Selamat berjumpa kembali dengan Budi Raharjo di Padepoan Budi Raharjo. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, siang, malam. Kebetulan rekamannya malam, tapi Anda bisa nontonnya pagi hari. Baik, kali ini saya akan mempresentasikan sebuah topik yang tadi pagi saya presentasikan di sebuah acara.
Nah, karena topiknya penting, menurut saya saya rekam ulang presentasi saya. Seharusnya tadi pas lagi presentasi langsung saya rekam aja ya, jadi saya tidak perlu mengulang. Tapi tidak apa, saya ulang presentasinya supaya ini bisa bermanfaat bagi Anda sekalian.
Baik, saya share dulu materi presentasinya. Ya, ini dia materi presentasinya. Jadi tadi pagi saya memberikan presentasi tentang pemanfaatan teknologi digital bagi usaha. Ini topik yang menarik ketika kita menghadapi COVID-19. Ini acaranya digelar di Inaba pada tanggal 23 Oktober 2020. Baik, kita mulai materi presentasinya.
Ini judulnya, seperti yang sudah-sudah, akun saya ada di mana-mana, selalu pakai menggunakan terahat. Harjo dipotong, 6 huruf pertama. Youtubenya tentu saja Anda sedang melihat di Youtubenya, Youtube channel saya. Baik, nah. Sekarang kita sedang menghadapi COVID-19 ya.
Jadi kalau menurut Anda ini COVID-19 ini apa ini? Apakah ini sebuah tragedi? Ataukah sebuah opportunity ya?
Kalau saya melihatnya COVID-19 ini adalah sebagai... Sebuah kesempatan. Ini kalau kita lihat sebagai UMKM biasanya ada keinginan ya untuk memanfaatkan teknologi apapun teknologinya termasuk teknologi digital. Sebenarnya keinginan sudah lama ada namun belum terlaksana. Misalnya seorang pengusaha basreng, baso goreng akan menggunakan teknologi informasi, teknologi digital tapi nggak selalu kejadian.
Kenapa? Karena seringkali sudah, Pak saya sudah terbiasa berjualan seperti ini. sudah terbiasa dengan cara yang sekarang, sehingga untuk berubah itu upayanya terlalu berat.
Jadi, Pak, saya sudah terbiasa. Saya tidak, sulit bagi saya untuk berubah. Terus ada juga, wah, saya belum sempat, Pak. Saya sekarang sibuk membuat basrengnya, buat produksi. Belum sempat.
Jadi alasannya belum sempat. Ada lagi, waduh, Pak, saya belum ada biayanya. Kan nanti kalau ini saya harus mengiklankan, ini, apa.
Media sosial, atau saya harus punya hosting, saya harus punya website. Wah, nggak ada biayanya. Meskipun biayanya sebetulnya murah, tapi tetap saja ini menjadi sebuah barier, sebuah batasan.
Ada yang lagi, Pak, saya belum paham gimana cara menggunakan teknologi digital. Dan berbagai alasan lainnya. Sehingga UMKM ini dari dulu sebetulnya masih jalan di tempat dengan menggunakan kondisi-kondisi yang sudah biasanya. Sebenarnya ini bukan hanya UMKM ya, hal-hal yang lain juga sama gitu.
Jadi bahkan perguruan tinggi-perguruan tinggi pun sampai bahkan ini awal-awalnya ya, perguruan tinggi yang hebat pun dia tidak punya kuliah-kuliah yang online. Kenapa? Ya karena nanti dulu sibuk ini, sibuk ini gitu.
COVID-19 datang. Terpaksa kita harus melakukan transformasi digital. Terpaksa kita harus menggunakan teknologi digital. Bekerja harus dari rumah. Sekolah, belajar harus dari rumah.
Semuanya dari rumah. Membuat apa harus dari rumah. Sekarang semuanya dari rumah.
Tentu saja ini menggunakan teknologi digital. Online. Jadi online semua.
