owner itu turun terlalu dalam. Tiga, empat kali lipat mereka bisa menafigasi sendiri. Nah ini fenomenal bagi saya.
Yang fenomenal kedua, yang sebaliknya. Karena kan saya ini kan klien banyak kan dari orang, mulut ke mulut, mulut ke mulut gitu kan. Akhirnya saya juga nggak tahu apa yang disampaikan orang ini ke... ada calon klien saya ini. Apakah ada penambahan-penambahan informasi?
Pokoknya kalau sama Mas Hegi, pasti sukses. Nah ini kan ternyata bahaya. Saya pernah masuk di sebuah klien yang, kok banyak hal yang nggak cocok.
Kok mereka lebih banyak. Mas kan harusnya ini. ini itu ini itu saya telur suri sebenarnya ini ekspektasi ini dari mana lu bukannya waktu itu waktu saya sebelum sama segitu saya seperti info sama si emas ini pokoknya sama segitu akan seperti ini seperti ini waduh ini bahaya ini kalau saya belajar hari ini kan rekomendasi kon ilmu marketing yang paling powerful sebenarnya tapi kalau saya melihat itu juga ada bahayanya itu kalau orang itu puas terus kemudian dia tuh menyampaikan sesuatu jadi ekspektasi klien dan besar Bahaya, sehingga sekarang Yang saya lakukan ketika ada orang Saya tanya, dapat informasi saya dari siapa?
Oh dari mas ini Saya tanya lagi, apa aja yang disampaikan? Kalau ada yang gak benar saya koreksi Mbak, mas, saya ini bukan Tuhan Saya ini hanya Pembantu semampu yang saya bisa Makanya, ya mungkin sukses ini Juga kombinasi dari ikhtiar kita Dari doanya tim Jenengan juga Dari jalur langitnya Jenengan Terima kasih. Ketika saya memilih bisnis yang high risk, yang saya sampaikan di awal, memang bisnis ini berangkatnya bukan karena pemahaman bisnis, karena memang benar-benar berangkat dari bagaimana bisnis ini bisa jalan dan bertumbuh. Sesimpel itu.
Jadi produk ini bisa terjual. Tapi kalau topiknya tentang klien itu agak berbeda. Karena klien kan pasti sudah berangkat dengan banyak fase ini. Sudah sukses jualan, sudah menaikkan banyak mungkin puluhan kali lipat.
Begitu di level tertentu, sebenarnya ketika kita ngomong resiko itu kan bagian dari strategi. Jadi ketika kita, enggak banyak juga teman-teman pengusaha atau teman-teman dari klien itu yang benar-benar paham strategi itu harusnya seperti apa sih, strategi bisnis. Nah strategi bisnis salah satunya memang resiko. Nah tinggal kita mau nutup mata hari ini dengan resiko itu atau resiko itu harus dimitigasi. Resiko itu banyak, macam-macam.
Nah strategi itu kan sebenarnya salah satunya bagaimana membawa sebuah realita menjadi... mimpi yang akan kita mau tuju. Plus, antisipasi kira-kira resikonya apa yang nanti perlu kita kelola. Nggak cuma ngomong goal, tapi juga memitigasi resiko.
Saya itu berani merambah ke bisnis yang lain, itu sebenarnya ada dua pertimbangan. Satu, goalnya adalah apakah bisnis ini bisa menjadi kendaraan untuk akhirnya kita bisa lebih sukses hari ini. Termasuk untuk tim.
Jadi banyak juga pembicaraan dengan teman-teman pengusaha itu kan, Mas kamu gaji timu berapa sih hari ini? Sekian. Gue demen ya, aku yang bisa gaji timku sehari ini hanya sekian. Bagi saya itu perspektif, tapi kalau boleh saya menyampaikan perspektif.
saya sendiri, gaji tim saya hari ini itu tidak membuat saya bangga dan mereka harus lebih sukses dari hari ini jadi salah satu pertimbangannya bisnis ini harus bergerak, apakah tim saya akan lebih sukses, jadi contoh ketika saya membangun tour and travel ini satu selain memang saya hobi, ada tim saya yang memang sudah 10 tahun di dunia ini, beliau punya informasi database supplier dia punya database customer ketika saya lihat, wah ini cocok ini kawin ini, saya juga senang suka traveling dan tim saya pernah di bisnis ini juga. Kalau seandainya bisnis ini dijadikan, mestinya timku akan bisa lebih cepat sukses. Akhirnya kita buat itu, legalitas.
