Transcript for:
Wawancara Politik Anies Baswedan di Mata Najwa

Selamat datang di Mata Najwa, saya Najwa Syihab, Tuan Rumah Mata Najwa dan sudah hadir di Studio Narasi Gubernur Jakarta periode 2017-2022, Anies Baswedan. Mas Anies, terima kasih sudah hadir ke Narasi. Terima kasih sudah diundang kembali ke sini.

Yes, Mas Anies saya mau... langsung to the point. Anda disebut belakangan ini ramai, karena dua hal. Yang pertama, ramai disebut akan maju lagi di Jakarta lewat PDI Perjuangan.

Kemudian tidak jadi, dan disebut akan maju ke Jawa Tenggara. Jawa Barat, juga oleh partai yang sama. Tapi kemudian tidak berlanjut. Saya mau tahu, apa yang terjadi sampai gagal dua kali?

Sebetulnya, yang mengajukan saya menjadi calon gubernur di Jakarta, itu ada empat partai. Partai Nasdem, Partai PKB, PKS, dan BDI Perjuangan. Dan itu diusulkan oleh DPW, DPD, kepada DPP-nya. Prosesnya berjalan. Kita tahu ada proses politik yang kita sekarang ini dalam suasana yang normal-normal saja.

Kemudian Partai Nasdem, PKB, dan PKS bergabung. ke dalam KIM, sehingga tidak lagi mengusung Anis di Jakarta. Tapi mengikuti garis kebijakan di KIM.

Apakah itu alasan utamanya Anda tahu? Karena kan sebetulnya yang mengeluarkan surat resmi itu baru PKS kan? Baik Nasdem maupun PKB belum pernah ada surat resmi yang memang mengusung Anis Baswedan. Kalau di tingkat DPW-nya sudah semua.

Tapi belum sampai pada tahap DPP. Yang baru resmi dan kemudian menarik lagi karena disebutkan tidak memenuhi syarat-syarat tertentu itu baru PKS. Nah Nasdem.

Nasdem sudah mendeklarasikan pada tanggal 22 Juli untuk mengusung Anies Baswedan. Nah, kemudian kita tahu bahwa ada pergerakan mereka berada di dalam Kim yang istilahnya Kim Plus. Nah, dengan PDI Perjuangan itu baru muncul sesudah ada putusan MK. Jadi ketika hari Senin, Senin Pekan lalu, tanggal berapa ya Senin itu? Ketika...

Kim mendeklarasikan ada 12 partai, kemudian hari selasanya ada putusan MK, dan setelah putusan MK itulah baru ada pembicaraan yang serius tentang PDI Perjuangan mengusung karena pada waktu itu keharusan minimal 7,5% terpenuhi. Yang memulai perbincangan siapa? Anda yang menawarkan diri ke PDIP atau PDIP yang kemudian mendekati Anda?

Ya. Jadi sebenarnya kalau percakapan itu obrolan sudah ada. Pada sebelum ada putusan MK, utusan dari PD Perjuangan adalah Pak Ahmad Basarah dan beliau ditugasi untuk berkomunikasi. Dan dalam komunikasi itu memang direncanakan untuk tetap mendaftarkan walaupun tidak memenuhi syarat. pada waktu itu kan minimalnya 20%.

Ketika terjadi perubahan, maka ternyata bisa mengusulkan, bisa mengusung. Lalu terjadilah percakapan itu. Jadi percakapan ini tidak terjadi sebelum ada pengusungan. di Kim. Ini baru terjadi sesudahnya.

Dan komunikasinya dengan utusan. Kenapa Anda menekankan itu, Mas Anies? Apa hubungannya dengan Kim?

Karena proses pengusungan itu sudah selesai. Saya tidak lagi diusung oleh tiga partai. Yang semula, DPW-nya mengusung.

DPP-nya, baik Nasdem maupun PKS sudah menetapkan. Kalau PKB belum menetapkan DPP-nya. Dan ketika kemudian mereka menetapkan.

memutuskan untuk tidak lagi mengusung, dan kita hormati putusan itu, maka saya tidak lagi berada di dalam status diusung partai manapun. Kenapa ini saya pertegaskan? Saya tidak dalam status diusung partai pada saat berbicara dengan PDI Perjuangan.

Tidak. Itu semua sudah selesai. Ketika saya berbicara dengan PDI Perjuangan, itu sesudah partai tiga yang semula mengusung tidak lagi mengusung. Itu perlu tegas.

Karena jangan sampai kesannya seperti saya berbicara dengan PDI Perjuangan pada saat masih diusung. Karena nggak pernah ada persakapan itu sebelumnya. Dan seberapa jauh perbincangan Anda dengan petinggi PDI Perjuangan ini? Seberapa konkret, seberapa real, dan seberapa memang ini sesuatu yang... itu yang di depan mata akan kejadian?

Sebenarnya sudah cukup serius. Sudah sampai fase final tentang proses internal di PD Perjuangan. Banyak hal yang saya rasa lebih tepat bila teman-teman dari PD Perjuangan yang ...menceritakan, tetapi percakapan saya dengan BD Perjuangan sudah cukup serius dan kita melihatnya ini lebih dari sekedar urusan Bilgada pada saat kemarin. Tetapi ini adalah perjuangan bersama bagaimana... aras besar yang selama ini berada di dalam dua polar yang berbeda, itu bisa sinergi bersama.

Dan itu yang kita bahas sama-sama. Jadi sudah cukup jauh. Bahkan pada hari Sabtu... Saya diundang untuk datang ke DPW, maaf, DPD, DPD Perjuangan di Jakarta, dan berdiskusi terbuka. Lalu kemudian pada hari Senin juga datang di DPP, kemudian ada...

Perkembangan Yang kemudian ternyata kita tahu Bahwa diputuskan Pak Pramono Andung dan Pak Rano Karno Apa yang terjadi di hari Senin itu ketika Anda sudah datang Dan duduk hampir 2 jam bersama Rano Karno berbincang dengan Pak Rano Karno di sini dan dia bercerita berbincang dua jam dengan Anda di hari Senin itu. Apa yang terjadi pada itu? Kalau yang terjadi pada itu, saya bisa memberikan informasi yang saya saksikan dan saya alami.

