Transcript for:
Pentingnya Kebahagiaan dalam Pendidikan Anak

Banyak sekali orang tua gitu ya, yang menekan anaknya tuh harus bisa belajar baca, tulis dari usia muda gitu. Kan kita lihat juga ada anak-anak yang gak diajarin baca tiba-tiba bisa baca koran. Iya kan? Nah itu kan artinya anaknya...

itu udah siap. Anak paut dan SD kelas awal, itu bukan orang dewasa yang dikerdilakan. Seluruh SD yang ada di Indonesia sudah menghapuskan tes Calistum untuk penerimaan peserta didik barunya. Anak itu memang harus bahagia. kecintaan terhadap belajar itu memang harus dipupuk semenjak kecil tapi kalau saya mungkin hanya satu hal saja bahwa anak itu harus bahagia Assalamualaikum Wr.

Wb Salam sejahtera untuk kita semua Om Swastiastu, Namo Buddhaya Anzal Nanuraini Alifah, terbaik satu putri Duta Bahasa Nasional tahun 2022. Nah, di siniar kali ini saya sudah ditemani dua orang narasumber yang cantik-cantik di depan saya yang juga sangat inspiratif tentunya. Nah, saya juga akan memperkenalkan kedua narasumber saya terlebih dahulu. Yang pertama ada Ibu Lucy, selamat pagi Ibu. Pagi, Mak Angga. Luar biasa, Ibu Lucy ini merupakan dosen dari Fakultas Psikologi.

Psikologi Universitas Indonesia ya Bu, luar biasa. Dan sudah mengajar dari sejak tahun berapa Bu? Waduh, dari tahun 88. Masya Allah, udah lama banget ya.

Sudah berkecimpung nih dunia pendidikan ya Bu. Khususnya psikologi pendidikan, luar biasa. Bagaimana Bu keadaannya, sehat hari ini? Sehat.

Alhamdulillah gitu. Tadi juga sebenarnya kita udah sempat ngobrol-ngobrol banyak ya Bu. Semoga siniaran hari ini bisa berjalan dengan menyenangkan ya Bu. Amin. Dan juga selanjutnya ada salah satu narasumber kita nih jauh-jauh datang dari Lampung ya.

Luar biasa. Ada Kak Lidia. Selamat pagi, selamat siang Kak Lidia ya. Sekarang udah siang.

Iya selamat siang Mbak Anzang. Iya Kak Lidia ini merupakan seorang guru dari SDN 20 Tanjung Raya ya Kak. Iya betul sekali.

Luar biasa itu ada di kabupaten mana tuh Kak? Kabupaten SDN 20 Tanjung Raya itu ada di Kecamatan Tanjung Raya. Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Luar biasa, jauh-jauh dari Lampung nih.

Kakak datang kesininya naik apa nih Kak? Boleh diceritakan mungkin. Oke, kemarin itu karena Kabupaten Mesuji itu adalah salah satu kabupaten yang jauh ya di Provinsi Lampung. Kebetulan Kabupaten Mesuji itu berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Jadi perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan. Jadi karena jarak tempuhnya jauh, jadi sempat minap dulu di Bandar Lampung. Iya, luar biasa.

Luar biasa perjalanan yang panjang untuk datang ke sesi senior di siang hari ini. Terima kasih banyak atas kedatangannya ya Ibu dan Kak Lydia. Nah sebelum kita berdiskusi dan berbincang-bincang lagi nih mengenai senior pada kesempatan kali ini akan ada sebuah tayangan nih yang bisa kita tonton bersama-sama.

Dan marilah kita saksikan dulu kali ya Kak sebelum kita memulai diskusi dan senior pada hari ini. Nilai agama dan budi pekerti. Banyak bapak ibu disini terus mendorong kami di Kemendik Putri Stek ini gimana pengajaran Budi Pekerti.

Selalu itu kata karena dulu itu sempat ada modul-modul yang fisik sekarang kita pastikan kita jawab permintaan banyak sekali guru-guru untuk mendorong elemen Budi Pekerti disini. Kedua adalah keterampilan sosial dan bahasa bagaimana berbicara dengan guru, bagaimana berbicara dengan sesama murid. dan kemampuan berinteraksi jangan lupa bagi banyak anak-anak kecil itu pertama kalinya mereka keluar dari kerajaan mereka sendiri, benar gak?

di rumah mereka adalah raja-raja kecil, pertama kali mereka harus beradaptasi ke dalam suatu lingkungan dimana semua anak-anak di sekitarnya sejajar dengan dia dan dia harus beradaptasi, itu transisi yang tidak mudah ketiga adalah kematangan emosi untuk berkegiatan lingkungan belajar dan tentunya kematangan kognitif, kepemilikan dasar literasi numerasi, keterampilan motorik, tangan kemampuan ya dan juga bagaimana merawat diri dan untuk mereka mengerti bahwa sekolah ini yang terpenting bahwa pengalaman belajar dan sekolah itu adalah suatu pengalaman yang menyenangkan dan positif. Baik, tadi sudah kita saksikan bersama ya pemaparan dari Mas Menteri gitu ya dari Panadima Karim mengenai Merdeka Belajar episode ke-24 nih yang bertemakan transisi paut ke SD yang menyenangkan, luar biasa ya pemaparan. Nah saya sendiri jadi pengen tahu nih sebenarnya 6 kemampuan fondasi anak itu seperti apa ya Bu Lucy? Dan sebenarnya seberapa penting sih untuk menanamkan 6 kemampuan fondasi anak ini? Oke makasih Mbak Elsa.