Dan tim saya juga adalah salah satu fondernya. Intinya bagaimana bisnis ini harus jadi ekosistem untuk tim saya juga ikut bertumbuh. Yang kedua, ketika saya berani, karena tim ini sudah bisa membawa bisnis ini bertumbuh.
Jadi non-sew. Jadi kalau bakery ini saya lihat performancenya 3 bulan yang lalu sama hari ini, kita itu sudah naik 5 kali lipat. Kalau saya... saya lihat Peran saya itu hampir nothing di sana.
Tim saya yang bekerja dari pagi ketemu pagi. Tim saya yang bagaimana mempelajari perilaku marketnya, riset. Jadi kadang itu mereka sudah di rumah, tiba-tiba orderan dari Pemkot Batu gitu, balik. Saya lihat di CCTV kok banyak motor, kok tumben ini, toko kok masuk semua motor. Ternyata teman-teman produksi.
Nggak cuma anak-anak produksi, anak sales online juga ikut, anak yang lain juga ikut bantu. Dan mereka itu memastikan. bisnis kita itu 5 kali lipat itu bukan karena saya, karena mereka sendiri mereka bikin goal setting sendiri mereka mengeksekusi sendiri mungkin kalau pas mereka mentok, Pak ini butuh gimana ya Pak, aku butuh apa dari sisi tata kelola saya bisa masuk cuman kalau kita ngomong effortnya itu adalah effort tim saya, dan mereka yang menumbuhkan ini, bulan Agustus ini mereka sudah punya targetnya dan saya lihat 4 hari ini insya Allah mudah-mudahan diijabat dan harus ada juga kebanggaan, terus kemudian mereka merasa diapresiasi dan Dan tantangan saya adalah bagaimana membuktikan bahwa kalau memang bisnis ini bertumbuh, mereka juga ikut merasakan pertumbuhan.
Jadi ketika bisnis ini sudah menjadi ekosistem, walaupun ini bukan ekosistem yang besar, tapi ekosistem internal, kita ini sebagai owner harus mikir bagaimana caranya mengopeni mereka. Mereka yang mengopeni bisnis, kita ini harus mikir bagaimana mengopeni mereka. Saya ada beberapa pengalaman tim saya yang sudah waktu itu ikut dengan saya, terus kemudian rintis bisnis, terus akhirnya dia itu bikin bisnis sendiri.
Saya dengar juga sempat bikin bisnis yang mirip itu. Saya tidak untuk bermaksud lagi-lagi untuk pamer, tapi... ini mudah-mudahan juga bisa jadi cerita inspirasi, saya bantu itu mixernya.
Jadi ya sudah kalau memang itu manfaat buat mereka, ya sudah. Ya kan rejeki itu kan sudah ada yang ngatur juga gitu kan, mau mereka jadi kompetitor, mau jadi mereka, mau jadi... Jadi apa itu? Bagi saya itu sudah ada yang ngatur.
Keberkahan itu adalah jawaban. Ketika saya itu harus bisa menjaga kepercayaan orang, terus kemudian bagaimana menjaga integritas saya, karena yakin itu adalah salah satunya adalah sumber keberkahan. Orang mau mempunyai nilai atau value kehidupan yang apapun, saya yakin mereka sudah cukup dewasa memutuskannya. Jadi keberkahan bagi saya itu penting.
Cuma kalau saat-saatnya ditikung dan sebagainya, yaudah itu adalah bagian dari proses dinamik. dinamika kehidupan dan saya enggak perlu baper gitu aja cuman yang saya lagi pikirkan hari ini adalah banyak tim saya itu yang pengen jadi pengusaha 3 bulan atau 4 bulan yang lalu saya tanya ada enggak tim yang pengen jadi pengusaha ini coba yang jadi pengusaha angkat tangan saya saya saya nah begitu beliau beliau ini merasakan bagaimana jadi pengusaha dengan dinamikanya naik turun dan sebagainya saya tanya lagi menantang enggak saya enggak mau ngomong itu sulit ya menantang enggak jadi pengusaha menantang Pak oleh Oleh karena itu teman-teman bagi Anda ini yang punya potensi, yang ingin bertumbuh, ayo kita bikin ekosistem ini bareng-bareng. Jadi banyak teman-teman pebisnis itu yang membuat ekosistemnya dengan bekerjasama dengan orang lain.
