Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat datang kembali di Guru Gembul Channel. Dan sekarang ini acaranya Bebas Bersyarat lagi-lagi sama Bang Coki Pardede. Terima kasih masih mau diundang di sini dan terima kasih juga sambutan yang cukup antusias ya. Dari baraya yang mau mendengarkan obrolan kita walaupun kadang nggak ada konklusinya.
Dan garing ngapain juga Tapi ini Justru karena kemarin itu banyak yang nanya Makanya sekarang saya sampaikan pertanyaan dari netizen itu Dan mari kita masukkan ke dalam Sesi yang agak lebih dalam lah Dikit lah Pertanyaan-pertanyaan yang paling umum Kenapa ateis? Sebenarnya kalau kita berbicara mengenai Ateisme itu sendiri Ada banyak alasan Kenapa orang menjadi ateis Dan gue harus kasih disclaimer dulu kali ya Saat gue membahas ateisme di sebuah konten Pertama Tentunya Tidak ada tendensi gue secara pribadi Untuk mengajak orang untuk beramai-ramai jadi ateis Itu kita garis bawah hidup Orang ateis itu bukan misi ya? Bukan gerakan misi ya? Bukan Kalau kita bahkan punya pemahaman bahwa Semakin eksklusif grupnya kayaknya semakin enak gitu Oh gitu, semakin dikit makin enak Semakin dikit makin enak Itu yang pertama Jadi jangan salah paham bahwa penceritaan dan konten ini adalah glorifikasi ateisme atau bahkan mengundang Anda untuk jadi ateisme tidak?
Gue merasa ini penting untuk dikasih tahu karena kita nggak tahu siapa yang akan memelintir konten ini di depannya. Tapi walaupun sensitif secara umum sih penonton Guru Gumbel Channel itu udah biasa dengan hal-hal semacam ini. Makanya saya justru pertanyaan itu langsung di awal gitu, kenapa pilih ateis?
Jadi kalau gue... pribadi ya pribadi gue tidak menjadi spokespersonnya orang-orang ateis yang ada di Indonesia kalau gue secara pribadi sebenarnya karena proses pemikiran secara panjang yang akhirnya membuat gue menyimpulkan bahwa sepertinya ateisme itu adalah yang paling dekat dengan kebenaran yang gue pahami maksud ateisme itu adalah penyangkalan terhadap kekuatan supranatural yang menguasai dunia gitu atau gimana? Betul, betul, betul. Karena definisi ateisme gua adalah menolak klaim dari berbagai macam kepercayaan atau kepercayaan apapun yang mengatakan bahwa ada sebuah pribadi yang menciptakan kita dengan segala macam sifat dan doktrinnya. Jadi sebenarnya gua menolak klaim tersebut aja gitu.
Jadi gua merasa... jawaban-jawaban yang ditawarkan oleh berbagai macam kepercayaan untuk menjelaskan apa makna hidup ini dalam menjelaskan bagaimana alam semesta ini terbentuk dari berbagai macam kepercayaan itu tidak pernah bisa membuat gue yakin bahwa memang itu jawabannya ini video ini gak untuk lucu-lucu jadi jangan berharap walaupun ini cogi pada di justru ini kita Masuk ke ranah yang ini eksklusif ya Kita belum pernah bahas di tempat lain Ini eksklusif jadi makasih banget Untuk percayaannya Jadi penyangkalan Terhadap satu pribadi tunggal Yang dia itu Menguasai semesta Yang dia itu mengontrol alam semesta Dan penyangkalan ini muncul Dari klaim gitu Jadi kayaknya ini banyak orang yang Kebalik ya kayaknya Paling tidak menurut gue bisa juga kita berbeda gitu. Tapi kalau menurut gue ateisme yang gue pahami itu adalah muncul dari sebuah klaim gitu. Jadi muncul dulu teisme dulu. Muncul dulu teisme saat dia mengklaim bahwa ada A, ada B, ada C dengan segala macam variasinya.
