Transcript for:
Pentingnya Mengendalikan Lisan dalam Hidup

Alhamdulillah wa kafa wassalatu wassalamu ala nabiyyil mustafa wa ala alihi wa ashabihi wa man iqtafa amma ba'd batifillah wa ribaniq salawat wa itna bi alayhi wassalatu wassalamu Basahi lidi hakita dengan memohonkan kepada Allah agar senantiasa bersalawat dan bersalam buat Nabi alaihi salatu wassalam inna allaha wa malaikatahu yusalluna ala nabi ya ayyuhal ladhina amanu sallu alaihi wasallimu taslim amma ba'ad ahibatifillah kita berada di zaman dimana semua orang Tanpa terkecuali, mereka dapat mengungkapkan isi hati mereka, baik itu lewat tulisan atau tulisan, di mana seakan semua orang memiliki mimbar, memiliki mikrofon yang dengannya tidak berbicara semau. Sehingga kita melihat banyaknya omongan-omongan, tulisan-tulisan yang terkadang tidak terkontrol. Sehingga pemerintah sendiri kelabakan.

Akhirnya muncullah undang-undang ITE. Untuk apa? Untuk memberikan kontrol. Ibtiqillah, Hasan al-Basri, seorang tabi'in, dia berkata, Kunna fi'aqwamin yunfiquna awraqahum wa yukhazzinuna al-sinatahu.

Kita sempat hidup di satu masa, di satu zaman, di mana orang-orangnya, mereka menginfakkan uang mereka dan menyimpan lisan mereka. Mereka banyak beramal, mereka banyak membantu, dan mereka banyak diam. Yang mereka keluarkan adalah uangnya, yang mereka simpan adalah lisan.

Wa inna baqina fi akwamin. Kita sekarang hidup di masa dimana generasinya Yursinu Yursiluna al-Sinatun Kerjaannya ngomong doang Lisannya dia tebar Woyukhazinuna awrakam Tapi pelit dengan hartanya Hartanya disimpen, ngomong doang Ucapan Hasan al-Basri ini adalah pada abad pertama hijri bagaimana dengan zaman kita ahibatifillah kita semua tahu bahwa tujuan kita diciptakan adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT firman Allah di surat az-zariyat yang sering kita dengar wa ma khalaqtu al-jinna wal-insa illa liya'budu tidaklah ku ciptakan bangsa jin dan manusia kecuali untuk beribadah Agar mereka mengabdi kemu. Kita diperintahkan untuk beramal.

Dan ternyata kalau kita lihat, di antara semua amal raga kita, lisan adalah yang paling banyak beramal. Dalam sholat, engkau bisa bedakan. Atau engkau bisa bandingkan berapa gerakan lisan dan berapa gerakan tangan. Berapa perbandingan antara gerasan lisan dengan gerakan kaki.

Di setiap gerakan itu lisan kita ikut bergerak. Allahu Akbar. Allahu Akbar.

Belum yang kita baca dalam posisi kita ruku. Yang kita baca dalam posisi ektidal. Yang kita baca lagi tak kala kita hendak sujud. Yang kita baca dengan lisan kita.

Tak kala kita sujud. Tak kala kita duduk. Bahkan kalau kita lihat Salat itu dimulai dengan ucapan Diakhiri dengan ucapan Dimulai dengan Allahu Akbar Diakhiri dengan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Oleh karena itu Rasulullah SAW Bersabda tentang peran lisan ini Iza asbah abnu adam Fa'innal a'ba'a kullaha tu kafirul lisa Apabila datang waktu pagi, maka seluruh raga manusia ini dia mewanti-wanti lisan Jadi tangan, kulit pun, kepala pun, mata pun, seakan-akan berkata kepada lisan ini Ittaqillah fina Bertakwalah engkau kepada Allah dalam urusan kita nih. Fa innama nahnu bikah. Semua raga ini ikut engkau.

Ikut engkau, Lisan. Fa inistaqomta istaqomna. Kalau engkau istiqomah, kami ikut istiqomah.