Jadi kalau orang bilang dulu transformasi digital itu tidak kejadian, baik dari atasan, peraturan, atau apapun, tidak karena COVID-19 ini membuat transformasi digital terjadi. Cuma kurun waktunya kecil ya, jadi kesempatan kita ini kecil, time frame-nya kecil. Karena mudah-mudahan, mudah-mudahan tahun depan, awal tahun depan kita sudah memiliki vaksin dan sudah bisa digunakan.
Sekarang aja sudah rame ya orang menggunakan vaksin, dan mudah-mudahan tahun depan kita sudah bisa menghadapi ini dengan baik ya, menghadapi COVID-19 ini dengan baik. Sehingga kalau kita tidak melakukan transformasi sekarang, nanti udah males lagi. Ah, udah kembali lagi, back to...
kembali ke masa depan, kembali ke original lagi. Jadi kebiasaan balik lagi, kebiasaan balik lagi. Jadi COVID-19 ini merupakan kesempatan kita untuk melakukan transformasi digital karena terpaksa.
Jadi UMKM itu biasanya punya keterbatasan seperti itu. Nah, sekarang kita bicara tentang startup atau usaha rintisan. Banyak usaha-usaha rintisan digital yang memang dari awalnya sudah memanfaatkan teknologi digital ini. Kalau di Indonesia, contoh yang paling kelihatan di depan mata kita itu Gojek. Dari awal-awal, bisnis prosesnya sudah menggunakan teknologi, sudah menggunakan handphone, sudah menggunakan komputer di belakang, dan lain sebagainya, karena memang harus demikian.
Tokopedia juga, e-commerce, melakukan transaksi segala macam, online semua. Traveloka memesan hotel, pusat terbang, segala macam, juga online semua. Jadi proses-proses mereka sudah dilakukan secara digital. Jadi dari awal memang sudah digital startup-startup ini.
Mereka sekarang... merauh keuntungan yang luar biasa. Itu kalau kita berbicara tentang perusahaan.
Nah ternyata ada tren yang menarik juga ya, bukan hanya perusahaan besar, tapi usaha dalam arti individual ya, grup kecil, individual satu orang, atau bahkan grup kecil yang menjadi sebagai contoh YouTuber, atau yang lebih umum mungkin digital marketing ya. Jadi ini adalah ternyata ada bisnis baru. dengan menggunakan teknologi digital ini. Yang membedakan ini dengan upaya-upaya sebelumnya adalah peningkatannya yang eksponensial. Kalau usaha-usaha biasa itu biasanya linier.
Kalau naik-naik perlahan-lahan. Kalau startup-startup itu yang dikejar biasanya kenaikan yang eksponensial. Jadi kalau kita bicara tentang YouTuber atau digital, marketing yang ada di platform-platform yang lainnya, kalau kita lihat jumlah pendengarnya atau audiensnya, atau followersnya misalnya gitu ya, pada prinsipnya yang mendengar dia audiensnya itu besar.
Ada yang mulai dari ribuan sampai puluhan ribu, ratusan ribu, dan bahkan jutaan. Jadi skillnya besar. Nah kalau kita biasanya jualan biasa ya, misalnya jualan baso di pinggir jalan ya, itu tergantung orang yang lewatnya aja ya.
Bisa jadi lewat 3 orang, bisa jadi 3 ribu, 3 puluh ribu, tapi tidak bisa 3 juta. Karena agak berat juga melihat 3 juta orang melihat di depan warung baso kita. Dengan orang online beda lagi.
Kalau contoh-contoh di luar negara tentu saja lebih banyak. Banyak perusahaan-perusahaan yang memang dari awal sudah menggunakan teknologi digital. Mulai IBM, Juman dulu, Kala, App.