Kalau kita bicara tentang enam kemampuan dasar seperti yang tadi Mas Menteri sebutkan, ada yang pertama itu adalah mengenal agama dan budi pekerti. Kita tahu bahwa kalau menanamkan agama dan budi pekerti pada anak masih kecil kan susah ya. Jadi gak bisa langsung seperti pada orang dewasa. Nah pertama-tama mungkin dia mengenal dulu, dia itu adalah ciptaan Tuhan, teman-temannya juga, terus alam semesta.

juga, tanaman-tanaman yang ada, itu juga merupakan ciptaan Tuhan. Dan dia harus mengasihi temannya, juga dia harus menjaga alam sekitarnya. Nah itu adalah bukti bahwa dia itu memahami tentang alam itu ciptaan Tuhan dan itu dasar dari agama dan budi pekerti. Nah itu kan untuk poin pertama ya Bu, tentang budi pekerti dan juga agama.

Terus kalau untuk poin keduanya apa ya Bu? Nah yang kedua adalah itu keterampilan sosial dan keterampilan berbahasa untuk berinteraksi secara sehat dengan lingkungannya kita tahu bahwa kalau misalkan di dalam lingkungan itu anak mungkin bahasanya masih gak bagus, dia akan susah untuk berkomunikasi dengan temannya kan terus dia juga mungkin gak bisa bersosialisasi dengan baik ketika dia itu masih belum bisa merasakan apa yang dirasakan oleh teman temannya. Jadi ketika anak itu di dalam lingkungannya dilatih untuk bisa bersosialisasi unsur bahasa ini merupakan hal yang penting. Coba sekarang lo bayangkan ada anak yang bahasanya terlambat itu kan pasti ketika dia mau mengungkapkan sesuatu gak bisa.

Terus dia frustrasi, nangis-nangis itu buktinya kenapa bahasa itu penting untuk sosialisasi. Jadi orang lingkungannya namanya paham bahwa apa mau anak itu begitu apalagi berarti kan kalau misalnya dipaut dan SD mereka sudah terpisah gitu ya dari orangtua mereka mereka harus bisa mengungkapkan gitu apa yang ada diisi hati mereka kepada mungkin kepada bu guru ataupun kepada teman-temannya betul betul dan juga untuk kalau poin ketiga dan selanjutnya gimana kalau poin ketiga itu kematangan emosi untuk berkegiatan yang di lingkungan belajarnya ya Jadi kalau misalnya Misalnya anak itu mengenali emosinya dia, mengenali emosi temannya, kemudian dia juga bisa misalnya gagal menyelesaikan sesuatu, kemudian dia merasa putus asa, nah itu kan di situ dia harus bisa mengelola emosinya. Karena ketika anak itu berada di paut atau di SD kelas 1, itu kan tidak selalu berhasil.

Nah dengan adanya misalkan keputus asaan karena enggak. bisa, atau misalkan dia gagal, atau dia berhasil itu kan melibatkan emosi, jadi disitu emosi merupakan hal yang juga penting untuk dikembangkan dan mungkin untuk poin keempatnya apa ya Bu? poin keempat itu keterampilan motorik dan kemampuan merawat diri supaya dia bisa mandiri kan tadi Mas Menteri juga bilang ya ketika anak itu berada di rumah dia raja kecil kan nanti Dia yang jadi pusat perhatian.

Nah ketika dia ada di sekolah, dia harus bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Misalnya membersihkan badan ketika dia habis bermain, cuci tangan. Yang tadinya harus dibantu kan dia harus bisa sendiri. Selain itu juga keterampilan motorik dia untuk berlari, melompat, berjalan, melempar.

Nah kemudian itu nanti... Nanti akan lebih halus lagi untuk menulis, menggambar, mewarnai. Nah itu semuanya terkait dengan keterampilan motorik.

Nah untuk poin kelimanya apa ya? Nah yang kelima adalah kematangan kognitif yang meliputi kemampuan dasar literasi. Numerik dan juga kemampuan dia untuk memahami bagaimana dunia itu bekerja. Jadi kalau kita bicara... Bicara literasi orang langsung berpikir baca tulis itu.

Padahal disini adalah praliterasi. Artinya sebelum anak itu bisa mengenal huruf, mengenal angka, maka dia harus dikenalkan. kan bentuk-bentuk saya masih inget tuh kalau misalkan anak itu mau belajar tentang huruf a ya itu kan kita enggak ngajarin begitu tapi Ayo kita bikin bulat bulat bulat bulet anak bermain ya kan jadi dia Oh oke itu dasar dari membuat angka atau huruf A begitu Nah jadi disini praliterasi bukan literasi betulan gitu baik praliterasi ya itu bukannya mengajarkan langsung baca tulis nggak sama sekali itu praliterasi nah untuk poin kenamnya itu apa yang keenam pemaknaan belajar secara positif Jadi jenjang paut SD kelas 1 juga ya, nanti Bu Lidia mungkin bisa cerita juga ya, gimana kalau di SD kelas 1. Anak itu dibangun kecintaan terhadap belajar dulu. Karena kita tahu bahwa ketika anak itu nanti sekolah betulan, SD 6 tahun, SMP SMA 6 tahun, kuliah mungkin 4 tahun, itu kan panjang. Nah kalau di awal dia sudah didrill, dipaksa untuk...

Belajar, menghafal dan sebagainya Maka belajar itu menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan Buat dia Disini dibangun kesenangan, kecintaan Terhadap belajar Supaya anak itu kesemaran belajar Gitu Apalagi karena kita tahu ya Pendidikan itu kan tidak ditempuh Dengan waktu yang sebentar Makanya di saat mudanya Itu harus dibangun dulu Kecintaan terhadap belajarnya Betul Jadi belajarnya ya harus sambil bermain Betul Apalagi tentang literasi mungkin baca buku gitu ya kan. Anak-anak kecil mungkin sekarang belum tertarik gitu kan. Tapi ya kita bagaimana menanamkannya terlebih dahulu gitu kali ya.