Tapi kalau engkau menyimpang, ya wajah jina kita pun akan turut menyimpang. Hadith Rahud Tirmidhi dan Imam Tirmidhi Jiwa meriwayatkan hadith bahwa Nabi SAW pernah berkata kepada Mu'adh bin Jabal Setelah Mu'ad bertanya tentang amalan yang memasukkan ke surga dan menjauhkan dari api neraka, Nabi menjelaskan tentang rukun Islam, kemudian menjelaskan tentang amalan-amalan sunnah, lalu di akhir beliau mengatakan, أَفَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مِلَاتِ ذَلِكَ كُلِّهِ Kau mau gak aku kasih tau semua urusan yang intinya ada dalam satu perkara. Kata, nah. Lalu Nabi alaihissalatu wassalam mengeluarkan lisannya.

Belum memegang lidahnya. Sambil mengatakan, Kuffa alaihkah. Tahan di sana. Jaga di sana.

Lalu Mu'ad berkata, Ya Rasulullah, Apakah kita akan diberi hukuman, diadab, gara-gara lisan kita? Nabi mengatakan kepada Mu'ad ilatka ummuka ya Mu'ad suatu ucapan yang mengandung teguran keras kepada Mu'ad wa haliyakubun nas bin nari ala wujuhihim aw ala manakhirihim illa hasaidu al sinatim Mu'ad itu orang-orang yang tersungkur di dalam raka, di wajah mereka di hidung mereka, karena apa? karena lisan mereka Maka kalau kita bicara, kita harus belajar diam sebagaimana kita belajar berbicara. Jadi sebenarnya diam itu kita nggak belajar.

Tapi bawaan kita. Bukankah kita keluar dari perut ibunda kita, kita nggak bisa berbicara. Lalu kita diajarin berbicara.

Diajarin ngomong, umma, abah. Diajarin ngomong, minta susu, mau minum air, mau pipis, diajarin kita ngomong. Ketika kita udah pintar ngomong, kita lupa untuk dia.

Abu Zayyar rahimahullah ta'ala beliau mengatakan, Ta'allam sam, kama ta'allamul kala. Belajarlah engkau diam, sebagaimana engkau belajar berbicara. Fa'iyakunil kalam yahdik, fa'inna somta yaqik.

Kalau ucapan itu membimbingmu, memberikan petunjuk kepadamu, sesungguhnya diam itu menjagam. Walaka fis somti khosratan. Ada dua keistimewaan. dalam berdiam dengan engkau diam engkau dapat ilmu dari orang yang lebih alim dari diri jadi kita dengan dia mendengarkan orang berbicara mendengarkan orang menjelaskan kayak sekarang nih jamaah pada diam kadang gak boleh ngobrol sendiri dengerin ustaz ceramah selesai itu dapet apa?

dapet ilmu Dengan engkau diam, engkau dapat menolak keburukan orang yang pintar ngomong, yang hendak mendebat dirimu. Karena engkau diam, jadi gak bisa berdebat. Karena engkau diam. Maka kita perlu kembali mengulangi Masa lalu kita tidak bisa berbicara.

Tapi dulu kita tidak berbicara memang karena tidak bisa bicara. Belum bisa berbicara. Sekarang kita sudah pintar ngomong.

Maka kita perlu belajar menahan diri yang ingin ngomong. Karena manusia itu memang suka bicara. Tapi dia lupa bahwa semua yang keluar dari lisannya itu dicatat. Sampai para ulama menyebutkan. bahwa semua yang diomongkan oleh manusia itu dicatat semuanya dalam tafsir yang mengatakan Qalil Hasan ini Hasan al-Basri yak tubul malakani kulla syekh Malaikat itu mencatat semua, segala sesuatu.

Sampai dia mengatakan kepada budaknya, ambilkan air buat aku, kasih aku air, ambilkan sandalku, berikan kepadaku pakaianku. Semuanya ditulis. Dan ada yang mengatakan, sampai suara dia minum air. Itu pun ditulis. Allah Azza wa Jal mengatakan, Wa inna alaikum la hafid.

Ada bersama kalian malaikat-malaikat yang selalu mengawasin kalian. Jagalin kalian. Hiraman katibin. Mereka malaikat-malaikat yang mulia dan mencatat. Kalau sekarang banyak orang tidak lagi berucap dengan lisannya, tapi dengan tulisannya, maka dia lebih mempersaksikan untuk dirinya apa yang dia perbuat.

Ini loh tulisanmu. Mungkin kalau aku nggak ngomong itu, ini siapa yang nulis? Engkau yang menulis.