Google, Amazon, Facebook, Instagram Tesla, SpaceX, Xiaomi Huawei, Alibaba, dan seterusnya banyak lagi ya, gak perlu disebutkan ya jadi ini contohnya itu kembali sebetulnya Anda bisa berperan sebagai startup digital, Anda mikirin dasar baru atau Anda juga UMKM yang ingin menggunakan teknologi digital, pada intinya poinnya adalah teknologi digital sangat penting Jadi bagaimana kita menggabungkan, kalau ceritanya ini tadi UMKL sama startup, bagaimana bisa digabungkan? Yang satu membutuhkan scale yang besar, yang satu juga punya kesempatan untuk membantu UMKM. Nah, tadi kalau dari sisi UMKM merasa bahwa teknologi digital itu susah, harus dipelajari segala macam.
Kalau yang dari yang memulainya langsung merasa bahwa teknologi digital itu sudah... biasa nggak perlu dipelajari. Teknologi digital ini memiliki karakter tentu-tentu yang harus dipelajari. Itulah sebabnya saya mengajarkan kuliah yang namanya digital literasi untuk berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Jadi bukan untuk orang IT saja, tapi pelaku bisnis, guru, perdagang, semuanya ibu-ibu, anak-anak, top manager. komisaris perusahaan, dan lain sebagainya. Semuanya harus paham tentang digital. Itu kalau sebetulnya gini, kalau saya analogikan sama dengan mobil, yang nyetir mobil. Bagi sebagian orang mungkin mobil biasa saja, tapi kan tetap harus dipelajari awalnya.
Nggak bisa tiba-tiba orang, tiba-tiba langsung besok bisa nyetir. Kan nggak bisa, harus belajar dulu. Bahkan orang yang bisa nyetir mobil pun, kalau diberi mobil yang jenisnya lain, juga belum tentu bisa. Biasanya nyetir pakai Matic, tiba-tiba dikasih mobil yang manual. Langsung lah itu nabrak, karena nggak biasa pakai kopling.
Saya lihat juga ada beberapa kejadian orang yang tidak biasa dengan mobil mewah, yang ini high performance, Lamborghini lah gitu ya. begitu dikasih mobil itu pertama kali langsung nabrak, karena dia nggak biasa ya. Langsung ngegas mobilnya lari dengan kencang. Nah mobil harus dipelajari.
Motor, motor. Banyak orang yang merasa motor tinggal naik motor aja ya. Jadi anak-anak kecil suruh naik motor, naik aja.
Nggak, itu harus dipelajari juga ya, karena naik motor, ngegas, nge-rem, ini berhenti. Bahkan menurut saya banyak orang yang sebenarnya tidak layak di jalan raya ya, karena tidak paham. berlalu lintas, tidak paham memberikan jalan pada lain, bersabar, tidak nekat.
Saya melihat banyaknya yang saya suka pusing itu, ditanjakan, motor nyusul, mengerikali kalau dari alah berlawanan, dia tidak lihat blind spot. Nah itu juga harus dipelajari. Ini harusnya dipelajari. Mobil harus dipelajari, motor dipelajari, sepeda, sepeda.
Menurut saya sepeda juga harus dipelajari. Sekarang banyak orang yang bersepeda di jalan. Tapi menurut saya juga banyak yang sepedanya ngaco.
malah membahayakan dirinya sendiri dan banyak orang lain, pengendara yang lain. Karena sepeda itu bisa oleng, dia tidak sadar, dia pikir yang lain-lain mobil-mobil di sininya juga sama-sama seperti sepeda yang bisa berhenti mendadak. Padahal mobil bisa kecepatan tinggi, ada momentum, bahkan tidak kecepatan tinggi pun, mobil itu tidak bisa mendadak. Beda dengan orang jalan yang bisa tiba-tiba berhenti, atau sepeda yang tiba-tiba bisa berhenti, tidak bisa.
Jadi, kalau oleng, mepet, atau jalan-jalan, Lagi-lagi sepeda pun harus belajar. Jadi apapun harus dipelajari. Nah, teknologi digital pun harus dipelajari.