Nah juga aku mungkin mau langsung nanya nih sama Kalidia yang merupakan seorang guru nih gitu. Bagaimana sih kak cara kakak sebagai guru di SDN 20 Tanjung Raya gitu ya. Yang mengimplementasikan 6 fondasi anak yang tadi sudah disampaikan oleh Mas Menteri di sekolah kakak. Baik, terima kasih Buat Mbak Anzalna atas pertanyaannya Kalau yang sudah Diimplementasikan di sekolah saya itu Seperti poin yang pertama tadi adalah Anak diajarkan Mengenal nilai agama dan budi pekerti Itu kalau di sekolah Kami sudah menerapkan Setiap sebelum melakukan Dan sesudah melakukan sebuah pekerjaan Atau pembelajaran, kita membiasakan Untuk berdoa dulu Kemudian kami melakukan Pembiasaan untuk melakukan Salat dukungan duha, ada sholat duha berjamaah, jadi kemudian kami juga menerapkan untuk melakukan kegiatan infak setiap hari Jumatnya, jadi itu salah satu contoh penerapan dari fondasi pertama yang sudah kami laksanakan di sekolah kami seperti itu luar biasa ya itu kan mengenai yang budi pekerti dan juga agama, mungkin dari poin-poin lain, sudah ada implementasi seperti apa sih Kak di sekolah kakak?

Terima kasih untuk poin yang kedua, untuk ketampilan sosial dan bahasanya. Untuk siswa kelas awal, itu hal pertama yang kami ajarkan adalah hal yang paling sulit dilakukan sama anak usia mereka. Untuk mengucapkan tiga kata ajaib. Ada kata terima kasih, kata maaf, dan kata tolong. Itu yang sangat sulit dilakukan anak usia SD kelas awal.

Jadi bagaimana caranya guru itu membangun kebiasaan. si anak untuk biasa mengucapkan kata tolong, terima kasih dan kata maaf apabila dia dibantu dengan temannya tidak lupa memberikan kata ucapan, memberikan ucapan terima kasih, kemudian jika meminta bantuan dengan temannya atau orang lain si anak juga tidak lupa mengucapkan kata tolong sebelumnya, terus apabila si anak melakukan kesalahan jangan pernah lupa untuk mengucapkan kata maaf, seperti itu itu kan tadi untuk yang poin kedua ya Terus kalau misalnya tadi untuk penerapan kemampuan motorik anak gitu ya kak? Kalau di sekolah kakak seperti apa tuh ya kak?

Kalau untuk pengembangan keterampilan motorik anak, sama seperti yang sudah dipaparkan oleh Ibu Lucy tadi ya Mbak Anzalmaya, anak-anak itu diajarkan untuk bagaimana caranya dia bisa mengelola dirinya sendiri. Contohnya seperti ini. Dari rumah ini si anak biasanya sudah disiapkan sama orang tuanya, sama ibunya nih. Jadi, Di dalam tas itu ada buku. Ada pensil, penggaris, dan lain-lain.

Nah, untuk yang kematangan motoriknya ini, bagaimana caranya anak ini bisa menjaga barangnya sendiri. Misalnya, ketika baru datang tadi, dia membawa pensil, buku, dan lain-lain. Bagaimana caranya si anak ini bisa bertanggung jawab nih? Oh ya, ini barang saya.

Dia bisa membedakan. Jadi, ketika dia pulang ke rumah, dia masih membawa barang yang sama, seperti itu. Kemudian, kalau di sekolah, kami juga sudah menerapkan, anak-anak itu kami biasakan untuk membawa sikat gigi biasanya, seperti itu. Jadi, untuk menerapkan kebersihan diri bagaimana cara merawat diri biasanya kami punya kegiatan itu 3 bulan sekali, jadi kegiatan 3 bulan sekali itu anak-anak disuruh membawa sikat gigi, pasta gigi kemudian sebotol air jadi kita akan melakukan gosok gigi bersama-sama seperti itu ibu di lingkungan sekolah kita, seperti itu Terus aku sedikit penasaran yang mengenai bagaimana sih menanamkan kecintaan terhadap belajar nih. Terutama untuk anak-anak SD yang mereka kan secara itu masih pengennya main, apa-apa dikit-dikit main, bukan lebih fokus ke belajarnya.

Kalau di sekolah kakak implementasinya seperti apa tuh kak? Kalau untuk menanamkan kecintaan si anak untuk belajar, anak ini kita buat nyaman dulu. Jadi biasanya kami itu mengadakan refleksi diri.

Kami sebelum memulai pembelajaran, kami akan bertanya dulu ke anak. Tadi waktu sekolah Apa yang dialami dari bangun tidur Anak-anak akan bercerita dulu terlebih dahulu Mereka akan bercerita Oh iya tadi pagi saya bangunnya ke siangan Saya dimarah sama mama Kita bangun moodnya dulu Jadi kalau moodnya sudah terbangun Otomatis si anak ini Akan mempunyai semangat untuk belajar Seperti itu Implementasi praktik Baiknya ini yang dilakukan Sudah sangat banyak di sekolah kakak Nah pasti sih ya Menurut saya menemukan banyak sekali kesulitan ataupun tantangan gitu ya menghadapi anak di usia SD kelas awal gitu ya. Kakak sebagai pengajar sendiri ada tantangan seperti apa yang dihadapi Kak saat menghadapi anak-anak? Terima kasih pertanyaannya sangat bagus sekali ya Ibu ya tantangan. Kalau bicara tentang tantangan, setiap pekerjaan pasti punya tantangannya ya Ibu jadi setiap pekerjaan itu pasti punya tantangannya kalau tantangan dari guru kelas awal itu lebih ke pembelajarannya karena setiap anak Anak itu kan unik ya Mbak Anzalnya dan setiap anak itu punya karakter yang berbeda-beda.

Tantangannya lebih ke misalnya kita memberikan materi berupa tulisan mungkin. Kita lihat moodnya anak ini tadi. Kalau misalnya anak terlihat bosan, kemudian anak ini terlihat malas untuk menanggapi.