Yang saya saksikan dan saya alami, saya bersama dengan Pak Rano Karno. Kemudian kita di sana ngobrol, diskusi, lalu sampai ada pesan datang kepada saya dan menyampaikan, Pak Anies ini ada perkembangan dan perkembangan baru menyangkut beberapa kes-kes. Jadi, Jadi kita tunggu dulu sampai kes-kes yang sedang dimunculkan waktu itu, itu bisa dikendalikan.

Kes-kes apa tuh maksudnya? Kelihatannya kes-kes hukum ya. Yang diajukan, maksudnya ketika Anda bilang kes-kes diajukan, itu diajukan ke? Saya barangkali tidak usah cerita detilnya.

Tapi ada kes-kes yang membuat ini harus dikelola dulu dan sesudah itu. Itu baru nanti saya digabarin. Sementara Anda datang hari Senin itu dengan tujuan apa, Mas Anies? Tentu atas undangan.

Saya kan nggak mungkin datang ke kantor DPP tanpa ada undangan. Jadi saya datang ke situ, saya menghormati. Tapi juga saya ingin tegaskan bahwa...

Undangan itu spesifik untuk apa? Karena kan kita tahu pada saat itu agendanya adalah pendeklarasian kader-kader PDIP yang diusung menjadi calon kepala daerah. Apakah itu bagian dari undangan yang ditujukan ke Anda? Jadi undangannya apa? pada waktu itu untuk bertemu dengan Ibu Megawati, Ketua Bumpartai Perjuangan, BD Perjuangan.

Kemudian pertemuannya tidak terjadi. Saya di sana dengan Pak Rano Karno sampai semua selesai. Dan kemudian saya selesai di situ, kembali.

Jadi proses pengumuman, saya tidak ikut. Dalam proses pengumuman itu saya pulang dan nanti akan dikabarin lagi. Anda tidak sempat bertemu Bumeka? Tidak Selama proses drama pilkada ini Apakah Anda pernah bertemu langsung dengan Bu Mega? Belum Belum Saya ingin konfirmasi apakah memang ada syarat Dari PDI Perjuangan Siapapun termasuk Anda begitu Yang akan diusung menjadi calon kepala daerah Harus menjadi kader PDI Perjuangan?

Sama sekali tidak pernah Jadi tidak pernah ada pembicaraan tentang Menjadi anggota dengan semua pimpinan Bahkan Pak Deddy Sitorus pun menyampaikan Di dalam pernyataan terbuka buat tidak pernah ada permintaan atau tawaran untuk menjadi kader BD Perjuangan. Anda menanyakan itu tidak ke... Itu saya bertanya.

Dan dijawab? Dan tidak. Jadi ini sebabnya saya sampaikan, bagi mereka yang terlibat di dalam proses yang sangat dalam, pasti tahu itu bukan isu.

Yang bicara soal ini pasti orang yang dari luar, yang tidak dalam dorbit. Karena kalau kita lihat berbagai pernyataan... Ibu Mega Wati Soekarno Putri, itu keras sekali. Ini contohnya misalnya Mas Anies, pernyataan Ibu Mega yang spesifik menyebut nama Anda.

Saya ingin Anda menyimak ini, walaupun saya tahu Anda mungkin sudah mendengar ini. Tapi mari kita lihat. Terus kan tadi di depan itu aku kaget, ada baju merah hitam.

Terus, tapi pasang sepanduknya, itu kan surung gotong Pak Anies ya. Iya tau? Siapa yang gak lihat, aku aja lihat kok. Itu katanya, saya tanya mana dia si Komar. itu Satgas apa ya?

kok namanya Satgas Hitam ya? terus katanya Pak Omar oh Satgasnya itu memang ini mau dukung Pak Anies itu Bu oh gitu eh aku bilang enak aja ya ngapain gue suruh dukung Pak Anies dia bener nih kalau mau PDI kalau mau PDI jangan kayak gitu dong ya ya tinggal mau gak nurut ya Lidah Dia tepok tangannya, ibu-ibu aja gak nepok tangan. Bagaimana Mas Anies?

Gini, jadi saya cerita sedikit ya proses dengan teman-teman di BD Perjuangan. Bulan Mei yang lalu, Ketua DPD, DPD Perjuangan, itu menyampaikan keputusan dari DPD DKI Jakarta untuk mengusung Anies Baswedan. Jadi keputusan itu...

Itu bukan saya diajak bicara, bahkan saya sampaikan, saya sampaikan pada Pak Aming, saya rasa hormat. Kenapa? Karena ketika beliau jumpa saya, itu bukan mengajak Pak Anies, saya ingin ngobrol ya, gimana kalau saya mengusulkan Pak Anies. Enggak.

Dia menyampaikan, Pak Anies kami sudah memutuskan. Dan keputusan kami adalah Pak Anies sebagai calon dari PDI Perjuangan. Saya bilang, wah ini sesuatu yang saya tidak pernah bayangkan.

Sudah, dan kita sepakati semuanya. Kami usulkan kepada DPP. informasi aja dari beliau kepada saya jadi ketika ada pembicaraan dengan teman-teman di DPP, PDI Perjuangan itu bukan kemudian saya dan DPP ngobrol, ini karena ada keputusan dari DPD PDI Perjuangan Jakarta jadi bukan kemudian ada sekelompok orang ngusulin dari luar bukan, ini adalah proses internal yang sudah terjadi tapi Mas Anies kan sudah jadi rahasia umum apapun keputusan strategis di PDI Perjuangan itu yang memutuskan memutuskan dia merupakan hak prerogatif Ibu Megawati Soekarnoputri dan kalau kita lihat berbagai pernyataan-pernyataan terbuka Megawati soal calon kepala daerah kan bukan hanya tentang Mas Anies ketika ia mengumumkan kader yang diusung di Banten Bu Airin yang juga sebetulnya kader Golkar nadanya pun hampir sama harus kesan yang didapat adalah siapapun yang diusung oleh partai ini itu harus kader jadi kalau kemudian sekarang Anda tidak diusung ya Apakah memang ia dengan apa orang bisa melihat Ya karena Bumeganya tidak mau, Anies Baswedan, karena tidak punya KTA, Mas Anies.

Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya menjadi sebab. Tapi apapun keputusannya saya hormati. Saya tidak mau berspekulasi. Saya hanya bisa menyampaikan apa yang saya rasakan, apa yang saya alami.

Dan yang saya alami tidak pernah ada percakapan itu. Tidak pernah ada pertanyaan, Pak Anies Anda bersedia jadi kader atau tidak. Tanyakan semua Pak Ahmad Basarah, tidak pernah.

Tanyakan pada Pak Said Abdullah yang kemudian. kemudian menjadi utusan, tidak ada. Sama sekali. Jadi, bagi kita yang ada dalam proses ini, tahu persis, itu tidak pernah menjadi pertanyaan. Kalau itu ada, maka lain cerita.

Jadi sampai di sini, saya ingin jawab. Saya akan jawab berdasarkan apa yang saya alami. Dan kemudian juga dikonfirmasi oleh beberapa orang yang menyampaikan bahwa tidak pernah. Bahkan menyebutnya tidak pas. Kalau kemudian...

di kader kan dua-duanya tapi satu dari dari luar satu dari kader tapi itu keputusan keputusan di tembok Ibu Megawati tentang keputusan itu jadi saya hormati keputusannya tapi saya pun tegaskan berarti tidak pernah ada persahabatan itu jadi saya juga nggak bisa mengarang gitu seakan-akan ada persyaratan gak ada itu dan yang terjadi di Jawa Barat Apakah kurang lebih sama dari yang apa yang anda alami karena tentunya kan selalu ada dua dua sisi dari dari sebuah kecil kalau itu Yang di Jawa Barat seperti apa? Jadi Jakarta itu kita bahas. Serius selesai. Udah selesai.

Jadi tidak ada dan kita tetap ngobrol. Bahkan sampai dengan sekarang juga kita tetap berkomunikasi. Kemudian pada hari... Rabu, saya ditanya, dihubungi, apakah bersedia bila dicalonkan di Jawa Barat. Dan pada saat itu, saya sampaikan rasanya tidak.

Kenapa rasanya tidak? Saya ini dicalonkan di Jakarta itu kan karena memang ada aspirasi dari warga Jakarta yang diungkapkan oleh 4 DPD, DPW partai. Jawabannya kan tidak ada itu.

Jadi saya jawab tidak. hari Kamis sore ini siapa mas Anies yang kemudian meminta Anda saya bersebutkan ya namanya tapi di kontak resmi dari mereka kemudian saya sampaikan jawaban itu selesai hari Kamis muncul percakapan lagi kami siang menanyakan ulang gimana situasinya dan saya juga bertanya itu seperti apa pada saat itulah kemudian rame di media ada beberapa hal yang menurut saya gini saya perlu pertimbangkan kenapa bagaimanapun juga ini adalah sebuah undangan yang disampaikan Saya sampaikan dengan serius. Jadi saya sampaikan saya akan konsultasi.

Saya konsultasi sana-sini. Dan kemudian kesimpulannya adalah saya tetap tidak usah, tidak terlibat di dalam Pilkada Jawa Barat. Tapi saya tetap...

posisi yang sekarang. Apa saja faktor yang Anda pertimbangkan ketika kemudian memutuskan hal itu, Mas Anies? Satu, saya nggak mau jadi calon drop-dropan. Bukan aspirasi rakyat Jawa Barat, tidak ada DPW yang mengusulkan, tidak ada DPW yang mengusulkan, ada rakyat Jawa Barat yang meminta.

Kalau di Jakarta, rakyat Jakarta meminta. Di survei ada, angkanya lebih dari 40-an persen. Kemudian di dalam DPD, DPW, ada empat partai yang mengusulkan. Ada memang aspirasi. Itu satu.

Dan bagaimana kemudian Anda memaknai ketika tadi orang yang tidak mau Anda sebutkan namanya ini, menyatakan ke Anda ingin mengusung begitu? Ya. Kalau kemudian bukan karena, dan Anda menjawab tidak ada aspirasi rakyat, jadi bagaimana memaknai permintaan yang diajukan oleh? Ya, saya menghormati itu. Kenapa?

Karena mereka melihat ketika disampaikan bahwa Pak Anies ini adalah kesempatan untuk Anda tetap berdampak, untuk Anda tetap bisa memberikan manfaat pada orang banyak. Kami kemarin mencoba untuk di Jakarta, ternyata tidak, maka sekarang kita ingin mencoba Pak Anies, nih Jawa Barat. Sebuah kesempatan untuk Pak Anies bisa di sana memimpin, memberikan manfaat, itu disampaikan dengan niat baik.

Tanpa kemudian memberikan penjelasan kenapa yang di Jakarta tidak jadi dan tiba-tiba sekarang menawarkan Jawa Barat. Gak perlu. Tidak perlu ada, kalau buat saya ya, ketika Ibu Mega memutuskan, itu 100% kewenangan daripada beliau. Dijelaskan apapun, ataupun tidak, itu hak beliau.

Kita hormati. Sama kalau saya ambil keputusan, saya ambil keputusan, saya tidak harus menjelaskan. Tapi keputusan itu kita hormati. Jadi soal Jakarta, bukan soal ada penjelasan atau tidak ada penjelasan, sudah diputuskan, hormati, selesai. Nah soal Jawa Barat, ketika kemudian mereka...