Baru setelah ini ada, barulah muncul ateisme gitu. Jadi sebenarnya posisi gue adalah gue tidak merasa jawaban yang ditawarkan oleh para Aliran-aliran atau kepercayaan ini bisa menjawab pertanyaan gua gitu. Gua lebih nyaman dengan ilmu pengetahuan yang umum yang memang dengan gamblang. tidak pernah mengatakan bahwa jawabannya pasti. Dan itu memberikan penjelasan yang lebih masuk akal.
Betul, karena artinya secara tidak langsung yang gue pahami adalah saat ilmu pengetahuan tidak pernah mengungkapkan bahwa kita mulai dari asal-muasal penciptaan aja deh. Sebenarnya dari mana kita semua berasal ini, bahkan ilmu pengetahuan pun tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Yang ada hanya asumsi berdasarkan tebakan yang teredukasi.
Educated guess lah gitu. Apakah karena Big Bang? Apakah karena apa?
Apakah karena apa? Itu semua hanya kemungkinan, tapi kemungkinan yang teredukasi gitu. Teori lah itu.
Dan justru karena ini adalah berupa kemungkinan, bukan sebuah doktrin, maka itu lebih masuk akal. Itu malah buat gue jadi masuk akal. Kenapa?
Karena buat gue sesuatu yang disampaikan secara dogmatis dan tidak ada lagi selain ini, itu gue sulit menerima itu. Tapi kalau ini adalah... kemungkinan dari banyak kemungkinan lain gue malah lebih suka dengan hal seperti itu karena dimulainya dengan tendensi yang tidak arogan, paling tidak menurut gue ya iya iya iya, paham paham tendensinya tidak arogan gitu dan tendensinya adalah mari kita belajar bersama dan mari kita berkembang bersama karena tidak pernah ada yang tau pasti dari mana kita berasal dan bagaimana caranya kita untuk menjadi lebih baik, jadi ruang untuk bertumbuhnya tuh gue bisa melihat gitu dan gue secara pribadi lebih merasa nyaman dengan pemahaman seperti itu oke Yang mana kalau misalnya ada orang yang merasa teryakinkan dengan satu kepercayaan dan dia merasa terpuaskan bahwa ternyata misalnya kalau kita ambil konteksnya penciptaan alam semesta ya bahwa ini diciptakan oleh ini, bahwa ini diciptakan oleh ini dan yang lain-lain ya gak apa-apa juga kalau dia merasanya aman.
Tapi paling tidak kalau di gua penjelasan bahwa Cuman ini satu-satunya, gak ada lagi yang lain, gak bisa dibuat. Ini mungkin gak sih, kan tadi ada dua bagian utama untuk landasan ateisme. Yang pertama itu adalah bahwa teisme atau klaim-klaim tentang ketuhanan atau konsepsi-konsepsi tentang alam gaib, tentang apa, itu tidak sesuai dengan...
kecenderungan pribadi, tidak nyaman, tidak bikin puas jawaban-jawaban itu. Itu yang pertama kan? Betul. Kemudian yang kedua adalah bahwa memang sejauh yang kita tahu, tidak ada pribadi tunggal yang akhirnya bisa mengontrol alam semesta.
Gimana kalau misalkan memang ada kekuatan supranatural itu, tetapi dia tidak dalam bentuk pribadi. Oke. Percaya nggak sih kalau gitu? Kalau ada kekuatan supranatural tapi dia bukan bentuknya pribadi ya? Bukan Tuhan gitu?
Mungkin aja. Jadi penyangkalannya adalah kalau Tuhan itu dalam bentuk pribadi yang menghukum, yang menghakimi, yang menilai. Betul, yang punya tendensi, yang punya personality mungkin, yang punya... Gue lagi meramu kata-kata supaya aman nih.
Yang punya sebuah sistem. Ya gue gak, sistem dalam konteks pengajaran ya. Tapi ini kan jadi sama kayak Buddhism kan?
Ya mungkin, mungkin. Karena memang mungkin seperti Buddhism. Ya kalau pun dalam pikiran mereka sejauh yang saya tahu, khususnya saya tuh temenan banyak sama orang Theravada gitu.