Bahwa orang dikasih handphone itu merasa harus bisa. Kasih handphone, langsung bisa aja beliin handphone. Nih, kasih handphone ya. Sebagai contoh, saya pernah nanya kepada mahasiswa saya. Kenapa tidak boleh mengirim SMS, ini judulnya SMS ya, dengan huruf besar semua.
Kenapa? Tidak boleh kirim SMS dengan huruf besar semua. Ayo, kenapa?
Harusnya jawabannya gimana ya? Nanti di ini, wah ini kalau ini saya kasih tahu jawabannya ya. Mikir dulu ya.
Ada yang mengatakan, Pak, kalau ini huruf besar semua marah. Atau huruf besar semua berteriak, segala macam. Pertanyaan saya, dari mana Anda tahunya? Tiba-tiba, hmm, melihat orang.
Ikut kursus, nggak mungkin ya. Diajarin orang atau apa ya. Nah berarti harus ada proses belajar.
Kalau nggak, kita nggak tahu ya. Kalau seseorang dikasih handphone dulu ya. Handphone pertama kali orang tua lah ya. Kasih handphone pertama kali, dia selalu akan mengirimkannya dengan gula besar semua ya. Dikira marah-marah.
Tapi bukan, karena nggak tahu ya. Sama juga etikanya juga ada menggunakan handphone. Misalnya bolehkah kita menelpon seseorang jam 2 pagi gitu ya. Bahwa itu bisa dilakukan, ya bisa sih, tapi mungkin nggak boleh.
Nah, itu lagi yang kayak-kayak gitu juga harus dipelajari. Bolehkah kita meneruskan mem-forward chatting atau email seseorang dan seterusnya. Jadi lagi-lagi, teknologi digital pun perlu dipelajari.
Nah, ini beda lagi ya. Nah, teknologi digital pun dalam bisnis, dia bisa membuat perubahan yang luar biasa. Merubah total ya, disruption istilahnya ya. mengacak-ngacak. Jadi kalau perubahannya kecil, segala macam, nggak apa-apa.
Perubahannya disruption, mengacak-ngacak. Sebagai contoh, dengan adanya teknologi digital, muncullah bisnis-bisnis baru yang berbasis kepada growth dibanding revenue. Sebagai contoh, kalau dulu buat perusahaan selalu ditanya keuntungannya berapa atau paling nggak penjualannya berapa, revenue-nya berapa, dan seterusnya.
Kalau sekarang belum tentu begitu. Tanya jumlah subscribernya, pelanggannya berapa, segala macam. Jadi banyak perusahaan yang sekarang yang mungkin secara keuangan belum menguntungkan, tetapi secara audience itu berkembang dengan pesat. Growth.
Nah ini kan baru nih ngitungnya gimana, segala macam. Dengan tersedia teknologi digital ini, kita bisa melakukan growth yang eksponensial. Jadi biasanya bisnis baru. Jadi deep suction.
Kemudian cara mengelola bisnis juga bisa baru. Kalau dulu bisnis itu kita kelola sendiri, semuanya kita kelola sendiri. Sekarang dengan ada teknologi digital, ada cloud, ada apa, jadi kita bisa menggunakan outsourcing segala macam, freelancer segala macam, kita bisa gabung-gabungkan ini dan yang kita lakukan hanya mengorkestrasikan semua yang ada.
Jadi ada pilihan, mau kelola sendiri atau ya udah pakai yang layanan sudah ada, kita ke-backup. Kita tinggal kelolakan atau orkestrakan, mengelola bisnis dengan baru lagi. Dan ini menimbulkan kesempatan-kesempatan baru untuk menjadi perusahaan-perusahaan besar yang baru-baru. Jadi banyak ide-ide yang bisa Anda kembangkan. Kalau orang sekarang ceritanya, new unicorn.
Itulah kesempatannya. Itu dalam bisnis. Jadi teknologi digital bisa melakukan perubahan dalam bisnis yang mendasar.