Mereka bilang, Pak Anies sayang-sayang Anda bisa berdampak di sana. Tapi saya melihat ini sesuatu yang bagi saya bukan hal yang aspirasi bawah. Terus yang kedua, saya melihat panggilan rakyat Jakarta itu adalah keinginan untuk mengembalikan kondisi yang sudah ada.

Di Jawa Barat kan saya tidak merasakan itu. Hal lain adalah ini bukan... bukan sebuah kegiatan cari kerja.

Kalau nggak dapat pekerjaan A, terus pindah pekerjaan B, yang kemudian diputuskan begitu saja. Yang penting saya dapat pekerjaan. Bukan, saya tidak dalam posisi mencari pekerjaan, melamar pekerjaan.

Jadi, saya juga tidak ingin catatannya itu. Karena ada kesempatan, maka ambil. Tidak, kita sedang berbicara tentang memberikan dampak, dan dalam proses politik ini ada nilai-nilai yang lebih tinggi daripada soal posisi. Hitungan elektoral juga menjadi pertimbangan? Kemungkinan bahwa potensi kemenangan itu tidak terlalu besar di Jawa Barat dibandingkan misalnya dengan hasil hitungan survei di Jakarta?

Fakta yang ketiga, saya menghormati juga di sana sudah teman seperjuangan kemarin, Pak Saihu, beliau sudah menjadi calon gubernur di Jawa Barat dan sudah diajukan. Dan tidak tepat bila saya kemudian menyatakan diri sebagai calon gubernur berhadapan dengan teman. teman seperjuangan yang kemarin berjuang bersama-sama.

Ada pun suara, sebenarnya basis suaranya sekitar 31-32% ketika Pilpres kemarin. 31,67% Mas, Anda meraih suara di Jawa Barat. Betul. Nah, sebetulnya kalau basis suara ada modal di situ. Dan kadang-kadang yang penting di atas 30%.

Tapi lagi-lagi ini bukan soal elektoral saja. Ini bukan soal ter-elektoral. Ini adalah soal bagaimana kita memilih untuk terlibat dalam proses politik karena ada dasar nilai, dasar ideologi yang tepat.

Menurut saya ideologi yang benar-benar sama itu adalah aspirasi. Anda menolak tawaran yang disampaikan oleh PDI Perjuangan. Tetapi kemudian yang beredar setelah itu ada statement, minimal statement dari Ketua DPD PDI Jawa Barat Ono Surono.

Ada tangan-tangan dari luar yang tidak menghendaki Pak Anies diusung di Jawa Barat. Ketika wartawan bertanya spesifik menyebut mulia. Jadi sementara tadi Anda katakan yang menolak tawaran itu Anda, tetapi kemudian muncul statement yang lain yang bilang seolah-olah ini ada tangan-tangan yang menghalangi.

Ada satu lagi, di dalam proses ini saya sampaikan juga bahwa bila aspirasi ini, Ini hanya diusung oleh satu partai, maka perjuangan itu lebih rumit. Jadi Anda mencaratkan ada partai lain yang mengusung di luar PDI Perjuangan? Enggak, harus.

Sehingga ada dua partai, dan dari situ kemudian kita bisa, dan saya bilang ini saya mempertimbangkan kalau bisa ada dua partai. Dan Anda mengharapkan partai apa? Karena kan Gerindra sudah punya calon, kemudian PKS bersama Nasdem juga sudah punya. calon begitu, Gerindranya bersama Golkar jadi Anda mengharapkan partai apa sebetulnya yang juga akan bisa mengusung Anda?

saya tahu landscape Jawa Barat dalam artian siapa dicalonkan yang saya tahu hanya Pak Dedy Mulyadi dengan Pak Saihu sebagai calon yang lainnya kita belum tahu jadi ketika saya sampaikan itu mereka bicarakan nah nampaknya ada partai-partai yang belum atau masih bisa mengusulkan tapi tidak bisa mengusulkan dan saya rasa itu yang menjadi dugaan saya itu menjadi salah satu pertimbangan mengapa Pak Ono menceritakan bahwa ada kendala Itu adalah assessment saya. Anda membuat statement terbuka. Saya mengkutip, partai mana sekarang yang tidak tersandera oleh kekuasaan?

Jangankan dimasuki, mencalonkan saja terancam. Bagi yang mengusulkan. Ini apa maksud Anda ketika bicara ini?

Ini Anda bicara, apa dasar Anda bicara ini, Mas Anies? Ya, coba kita lihat ya. Fenomena.

Di beberapa tempat, di mana seluruh partai diborong dan lawannya kota kosong. Dua minggu lalu, itu jumlahnya 94 kabupaten kota provinsi. Sekarang sudah di atas lima puluhan. Artinya ada empat puluhan yang karena putusan MK berubah.

Apa yang terjadi ya, bilkada kok jadi serba kota kosong? Apa yang sejumlahnya terjadi ini? Kok bisa begitu banyak kota kosong?

Di Jakarta aja hampir terjadi kota kosong. Calon independen tidak lolos verifikasi. Sesudah itu jadi lolos verifikasi.

Kemudian semua partai dikumpulkan untuk mengusung satu pasang calon. Apakah kurang jelas fenomena yang terjadi ini? Mau pakai penjelasan apa lagi kalau bukan kita lihat kenyataan itu?

Penjelasan bahwa ya ini real politik, partai punya hitung-hitung. Tentangannya sendiri, negosiasi bagian dari barter, bargaining politik, melihat bagaimana masa depan partai masing-masing tidak selalu melulu disempitkan bahwa ini ada intervensi kekuasaan kan mas Anies? Partai politik kan biasa bargaining politik.

Ya, ketika sampai kepada pemilihan, ini adalah tentang rakyat diberikan opsi untuk memilih. Dan itu artinya partai memiliki kedaulatan untuk mengusulkan, untuk mengusung. Tapi ketika partai kehilangan kedaulatan, ada yang tidak sehat. Dan ini bukan salah partainya, tapi salah yang memberikan tekanan kepada partai. Tidak seharusnya.