Jadi kalau pun, mereka tuh bilangnya gini, kalau pun Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak dalam bentuk pribadi, dalam bentuk dia gitu. Betul. Tapi ya, dan kita tidak bisa mengenalinya karena tidak dalam bentuk personality gitu. Betul.
Kalau buat gue sih, apakah pertanyaan Tuhan ada atau tidak itu penting? Itu mungkin antara penting dan tidak penting ya, kalau buat gue. Karena pada akhirnya... Terlepas dari apakah dia itu ada atau tidak ada, apakah dia ada tapi sesuai dengan apa yang kita harapkan atau tidak, terlepas dari pertanyaan itu. Sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana kita mengisi kehidupan yang udah terjadi sekarang ini untuk jadi sesuatu gitu.
Dan gue rasa kadang dan kebanyakan perdebatan filosofis yang terjadi itu adalah Apakah Tuhan ada dan tidak ada? Bahkan ini dilakukan oleh sebagian ateisme juga ya. Orang-orang ateis ini dilakukan. Apakah Tuhan ada dan tidak ada? Perdebatannya di situ tanpa dia sebagai individu bisa memberikan sumbangsi apa-apa kepada masyarakat gitu loh.
Jadi dia terjebak di situ gitu. Jadi pendeknya makna kehidupan manusia seharusnya ada pada realitas tataran aplikasi apakah dia memberikan sumbangsi pada masyarakat atau tidak. Harusnya. Bukan soal...
Apakah Tuhan itu ada kemudian kita beribadah dengan ritual-ritual tentu gitu? Betul, karena menurut gue pada akhirnya kita anggaplah kita ambil skenario lah. Misalnya ternyata Tuhan ada.
Ternyata Tuhan ada. Dan Tuhan dihadapkan dengan pilihan, ini gue simplifikasi aja ya. Tuhan dihadapkan dengan pilihan, ada orang yang percaya dia ada. Tapi gak memberikan sumbang sih. Dan di satu sisi mungkin ada orang yang mungkin dia lihat.
Gue gak tau ya dia ada atau enggak, tapi lebih memberikan sumbangsi dari sesuatu yang bisa diukur lah. Mungkin lapangan pekerjaan, atau mungkin dia berusaha menjadi orang yang lebih baik gitu. Gue rasa sih, kalaupun Tuhan ada, dia tidak sepicik itu untuk lebih mengutamakan yang percaya tapi kosong. Lo paham kan maksud gue?
Karena kalau memang, karena buat gue... Ada yang namanya pascal, istilah pascal tuh, aduh gue lupa lagi namanya istilahnya. Yang dia mengatakan bukannya lebih menguntungkan kalau lo percaya Tuhan.
Oh iya iya. Ada istilahnya gue lupa lagi namanya itu. Iya iya.
Sebab kalau misalkan percaya, eh kalau percaya berarti nothing tulus nanti ke depannya. Tapi kalau tidak percaya. Itu namanya ada pascal itu ya. Gue lupa namanya pascal itu sebuah teori. Jadi pertanyaan yang lebih sederhananya adalah, jadi orang ateis itu dihadapkan pada sebuah pertaruhan.
Kalau misalkan orang agamawannya ternyata benar, ya agamawannya santui-santui aja. Dan orang... Atheisnya yang kelimpungan, karena misalkan kalau Tuhan ada berarti amarahnya, murkahnya juga ada, termasuk nerakanya juga ada gitu kan. Betul. Itu sebenarnya bisa dijawab dengan dua hal sih.
Poin yang pertama adalah, ya kalau kita mau ngomong pertaruhan, pertaruhan itu lebih susah orang yang beragama daripada orang yang ateis menurut gue. Karena agama itu sendiri aja, variasnya tuh udah banyak. Ya misalnya contoh, gue gak tau apakah ini tepat atau tidak. Bilanglah agama di dunia ini ada 1 jutaan. macam.
