Transcript for:
Sejarah Jatuhnya Kota Konstantinopel

Konstantinopel adalah kota yang sangat penting di abad pertengahan, kota yang didirikan Kaisar Romawi Konstantin I. Di tahun 306 Masehi ini, didirikan di bekas kota yang sudah ada sebelumnya, yaitu kota Bizantium. Konstantinopel juga adalah salah satu kota terpenting kekaisaran Romawi setelah kematian Kaisar Theodosius I. Negara ini terpecah menjadi dua bagian, yaitu Romawi Barat dan Romawi Timur, di mana Konstantinopel dipilih menjadi ibu kota Romawi Timur. Hampir selama abad pertengahan, Konstantinopel menjadi kota terbesar dan termakmur di seluruh Eropa.

Selama berdiri, kota ini mengalami sejarah yang sangat panjang, di mana bangsa Romawi menguasai Konstantinopel selama lebih dari 14 abad. Selama kekuasaan tersebut, Romawi bahkan berhasil mengagalkan upaya musuh yang mencoba menaklukkan kota ini. Dalam Konstantinopel The Last Siege, Roger Crowley mengatakan, Kubu Islam telah mencoba menguasai Konstantinopel setidaknya kurang lebih 800 tahun, namun selalu mengalami kegagalan. Konstantinopel memang dikenal sebagai kota dengan tembok yang sangat kuat, namun sejarah kota ini yang paling diingat justru adalah saat kota ini jatuh ke tangan Ottoman.

Konstantinopel memanglah sangat istimewa, makanya tidak heran jika banyak bangsa yang ingin menguasai kota tersebut. Letak Konstantinopel sangatlah strategis. Kota ini menghubungkan Eropa dan Asia melalui jalur sutra, yang merupakan rangkaian jalur perdagangan yang menghubungkan India, Cina, Timur Tengah, hingga Eropa.

Maka tidak heran, saat Perang Salib berkecamuk, Konstantinopel menjadi salah satu titik penting selain kota Yerusalem, khususnya sebagai tempat pemberhentian utama. Dari tahun 1300 hingga 1400-an, Konstantinopel mengalami serangkaian nasib buruk yang membuat kota tersebut hampir jatuh dalam kebangkutan. Misalnya saat wabah hitam yang melanda Eropa tahun 1347, kota ini adalah kota Eropa pertama yang mengalami wabah tersebut. Wabah ini dianggap sebagai penerus dari wabah Plok of Justinian yang pernah menyerang kota ini. Akibatnya, jumlah penduduk Konstantinopel berkurang drastis dan menisahkan tak lebih dari 100.000 orang.

Serangkaian gempa bumi juga semakin memperparah kualisi kota ini, selain faktor eksternal yang disebabkan oleh bencana. Kondisi internal Konstantinopel juga tidak stabil akibat perebutan tahta yang sering terjadi dalam sejarahnya. Sementara kondisi Konstantinopel semakin terpuruk, kondisi sebaliknya terjadi pada Kesultanan Ottoman yang semakin berkembang dan semakin besar. Tahun 1453, Sultan Turki kala itu, Muhammad II, yang bergelar Alfati, sangat berambisi untuk menaklukkan Konstantinopel. Ada beberapa alasan mengapa Sultan Muhammad Alfati sangat ingin menaklukkan kota yang sangat eksotis ini.

Selain tentu saja meneruskan usaha yang telah dilakukan oleh berbagai kesultanan Islam lainnya, Alfati juga memiliki berbagai latar belakang, yaitu dinasti Ottoman ingin menguasai kegiatan perdagangan internasional di kawasan Konstantinopel. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Konstantinopel adalah kota penting bagi jalur perdagangan dunia. Kedua, Alfati ingin menentukan dominasi dari Rumah Witi Timur.

yang kerap kali ikut campur dalam urusan politik internal Kesultanan Turki. Dan yang terakhir, ia ingin menegaskan ke negara-negara Eropa bahwa Kesultanan Turki adalah suksesor dari Kaisar Romawi. Keinginan untuk menaklukkan Konstantinopel semakin mantap saat Kaisar Konstantin XI, yang saat itu mengalami kesulitan ekonomi, malah menyirim surat kepada Alfati.

Dalam suratnya, Kaisar mengancam Kesultanan Ottoman untuk menggandakan upatinya pada Konstantin XI. atau mereka akan melepaskan Orban. Panggilan Orban, atau Orban Selebi, adalah sepupu dari Alfati.