Mungkin nanti gurunya bisa mengubah metode ajarnya. Mungkin anak ini tidak bisa pakai tulisan. Mungkin kita akan menyajikan dalam...

dalam bentuk gambar. Jadi menyiasatinya untuk siswa yang bosan menerima pembelajaran yang sama setiap harinya yang monoton, gurunya akan mengubah metode ajarnya, kemudian guru akan mengubah media ajarnya. Mungkin kalau untuk anak yang seusia kelas awal, lebih suka disajikan dalam bentuk pembelajaran, dalam bentuk benda konkret.

Contohnya, misalnya hari ini kita membahas temanya tentang tumbuhan. Ketika tema tumbuhan yang dibahas, kita guru itu Itu bisa menjajikan benda kongrin. Mungkin dari rumah kita bawa pot bunga. Pot bunga yang memang benar-benar ada bunga nyatanya. Ada tanahnya, ada akar, ada batang, daun dan bunganya.

Jadi kita bisa jelaskan. Ini loh nak bunga itu tumbuhan itu seperti ini. Kita jelaskan satu persatu poinnya. Atau mungkin kita bisa menggunakan audio visual. Biasanya kalau karena sekarang ini guru itu sudah digital massive ya.

Jadi sudah harus bisa menggunakan IT. Mungkin kita bisa menggunakan LCD proyektor. Kita sajikan dalam bentuk video Seperti itu Biasanya anak-anak akan lebih menarik Dan pembelajaran juga akan lebih menyenangkan Seperti itu Mbak Anzalna Sudah banyak ya tips-tips Mungkin sebagai seorang guru Bagaimana sih menghadapi anak Di usia SD kelas awal Mungkin aku sedikit kembali lagi Ke Bu Lucy Aku mau nanya juga nih Bu Karena kan seperti fenomena yang aku saksikan Di sekitarku Di lingkunganku banyak sekali orang tua Gitu Yang menekan anaknya tuh harus bisa belajar baca, tulis dari usia muda gitu Bu.

Dan gak jarang juga bahkan orang tua bahkan membandingkan anaknya sendiri dengan itu anak tetangga udah bisa baca, itu anak tetangga udah bisa nulis padahal belum masuk SD. Ataupun orang tua itu menekan anak harus bisa baca tulis sebelum masuk SD gitu. Nah itu bagaimana sih Bu mengenai fenomena ini berdasarkan psikologi untuk anaknya gitu?

Oke, kita tahu bahwa anak itu kan berkembang sedikit demi sedikit dan mengembangkan. melalui satu tahapan tertentu. Jadi bisa dibayangkan kalau tangan-tangan kecil itu, yang motoriknya belum bagus, otot-ototnya belum kuat, kemudian dipaksa untuk menulis.

Terus secara persep... Dia juga belum matang. Kadang-kadang kan anak menulis B dengan D juga masih terbalik. Kenapa itu?

Karena belum matang secara perseptual. Tapi kemudian dipaksa untuk bisa membaca. Artinya anak itu dipaksakan sesuatu yang belum masih.

rasanya dia untuk melakukan jadi dalam hal ini tentu kita harus mengikuti tahapan perkembangan anak itu jadi misalnya anak itu untuk persiapan menulis ya tadi pra menulis itu ya praliterasi tapi yang terkhusus untuk menulis dikuatkan dulu otot-ototnya Kenapa di paut ada menggunting itu untuk menguatkan otot-ototnya otot tangan dia. Kemudian ada anak yang mungkin gripnya, cengkraman dia untuk alat tulis itu belum kuat. Itu mungkin otot-otot di sini juga belum kuat.

Jadi harus dilatih. Gimana caranya? Ambil botol, ambil gelas, ambil beras, kemudian dituang seperti ini. Ini untuk memperkuat otot-otot di sini. Jadi bisa dibayangkan kalau anak itu dikasih alat tulis, kemudian dia disuruh menulis langsung, itu gerakannya...

pasti belum terkoordinasi dengan baik, belum kuat cengkeramannya, sehingga ketika dia menulis dia mengalami hambatan. Sekarang kan banyak orang dewasa yang sakit karena nulisnya salah dan sebagainya, itu karena persiapannya juga kurang. Jadi di sini memang persiapan untuk kearah baca tulis hitung itu dipersiapkan di PAUD dan di SD kelas awal. Seperti matematika juga, kalau misalkan anak itu...

langsung diajarkan 1, 2, 3, 4 saya pernah juga ngobrol dengan seseorang, dia bilang anak saya di PAU juga udah bisa kok 1-30 dia baca tanggalan kalender itu 1-30 eh tunggu dulu, ibunya dokter jadi udah terekspos tapi bayangkan Indonesia ini kan sangat beragam dan tidak semua anak itu beruntung berada di lingkungan yang seperti itu jadi ya kita dorong dia untuk berkembang tapi sesuai dengan pace-nya, dengan kecepatan dia dan sesuai dengan masanya dia, tahapan dia nah, kalau dia itu dikembangkan sesuai dengan tahapan dia maka dia akan melihat belajar itu positif belajar itu menyenangkan bisa dibayangkan anak kecil-kecil kemudian disuruh menulis A, B C, D misalkan 10 kali atau 20 kali rentang perhatiannya masih pendek, terus dipaksa untuk mengerjakan seperti itu, itu tentu frustrasi buat dia belajar jadi tidak menyenangkan tidak menarik sama sekali buat dia jadi saya rasa calistung itu tidak diajarkan di paut, itu sesuatu yang tepat yang benar, dan calistung itu bukan tes untuk masuk SD, itu betul sekali Karena itu adalah tugas kita bersama. Orang tua, guru paut, guru SD kelas 1. Sama-sama bahu-membahu untuk mengajarkan anak itu siap belajar Calistung. Dan juga sesuai dengan kebijakan yang telah diambil di Merdeka Belajar Episode ke-24 ini. Bahwa tes Calistung sudah ditiadakan untuk penerimaan peserta didik baru ya.