Jadi sejatinya manusia tak kalah berkomentar, tak kalah menulis sesuatu yang terkadang membuat keributan tulisan dia itu. Sejatinya dia sedang menulis di rapot dia sendiri. Yang kelak pada hari kiamat akan dikatakan kepada kita.

Iqra kitabak. Baca kitabmu. Ini loh tulisanmu.

Kafa binafsikal yauma alaihka hasibah. Cukup engkau yang mengaudit dirimu sendiri. Engkau yang menghisap dirimu sendiri.

Ibtifillah. Manusia suka ngomong. Tapi ternyata perempuan itu lebih banyak ngomong.

Terus masalahnya apa? Allah menciptakan wanita berbeda dengan laki-laki. Wanita itu dengan banyak ngomong, sejatinya itu bahan untuk mendidik anak-anaknya.

Kalau seorang ibu yang diem aja, anaknya nggak bisa ngomong akhirnya. Tapi karena ibunya kalau gendong anaknya, sambil dia ngomong, ini anaknya siapa ini? Aduh kok ayu ini Padahal anaknya sendiri Siapa namanya Ngomong dia itu perempuan Tapi kalau bapak-bapak kan memang Jarang ngomong Bayangin ya Kalau 20 ribu kata 10 persennya itu Zikir Berarti dia telah mengingat Allah 2 ribu kali Kita sehari baca Subhanallah berapa kali ya?

Kalau kita baca, anggap kita seratus ya Subhanallah, Alhamdulillah. Terus Allahu Akbar, seratus sekali sholat. Berarti kalau lima waktu kita sudah mengucapkan lima ratus kali. Belum zikir-zikir yang lain. Namun banyak manusia yang ternyata omongannya itu mayan fa'yuh, gak berguna.

Sekarang banyak acara di televisi itu acara ngomong. Ngomong, bas, ngundang orang untuk ngomong. Ngomong ke timur, ke barat, ke utara, ke selatan. Satu jam setengah, satu jam. ketawa-ketawa TV ini TV itu apa gak sadar mereka bahwa ada malaikat yang mencatat semua ucapan mereka dan Allah Azza wa Jal di surat An-Nisa'i 114 mengingatkan manusia agar mereka hati-hati kalau ngomong jadi kalau kita mikir yang kita ucapkan itu yang pertama ungkapan dosa dosa isinya riba, namima, ngomongin orang, dusta atau yang kita omongkan itu ya nggak dosa, nggak apa-apa Terus apa?

Nggak ada. Omong kosong. Terus yang ketiga, ada yang omongan itu berpahala.

Mana yang kita lakukan? Kadang-kadang orang ini habis isya. Kenapa Nabi alaihissalatu wassalam melarang?

Beliau membenci. Beliau membenci ngobrol ba'dal isya. Karena orang setelah isya itu, dia bisa ngobrol mau di rumah, mau di cafe, mau di mana.

Dari bakdal isya sampai tengah malam. Kalau dia mulai ngobrolnya dari jam 8 sampai jam 12 malam, 4 jam dia ngomong. Yang terkadang omongan dia, gak ada. maka Allah sebutkan kecuali kalau yang diobrolkan itu bicara tentang sodako, bicara amr makruh naimungkar bicara ya duduk rapat tak akan-akan untuk bicara tentang masa depan untuk memperbaiki hubungan antara orang-orang yang tidak bertegur-tegur itu baru omongan yang berguna Omar bin Khattab radiyallahu ta'ala mengatakan Man kathuro kalamuhu kathuro sakatuhu Barang siapa yang banyak ngomong banyak salahnya Hitung aja Semakin sering kau majlas kumpul sama temen-temenmu Ngobrol semakin banyak salahmu Tapi kalau orang mau ngomong itu jaga Dia tahan dirinya Dia mikir dulu, kira-kira yang anak sampaikan ini berpahala buat anak atau enggak?

Manfaat buat anak atau tidak? Jangan-jangan anak ngomong buat orang sakit hati. Nabi alaihi s-salatu wassalam mengarahkan manusia untuk lebih banyak diam daripada berbisah.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir Hendaklah dia berbicara yang baik atau diam Jadi orang diem itu tanda beriman dengan Allah dan hari akhir Jadi kepengen tau orang ini beriman gak ya sama Allah dan hari akhir? Coba engkau lihat. Ngomongnya baik gak?