Ayo kita bikin bisnis yuk bareng-bareng. Nah biasanya ujian dari beberapa klien saya, bisnis itu ujiannya bukan saat merintis, tapi ketika sudah besar, itu jadi ujian. Nah saya ini lagi ikhtiar kayaknya akan lebih baik kalau seandainya ekosistem ini terbangun dari... dari internal kita sudah tahu bekerja bareng 4 tahun 5 tahun kita tahu satu sama lain positifnya kita kelemahannya kita bayangkan kalau seandainya kita itu investasi beneran mendidik mereka dengan baik terus mereka bertumbuh akhirnya ekosistemnya bertumbuhnya dari internal ya Insyaallah akan lebih kokoh fondasi bisnis itu dan saya ini juga belajar dari beberapa teman yang sudah menerapkan ini ada dua pengusaha yang membangun ekosistemnya itu malah justru dari internal Jadi 17 tahun saya bekerja, ketika saya lulus pertama kali itu saya ngelamar di Astra Internasional. Ditempatkannya ke asuransi Astra sebagai HRD.
Nah disitulah saya menimba ilmu HRD itu paling banyak. Target saya itu 3 tahun di sana, alhamdulillah 3 tahun setengah saya pindah dari asuransi ke industri rokok. Saya dipromosi jadi manajer produksi kira-kira 2 tahun, terus pindah menjadi maintenance manager kira-kira 6 bulan. Setelah 6 bulan menjadi manajer maintenance, saya itu diinfo oleh atasan saya, Hege, ada pabrik baru yang baru diakuisisi oleh perusahaan ini, dan pabrik ini di Filipina. Saya melihat kamu punya potensi untuk ke sana.
Saya harus ke sana, Pak? Ya, iya, ke sana. Setahun nanti kamu itu ditugaskan di sana. Itu drama. Saya sempat ngobrol sama istri, istri juga bingung.
Pamit sama orang tua, mertua, mereka juga bingung. Tapi karena gak tau ini apa dorongan ini yang membuat kita Akhirnya kita memutuskan yes Pak saya terima penugasan ini Begitu saya ngomong yes Saya sama istri gak bisa tidur Berhari-hari itu Akhirnya hari-hari itu kita berangkat Seperti kayak kita diantarkan mau berangkat haji Jadi semua saudara itu datang di bandara Terus menyaksikan kita berangkat gitu Bawa koper Jadi ya pada nangis semua disana itu Melihat kita pergi kemudian Aduh itu Aduh Situasi yang paling berat menurut saya. Dan Alhamdulillah masuk mendarat di Filipina waktu itu malam.
Begitu masuk apartemen besoknya istri sudah ingin pulang. Padahal masih ada 364 hari yang saya harus lalui di sana. Tapi Allah itu mahal segalanya gitu ya.
Saya ditemukan driver muslim di sana. Ada fasilitas kendaraan. Alhamdulillah di Filipina muslim. Saya juga gak tahu ini kok ada CV.
Biasanya ada di dua CV gitu ya. Satu ngomong memang. Agamanya adalah non-muslim, di sana kan memang kebanyakan kan katolik Roma, lebih dari 80%. Ada satu sivi kok nggak menyebutkan agama, kan aneh ini.
Sudah saya yang ini aja. Begitu lihat istri saya pakai hijab, Assalamualaikum, Sir. Are you Muslim?
Yes, Sir, I'm Muslim. Wah, itu rasanya. Saya nggak bisa. Itu, bagi saya itu rejeki. Jadi rezeki itu tidak melulu tentang uang.
Di sana saya punya saudara. Dan itu membuat waktu-waktu kita di sana akhirnya Alhamdulillah. Saya ketemu saudara-saudara muslim di sana.
Disambut layaknya seperti seorang yang spesial. Mereka senang melihat orang foreigner muslim itu senang. Saya harus sholat jumat ke zona merah. Di saat tim saya itu ngomong, kok beraninya kamu hegi ke sana?
Kenapa? Saya di sana itu kayak punya keluarga baru. Oh iya?
Asik ya. Jadi saya sholat jumat itu kira-kira dari pabrik itu sekitar 40-an menit. Dan itu berarti. benar-benar zona merah. Gak nyaman memang kesana.