Dengan Tuhan lebih banyak lagi. pertaruhan orang beragama itu lebih 0,00 untuk menemukan mana yang benar daripada saya hehehehe jadi maksudnya kalau misalnya ada pertanyaan yang mengatakan bagaimana kalau anda salah saya balik, bagaimana kalau anda salah oh jadi kalau atheis itu cuma 50-50 ada dan tidak ada ada dan tidak ada tapi kalau misalkan beragama 1 banding 2.500 iya dan bagaimana kalau ternyata anda yang beragama ada di agama yang tanda kutip salah dan setiap hari anda hanya bikin Tuhan yang benar makin marah Menurut gue secara perbandingan sih harusnya lebih berbahaya atau lebih sulit yang itu. Atau yang kedua jawabannya, menurut gue kalau memang Tuhan ada seperti yang digambarkan oleh agama-agama pada umumnya dimana dia adalah sebuah pribadi yang memang bijaksana, punya pemikiran yang panjang.
Gue rasa sih kayak tadi yang gue bilang, dia tidak akan sepicik itu untuk mendahulukan atau memasukkan ke neraka orang yang Percaya dia tapi tidak memberikan sumbangsi Ketimbang sama orang yang mungkin agak gak percaya sama dia tapi memberikan sumbangsi gitu Karena gue percaya pada akhirnya value orang tuh dinilai Bukan cuman sekedar dari dia percaya apa, tapi dia value nya sebagai manusia itu apa sih? Dan kalau ternyata memang ada sebuah pribadi yang memasukkan orang ke dalam siksaan Cuma karena dia, maaf salah tata cara menyembahnya cuman agak ke kanan dikit misalnya Padahal yang sebenarnya lurus, ya gue rasa sih pribadi seperti itu masa sih menciptakan alam semesta, masa sih sepijik itu Itu ada di dialognya Kingdom of Heaven Ada di film. Iya, iya.
Tapi, ya tapi baraya gini ya, ini kita ngorek aja ya, maksudnya ngorek motif Coki kenapa bisa jadi, jadi jangan dulu dihakimi, jangan dulu apa, ini bukan secara pribadi ya, secara pribadi. Secara pribadi. Dan nggak setuju juga nggak apa-apa.
Nggak setuju juga nggak apa-apa, asal jangan marah-marah. Itu yang kayaknya agak susah belakangan ini. Ketidaksetujuan biasanya di, di, di, di, di, diikuti dengan marah-marah. Dan kayaknya gue harus bilang sesuatu sih, Kang. Kayaknya ini yang orang tidak banyak paham, Kang.
Menjadi ateis tidak secara otomatis alergi dengan orang beragama, loh. Kenapa ini seolah-olah itu jadi satu hal yang menyatu, gitu. Enggak, teman-teman. Sahabat saya, namanya Tretan Muslim, mohon maaf. Itu ku...
Kurang beragama apa gitu. Bahkan gue merasa punya hubungan yang baik dengan guru gembul gitu. Iya saya mungkin tidak sepaham dengan jalan hidupnya.
Tapi bukan berarti saya alergi dengan hal-hal berbau. Ateis bukan berarti anti-teis. Betul.
Ateis bukan berarti anti-teis. Itu dua hal yang berbeda gitu. Nah sekarang pertanyaan yang mungkin harus kita jawab masing-masing adalah.
Apakah sebaliknya? Apakah sebaliknya? Apakah keberadaan itu, apakah bisa dibalik itu?
Paling tidak dari referensi gue yang terbatas, gue merasa seolah-olah ateisme ini adalah sebuah ancaman buat orang yang beragama. Padahal kami ya... Eh gak usah kami deh, gue aja dulu deh. Paling gak gue deh. Gue tidak, satu gue tidak pernah menyebarkan paham ini.
Dan dua, gue bahkan tidak mengencourage orang untuk jadi ateis loh. Karena satu, susah. Dan kedua kita kan cari ketenangan ya. Mungkin buat banyak orang lebih tenang untuk mempercayai sesuatu.