Tuh ngomongnya kasar, kotor. Yang menunjukkan keimanan dia kepada Allah dan hari akhir lemah sekali. Karena orang yang yakin omongan dia dicatat, yakin omongan dia akan disidangkan nanti, omongan dia dapat menyeret dia ke neraka, kalau dia yakin dengan hal itu, dia akan tahan diri. Sekarang aja di Indonesia dengan adanya undang-undang ITE itu, mulai orang-orang ngomongnya nggak sembarangan, mulai takut. Karena dia tahu ada yang dilaporkan, bahkan ada yang masuk penjara, ada yang ditahan.

Bagaimana dengan persidangan akhirat yang akan ditegang? Maka tanda-tanda orang beriman kepada Allah dan akhir-akhir, ngomongnya baik atau dia diam? Kalau dia nggak punya bahan yang untuk diobrolkan, maka dia diam. dan nasihat buat temen-temen yang kadangkala masih suka ngobrol tolong engkau menjadi pembuka majelis itu dengan kebaikan jadi kalau awal ngobrolnya biasanya kan mereka memang gak ada bahan yang mau diobrolkan atau ayo duduklah ke rumah atau dimana ngobrol ketemu disana ngopi ini itu biasanya mereka memang gak ada bahan mau ngobrolin apa gak ada maka apa yang menjadi Awal pembukaan biasanya itu yang akan diobrolkan Maka tatkalang kok ada di tengah-tengah majlis itu Mulailah dengan kebaikan Sehingga obrolan itu semuanya tentang kebaikan Dan Nabi alaihissalatu wassalam bersabda dalam hadith Membikin Imam Ahmad Man somata najah Barang siapa yang diem Dia bisa berbicara tapi dia tahan diri Selamat tuh orang Kenapa?

Ya orang kalau sudah banyak ngomong banyak salah. Dan kita lihat bagaimana Rasulullah SAW, beliau manusia terindah yang pernah ada di muka bumi. Bagaimana gaya hidup beliau dalam urusan berbicara.

yang kita mengaku sebagai umatnya iya contoh Nabi alaih salatu wassalam yang cuma ngomong doang ucinta sama Nabi Simak ibn Harb berkata kepada seorang sahabat Jabir bin Samurah dia kepengen bertanya pengen tau gimana sih hidupnya Nabi alaih salatu wassalam apakah kau duduk bersama Nabi S.A.W bayangin ya, Tabi'in ini gak pernah ngeliat Nabi, dia ngeliat para sahabat betapa indahnya hidup bersama Nabi, maka dia tanya sama Jabir bin Samurang, kok duduk gak sama Nabi S.A.W kalau nah, iya wa kana tawilas samti qalilad dhahik beliau orangnya itu panjang diemnya sedikit tertawan dan biasanya sahabat-sahabat cerita tentang syair-syair tentang urusan-urusan mereka sahabat ketawa nabi mungkin beliau cuma tersenyum alaihissalatu wassalam Dan kata Aisyah radiallahu ta'ala anha, ini seorang istri yang hidup mendampingi suami bertahun-tahun. Sehingga dia takut dengan suami. Apa kata Aisyah tentang suaminya?

Radiallahu ta'ala anha. Nabi alaihissalatu wassalam itu kalau lagi ngobrol sama para sahabatnya, cerita sama para sahabatnya, beliau itu omongannya bisa dihitung. Jadi kalau ada orang yang mau ngitung berapa kalimat yang Nabi ucapkan, bisa dia menghitung. Ini menunjukkan sedikitnya omongan Nabi s.a.w. dan semua omongannya bermanfaat.

Maka... Kita perlu ngomong secukupnya Ya perlu ngomong Kenapa ada malaikat yang nyatat Kalian itu jangan Ya ngomong terlalu banyak gitu Ngomong perkara-perkara yang kalian gak ada perlunya Hindari hal itu Apa kata Anas bin Malik Kalau kita melihat nih, para sahabat itu mengajarkan kepada para tabi'in, kepada generasi yang selanjutnya, agar mereka menjaga lisan mereka, agar mereka belajar diam sebagaimana mereka belajar berbicara. Anas bin Malik mengatakan, لا يتق الله عبد حق تقاته حتى يخزن من لسانه Orang itu tidak akan sampai ketakwaan yang maksimal.