Dari mana tapi Anda bisa membuktikan itu, Mas Anies? Sekarang partai-partai semuanya bilang, ya karena memang hitung-hitungan politiknya memang tidak bisa mengusung Anies Baswedan kok. Hitung-hitungan politiknya memang yang kami mau usung ini, apapun kepentingan politik mereka ya, karena memang mau bergabung atau apapun dorongannya, tapi faktanya memang sekarang yang bisa mengusung partai politik dan mereka membuat keputusan-keputusan sendiri. Karena itu hormati keputusannya. Tetapi kita tahu bahwa keputusan itu adalah keputusan yang merupakan pembalikan atas keputusan sebelumnya.

memang pernah partai politik seperti sekarang ini sudah, ini kita alamin nih saya beri contoh paling gampang ya jangan Anies di Jakarta Ibu Airin di Banten hampir tidak jadi calon wali kota dua periode sukses tokoh Golkar surveinya di atas 50% 60% kok bisa seperti ini hampir gak bisa maju penjelasannya yang lain mungkin akan bisa bilang ya memang karena ada konflik internal Golkar Erlangga baru saja diturunkan Bahlil kemudian maju dan sebagainya ini memang perang internal Selalu ada penjelasan yang bisa diberikan untuk setiap fenomena politik, Mas Anies. Tidak melulu semuanya kemudian menjadi ini intervensi kekuasaan. Kalau partai memiliki kedaulatan, sudah dari dulu-dulu partai itu akan nyalonin. Mana ada partai yang nggak mau nyalonin orang angkanya 60 persen.

Anda dicalonkan oleh tiga partai politik kok ketika menjadi capes. Jangan, Anies. Kenapa?

Kalau Anies itu... Ketika Anda bilang tersandera kekuasaan semua partai, faktanya ketika Anda maju menjadi capres, ada tiga partai politik yang mendukung Anda, padahal Anda bukan kader PKB, Anda bukan kader Nasdem, Anda bukan kader PKI, tapi Anda dapat tiket dari tiga partai. Itu kan tidak tersandera kekuasaan, Mas Aniesa.

kita merasakan kenapa berinteraksi dengan pimpinan partai saya bersyukur sekali bahwa pimpinan partai seperti Nasdem, seperti PKB menceritakan apa adanya atas situasi yang dihadapi lebih rumit daripada pilpres yang mereka hadapi. Karena itu saya sampaikan, saya hormati keputusan untuk tidak mengusung. Saya hormati keputusan itu.

Karena mereka berhadapan dengan situasi yang tidak sederhana. Saya berikan industri. Pasca pilpres situasinya lebih kompleks?

Ya, lebih kompleks. Bahkan lebih kompleks. Nah, kalau kemudian partai memiliki kedaulatan dan partai boleh melaksanakan kedaulatan itu kita akan menyaksikan berbagai partai itu punya calon, gak kita menyaksikan kota kosong sebanyak ini masa kota kosong sebanyak ini kalkulasinya kan tidak sesederhana itu Mas Anies untuk bisa memajukan orang perlu tentunya memastikan kadernya cukup bisa mumpuni, elektabilitasnya tinggi kemudian punya dana yang cukup kemudian bagaimana hitung-hitungannya tentunya kan tidak sesederhana um penjelasan yang tadi Anda sampaikan? Kalau jumlahnya 3, 5, 10 barangkali boleh. Memang barangkali tempat itu ada calon-calon yang sangat populer sehingga tidak bisa dikalahkan.

Tapi kalau kita sampai hampir 10% dari pilkada, itu beranak kota kosong ada sesuatu. Dan sesuatu itu? Sesuatu itu adalah pengendalian.

Oleh siapapun yang punya kekuasaan tidak bisa dikendalikan tanpa kekuasaan. Nah, apakah ini adalah satu pihak, dua pihak, kita nanti harus lihat ya. Tapi harus ada pengendali, nggak mungkin.

Mas Anies, Anda ini dianggap playing victim loh, mengatakan seperti ini setelah Anda gagal dapat tiket. Sebelumnya, tidak pernah sekencang ini, Anies Baswedan. Saya itu bukan gagal dapat tiket. Saya ini gagal, saya tidak dapat boarding pass, tapi tiketnya sudah dapat.

Tidak bisa terbang, Mas Anies? Iya, tiketnya ada. Coba bayangkan. Tiga.

Jadi ini bukan playing victim. Ini cerita tentang Bagaimana kedaulatan partai Yang sedang mereka gunakan Terus kedaulatannya hilang Tapi yang jelas kan Itu kayak rumus standar nih Politik kita tuh melodramatik Dan politisi tuh biasanya Paling mudah memainkan Rumus korban Korban, tidak dapat boarding pass Dijegal, tidak bisa Maju kontestasi, minimal itu Narasi yang berkembang berkembang dikembangkan oleh pendukung Anda dan sekarang kemudian juga Anda sampaikan begitu jadi ini memang peran yang sedang ada mainkan ini adalah kenyataan yang disaksikan oleh rakyat Jakarta dan rakyat Indonesia ketika kenyataan disampaikan. Coba kita lihat nih kenyataannya. Partai sudah mengusulkan, partai sudah memproses, kemudian satu-satu dalam posisi tidak bisa melanjutkan.

Tidak bisa melanjutkan. Apa sulitnya menyerahkan pilihan itu pada rakyat? Serahkan aja pada rakyat.

Tapi tidak, nah justru ini ya, kenapa ini bisa berbahaya pada demokrasi kita? Kita menempatkan demokrasi itu sebagai sebuah media untuk mengelola perbedaan aspirasi secara damai. Nah, ketika perbedaan aspirasi itu muncul, kemudian proses politik mencari titik temu.

Kalau tidak tercapai titik temu, serahkan kepada rakyat untuk menentukan. Nah, dalam pencalonan begitu. Aspirasi A...

aspirasi B, aspirasi C, kalau pilkada nih. Partai-partai kemudian membawa aspirasi itu. Lalu menyerahkan kepada rakyat untuk silakan rakyat memilih.