Di usia SD. Derajat seperti itu Tapi bukan berarti Anak-anak itu Memang gak boleh belajar tali Kalau anaknya itu punya kebutuhan untuk belajar yang besar Kan kita lihat juga ada anak-anak Yang gak diajarin baca tiba-tiba bisa baca koran Itu kan artinya anak itu udah siap Gak apa-apa Tapi secara Perkembangan Pada umumnya Itu memang tahapannya begitu Tapi ada anaknya yang lebih cepat Kalau dia lebih cepat dia belajar, fine, gak apa-apa. Tapi kalau dia belum, jangan dipaksa.

Bahkan ada anak yang mungkin lebih di bawah lagi. Nah itu caranya akan berbeda lagi. Berarti penting juga ya untuk orang tua melek gitu. Tentang bagaimana sih tahapan perkembangan anak. Jadi setiap anak itu punya perkembangannya masing-masing.

Kita juga gak bisa menyamakan anak yang satu dan anak yang lainnya. Mungkin stimulus yang diberikan oleh lingkungan. lingkungannya juga berbeda gitu kan Jadi output yang dihasilkan juga pasti berbeda tapi gak apa-apa gitu karena semua anak itu spesial gitu ya luar biasa seperti edisi kali ini kan spesial hardiknas gitu kita membahas tentang pendidikan dasar seperti itu. Nah juga saya juga mau menanyakan Bu mengenai pembelajaran yang bersifat drilling dan juga tidak sesuai dengan konteks gitu ya near context gitu bagaimana sih Bu sebenarnya dampaknya terhadap anak gitu kenapa misalnya si anak itu nanti dampaknya bagaimana di kedepan hari, di kemudian harinya seperti itu drilling itu kan metode pembelajaran yang mungkin dari zaman Belanda dipaksa harus bisa tambah kali, bagi kurang cuma itu kan tidak disertai dengan pemahaman, jadi akhirnya orang itu yang menghafal aja menghafal aja, tapi kalau kita belajar dengan menghafal, gak ada pemahaman Namanya kita juga cepat lupa.

Ya kan? Nah ada hal-hal yang memang harus diajarkan dulu. Ininya. Konsepnya.

Jadi misalnya. Tiga tambah dua. Tiga di sini, dua di sini. Nah itu kalau buat anak kelas satu. Mungkin harus konkret.

Harus konkret. Dan kontekstual. Saya waktu itu pernah. sekolah di Atambua, ya gurunya sangat kreatif, kemudian semua anak boleh membawa alat bantu apa aja, jadi ada anak yang mengeluarkan dari kantongnya itu batu, ada yang ngeluarin ranting-ranting, potongan ranting kalau yang mampu mungkin yang apa, kayak sempoa itu nah, disitu kemudian gurunya mengatakan ayo sekarang kita berhitung ayo keluarkan dua dua batu dia keluarkan keluarkan tiga 3 batu 1, 2, 3, 4, 5 yang satu belajar dengan ranting-ranting yang satu bawa kancing jadi ya apa yang ada di lingkungannya itu yang digunakan begitu juga ketika anak itu belajar misalnya menulis kertas gak ada, yaudah pakai pasir waktu itu saya diseram juga begitu, saya bilang pakailah pantai kalian, disitu ada pasir kalau kita orang Jakarta pasir Pasir itu kan mahal banget ya Berbeda ya Kalau misalnya di daerah Pasirnya terhampar Banyak banget Itu digunakan Ayo kita menggambar di pasir Kadang-kadang juga Ayo kita menggambar di udara Jadi gunakan kreativitas Supaya belajar Praliterasi itu Bisa kontekstual Dengan lingkungannya Jadi gak harus barang-barang yang mahal Yang mahal Harus dibeli, enggak Apa yang ada di lingkungannya itu bisa dimanfaatkan Untuk belajar Nah mungkin dari kali dia sendiri gitu ya Pernah gak sih kak mengalami Ataupun melakukan metode pembelajaran Yang mengelibatkan kearifan lokal nih Yang ada di sekitar kakak gitu Di daerah kakak gitu Kalau untuk pembelajaran yang melibatkan Kearifan lokal ya Jadi mesuji ini kan terkenal Dengan perkebunan karetnya Sama seperti yang tadi Bu Lucia Seperti ini disebutkan ya ada praliterasi, pranumerasi. Kalau untuk siswa kelas awal itu, kalau misalnya untuk pembelajaran yang, numerasi dulu nih, numerasi dulu.

Jadi numerasi itu kan tidak melulu harus dengan konsep angka dan lain-lain ya Bu ya. Jadi yang paling nyata, yang paling mudah dibawa, benda nyata itu biji karet. Jadi biji karet itu dibawa satu anak itu bawanya 10 biji karet.

Jadi bawa 10 biji karet, setiap anak, jadi kita untuk kelas awal itu kita belajar menghitung dulu nih 1 sampai 10. Tapi dengan benda yang nyata Benda yang nyatanya itu ya biji karet tadi Kita pisah dulu nih Coba anak-anak bisa gak ya Kalau misalnya biji karetnya Yang di tangan sebelah kirinya ada 2 biji karet Di sebelah kanannya ada 1 Kalau dijumlahkan, kalau dihitung Biasanya anak-anak akan tahu Oh iya sebenarnya 2 tambah 1 itu sama dengan 3 Tapi angka 1 dengan angka 2 itu mereka belum tahu Apalagi untuk anak-anak yang memang belum pernah mengenyam bangku paut sebelumnya Seperti yang saya bilang dari awal bahwa setiap anak itu unik setiap anak itu memiliki karakter yang berbeda-beda itu kalau untuk pranumerasinya kalau untuk yang literasinya kalau dari awal misalnya anak-anak ini belum tidak semua anak SD kelas awal itu bisa tahu abjad A sampai Z tidak seperti itu jadi kita juga sekaligus menerapkan fondasi yang kematangan kognitifnya ya Bu misalnya anak-anak kita bawa belajar di luar anak-anak anak, kita bawa Kita bagikan kertas HPS, biasanya seperti itu ya Bu. Ini biasanya kami lakukan ketika MPLS. Jadi kebetulan ini juga sudah masuk wacana kami untuk MPLS di tahun 2023-2024.