Orban dikirim ke Konstantinopel karena ikut terlibat dalam Perang Saudara yang terjadi di Ottoman tahun 1402-1413. Orban dikirim ke Konstantinopel dan ditahan di kota tersebut agar stabilitas Kesultanan Ottoman semakin terjaga. Orban dianggap menjadi kartu andalan bagi Kaisar Konstantin XI untuk memeras Alfati dengan meminta upati lebih. Namun langkah ini ternyata menjadi blunder serta bumerang bagi Konstantinopel.

Alfati menganggap ancaman Konstantin tersebut dengan dingin, darah mudanya bergejolak, dan semakin memantapkan dirinya untuk menaklukkan Konstantinopel. Alfati malah melakukan penyataan terhadap upeti yang seharusnya diberikan kepada pihak Byzantium karena telah menahan orang-orang. Manuver lain Alfati adalah membangun benteng baru Brumelihisari di tepian Selat Bosporus.

Benteng ini. difungsikan sebagai pos pemungut pajak bagi kapal-kapal relasi dagangan Konstantinopel yang datang dari Lantitam. Kaisar Konstantin pun mengirim surat protes sebagai deklarasi perang. Alfati juga mengirim surat dengan nanti serupa.

Kaisar Konstantin pun bersiap untuk menghadapi perang besar yang akan terjadi. Dia mempersiapkan pertahanan kota dan mengirim utusan kepada para penguasa Eropa untuk meminta bantuan. Utusan dari Kaisar Konstantin juga diterima oleh Pasha Nikolas, yang kemudian membujuk Kaisar Maghi Suci, Frederick Ii, untuk mengobarkan Kansalip.

Ekspedisi untuk menaklukkan Konstantinopel dimulai pada hari Jumat 23 Maret 1453. Dengan membawa pasukan berjumlah 100 ribu orang, Alfati memimpin pasukannya. Selain membawa pasukan dengan jumlah besar, dia juga membawa berbagai senjata yang salah satunya adalah sebuah meriam yang bernama Basalika. Kisah Meriam ini sangat menarik. Seorang hungaria yang juga ahli Meriam bernama Orban. Pada tahun 1452, pergi ke Konstantinopel untuk menawarkan Meriam demi pertahanan kota tersebut.

Akan tetapi, gaji Orban yang sangat tinggi tak mampu dipenuhi oleh Konstantin. Sang Kaisar meminta Orban untuk tinggal sejenak, sampai dana yang diminta bisa dipenuhi. Meski Orban sudah tinggal cukup lama, namun dana yang dijanjikan tidak kunjung tiba.

Hal ini membuat Orban kecewa, dan akhirnya memilih untuk menemui Alfati, sang sultan yang memang berencana menaklukkan kota Konstantinopel, sangat tertarik dengan meriam tersebut. Ia lalu menawarkan gaji 4 kali lipat dari yang diminta oleh Orban. Ia pun membalas kepercayaan tersebut dengan meriam terbesar pada saat itu, yaitu Meriam Basalika.

Pasukan Alfati tiba pada tanggal 1 April di depan kota Konstantinopel. Hari itu bertepatan dengan perayaan Minggu Pasca. Sebelum penyerangan, Dalam tradisi pengepungan, pihak penyerang harus mengirim pesan terlebih dahulu. Alfati juga melakukan hal yang sama, di mana ia mengirim pesan kepada Kaisar Konstantin untuk menyerah dengan damai. Namun, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah.

Dari sekian banyak bantuan yang diminta oleh Konstantin, yang datang hanyalah seorang ksatria Genoa yang bernama Giovanni Gustiani. Dengan membawa seribu pasukan, Konstantin lalu menunjuk Giovanni sebagai panglima pengawal tembok di sebelah barat. Guna menghalau serangan dari laut, Sang Kaisar memerintahkan untuk memasang rantai yang melintang dari kota Konstantinopel ke kota Galata.

Selama pengepungan, rantai tersebut dijaga oleh kapal-kapal Venisia untuk memastikan pasukan Ottoman tidak bisa masuk ke perairan Golden Horn. Selain 100.000 pasukan, yang terdiri dari 8.000 pasukan Kaisar, 10.000 pasukan reguler, dan sisanya pasukan non-reguler dan kavaleri, terdapat 69 meriam. yang terdiri dari 1 meriam besar basilika, 1 meriam sedang, serta 67 meriam kecil. Sedangkan di laut, Sultan memiliki 126 kapal.