Ketakwaan yang sebenarnya sampai dia menjaga liasannya. Di surat Ali Imran ayat 102 yang sering kita dengar khutib Jumat. Membacakan ayat ini.

Dan Nabi alaihissalam biasa membacakannya dalam khutbah tul haja. Ittaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamutunna illa wa antum muslimun Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa Humayt ibn Hilal, seorang tabi'in mendapatkan nasihat dari Abdullah bin Amr bin As Sahabat ini kasih nasihat kepada generasi selanjutnya Tinggalkan kau yang gak ada perlunya Tinggalkan Yang kau gak ada butuhnya sama urusan itu Jangan ngomong yang tidak ada gunanya buat engkau Simpan lisanmu sebagaimana kau menyimpan uang Dimana kita simpan uang? Di berangkas besi di dompet, kita taruh di sempat yang tersembunyi jaga lisanmu seperti yang kau menjaga kenapa? karena kita akan dihisap dengan apa yang kita ucap Hudhaifa Ibnul Yaman seorang sahabat nabi dia mengatakan innal kalama bisa beati aghlaam Omongan itu melalui proses tujuh kunci. Ada tujuh kunci sampai jadi omongan.

Yang pertama apa? Iza khoro jamin hu kutib. Kalau sudah keluar, ditulis.

Iza lam yakhruj lam yukta. Kalau belum keluar, nggak ditulis. Jadi ada tujuh kunci ini. Kalau sudah keluar.

Ya udah ditulis, tapi kalau belum Masih di tengah, gak jadi Maka gak ditulis Yang pertama al-qalb Hati Orang itu kalau ngomong dari hatinya dia ngomong Karena lisan ini Gayungnya hati Dari hati akan keluar Ketenggorokan Lewat amandel Lewat sana, itu yang kedua Yang ketiga, lisan. Lisan itu sendiri. Kemudian yang keempat dan kelima adalah langit-langit. Mulutnya. Makanya orang kalau sumbing itu sulit dia berbicara.

Kemudian kedua bibir. Kalau sudah keluar, jatuh. Tapi masih, orang kan kalau ngomong kan mesti buka mulut. Buka kedua bibir. Tapi kalau masih belum keluar, belum bisa.

Artinya prosesnya panjang sebenarnya. Maka orang yang berakal, sebelum dia mengucapkan, maka dia akan berpikir dengan hatinya. Allahu Akbar, jamaah.

Kita perlu menjadi muslim yang bersahaja. Kita perlu muslim yang sebenarnya. Karena jangan sampai... Engkau menjadi penyebab Agama yang indah ini tercoreng Gara-gara omongan Gara-gara bikin status yang tidak tepat Gara-gara membuat pernyataan Yang sejatinya seharusnya engkau tidak melakukan hal itu Menyakitkan banyak orang Yang Rasulullah SAW Beliau bersabda dalam hadith yang diwadkan Mamta Brani Afdholul mu'mininah islaman Orang islam yang paling mulia Siapa? Mansalimal muslimun min disanihi wayati Yang orang islam lainnya selamat dari lisannya dan tak Dia gak nyakitin orang dengan lisan Diibda Bagaimana cerita sahabat kepada Nabi alaihissalatu wassalam tentang seorang wanita Taqomu layl, tasumun nahar, wa tata sodak Ini orang sholat malam, rajin sholat malam Tekun puasa sunnah, dan suka bersodak Tapi masalahnya, dia itu, dilisannya itu pedes ngomong Tukdhi jirana Suka menyakiti tetangga Apa kata Nabi S.A.W Lakhir Gak ada baiknya nih perempuan Iyafitna Dinrakat Gara-gara apa Gara-gara gak belajar Diam Ada perempuan yang habisnya ember ya ngomong yang kadang-kadang membuat tetangganya sakit hati dan dia gak peduli dengan itu malaikat peduli malaikat mencatat mungkin kau tidak peduli mungkin kau menganggap biasa tapi malaikat akan mencatat maksudnya omonganmu telah membuat tetangga-tetanggamu tersakiti hati terus gimana cara kita belajar diem ini poin terus gimana saat supaya kita ini ya tadi kita belajar diem sebagaimana belajar berbicara yang pertama adalah mengetahui keutamaan diam dan bahaya berbicara.