Di mana SD itu sudah tidak boleh lagi menerapkan calistung. Sebenarnya tidak boleh diterapkan itu kalau kita yang seperti sistem drilling tadi ya Bu. Tapi ketika kita alihkan dengan cara bermain, masih bisa saya rasa ya Bu ya. Jadi anak-anak akan kita bawa keluar ruangan nih. Anak-anak akan menggambar.

Terserah mereka mau gambar apa Mereka mau gambar tumbuhan Pokoknya apa yang dilihat sama anak-anak boleh digambar Nah nanti untuk melihat kematangan kognitifnya Anak-anak akan bisa bercerita dengan bahasanya sendiri Menggunakan bahasa yang memang bisa pakai bahasa ibu Karena kami tinggal di daerah ya bu Kami tinggal di daerah Mbak Anzalna Jadi mayoritas di sana itu banyak suku Jawa Kebanyakan juga ketika terbiasa menggunakan bahasa ibu di rumah Di sekolah masih kebawa-bawa Karena siswa banyak baru ya, jadi belum bisa berbahasa Indonesia yang dengan baik dan benar seperti itu, nanti si anak akan bercerita dengan bahasanya tadi saya menggambar pohon seri misalnya dia akan berimajinasi, jadi itu salah satu masuk ke dalam 6 fondasi kemampuan fondasi untuk kematangan kognitifnya seperti itu Mbak Anzalna wah luar biasa nih baik, terima kasih Kak Lydia dan Bu Lucy atas penyampaiannya dan pembicaraan kita sudah mulai hangat ya ibu dan Kalidia gitu. Nah sekarang akan ada satu video nih yang akan lewat mengenai Paut Dasman yang bisa kita saksikan bersama. Boleh ya kita saksikan bersama terlebih dahulu. Aku ingin belajar cara membuat kapal.

Aku ingin belajar bagaimana barang terpisah terbang. Aku ingin belajar tentang dunia yang luas. Aku ingin menjaga bumi. Begitu banyak kemungkinan yang bisa dicapai oleh anak, seandainya saja mereka mendapatkan kebebasan belajar.

Baik, luar biasa ya anak-anak Indonesia ini memiliki cita-cita yang sangat besar menjaga bumi, ingin melihat bumi yang besar menjaga alam Indonesia agar menjadi Indonesia yang lebih asri gitu kali ya, mengenakan kreativitas dan imajinasi mereka yang masih sangat... Sangat alami gitu ya ibu. Dan saya juga jadi kepo nih ibu. Mau nanya gitu. Dan di usia paut dan SD kelas awal ini.

Sebenarnya perkembangan psikologis apa sih. Yang mereka sedang hadapi gitu. Ya. Kalau kita bicara anak paut atau SD kelas awal, keinginan yang besar ada dalam diri mereka itu eksplorasi. Tadi kalau kita lihat kan mainnya di mana, itu sebenarnya keinginan yang besar untuk eksplorasi.

Kenapa mereka ingin mengeksplorasi? Karena mereka itu ingin mengontrol lingkungan. Ingin bahwa lingkungan ini adalah sesuatu yang saya pahami, saya bisa kendalikan.

Misalnya, kalau anak... anak yang dibesarkan di pinggir hutan. Saya dulu besar di pinggir hutan. Oh iya. Jadi saya masih ingat sekali yang saya suka mainkan adalah main di akar gantung.

Lompat-lompat, lari di akar gantung, kemudian melepaskan diri, jatuh. Itu rasanya kayak Tarzan banget. Iya. Jadi itu satu keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan. Nah di sini dengan...

Dengan dia bisa mengontrol dirinya, mengontrol lingkungannya, dia jadi merasa kompeten. Merasa bahwa saya adalah orang yang bisa melakukan segala sesuatu. Awalnya mungkin dia merasa secara fisik dia bisa menguasai lingkungannya. Nanti lama-lama itu dia akan secara psikologis dia juga bisa menguasai pelajaran-pelajaran atau materi-materi yang diberikan di sekolahnya.

Jadi di sini ada keinginan untuk berhasil. Itu tadi kan. Anak tadi kan ini berhasil di dunia ini, berhasil secara sosial, secara akademis maupun mungkin dalam pergaulan. Nah itu ada keinginan seperti itu. Jadi pertama adalah eksplorasi.

Yang kedua anak-anak usia ini adalah kemampuan dia untuk menggunakan bahasa. Jadi kosa kata itu akan banyak dia adopt, dia ambil, dia serap. Ya. Sehingga kemudian ketika dia berbicara Dia mencoba dengan kata-kata baru yang dia kuasai Dan disitu membentuk cara berpikir dia Karena misalnya ini gelas Itu konsep kan sebenarnya Kemudian oh ini kata Gelas, tapi yang itu juga gelas, yang seperti itu juga gelas, nah itu dia paham konsep gelas.

Kursi, meja, bangku, dan sebagainya itu akan menambah kosa kata dia dan menambah simbol-simbol yang adik kepala. di situ anak belajar untuk menguasai konsep-konsep sederhana. Jadi di PAUD maupun di SD kelas awal, dia belajar konsep tinggi, rendah, panjang.