Hal lain adalah kalau kita lihat, teknologi digital itu membawa perubahan terhadap pelanggan kita, customer kita, dan pekerja kita. Kebanyakan pelanggan dan pekerja kita sekarang sudah merupakan generasi baru. Millennials yang sudah berorientasi dengan teknologi.
Sekarang bayangkan, ada orang-orang yang lahir sudah ada Google. Jadi lahir sudah kenal Google Maps misalnya. Sudah lahir ada Google Search Engine gitu. Sudah ada YouTube. Jadi kalau anak-anak sekarang bingung gitu.
Kebayang, dia bilang nanyain ke orang tuanya, kalau dulu nggak ada Google Maps pakai apa? Dia pakai peta. Dari mana tau jalannya?
Ya kita lihat peta dari sini kota ini ke ini gitu ya. Nggak kebayang oleh anak-anak sekarang bahwa dulu pakai peta secara manual. Karena apa? Karena Google Maps.
Semuanya pakai Google Maps saja. Jadi nggak kebayang. Jadi teknologi bagi anak-anak sekarang itu sebagai sebuah yang given, yang sudah ada dan wajib ada. Jadi kalau Anda nggak kayak gitu, nggak akan mau lagi. Contoh, Anda ingin membuat sebuah bank baru, nggak punya mesin ATM, nggak punya pelanggan.
Karena anak-anak sekarang sudah bilang ada ATM-nya nggak. Bahkan sekarang nggak hanya ada ATM, ada mobile banking-nya nggak. Kalau nggak ada mobile banking-nya, dia bilang nggak, saya mau ambil layanan dari perbankan yang punya. mobile banking. Jadi, customer-nya aja sudah beda.
Juga sekarang pekerjanya juga. Pekerjanya juga milenial-milenial yang sudah biasa dengan menggunakan teknologi, komputer, handphone, segala macam. Nah, bagaimana kita empower mereka ya. Jadi, dengan menggunakan teknologi lebih hebat lagi ya.
Nah, ini manfaatnya kenapa kita harus terjun juga ke teknologi digital. Ini saya ambil contoh. Ini ada satu komik yang saya tanya awalnya, saya nggak ngerti ya. Ini ini ceritanya waktu itu ribut orang ini apa menerima pesan dengan huruf P jadi saya nggak tahu Anda mungkin sudah pernah nggak terima pesan yang isinya P tapi lagi P P marah sekali dia karena nggak kita jawab sementara kita bingung P ini apa maksudnya gitu ya Ayo ada yang tahu P itu maksudnya apa kata orang P itu maksudnya ping atau kalau orang Sunda punten atau permisi gitu atau Assalamualaikum jadi P itu sebenarnya bersapaan ya baru tau saya, Puntan permisi jadi P itu gitu ya anak-anak sekarang ya, karena males aja ngedikin permisi, udah P aja nah komiknya ini kayak gini ini interpretasi saya ya mungkin salah atau benar, coba ya Anda bagi yang milenial tolong koreksi ya kalau saya salah jadi ini dia nanya permisi atau P, Puntan, P Dibukain sama yang punya rumah.
Nah ini, tuti ada. Jadi si anaknya nanya, tuti ada. Kata ibunya yang di rumah. Tutinya sedang bobo.
Oh oke. Kata si anaknya, oke. Inilah bahasa yang ada. Yang mana kalau Anda tidak merespon ini, Anda marah-marah. Apa sih ini orangnya ini ya?
Ini customer Anda. Customer Anda bicara seperti ini. Jadi Anda harus tahu teknologi digital.
Baik, tadi latar belakangnya, kalau gitu Pak, saya UMKM, saya punya produk, segala macam, saya punya layanan. Apa yang bisa saya eksekusi langsung dengan menggunakan teknologi digital? Yang pertama dalam rangka COVID ini tentu saja jualan offline itu masih jalan, tapi biasanya kalau saya lihat semuanya itu turun drastis, bahkan ada yang hancur ya.