Jadi ya apa yang gue rasa, mungkin ini keresahan ya, apa yang gue rasa ada banyak kepercayaan-kepercayaan yang... merasa gue ini adalah ancaman, padahal gue tidak merasa sebaliknya gitu yang memang mungkin dalam jokes-jokes gue di atas panggung bisa orang berinterpretasi, tapi kayaknya lu gak suka deh sama orang beragama mungkin karena gue yang seorang yang udah dikenal sebagai ateis aja, tapi kalian sadar gak apa yang gue omongkan juga diucapkan kok dengan sama orang beragama lain, sama aja keresahannya sama, dan gue rasa itu keresahan sosial, bukan bukan apa ya... bukan intensi negatif gua terhadap agama, itu enggak. Itu gua rasa sih keresahan sosial yang bahkan orang beragama pun memiliki keresahan yang sama.
Kalau misalkan ini adalah keresahan untuk urusan dunia, untuk masyarakat, peradaban gitu, itu kan keresahannya di situ. Mikir gak sih bahwa Ini kan keresahan duniawi, terus untuk apa saya resah di dunia kan kalau misalkan orang ateis ya, berarti gak punya proyeksi setelah kehidupan, setelah kematian kan gak ada apa-apa. Jadi meaningnya 100% untuk disini. Ini nanya dulu nih.
Boleh Kang. Akherat tuh gimana versi ateisnya Coki gitu? Baik, terima kasih pertanyaan. Ini juga sering ditanyain Kang.
Setiap orang ateis punya definisi yang berbeda kalau ditanya jawaban seperti ini. Kalau jawaban gue... gue mengacu sama hukum kekekalan energinya Einstein bahwa Energi itu tidak bisa dimusnahkan, hanya bisa pindah dari satu masa ke bentuk yang lain.
Tolong dikoreksi kalau gue salah ya, gue gak sepinter itu juga sebenarnya. Jadi gue percaya, apakah Coki Pardede sebagai energi akan kekal berdasarkan hukum kekekalan energi? Iya. Entah gue dari fisik ini menjadi debu, dan debu menjadi tanah, dan tanah menjadi bagian mikroorganisme, jadi pohon lagi. Apakah gue akan kekal?
Yes. Tapi itulah kekekalan yang gue yakini. bahwa seorang Cokipar Dede Saat lahir dia tidak akan pernah hilang, dia hanya akan kembali ke alam itu dan menjadi bagian dari alam.
Oke, dan kita gak tau nanti jadi bagian apa gitu? Ya, tapi yang jelas apakah kita jadi tanah dan tanah kita menjadi pohon, dan pohon kita memberikan kehidupan kepada makhluk-makhluk lain yang makan dari pohon tersebut, mungkin buat beberapa orang itu bukan akhirat yang ideal. Mungkin buat beberapa orang akhirat yang ideal adalah dia punya consciousness, Dia bisa menikmati sesuatu di alam tertentu. Ya tapi kan saat kita berbicara itu, apakah itu ego? Atau apakah itu yang sebenarnya?
Itu kan maksud gue gitu. Dalam sekarang itu, atau sebenarnya sejak 20 tahun yang lalu itu, ada muncul beberapa teori fisika alternatif. Atau sebenarnya hipotesis. Jadi fisika harus utama itu menganggap bahwa roh itu nggak ada. Karena memang...
Tubuh manusia itu ya nggak ada rohnya, itu sepenuhnya adalah materi. Dan kesadaran yang kita punya itu ya nggak lebih dari kumpulan dari memori, indrawi, persepsi, dan sebagainya. Tapi kemudian sekitar 20 tahun yang lalu itu, ada beberapa fisikawan yang punya tapsiran, punya gagasan dengan penelitiannya, bahwa Coki sebagai fisik ya lebur. bersama tanah misalkan ya atau nanti kalau dibakar atau apa segala rupa tapi ada informasi informasi yang gak hilang dan informasi itu bisa aja pindah dari satu bentuk ke bentuk lain bukan dari satu dunia ke dunia yang lain kalau gue sebenarnya gini Kang apakah itu mungkin bisa terjadi yes tapi kalau gue balik lagi ke filosofi gue gue tidak mau terjebak dalam diskusi ini dimana apakah itu salah satu kemungkinan?