Panjang, pendek, besar, kecil, terus konsep warna dan sebagainya. Itu akan memperkaya kosa kata dia dan memperkaya konsep-konsep yang ada di kepala dia. Tapi jangan lupa bahwa anak ini juga masih egocentris. Jadi melihat segala sesuatu dari kacamatanya dia. Belum bisa melihat dari kacamata orang lain.

Gak apa-apa, memang tahapan itu anak itu masih egocentris. Nanti lama-lama ketika dia makin tambah usia, dia mulai bisa. bisa melihat perspektif orang lain misalnya ketika dia nyenggol temannya, terus temannya sakit gitu, awalnya dia kok nangis gitu kan tapi, oh kamu sakit ya jadi disitu dia udah mulai bisa oh orang lain itu sakit ternyata ketika kesenggol oleh saya nah disitu dia udah mulai beranjak tidak lebih egocentris kalau awalnya dia egocentris sekali jadi hanya melihat dari perspektif dia saya suka, mesti orang lain juga suka saya sakit, mesti orang lain lain juga sakit.

Tapi lama-lama dia akan bisa mendiferensiasi. Luar biasa ya. Nah di tahapan ini kan pasti perlu ya dukungan orang tua gitu sebagai penjaga dari anak ini dan juga sebagai guru gitu ya sebagai orang tua di sekolahnya untuk bisa membuat anak ini gitu berkembang sesuai dengan usianya dan juga kebutuhannya seperti itu.

Nah mungkin strategi seperti apa sih Bu yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menunjang perkembangan ini. Anak di usia paut hingga SD kelas awal Dan juga mungkin sahabat dikbut yang di rumah Yang mamah-mamah muda gitu ya Ataupun calon mamah-mamah muda Boleh banget nih dicatat gitu ya dari ibu Lucy Seperti apa ya bu strateginya kira-kira Yang pertama adalah Anak paut Dan SD kelas awal Itu bukan orang dewasa yang dikerdilakan Jadi jangan membayangkan Bahwa dia harus bisa seperti kita Ada hal-hal yang memang dia belum bisa Ada hal-hal yang memang dia sudah bisa. Kita ikuti perkembangan dia.

Tapi yang pertama kita harus perhatikan adalah kita sediakan stimulasi, situasi, suasana, lingkungan yang memang dia butuhkan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Jadi misalnya, ya kalau rumahnya tidak terlalu besar, dia diajak keluar, jangan cuma diajak pergi ke mal. Misalnya, kalau ke mal itu... Itu yang senang kan orang tuanya ya Belanja Ya kalau jalan gitu Terus anak kecil-kecil hanya ngeliat Bagian bawah orang dewasa kan Gak bisa ngeliat yang lain-lain Ada orang tua yang suka ngendong Anaknya itu bagus karena dia bisa ngeliat Oh di luar di atas itu seperti ini Jadi stimulasi ya Misalnya anak itu diajak ke Lapangan ke taman Saya yakin Kalau punya anak masih Usia paut Lalu Atau SD awal itu mesti capek kalau habis hari Sabtu, Minggu.

Karena memang harus memberikan kesempatan untuk dia berkembang. Mencoba segala sesuatu. Itu yang pertama.

Jadi, stimulasi ya. Yang kedua adalah jadi orang tua juga jangan terlalu rajin. Maksudnya, kalau misalkan anak itu mau makan supaya gak kotor, ya udah disuapin.

Itu kan tidak membangun kemampuan. kemandirian anak. Jadi jangan terlalu rajin. Tapi beri kesempatan anak itu untuk makan sendiri, untuk mandi sendiri. Orang tua seringkali bilang, udah di mandiin deh biar cepet.

Nanti gak bersih, mendingan saya mandikan. Nah itu orang tuanya kerajinan. Sebaiknya kasih kesempatan. Kalau ada yang masih belum bersih, kan kita bisa kasih tau.

Jadi misalkan, yang ini belum bersih deh, coba disiram lagi. Dia siram lagi. Dia bilang, belajar di situ.

Jadi, membangun kemandirian. Dan yang ketiga adalah konsistensi. Konsistensi itu dari waktu ke waktu dan konsistensi antara orang tua, ayah sama ibu. Jadi, kalau misalkan ibunya tega, bapaknya gak tega, anak biasanya akan lihat yang mana yang bisa saya manipulasi. Nah, ini harus ada kesepakatan antara orang tua.

Jadi, kalau misalkan si ibu mendorong anaknya untuk mandiri, ayah juga harus demikian. Kalau berantem nanti di belakang aja. yaudah Di depan anak, betul. Dan konsistensi dari waktu-waktu. Misalnya, anak itu minta sesuatu.

Dan dia tahu kalau di depan tamu, ini ibunya pasti akan kasih. Anaknya kan suka. Ayo dong minta ini dong, ingin gadget, ayo kasih aku handphonenya.

Di depan tamu dengan harapan nanti langsung dikasih. Nah di sini orang tua harus tetap konsisten mengatakan bahwa aturannya tidak demikian. Dimanapun aturannya tetap sama.

Jadi konsistensi dari waktu ke waktu Rasanya Kalau orang tua melakukan tiga hal itu aja Itu anak akan berkembang Dengan maksimal Baik kita sudah mendapatkan Kiat-kiat sebagai orang tua ya Nah mungkin dari sekolah nih Sekarang kak Bagaimana sih kiat-kiat dari sekolah mungkin kolaborasi Bersama orang tua gitu yang telah dilakukan Sekolah untuk upaya Agar anak bisa berkembang dengan baik Khususnya di usia paut Hingga SD kelas awal Terima kasih Mbak Anselna Kalau di sekolah kami itu kolaborasinya itu Pasti ada ya Karena kan Setiap sekolah itu pasti ada Kolaborasi antara Guru, antara kepala sekolah, orang tua Dan peserta didik Kalau kolaborasi yang sudah kami laksanakan itu adalah Kalau setiap mau ajaran baru Itu kami akan melakukan Rapat tahunan biasanya Rapat tahunan itu yang akan dihadiri oleh Wali murid-wali murid atau orang tua Siswa Dimana di dalam rapat tahunan itu, poin penting yang akan kami tanamkan adalah bagaimana caranya guru ini akan menanamkan pendidikan karakter untuk anak. Jadi lebih ke pendidikan karakternya. Karena menurut kami, jika kita sudah bisa memberikan pendidikan karakter yang baik, maka si anak ini juga akan menjadi anak yang baik di kemudian hari.

