Intro Kedatangan bangsa inggris ke indonesia Sebagaimana bangsa-bangsa eropa lainnya Didorong kondisi semakin sulit yang mendapatkan rempah-rempah Rempah-rempah merupakan salah satu kebutuhan vital di eropa Terutama sebagai bahan pengawet makanan saat musim di di Eropa Barat. Terkait hal tersebut, Inggris memperoleh keuntungan besar dalam perdagangan rempah-rempah karena Inggris mendapatkan rempah-rempah secara bebas dan relatif murah di Lisabon. Rempah-rempah itu kemudian diperdagangkan di daerah-daerah Eropa Barat, bahkan sampai di Eropa Utara. Akan tetapi, karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis sebagai bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai mengalami kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah dari pasar Lisabon. Inggris pun kemudian kemudian berusaha mencari sendiri negeri penghasil rempah-rempah.
Banyak anggota masyarakat, para pelaut, dan pedagang yang tidak melibatkan diri dalam perang, justru mengadakan pelayaran dan penjelajahan samudera untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Keberhasilan Spanyol menjelajah bagian barat Eropa mengilhami Inggris untuk mengikuti jejaknya. Alin Rizkyan Putra dalam modul pembelajaran Sejarah Indonesia Tahun 2020 menjelaskan Ekspedisi penjelajahan samudera yang pertama diberangkatkan pada tahun 1577 Masehi Dipimpin oleh Francis Drake dan Thomas K. Dengan mengikuti rute penjelajahan Spanyol, rombongan ini berhasil mendarat di Ternate pada tahun 1579. Armada Francis Drake dan Thomas Cavendish memborong rempah-rempah untuk dibawa kembali ke Inggris.
Keberhasilan Rampage di Ternate adalah sebuah perjalanan yang sangat menarik. Drake menemukan Maluku dan membeli rempah-rempah membuat Inggris mulai menaruh perhatian terhadap perdagangan di Asia Tenggara dan Asia Timur. Inggris pun kembali melakukan penjelajahan samudera tetapi dengan mengikuti rute bangsa Portugis. Pada ekspedisi kali ini, Inggris berhasil menguasai India dan mendirikan kongsi dagang EIC, East Indies Company pada tahun 1600. Dari India inilah para pelaut dan pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara untuk meramaikan perdagangan rempah-rempah. Sehingga pada abad ke-18, sudah banyak para pedagang Inggris yang sampai ke Kepulauan Nusantara.
Bahkan sejak Belanda masih berkuasa di Indonesia dengan sekutunya Perancis. Inggris bahkan sempat mengancam monopoli perdagangan yang dilakukan Belanda dengan perusahaan dagangnya, yaitu VOC. Pada tahun 1602, Inggris mengirim... menerima utusan ke Banten dibawah pimpinan Sir James Lancaster guna membentuk hubungan bilateral. Sultan Banten pun menyambut dengan baik dan memberi izin kepada Inggris untuk mendirikan kantor dagang di wilayahnya.
Memasuki tahun 1604, Inggris telah berhasil membentuk kantor dagang di Ambon, Makassar, Jepara, dan Jayakarta. Akan tetapi, Inggris tidak dapat menanamkan monopoli perdagangan di Indonesia seperti halnya Belanda. Bahkan, Inggris tersingkir secara terbanyak.
secara berlahan akibat kekuatan militer dan kemampuan Belanda mempengaruhi penguasa setempat. Kendati demikian, Inggris tidak menyerah begitu saja dan kesabarannya pun terbayar. Pasalnya, memasuki abad ke-18, para pedagang Inggris banyak melakukan perdagangan di Nusantara seperti di Ambon, Banda, Kalimantan, Makassar, dan Jayakarta. Bahkan, dalam perkembangannya, East Indies Company atau EIC menjadi pesaing utama VOC dan Inggris terus berkembang.
terus berusaha merebut Nusantara dari Belanda. Inggris menguasai Pulau Jawa setelah melakukan penyerangan dengan menggunakan 60 kapal dan berhasil menguasai Batavia pada 26 Agustus 1811. Kemudian diteruskan dengan perjanjian Kapitulasi Tuntang pada 18 September 1811 dengan isi sebagai berikut. Pertama, pemerintah Belanda menyerahkan wilayah Hindia Belanda kepada Inggris.