Sementara di kubu Konstantin, terdiri dari 8.000 pasukan reguler, dengan 500 di antaranya adalah pasukan Orban, serta 30.000 pasukan Sukarelawan. Mereka juga memiliki 15 meriam, sedangkan di laut hanya terdapat 26 kapal. Melihat perbedaan yang begitu besar, Maka satu-satunya harapan bagi Konstantinopel adalah tembok pertahanan mereka yang sudah bertahan melalui banyak pertempuran.

Jika tembok ini runtuh, maka bisa dipastikan Konstantinopel juga akan jatuh. Pertempuran untuk menaklukkan Konstantinopel, kota yang selama ini sudah bertahan dari berbagai gempuran, tentu saja tidaklah mudah. Selain pasukan dan persenjataan yang sangat memadai, Alfati juga ditemani oleh penasihat dan ahli perang yang bisa diandalkan.

seperti Sheikh Syamsuddin, Halil Pasha, dan Zaghannus Pasha. 6 April 1453, pertempuran pun dimulai melalui tembakan sebuah meriam. Namun yang ditembakan hanyalah meriam kecil yang tidak terlalu memberikan efek, sedangkan meriam sedang dan meriam basilika masih dalam perjalanan. Pada 12 April 1453, ketika semua meriamnya sudah tiba, serangan besar-besaran pun dimulai, yang berlangsung terus hingga 6 hari.

Selama 40 hari dibombardir oleh serangan riam, tembok Konstantinopel masih lebih-lebih tegak. Hal ini membuat mental pasukan Ottoman turun dan mulai putus asa. Saatkan kerja keras mereka tidak akan mengekalkan hasil. Strategi penyerangan pun dialihkan ke perairan Golden Horn, namun kapal-kapal pasukan Alfati juga tidak bisa menembus rantai dan melokat laut yang dilakukan oleh kapal-kapal Venisia.

Alfati yang tidak sabar kemudian menyuruh Orban untuk menembakkan meriam basilika dengan lebih sering Padahal dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendinginkan meriam ini agar bisa digunakan kembali Jika meriam yang masih panas digunakan, maka resikonya meriam tersebut bisa meledak dan jadi rusak Namun Orban yang tidak ingin didamprat oleh Sang Sultan akhirnya menuruti kemauannya Hasilnya, meriam basilika pun meledak dan membunuh orang sekitarnya termasuk juga Orban 18 April 1453, Alfati memutuskan untuk melakukan serangan penuh dengan semua tentaranya dan menghentikan bombardir Meriam. Namun pasukan Biovanni berhasil menghalau serangan langsung dari pasukan Ottoman. Pertempuran di laut juga berlangsung dengan sengit.

Diketahui serangan Meriam dari kapal Ottoman tidak mampu mencapai kapal penjaga. Sebaliknya, bola-bola api milik kapal penjaga mampu merusak kapal Ottoman. Situasi menjadi buntu bagi pasukan Ottoman. Sultan lalu berpikir, Bagaimana caranya Agri bisa menembus pertahanan Konstantinopel? Ia pun menemukan ide yang sangat berlian, namun bisa dibilang tidak masuk akal.

Ia pun memerintahkan pasukannya membuka jalan dari Selat Bosporus ke atas bukit di sebelah kota Galata dengan menaruh batang-batang kayu yang diolesi minyak. Sungguh sebuah perintah yang sangat aneh. Bagaimana caranya kapal yang digunakan untuk perairan dipindahkan melalui alatan?

Buat apa sih emangnya? Namun nyatanya, ide inilah yang menjadi kunci kenalan Ottoman. Dalam semalam, 72 kapal Ottoman telah memasuki perairan Golden Horn. Pasukan Konstantin jelas kaget dengan kehadiran kapal yang melalui jalan darat ini.

Namun pengepungan ini tidak langsung berhasil. Kaisar mengadakan rapat dan memutuskan menyerang pasukan Turki lewat jalur laut. Hal ini membuat kota Galata yang awalnya netral, memutuskan untuk terlibat dan mengirimkan kapalnya menyerang kapal Ottoman. Pertempuran yang sangat brutal pun terjadi di perairan yang sempit ini. Berlangsung selama satu setengah jam, kapal Ottoman akhirnya berhasil menenggelamkan dua kapal penjaga dan membunuh sembilan hidup laut.

Dari pihak Ottoman, hanya sebuah kapal yang tenggelam. Pasukan Ottoman pun merayakan kemenangan kecil di perairan Golden Horn ini. Di darat, serangan Meriam kembali dilancarkan oleh pihak Ottoman. Serangan Meriam kali ini lebih efektif karena pasukan bertahan yang memperbaiki tembok sudah mulai berkurang.