Kemudian kami juga berkolaborasi dengan orang tua itu dengan membentuk komunitas komite namanya di sekolah. Dimana kalau... komunitas komite itu biasanya diketuai oleh perwakilan dari wali murid perwakilan dari orang tua siswa jika kami di sekolah punya program-program atau kami punya sesuatu yang ingin disampaikan yang tidak bisa kami sampaikan secara langsung, biasanya yang mewakili kami untuk menyampaikan ke wali murid yang lain atau ke orang tua yang lain adalah ketua komite itu sendiri jadi seperti itu Kak Anzalna wah luar biasa ya kolaborasi yang telah dibangun di sekolah kakak antara orang tua murid dan juga sekolah. Nah, saya juga ingin menanyakan nih, harapan Kak Lydia sebagai pengajar gitu ya, bagaimana harapan kakak atas implementasi Merdeka Belajar episode ke-24 yang bertajuk Transisi dari Paut ke SD kelas awal yang menyenangkan?

Harapan saya adalah semoga dengan adanya kebijakan Transisi Paut SD ini, tidak ada lagi terjadinya miskonsepsi antara orang tua, guru paut dan guru SD, jadi, Kemudian ke depannya untuk tahun ajaran 2023-2024 seluruh SD yang ada di Indonesia sudah menghapuskan tes Calistung untuk penerimaan peserta didik barunya. Kemudian semoga guru-guru yang ada di Indonesia dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak, bagi peserta didik. Semoga guru-guru yang ada di Indonesia dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan menciptakan generasi-generasi emas di masa depan. Amin, baik. Terima kasih Kak Lydia.

Dan selanjutnya, ada harapan? Kalau tadi apa yang disampaikan Kak Lydia itu saya setuju banget ya. Tapi kalau saya mungkin hanya satu hal saja bahwa anak itu harus bahagia.

Jadi kalau anak itu bahagia dari kecil, dia senang dari kecil, penuh sukacita itu pastinya ke depannya dia akan melihat masa depannya juga dengan cerah, dengan positif. akan menyikapi dunianya itu dengan positif. Jadi harapan saya transisi paut SD yang menyenangkan ini akan membangun kebahagiaan pada anak, karena anak itu akan melihat belajar itu sebagai sesuatu yang menyenangkan, dan anak itu kasmaran belajar sehingga enggak bosen mau belajar sampai S1, S2, S3, dia enggak masalah buat dia, karena belajar itu memang menyenangkan buat dia. Wah, sangat menyentuh ya kata-kata. kata terakhir itu anak itu memang harus bahagia kecintaan terhadap belajar itu memang harus dipupuk semenjak kecil, karena kita sebagai pembelajar seumur hidup pembelajar sepanjang hayat betul sekali, kita harus mau terus belajar untuk menambah kapasitas kita dari hari ke hari seperti itu dan juga pendidikan Indonesia ini kan sebagai guru sudah memiliki semangat yang tinggi, sebagai orang tua sudah melek untuk berkembang kembangan anaknya seperti Dan pastinya kalau saya melihat pendidik yang bersemangat seperti Kalidia dan juga ibu yang memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai pendidikan anak usia dini terutama gitu ya.

Saya yakin sih insya Allah pasti Indonesia akan banyak sekali nih tumbuh bibit-bibit Indonesia emas di masa depan. Amin. Amin gitu ya. Baik terima kasih banyak nih Bu Lucy, Kalidia atas sesi diskusi dan bincang-bincangnya. gak terasa nih kita udah hampir satu jam kayaknya ya kita ngobrol-ngobrol seru kayak gini dan juga saya ada satu kutipan dari Nelson Mandela yang saya kutip sendiri bahwa Nelson Mandela menyatakan pendidikan merupakan senjata terkuat yang bisa dimiliki manusia jadi manusia itu bisa melakukan apapun apabila dia memiliki pendidikan yang kuat dan juga pendidikan itu yang pastinya kecintaannya itu dibangun semenjak kecil gitu Yang banyak sekali nih ilmu yang sudah saya dapatkan dari Bu Lucy dan juga Kak Lydia.

Dan juga yang pasti sahabat di rumah sudah mencatat ya. Poin-poin penting yang harus diperhatikan untuk anak mereka. Ataupun kerabat, ataupun sepupu gitu ya.

Agar bisa membangun Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju lagi ke depannya. Seperti itu. Luar biasa sekali.

Aduh rasanya kayak gak mau sudahan gitu ya. Gak mau udahan. Pengen ngobrol.

Pengen ngobrol lagi. Tapi mungkin kita ngobrolnya lanjut di belakang layar Baik sahabat Digbud Terima kasih telah menyaksikan senior Merdeka Belajar Kesempatan kali ini luar biasa sekali Saya bisa bertemu dengan dua sosok yang luar biasa Kartini Modern mungkin ya Yang menjadi panutan saya pastinya di kemudian hari Dan saya mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi Atas kehadirannya pada senior kali ini Dan juga terima kasih kepada sahabat sahabat Digbud yang sudah menonton siniar ini sampai akhir. Saya Anzalan Nurainya Alifa, pamit undur diri dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian maupun perbuatan yang telah saya lakukan selama siniar ini berlangsung. Izinmu undur diri.

Wassalamualaikum Wr. Wb. dan sampai jumpa di siniar selanjutnya terima kasih terima kasih terima kasih