Tidak ada yang mau beli online lagi. Eh maaf, tidak ada yang mau beli secara offline, secara fisik. Maka mau tidak, mau.
Anda harus perjualan secara daring atau online. Jadi Anda bisa menggunakan platform e-commerce yang sudah ada, mau Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Bliblila, ada apapun lah ya, silakan Anda gunakan. Jadi gunakan platform yang sudah ada. Bahkan ada juga orang yang mulai, saya mau pakai WA dulu ya, silakan.
Yang penting sekarang Anda harus dapat perjualan secara daring, secara online. Jadi itu langsung di eksekusi bisa. Jadi tanpa bakbu-bakbu lagi, Anda memang harus belajar sedikit bagaimana memasukkan produk Anda di dalam platform ini, bagaimana membuat penjualannya.
Tapi itu yang kedua. Nah yang pertama tadi ya, gunakan itu. Yang kedua adalah bagaimana melakukan mengemas produk Anda itu secara daring tadi ya. Bagaimana membuat fotonya, bagaimana menuliskannya, ini produk Anda apa, sehingga menarik bagi orang untuk berbelanja produknya ini.
Karena sekarang semua orang akan melakukan itu juga. Bukan hanya Anda saja, tapi semua orang. Dan bukan hanya Anda saja yang di situ, tapi misalnya Anda di Bandung, orang yang di Surabaya pun bisa menjual produk yang sama.
Orang yang di Kalimantan pun bisa menjual produk yang sama. Orang yang di Afrika pun bisa menjual produk yang sama. Jadi bagaimana kita melakukan marketingnya secara online ini, secara daring. Nah, misalnya ini kita bisa bekerja sama dengan YouTuber-YouTuber, atau sekarang mungkin TikTok, atau digital marketing yang mana mereka...
Mungkin punya tim influencer dan lain sebagainya Yang pada prinsipnya juga Ini adalah bagaimana memarketkan Atau mengemas produk Anda secara online Sehingga tadi Anda bisa jualan Itu yang langsung bisa dilakukan ya Nah mulai setelah itu baru kita Mikirkan tentang transformasi-transformasi Digital apa saja yang bisa kita lakukan di dalam Misalnya bagaimana kita Mengkomunikasikan order Dari langsung Dari online ke production Sehingga Begitu ada order, langsung bagian production menerima, oh iya, gitu ya, langsung bisa dieksekusi. Sehingga skala produksinya juga yang tadinya hanya bisa membuat basreng misalnya 10 bungkus sehari, menjadi bisa 1000 sehari. Karena misalnya, oh, kita bisa meng-upload ke tetangga-tetangga juga untuk ikut membantu menggoreng basrengnya, misalnya. Di orderan kalau ini sudah cukup, penuh, pindah ke pesanan bisa diteruskan ke tetangga, dengan menggunakan WA aja misalnya.
itu scaling dari segi production, bisa juga tetap untuk menjaga kualitas, jadi produk-produk ini kita monitor, ini bisa juga mulailah tadi, skalanya kita scaling up dari mulai yang tadi, skalanya jualannya gitu-gitu aja, terus kemudian kena COVID malah mau mati, nah sekarang kita transformasi, malah kita jualannya melewati gitu-gitu aja, jadi kita malah lebih hebat dari sebelumnya, jadi ini adalah opportunity yang tidak boleh Anda tinggalkan. Lebih jauh lagi tentu saja ada macam-macam nih. Kalau tadi ya yang dapat di eksekusi.
