Transcript for:
Konservasi Tradisi Masyarakat Malamukarta

Masyarakat Malamukarta berbicara tentang sasi itu sudah menjadi tradisi sebenarnya. Suku kita pada umumnya sudah kenal namanya dengan sasi sebenarnya. Karena bahasa orang kita yang disebut dengan egek. Semua orang kita kenal dengan egek. Keluar dari kita sendiri. Tidak ada unsur lain atau mungkin dari instansi lain yang mendorong atau lembaga lain yang mendorong untuk kita melakukan konservasi, tidak. Tapi teman-teman kita kumpul untuk, kita punya instansi sendiri untuk melakukan perlindungan terhadap sesuai dengan kawasan kita tadi. Seluruh kawasan Malangkarta ini harus dilindungi. Yang dikenal dengan sasi itu adalah sesuatu larangan, larangan yang dilakukan oleh moyan tempo dulu sebelum ada pemerintah dan juga sebelum ada injil. Egek ini pada masa perkembangan sekarang dilakukan secara pemerintah dan juga gereja. 14 marga yang ada di wilayah kampung Malam Karta Raya ini mereka menyerahkan sepuluh. sepenuhnya kepada gereja tidak lagi pemilik hak ulayat itu mengelola hasil yang ada di laut sasi itu sesuai dengan keperluan daripada jemaat atau masyarakat di sini sehingga hasil daripada Egek itu semua merasakan hai hai Kegiatan kami pertama adalah kegiatan patroli, kemudian ada survei atau monitorin. Wilayah kita adalah semua di plot menjadi kawasan konservasi, maka dengan itu kita harus ada kegiatan patroli baik di laut, maupun di darat atau di hutan. Baik malam kartai, mibi, swatolo, swatut, mulagufuk, semua itu masuk ke dalam kawasan malam kartai. yang menjadi kawasan konservasi atau konservasi tradisional tadi yang disebut dengan Egek awalnya, awalnya dikenali dengan Sasi. Sasi yang tadi pertama mereka cuma Sasi Pinju. Lola, tripang, dan lobster. Karena ini dia teman-teman mulai masukkan konservasi penyu tadi. Penyu ada semua konservasi kawasan. Jadi dengan apa yang bertumbuh di dalam wilayah Malamukarta itu dilindungi. Kalau di laut itu kita fokus penanganan telur penyu, tapi yang sekarang ini kita fokus adalah telur penyu. Kita pemindahan dari sarang alami ke relokasi, karena memang sarang alami dianggap sebagai salah satu sarang, mungkin misalkan kalau kita temukan yang terancam, ya kita bisa pindahkan ke relokasi untuk kita penanganannya untuk proses penetasan selanjutnya. Di tahun 2016, saya secara pribadi melihat bahwa penyuh semakin populasinya terus berkurang. Maka dengan itu, memang teman-teman... Kita mulai buat dalam bentuk program. Tahun 2017 barulah kita mulai start kegiatan. Pertama start awal itu kita buat ada program-program pertama ada kegiatan penanaman hutan pantai, kemudian kita juga ada data tahun 2017 kami punya pinju ada sekitar 2.000 lebih, 2.500 pinju yang berhasil kami lepas ke laut. Tahun 2018 Kita mengalami penurunan karena faktor alam dan sebagainya akhirnya menghambat proses penetasan penyuh. Kita hanya mencapai 700 sekian penyuh yang kami lepas ke laut. Hai Peran dalam mengorganisir untuk kegiatan lingkungan, kegiatan budaya dan terutama EGEC atau Sasi, itu perannya sangat diutamakan karena kami memulai dengan... nilai-nilai yang telah tertanam dari dulu, yang ada di masyarakat musyarakat umum. Saya mau dari Egek ini, SAC ini, Malam Karta jadi contoh untuk semua kampung. Jadi contoh untuk semua kampung bahwa ternyata... Ternyata kita potensi harus dijaga. Tidak hanya kedatangan susur kayu, terus ini. Bawa kayu ke sana, kita tidak apa-apa, dapat hanya ampas yang kita dapat. Kita jadi korban yang tidak panjang. Itu harapan yang kedua. Saya mau, kalau bisa, semua orang akan belajar di sini. Itu mimpi saya ke depan begitu. Umar kita belajar, mereka bisa pertahankan. Kita tidak bisa kenapa. Itu harapan saya. Jadi laboratorium lah bagaimana untuk menjaga hutan, menjaga laut. Itu harapan saya ke depan. Saya bilang sama orang dari Kementerian waktu kita bikin MOU terkait dengan perlindungan kawasan 60-90 km dari wilayah Kabupaten Sorong, itu masuk dalam KKLD. Bulan kemarin mungkin ada sekitar 1.000 ekor yang tukik, 1.000 lebih, atau 2.000 yang sudah mereka lepas. Itu dampak dari itu. Harapan saya itu bagaimana ini bisa berkembang ke kampung-kampung terutama kampung-kampung yang dipesisir. Bagaimana orang semua belajar dari sini. Belajar dan melihat dengan contoh. Contoh apa yang terjadi itu kita bisa mulai. Orang larang makan penyu, udah makan penyu kembali. Malam karta hari ini tidak akan makan penyu. Padahal tidak ada uang yang keluar pada saat itu. Harapan kami pertama masyarakat Sukumui pada umumnya, mempunyai kawasan ini harus dijaga dengan baik. Coba mengembalikan apa yang sudah diwarisi oleh orang tua kita dulu, coba mengangkat tradisi atau budaya kita itu kembali. khusus budaya sasi atau egek tadi yang saya bilang, itu coba diangkat kembali. Nah, saya pikir dengan kegiatan sasi atau konservasi tradisional tadi, bisa dapat menjaga, menstabilkan kembali potensi kita, alam kita yang kaya, akan tetap terjaga utuh dan anak-anak kita akan menikmati di hari-hari yang akan datang.