Nah, yang sedang terjadi adalah aspirasi A, aspirasi B. itu dikendalikan sehingga yang ditawarkan kepada rakyat adalah yang oleh kesepakatan apapun itu, apakah itu perintah apakah itu rundingan disepakati dan tidak diserahkan kepada rakyat jadi peristiwa yang dialami bukan saja kalau saya menceritakan ini seakan hanya soal anis bukan, ini adalah bagaimana proses demokrasi kita yang dijaga untuk sehat Kalau tidak ada itu, buat apa kita semua ini ada pilgada? Sepakati aja satu nama, terus-menerus.

Dan bener-bener kotak kosong aja semuanya. Kan jadi begitu kemudian. Dan Anda merasa bahwa memaksakan kesepakatan itu didorong oleh pengendali kekuasaan.

Itu yang Anda katakan, Mas Anies. Kita nggak tahu sesungguhnya siapa yang mengendalikan ini semua. Kita bisa berspekulasi.

Tapi kita kalau ditanya, siapa yang bisa tahu? Karena yang jelas itu kan narasi yang kemudian berkembang. Sedemikian sampai Presiden Jokowi ditanyai wartawan soal itu. Spesifiknya kita akan dengar apa kata Presiden Jokowi.

Pak Anies itu tidak bisa mau itu dibiarkan ada dengar. dikai sama jabatan Bapak dituding sebagai salah satu yang saya itu kan ditudang-tudingan banyak banget tidak masalah itu saja dituding mencegah, dituding menghampat dituding ya tapi kan memang itu urusan partai politik mau mencalonkan dan tidak mencalonkan itu urusan koalisi urusan partai politik ada mekanisme, ada proses disitu saya bukan ketua partai saya juga bukan pemilik partai supaya tahu semuanya terima kasih Paus saja. Bagaimana Anda membaca statement Pak Jokowi ini? Kalau Presiden menyampaikan pernyataan, ya kita percayai. Ini pernyataan Presiden.

Saya itu urusan partai politik, mau mencalonkan, tidak mencalonkan itu urusan koalisi, urusan partai politik, ada mekanisme, ada proses di situ. Dan itu memang sesuatu yang Anda lihat terjadi kan? Semuanya mekanisme partai politik.

Buktinya Nasdem begitu... belum ditetapkan resmi juga sudah datang ke Hambalang. Pak Prabowo juga sudah bertemu dengan Caimin, bahkan tidak lama setelah ketahuan bahwa Pak Prabowo yang menjadi pemenang Pilpres. Jadi... Pertemuan-pertemuan itu kan menandakan bahwa memang sesungguhnya ya ini keinginan independen dari masing-masing partai yang memang mau bergabung dengan partai, dengan pemerintah yang akan berkuasa.

Dan bagian dari konsekuensi itu tentunya ya sama dengan menentukan. bukan siapa calon-calon yang mau diusung di daerah-daerah strategis, termasuk di Jakarta. Wajar saja kan, Mas Anies? Ya, makanya itu kita hormati keputusannya.

Kita hormati keputusannya. Nah, yang menarik adalah bagaimana sebuah partai sudah mengambil keputusan, kemudian... Ruang kebebasan itu hilang sehingga dia harus taat kepada keputusan koalisi bersama.

Ruang kebebasan yang hilang atau memang faktor-faktor negosiasi yang berbeda? Apapun itu. Dan itu sasarnya kan dalam partai politik mengambil mengubah posisi dan sebagainya? Ya, begini. Sebagai sebuah keputusan itu dihormati.

Di sisi lain, aspirasi rakyat... yang sudah dititipkan lewat partai politik kemudian mengalami kemampatan. Yang harus menjelaskan bukan saya, yang harus menjelaskan adalah partai politik.

Kenapa? Karena ada aspirasi rakyat diwujudkan dalam bentuk usulan dari masing-masing daerah yang kemudian pimpinan partai mengambil keputusan. Itulah sebabnya kenapa saya katakan tadi. Kalau kita ingin demokrasi kita ini sehat, maka proses... Pemilihan orang melalui pilkada itu mencerminkan aspirasi yang ada di rakyat.

Supaya demokrasi kita sehat. Tapi ketika kemudian elit menyeleksi dengan berbagai macam alasan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, disitu ada mismatch. Mismatch inilah yang akan membuat hasil pemilu memang legitimit secara hukum.

Tetapi kekuasaan... kekuatan moral di depan rakyat menjadi berkurang. Kenapa? Karena apa yang menjadi aspirasi tidak terungkapkan di situ. Mas Anies, itu kalau tadi kita melihat proses ini dari sisi partai politiknya.

Saya ingin bertanya dari sisi Anda sebagai politisi. Apa misalnya refleksi Anda atas berbagai langkah dan pilihan-pilihan politik yang Anda ambil selama ini yang... Mungkin saja banyak berpengaruh pada hasil yang kita lihat sekarang, tidak bisa maju di Pilkada. Gagasan perubahan mengedepankan soal kesetaraan, keadilan, dan itu yang terus-menerus kami gaungkan, itu adalah sesuatu yang menurut saya akan terus kami perjuangkan di dalam proses kemampuan.

Pada hari kemarin, Pilpres maupun ketika Pilkada, itu agendanya. Dan ketika agenda ini kemudian tidak bisa dijalankan, maka kita akan cari jalur lain untuk bisa menjalankannya. Tadi pertanyaan saya lebih ke evaluasi langkah-langkah politik yang Anda ambil sebelum ini, yang mungkin saja berdampak pada realita politik yang terjadi hari ini. Seperti katakanlah misalnya, Mas Ani.

Apakah tidak pernah mempertimbangkan opsi maju secara independen? Apakah opsi itu memang tidak pernah dipertimbangkan mengingat kesadaran Anda bahwa situasinya complicated, partai-partai yang tadi menurut Anda memang berada dalam posisi yang tidak terlalu baik? posisi yang tersandera dan sebagainya. Opsi independen itu tidak pernah Anda pikirkan?