Kalau kita berbicara tentang futuristik atau Anda punya kelebihan sumber daya bisa lewat lagi ya. Misalnya ada teknologi-teknologi baru seperti kalau di sini bisa dilihat ini ada artificial intelligence, ada internet of things, ada mobile social internet, ada blockchain, ada big data, ada automation, robots, immersive media, jadi nanti mungkin jualannya Anda pakai VR atau AR, augmented reality, jadi orang-orang bisa... melihat produk Anda, bisa membuka bukunya, bisa kalau melihat pakaian, bisa dilihat jahitannya, atau apalah, nggak ngerti ya.
Jadi, ini banyak lagi. Jadi ada 30 teknologi yang kebetulan ini sekarang sudah mulai terjadi, dan mungkin 10 tahun ke depan akan mengubah, lagi-lagi ya, mengubah dunianya. Jadi ini teknologi yang baru.
3D printing misalnya juga ya. Jadi ini luar biasa ya. Tapi ini mungkin bagi sebagian besar, oh ini Pak di luar jangkauan kami, nggak apa-apa, kita mulai dari yang hari ini. Tapi ini menunjukkan bahwa sebetulnya ada jenjangnya lagi ke sana. Nah, teman-teman kita di luar negeri juga sudah lari ke sini.
Sudah lari dengan menggunakan ini. Jadi itu menunjukkan bahwa kita harus cepat-cepat. Kalau enggak, kita lewas.
Nah, sebagai penutup. COVID ini merupakan kesempatan untuk melakukan transformasi digital. Tapi kesempatan kita waktunya sempit. Jadi kita harus lakukan sekarang juga.
Kalau Anda tidak. Cepat tanggap ya, siapa yang tidak cepat tanggap akan hilang. Lihatlah berapa perusahaan yang hilang gara-gara COVID-19 ini.
Memang susah ini ya, memang COVID-19 ini hantamannya luar biasa ya. Semua orang lah, semua orang mengalami hantaman ini. Semua orang mengalami, saya juga merasakan hantamannya.
Banyak perusahaan yang bubar jalan, banyak perusahaan yang tersendat, terseok-seok, dan seterusnya. Marilah kita bertahan untuk yang itu ya. Tapi ada juga contoh-contoh kasus-kasus perusahaan yang tenggelam gara-gara tidak melakukan, tidak tanggap terhadap teknologi.
Di Indonesia ada beberapa, tapi tidak saya sebutkan. Paling contoh di luar nanti aja ya, kodak misalnya, kodak. Kodak kalau zaman saya kodak itu kamera ya, kamera jualan film segala macam kodak.
Sekarang udah nggak ada. Ataupun kalau ada udah nggak jelas ya. Kenapa? Karena kalah sama Instagram. Orang-orang motret, motret tetap ya, orang yang motret tetap, Instagram.
Film ini mati, film digital juga, kamera digital juga banyak ya. Sekarang orang bukan hanya itu, memotret video gitu ya. Jadi ini perusahaan-perusahaan yang tidak cepat tanggap tewas. Ada perusahaan logistik juga di Indonesia yang ada kantornya di mana-mana, juga terkapar gitu. Padahal sekarang e-commerce lagi membutuhkan logistik ya semuanya gitu.
Jadi ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat tenggelam ketika dia... tidak cepat tanggap terhadap perubahan teknologi. Nah, kalau Anda cepat tanggap terhadap perubahan teknologi, perusahaan yang bisa tadi terkapar, nah Anda bisa nyali, pasarnya bisa Anda ambil.
Pertanyaannya adalah siapkah kita untuk melakukan transformasi? Sekarang adalah waktunya. Now it's the time. Demikianlah presentasi singkat saya.
Semoga ini bermanfaat bagi Anda-Anda, sehingga dapat mengembangkan bisnis Anda, sehingga bisnis Anda tidak hanya sekedar survive atau selamat ketika COVID-19 ini. bahkan justru menggunakan kesempatan ini untuk melakukan transformasi digital sehingga perusahaan Anda bisa bangkit lebih hebat lagi dari sebelumnya, bahkan pada masa sekarang dan apalagi nanti setelah pasca COVID-19. Semoga bermanfaat.
Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.