Pertempuran di Golden Horn juga masih belum usai. Meriam Konstantin ditempatkan di tepi Golden Horn dan mulai menembaki kapal Ottoman. Beberapa kapal pun tenggelam yang membuat Sultan dengan cepat memindahkan kapal-kapalnya keluar dari jangkauan Meriam. Beberapa hari kemudian, Alfati lalu membangun jembatan ponton yang melintasi Golden Horn. Pembangunan jembatan ini membuat pasokan dan konsolidasi pasokan Ottoman yang ada di Golden Horn menjadi semakin solid.

Sementara di pihak Konstantinopel, situasi menjadi semakin sulit karena pasokan yang semakin menipis sejak Golden Horn jatuh ke tangan Ottoman. 27 Mei 1453, Bombardier meriam kembali berlakukan dengan seharan titik terlemah. Hal ini menghasilkan beberapa lubang besar yang sulit diperbaiki. Lalu tanggal 28 Mei tidak terjadi serangan. Namun keesokan harinya, serangan kemungkas Ottoman pun mulai dilancarkan.

Seluruh meriam Ottoman mulai ditembakkan dari darat maupun dari laut. Serangan penuh ini berhasil mengepung seluruh kejuruh kota Konstantinopel. Serangan meriam ini pun kemudian disusul dengan serangan pasukan darat. Pertempuran singkir pun terjadi.

Namun pasukan Ottoman kembali mampu ditahan oleh pasukan Giovanni. Pasukan Ottoman yang mundur kemudian kembali melancarkan serangan meriam untuk membuat lubang yang lebih besar. Melihat hal tersebut, pasukan Ottoman kembali menyerbut tembok. Seorang prajurit bernama Ulubad Hasan berhasil melancarkan bendera Ottoman di puncak dinding. Aksi ini menyebabkan tubuhnya tertancap puluhan anak panah, namun semakin membakar semangat pasukan Ottoman.

Dalam serangan yang semakin besar ini, Giovanni malah menerima luka yang membuatnya tumbang. Kekaisaran Genoa yang gagah berani ini, lalu menemui Kaisar Konstantin, meminta izin kembali ke kapalnya untuk mendapat perawatan. Namun hal ini membuat Konstantin bimbang. Di satu sisi, ia ibar dengan kondisinya.

Namun di sisi lain, ia juga tidak ingin membuka gerbang belakang kota, di mana orang-orang Konstantinopel sangat ingin melarikan diri. Kaisar pun berusaha meminta Giovanni beristirahat di dalam kota, Namun Giovanni bersih keras dan akhirnya mendapatkan izin untuk pergi melalui gerbang belakang kota. Namun tindakan ini malah membawa malapetaka pasukan bertahan dan warga yang melihat kesempatan ini lalu pergi menyusul Giovanni.

Lubang-lubang yang ditinggalkan oleh pasukan bertahan yang melarikan diri kemudian membuat pasukan Ottoman dengan mudah masuk ke dalam kota. Kaisar mencoba untuk mencegah namun semuanya sudah terlambat. Sekitar 30.000 pasukan Ottoman telah berhasil meresek ke dalam kota. Konstantinopel pun jatuh, jasad kaisar tidak dikemukan. Namun para ahli sejarah menduga, dia juga tewas dalam penangkut ini.

Bahkan Giovanni tewas 3 hari kemudian akibat luka parah yang diberitanya. Bagi Eropa, Konstantinopel adalah wilayah penting bagi perdagangan dengan benua Asia. Namun setelah dikuasai Ottoman, perdagangan Eropa dilarang beraktivitas di Konstantinopel. Ottoman pun memonopoli perdagangan dengan Asia, dan kondisi ini mendorong negara Eropa untuk mencari jalur pertagangan alternatif lain. Portugal dan Spanyol menjadi pelopor bangsa Eropa untuk menjaga Jaisamudra dan mencari jalan menghubungi Asia.

Sejak Portugal dan Spanyol kemudian diikuti oleh negara lain seperti Inggris, Perancis, dan Belanda. Pencarian jalur alternatif baru ini kemudian dikenal dengan nama zaman penjelajahan. Nah, itulah tadi penjelasan tentang sederah jatuhnya kota Konstantinopel. Apakah pelajaran penting yang bisa kalian ketik dari kejadian ini? Menurutmu, apakah yang terjadi jika Konstantinopel tidak pernah jatuh ke tangan Ottoman?