Udah kita bahas tuh. Kau dengar sudah ayat-ayatnya. Sabda Nabi SAW, ucapan para sahabat yang mereka menegaskan bahwa pentingnya diam.

Terus yang kedua, kuatkan imanmu. Bahwa saya akan ada hari kau dihisap dengan semua yang kau ucapkan. Sehingga keimanan ini menjadi motor penggerak engkau untuk diam.

Mau ngomong. Ini omonganku kira-kira dicatat di timbangan kebaikan atau keburukan. Maka kalau sudah engkau sampai ke titik itu, insya Allah engkau akan dapat menahan ucapan.

Yang ketiga, menggunakan lisan ini untuk berzikir. Dalam sebuah athar, disebutkan, la tukthirul kalam bi ghairi zikrillah. Engkau jangan banyak bicara, selain dengan berzikir kepada Allah.

Fa inna kathratal kalama bi ghairi zikrillah qaswatun lilqal. Kan orang kalau sudah banyak ngomong. yang omongannya tidak mengandung zikir kepada Allah hatinya akan keras wa inna abadil nasminallah al-qalbul qasi orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang hati maka perbanyak zikir kata Nabi alaihi salatu wasalam dunia mal'unatun mal'unun mafiha dunia ini terkutuk Dunia ini terlaknat dan semua yang di dalamnya ikut terlaknat, kecuali apa? Illa zikrullah, kecuali mengingat Allah, wa ma wala, dan ketaatan-ketaatan lain.

Wa aliman aw muta'alim, dan orang yang alim yang mau belajar, dia belajar. Kemudian ketika engkau hendak kumpul sama teman-temanmu, engkau perlu mempersiapkan bahan. Mau ngobrolin apa sih? Diundang kawan-kawan nih.

Ayo bismillah. Majlis di rumah. Ngobrol kita yuk.

Kemudian tak kalah duduk. Ngobrol di sana. Dan ternyata ada obrolan yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.

Apa sikap kita? Diam. Di sini engkau berbicara. Rasulullah SAW mengatakan, Man ra'a min kumungkaran fal yughayyir hu biyadi.

Padahal siapa di antara kalian melihat kumungkaran, hendaklah dia merubah dengan tangannya. Dia rubah dengan tangannya. Nggak mampu, maka dengan lisannya.

Ini saatnya engkau berbicara. Disinilah engkau berbicara. Ketika ada manfaatnya, engkau berbicara.

Enggak ada, engkau diam. Ketika engkau tidak mampu ingkar-mungkar dengan lisanmu, engkau membenci kemungkanan itu dengan hatimu, tapi konsekuensinya, engkau harus tinggalkan tempat itu. Ketika selesai ngobrol sama teman-teman kita, jangan lupa untuk membaca doa kafaratul majlis. Yang mungkin di situ ada omongan yang kurang berguna, omongan yang tidak seharusnya diucapkan. Karena doa kafaratul majlis itu bukan untuk selesai kajian, bukan, tapi untuk selesai ngomong.

Selesai kita kumpul sama kawan-kawan kita Ingatkan, saat kalian mau pergi Eh, jangan lupa baca doa kafratul majlis Bukan ucapan yang dipimpin bersama Enggak, setiap orang mengucapkannya Dengan lisan yang penuh dengan keyakinan dengan hatinya Dia memohon kepada Allah Azza wa jal Subhanakallahumma bihamdika Ashadu an la ilaha ila anta astaghfiruka wa atubu ilaih Dia menyujikan Allah, memuji Allah, bersyahadat. Bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali engkau. Aku memohon ampun kepadamu dan bertobat.

Maka di sini dalam rangka kita belajar untuk dia. Engkau perlu memohon kepada Allah s.w.t. Agar diberi petunjuk. Karena banyak diantara kita yang menganggap... Biasa, biasa ngomong Kau lihat tiap hari dia bikin komentar Dia bikin tulisan Atau dia bikin konten ini dan itu Tanpa pernah berpikir Bahwa semuanya dicat Semuanya akan dimintain pertanggung jawab Apakah kita sudah siap mempertanggung jawabkan segala Barakallohi, mungkin yang dapat anda sampaikan pada kesempatan kali ini kurang lebihnya mohon maaf