iya, sebagai orang ateis gue diajar untuk terbuka fikirannya dengan berbagai macam kemungkinan tapi disaat yang bersamaan gue juga tidak mau terjebak diperjebatan seperti itu sehingga gue menyanyiak hidup gue saat ini, makanya istilah gue tuh, buat orang-orang ini bercandaan ya, bercandaan gue buat orang-orang yang terlalu fokus ke tanda kutip akhirat, mereka tuh hidup untuk mati, bukan hidup untuk hidup gitu menurut gue keindahan dari terlepas apakah akhirat itu ada atau tidak, tapi keindahan dari kehidupan yang terbatas adalah kita jadi menghargai bahwa hidup kita nih ada selesainya, dan semasa inilah let's make the most of it gitu mari kita buat yang terbaik dari masa yang terbatas ini, sehingga buat gue surganya adalah pada akhir hayat gue saat gue udah tua, dan gue sekarang gue bisa dengan tenang mengatakan bahwa saya puas Oke. Itu surga buat gue. Terlepas dari apakah nanti setelah itu ada consciousness yang pindah kemana, ya buat gue itu variasi kemungkinan aja.
Tapi gue percaya saat gue menjalani hidup gue dengan baik, gue mencoba untuk tidak merugikan orang lain, gue rasa sih harusnya kalau ternyata Tuhan pun itu ada, Dia kayaknya sih gak akan salah naro tempat. Iya berarti ini ateismenya ateisme yang membuka segala kemungkinan gitu ya. Berarti ini sama sekali gak final ya. Sama sekali gak final. Jadi mungkin aja misalkan besok ateisme itu berubah menjadi ateisme yang bagaimana modelnya seperti apa.
Atau bahkan mungkin wah. Coba kayaknya agama tertentu layak untuk dicoba siapa tau misalkan seperti itu ya. Atau bisa jadi mungkin gue masuk dari agama yang paling banyak menyumbangkan hari libur.
Apa? Ya mungkin siapa tau gue. Kayaknya kalau gue masuk sini liburnya lebih banyak deh. Atau mungkin agama yang paling banyak menyumbangkan diskon kepada umatnya.
Iya, iya. Mungkin pada akhirnya ya kalau gue mau masuk sih gue kesana. Dan banyak juga yang bertanya.
Gue gak tau apakah durasinya masih cukup atau tidak Tapi mungkin yang terakhir gue pengen bilang Banyak juga yang bertanya Bukankah saat lo tidak punya pegangan Di akhirat lo akan menjadi lebih lost Kayak gitu Apakah kalau lo gak punya pegangan Malah sejauh ini sih enggak ya Kang Sejauh ini saat gue tau bahwa tanggung jawab gue Cuman sama diri gue sendiri Gue lebih tenang Karena gue tau saat ada masalah Gue tau kemana gue harus melihat untuk bisa memperbaiki diri gue jadi lebih baik. Gue manusia, gue selalu banyak kesalahannya, gue selalu jatuh dalam beberapa hal gitu, tapi karena sekarang gue tau tidak ada faktor X, yang kadang faktor X ini pemahamannya aja sangat sulit dimengerti, karena dia punya judgement-nya sendiri yang hak priogratif yang kita gak pernah tau. Jadi saat gue lagi ada di, ada sebuah kesalahan yang gue lakukan, setidaknya gue bisa mengeliminate faktor X ini, dan gue bisa lebih dengan jelas melihat, dimana yang bisa gue perbaiki as a person gitu. Oke.
Ya mungkin kita segitu dulu kali ya. Ini sebenernya dalam sih. Dalam. Kita bisa berbicara ini. Dan sekali lagi ya, ini bukan untuk mempromosikan ateisme.
Tidak, tidak, tidak. Saya emang tidak ingin anda jadi ateis. Jangan. Ini karena banyak sekali pertanyaan.