Kenapa, Mas Anies? Ada beberapa faktor. Pertama, bahwa saya ini mengikuti pilgada setelah ada permintaan terus-menerus dari masyarakat di Jakarta. Sementara, proses MK itu selesai bulan April. Itu baru selesai semuanya.

Nah, independen itu Mei, sudah bendaftar. dan sesudah MK selesai saya tidak kemudian oh iya saya mau maju ke DKI Jakarta enggak ini di rumah itu berdatangan warga khususnya dari kampung-kampung miskin kota yang meminta program-program yang dulu kita kerjakan itu dikerjakan balik jadi satu adalah soal waktu waktu bahwa Pilkada Independent itu pendaftarannya bulan Mei dan pada waktu itu saya masih dalam fase kita pertimbangkan dah ini bukan kemudian, oh ya langsung mau ikut pilkada, itu satu yang kedua, pada masa itu pun partai-partai dalam posisi kita akan mengusung, dan percakapan sudah terjadi, jadi dua faktor itu yang membuat tidak melakukan rute pilkada, maaf rute independen ada menyesalkan itu? gak ada yang saya sesali, atau seluruh proses ini karena saya yakin, bahwa semua usaha yang kita jalani, itu usaha yang satu menjaga tata nilai yang kedua, pasti ada hikmah dari semua proses yang kita lewati. Opsi independen karena tadi tidak cukup waktu, bagaimana dengan opsi? Tidak cukup waktu dan pada waktu itu belum memutuskan akan maju atau tidak.

Waktu itu Anda masih berkontemplasi apakah kemudian akan maju atau tidak? Sesudah ada banyak permintaan warga, baru saya memutuskan untuk maju. Bagaimana dengan opsi bergabung dengan dengan partai politik yang sudah mengusung Anda?

Menjadi kader partai politik. Itu opsi yang pernah Anda pertimbangkan tidak Mas Anik? Bukan hanya pernah, pernah saya tawarkan. Anda menawarkan diri? Ya.

Menjadi kader? Ya. Partai apa? Salah satu dari tiga partai pengusung ketika Pilpres kemarin, saya sampaikan bahwa karena saya sudah diusung, maka saya siap untuk menjadi kader.

Tapi justru dijawab oleh pimpinan partainya. Tidak perlu jadi kader. Karena kita tetap akan mengusung. Anda jadi kader atau tidak. Justru kalau Anda tidak jadi kader, maka tiga-tiga ini bisa mengusung dengan luas, tidak ada beban, karena Anda bukan menjadi bagian dari salah satu.

Tapi opsi itu saya tawarkan. Kenapa waktu itu Anda merasa perlu menawarkan? Itu untuk mencekure pencalonan?

Atau karena memang Anda merasa di negeri ini kalau tidak jadi kader purple, itu akan sulit untuk bergerak dalam sistem politik? Saya melakukan hal yang sangat penting. melakukan ini sebagai usaha saya untuk bisa memberikan dukungan kepada partai yang mengusung. Karena mengusung, maka saya akan dukung dengan cara saya menjadi anggota.

Tapi ternyata malah justru, sudah lah Anda jadi milik semua saja, milik tiga-tiganya. Jangan milik salah satu. Milik tiga-tiganya.

Sehingga Anda bisa pakai seragam tiga-tiganya, bukan seragam satu saja. Jadi, itu. Ada tiga partai yang mengusung Anda waktu itu? Ya salah satulah.

Nasdem, PKS, PKB. Ini partai yang pertama kali mengusung? Udah salah satu lah pokoknya.

Yang warnanya yang Anda pakai sekarang bajunya? Ini kan selalu dipakai baju ini. Warna biru.

Yang baru Kongres. Ini kan selalu saya pakai bajunya. Oke, saya menghargai kalau Anda tidak mau menyebut. Tapi yang jelas opsi itu pernah Anda sampaikan. Oh iya.

Jadi Anda memang berkeinginan. Anda memang merasa kalau mau dapat posisi, kalau mau berkuasa, kalau mau membuat perubahan di negeri ini, ya harus lewat partai politik. Ya.

Ya harus jadi kader partai politik. Kalau tidak ya akan susah untuk dapat dicalonkan. Begitu kan Mas Adis? Memang kuncinya itu kan? Jadi gini, jadi kader atau tidak, itu bukan sesuatu yang dijauhi.

Sama sekali tidak. Sama sekali tidak. Jadi kalau bahkan pada saya cerita Dalam Pilpres itu saya menawarkan untuk menjadi kader. Dan institusi partai politik, ya memang institusi yang ada untuk mengikuti kontestasi, itu kenyataannya. Dan saya mencatat, Mas Anies, jejak langkah politik Anda.

Anda ikut konvensi Partai Demokrat 2014. Kemudian Anda maju Pilkada 2017 lewat PKS dan Gerindra. Anda maju Pilpres lewat Nasdem, didukung PKS dan PKB. Pilkada 2024 hampir maju lewat 4 partai politik, dan kemudian tidak jadi.

Kutu loncat Anies Blaswedan nih. Petualang politik. Hanya mau memanfaatkan partai-partai, tidak mau berkeringat, maunya hanya dapat jabatan, tidak mau terikat, tidak mau susah-susah, maunya langsung di posisi paling atas. Dari semua itu, yang tadi disebut, Saya diundang oleh partai politik.

Saya tidak mendatangi dan minta. 2013, saya diundang untuk mengikuti konvensi yang mengundang Pak Jero Wazir. Dijelaskan, dan pada waktu itu saya juga termasuk berpandangan bahwa yang namanya proses nominasi itu harus ada proses seleksinya. Makanya ketika saya sering mengatakan itu, waktu itu saya sebagai pengamat, dan sebagai pengamat saya diundang, saya ikuti sebagai konsekuensi dari apa yang menjadi pikiran saya.

Kemudian ketika... Pilgada 2016-2017. Jelas saya berada dalam posisi diundang untuk ikut. Last minute.