Jadi Filipina itu memang tidak seaman Indonesia tapi begitu ketemu muslim ya seperti saudara. Ya akhirnya Alhamdulillah setahun kita bisa banyak membantu pabrik ini setahun perusahaan ini kinerjanya biru. Terus kemudian setelah masuk ke Indonesia kurang lebih mungkin satu bulanan waktu itu.
Tawaran lagi Hegi. Mau gak kamu pindah ke Hongkong? Wah ini kapok lombok Kapok lombok itu kan pedas tapi kok pengen makan aja gitu ya Wah ini negara maju ini Disana saya juga satu tahun Alhamdulillah dipromosi menjadi regional manager Jadi Hongkong itu adalah regional Kantor kita membawai Pakistan, Korea, Filipina, Indonesia.
Mengawasi beberapa factory di sana, beberapa pabrik. Dan alhamdulillah singkat cerita saya juga berinteraksi dengan VP, Vice President. Ya direktur ke atas sudah, bukan direktur lagi sudah.
Singkat cerita dilalui satu tahun. Pulang ke Indonesia, ditawari lagi. Jadi berangkat lagi.
Kemana Pak? Korea Selatan. Korea Selatan? Oke.
Bismillah berangkat. Ya Alhamdulillah kan Allah ngaturnya kan Filipina, Hongkong, Korea Selatan. Jadi negaranya itu kan lebih baik, lebih baik, lebih baik gitu kan. Coba dibalik mungkin. Nggak sampai ke negara ketiga mungkin gitu ya.
Nah, dua tahun di sana, balik ke Indonesia, ada efisiensi, keluar saya dari industri profesional. Dan saya sama istri harus memulai bisnis. Ini yang semula kita hampir setiap tahun keliling ke luar negeri, kita pernah ke Eropa, pernah ke USA, Turki, begitu balik ke Indonesia efisiensi, ngaduk roti setiap subuh sama istri. Istri yang bagian produksi, subuh dia mulai kerja, saya siang ke atas karena saya yang ngurusi pengiriman, nerima order untuk diproduksi besoknya lagi. Jadi untuk teman-teman yang mikro, lebih cari produk yang harusnya fit dengan market.
Terus belajar jualan, jualan, jualan. Sampai volume itu menuntut kita untuk memperbaiki tata kelola bisnis. Karena jebakan berikutnya adalah tata kelola.
Tata kelola selesai, baru organisasi yang bisa di-skill up. Biasanya ketika menengah itu bisa menjadi korporasi, yang dibutuhkan adalah pemahaman individu, kualitas SDM yang harus kita tempatkan seperti apa. meningkatkan commercial skillnya. Commercial itu maksudnya branding, marketing, sales. Itu kan commercial skill.
Biasanya dilakukan oleh owner semua itu kan. Terus kemudian pas masuk ke ring satu, ring satunya nggak ngerti caranya. Atau ring satunya bisa, ring duanya nggak ngerti skillnya. Berarti kan bagaimana skill ini bisa diturunkan ke semua organisasi.
Itu tantangan berikutnya itu. Bukan mungkin bisnis ini bisa bertumbuh kalau kita nggak menginvest tumbuh atau lahirnya leader-leader atau manager baru di sebuah bisnis. Jadi kalau bisnis ini memerlukan 100 orang dalam sebuah organisasi, nggak mungkin leader atau manajernya adalah owner. Sudah pasti butuh distribusi leader dan manager di...
beberapa layer organisasi. Nah itu biasanya tantangan berikutan dan mencetak leader dan manager baru. Dan di saat organisasinya sudah kompleks, HRD-nya enggak boleh HRD yang ngabel-ngabel. Jadi HRD yang paham bagaimana tata kelola korporasi dari bidang SDM, bagaimana mengelola performance manajemennya, mengelola talent-talent yang ada, development-nya akan seperti apa, struktur gaji, struktur strategi kompensasinya nanti akan seperti apa. Bahkan kalau industri-nya kompleks, sudah di atas ratusan karyawan, itu sudah perlu industrial relation.
HRD yang paham tentang perburuhan, HRD yang paham dengan dealing, dengan negosiasi dengan serikat, dan yang lain-lain. Saya Hegy Harjoyo, founder dari Harjoyo Corporate Center, Best Doe Bakery, Bumi Cafe, Taksa Fragrance, dan Safe Traveler.id. Kami berada di Malang, kota Malang, Pandanwani, Blinding. Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.