Kedua, semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris. Ketiga, orang Belanda diperkerjakan dalam pemerintahan Inggris. Keempat, hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
Dan yang terakhir, Raffles memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas. Intro Pemirsa, atas jasa Stanford Rebels dalam menaklukan Jawa, Lord Minto yang menjabat sebagai Gubernur General EIC di India, menugaskan Rebels untuk menjadi Lieutenant Gubernur di Jawa. Selama menjabat sebagai Lieutenant General, Rebels menjabat...
pemerintahan di Betonjong atau Bogor. Di bidang pemerintahan, Rebels membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan. Sistem ini diteruskan Belanda sampai akhir pendudukan di Indonesia. Sistem karesidenan ini memudahkan Inggris dalam mengorganisasi dan isir pemerintahan.
Selain itu juga, mengubah sistem pemerintahan ke corak barat. Di bidang ekonomi, penghapusan kewajiban tanaman ekspor menjadi awal kebijakan Reflos. Ia juga menghapus pajak asil bumi, serta sistem penyerahan wajib, Verplichte Leverenti, yang dahulu diterapkan oleh VOC.
Reflos melakukan sistem sewa tanah untuk mendapatkan pemasukan kas inggris. Namun pelaksanaannya mengalami kegagalan, faktor yang menjadi penyebab kegagalan tersebut di antaranya. Sudah tentu, Sulitnya menentukan jumlah pajak tanah karena harus melakukan pengukuran dan penelitian tentang kesuburan tanah.
Sistem uang sebagai pajak yang harus dibayar belum berlaku sepenuhnya di masyarakat Indonesia. Serta kepemilikan tanah masih bersifat tradisional. Di bidang hukum, Raffles mengubah pelaksanaan hukum yang sebelumnya pada pemerintahan Dandles berorientasi pada ras atau warna kulit. Namun pada masa pemerintahan Raffles lebih cenderung pada besar kecilnya kesalahan.
Raffles menghabus adanya kerja rodi dan perbuatan. Namun dalam kenyataannya, Raffles juga melakukan pelanggaran undang-undang dengan melakukan kegiatan serupa. Pada bidang ilmu pengetahuan, Raffles menulis buku yang berjudul History of Java di London tahun 1817. Ia juga menulis buku History of the East Indian Archipelago.
Raffles mendukung perkumpulan Batavia Genoscap serta melakukan temuan berupa bunga Rafflesia Arnoldi. Raffles menemukan bunga raksasa yang diakini sebagai bunga raksasa. bunga terbesar di dunia bersama seorang bernama Arnoldi. Pemirsa, pendudukan ini tak bertahan lama.
Situasi kembali berubah ketika Inggris mengalahkan Perancis di bawah Napoleon Bonaparte. Kekalahan ini menyebabkan sejumlah wilayah melepaskan diri dari Perancis, termasuk Belanda, karena sejumlah wilayah yang tersebut Sudah merdeka dari Perancis, Belanda memiliki celah untuk kembali menjajah Indonesia. Situasi geopolitik itu menarik Inggris dan Belanda ke meja perundingan di London pada tahun 1814. Ditanda tanganinya perjanjian London, yang berisi bahwa Belanda mendapatkan kembali jajahannya pada tahun 1814 menjadi akhir dari pemerintahan Inggris di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, mereka menyapakati Konvensi London yang menyatakan Inggris mengembalikan Nusantara ke Belanda.
Namun kesepakatan itu baru terrealisasi dua tahun kemudian. Belanda secara resmi kembali menguasai Indonesia semenjak tahun 1816.