Tapi justru saya ketika ngedengerin obrolan itu, itu sebenernya adalah sesuatu yang sangat tidak asing, yang pernah dikemukakan oleh tokoh-tokoh agamawan. Ada sekelompok orang, agamawan loh Ini agamawan yang sangat taat gitu Yang bilang bahwa justru dalam konteks itu Itu adalah puncak keberagamaan Puncak keberagamaan itu adalah bahwa kita berbuat sesuatu Kebaikan dan keburukan Itu bukan gara-gara berharap pada pahala Atau pada ada satu entitas tertentu Yang akan memberikan kepada kita imbalan dan sebagainya Itu kita udah los aja, udah gak kepikiran soal itu Bahwa yang berbuat baik yaudah saya mau berbuat baik Karena ini adalah sesuatu yang baik Jadi pikirannya kayak gitu kan? Dan yang tadi itu ada sesuatu yang unik. Apa? Jadi ternyata kesadaran dari Coki Pardede soal ateisme itu didasarkan pada seandainya pun Tuhan ada, maka dia tidak mungkin pincik.
Dia pasti akan bijak dan saya tidak akan terlalu jadi masalah kalau nanti di akhirat ada. Karena saya yakin, kalaupun dia ada, maka dia tidak akan menempatkan Coki di tempat yang salah. Betul. Kalaupun memang gue ditaruh di satu tempat Ya sudah menurut gue, ya gue belajar konsekuensi Dengan pilihan gue aja, setidaknya gue hidup Berdasarkan pilihan gue Ya gak apa-apa juga Kalau gue sih lebih kayak gitu Dan gue percaya ya kalau memang Tuhan Seperti yang digambarkan oleh teman-teman Gue rasa keputusannya gak mungkin salah Berani sadar gak bahwa Dari tadi itu, walaupun ini Masalahnya adalah Masalah klaim ateism tapi banyak sekali persinggungan dengan agama-agama persinggungan-persinggungan tentang kesadaran bahwa realitas itu gak sesederhana ini dan bahwa ya kita terbuka atas segala kemungkinan aja, jadi ateismo bukan berarti menolak agama, tetapi kita membuka kemungkinan pada lebih banyak lebih banyak pilihan-pilihan dan variasi-variasi dan mungkin gue, kalau ini jadi pendapat personal gua ya, kalau ada ateisme-ateisme yang ribut-ribut di sosial media yang ngajakin debat antaragama, saya rasa itu sama seperti orang yang juga baru belajar agama yang pengen ngajakin anak baru pubertas ateis ateisnya masih puber masih butuh kebutuhan jadi percayalah kami tidak seperti itu itu cuma sebagian kecil dari kebanyakan santai kok bahkan menghindari perdebatan seperti ini karena kalau kita kan diskusi ya menghindari perdebatan seperti itu karena what's the point Karena kami juga paham bahwa itu adalah pilihan personal seseorang. Jadi sama seperti semua orang, Coki belum selesai.
Dengan gagasan, dengan pikiran, dengan idenya, dengan keliaran dan kenakalan akal pikirannya. Sama seperti saya dan semua orang. Jadi kita terbuka kemungkinan, jadi jangan di-judge karena kita bahkan belum tahu apa akhir dari setiap kehidupan pribadi seseorang. Gitu ya?
Ya, terima kasih loh Kang. Ya, kita tutup. Tapi sekali lagi ya. Ayo kita sama-sama belajar untuk membuka segala kemungkinan, bukan berarti kita harus keluar dari apa yang kita yakini atau apa yang kita percayai, tetapi untuk memaknai kehidupan yang memang sangat luar biasa ini. Betul, jadi kalau teman-teman yang muslim, tetaplah jadi muslim, karena kalau kalian nggak jadi muslim, siapa yang ngasih opor ke rumah saya lagi?
dan buat temen-temen yang Kristen tetap lah jadi Kristen karena kalau tidak disko Natal kapan lagi jadi gue rasa sih semua tatanan ada alasannya kenapa mereka ada itu aja sih menurut saya tapi ini agak dark juga deh wajingnya tapi apapun itu terima kasih saya Guru Gembu dan ini Coki Farideh semoga kita ada wadah jodoh dan wadah umur untuk bikin konten lagi ya Jangan sampai konten berikutnya adalah konten klarifikasi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sampai ketemu lagi.