Anda baru di reshuffle waktu itu, Mas? Dua bulan sudah saya reshuffle. Dan saya bukan menjadi bagian dari Gerindra ataupun PKS.

Saya diundang untuk menjadi calon. Dan saya terima undangan itu. Jadi posisinya saya mendapatkan undangan untuk ikut.

lalu ketika Pilpres kemarin dimulai dengan Partai Nasdem dan Pak Surya Paloh melakukan langkah yang sangat berani pada waktu itu karena beliau mengundang saya untuk menjadi calon, beliau menetapkan saya sebagai calon, belum ada partai yang lain dan konsekuensi dari beliau menetapkan Anies sebagai calon dia mengalami tekanan politik yang luar biasa. Yang luar biasa. Jadi kalau tadi bilang nggak ada tekanan politik, itu nyata dialami oleh Partai Nasdem.

Dan selama itu Pak Suriapaloh tidak bergeming sampai ke... ujung sampai selesai Pilpres. Apakah saya datang mendaftar?

Tidak. Beliau mengundang. Jadi boleh aja dilihat dalam rekam jejak itu. Rekam jejaknya adalah rekam jejak saya mendapatkan undangan. Kenapa saya melihat ini perlu saya tegaskan?

Alhamdulillah kita ini bekerja bersama. Kalau saya sering analogikan begini. Ada yang bisa menyetir tapi tidak ada kendaraan, ada yang punya kendaraan tapi tidak ada yang nyetir. Dan kemudian kita kolaborasi antara saya sebagai calon dan partai sebagai pengusung.

Jadi ini bukan sekedar saya datang lalu melakukan transaksi, lalu kemudian saya beli partai, enggak tuh. mengundang saya, dan saya menerima ini sebagai panggilan tugas karena proses politik harus lewat partai politik. Jadi itu yang terjadi.

Boleh aja dilihat merekam jejak itu semua. Nah, yang mengundang berbeda-beda. Saya beri contoh.

Ketika PDI Perjuangan mengusulkan Anies menjadi calon gubernur, saya nggak pernah terfikir diusulkan oleh PDI Perjuangan di DKI Jakarta. Kenapa? Kenapa PDI Perjuangan? Perjuangan jelas tidak mengusung Anies di 2017 pada Pilkada.

Jelas tidak mengusung dalam Pilpres. Betul kan? Jadi tidak terbayang.

Dan selama Anda menjadi gubernur, oposan paling kencang itu DPRD-nya PDI Perjuangan. Sekarang di mana letak kutu loncatnya itu? Kalau saya melihat malah ini adalah sebuah wisdom. Sebuah keterbukaan yang ditunjukkan oleh PDI Perjuangan. PDI Perjuangan menunjukkan pada semua.

Ini semuanya. anak bangsa, ini semua adalah Putra Republik, ini adalah orang-orang yang berjuang untuk Republik. PDI Perjuangan tidak jadi mengusul Anda, Mas Anies?

Iya, tapi bahwa mereka mengusulkan dari Jakarta, itu adalah bukti bahwa bukan Anies mendatangi PDI Perjuangan dan minta diusulkan. Jadi, ungkapan tadi, itu ungkapan yang tidak mendasarkan pada kenyataan. Itu mendasarkan pada imajinasi.

Karena aku tunjukkan kenyataan, saya diundang, diajak. Dan saya melihat ini... sebagai tanggung jawab untuk kerja bersama.

Partai-partai ingin melakukan tanggung jawabnya untuk mengubah Jakarta. Dan dia melihat ada nama si A, ada nama si B, lalu mereka memutuskan untuk mengundang si A untuk terlibat dalam sebuah kerjasama. Oke.

Mas Anies, tapi berarti agak berbeda nih ketika kemudian Anda mengatakan partai-partai mengajak bekerjasama, itu kan berarti mereka secara otonom bisa melakukan itu. Buktinya bisa mengajak Anda. Berarti, Berbeda dengan narasi yang disampaikan bahwa partai-partai tersandera.

Jadi yang mana nih? Partai-partai bebas bisa mengajak buka dia sama atau partai tersandera? Ada dua conflicting statement yang ada dikeluarkan. Bukan. Itulah sebabnya ketika daerah mereka memiliki itu.

DPW, DPD, mereka memiliki ruang untuk mengekspresikan. Tapi ketika sampai kepada keputusan di tingkat nasional, maka ada faktor lain di situ. Itu yang saya katakan tadi. Faktor lain.

lain yang mereka tidak bisa menyuarakan apa yang menjadi aspirasi DPD-nya. Coba lihat di daerah lain. Ada kasus-kasus yang saya sampaikan tuh.

Seperti di Banten, seperti tempat-tempat lain, di mana aspirasi dari masyarakat dari bawah itu mandek. Nah, termasuk kasus di Jakarta. Apakah kemudian itu salah satu alasan mengapa Anda berkata, mempertimbangkan untuk membuat partai politik yang baru? Ya, jadi begini. Setelah selesai proses Pilpres, banyak dari pendukung yang kemarin ikut memperjuangkan, yang kemarin mendukung, merasa aspirasi yang mereka miliki untuk perubahan itu tidak lagi di bawah.

Kenapa? Karena keinginan untuk melakukan perubahan dititipkan kepada partai-partai, kemudian partai-partai ini tidak lagi berada di dalam posisi perubahan, tapi sudah ikut pada posisi keberlanjutan. Sehingga muncul aspirasi itu kuat.

Nah, saya tidak mau gegabah. Saya akan hati-hati. Tetapi saya tidak menutup opsi untuk pembentukan ormas ataupun partai. Karena aspirasi itu ada.

Kita akan lakukan keseriusan untuk mengkaji, untuk menakar, bukan sekedar karena euforia dari lingkungan sekitar. Pak yuk bikin partai, yuk bikin ormas, kemudian kita jangan. Kenapa?

Karena ini adalah... adalah sebuah langkah yang punya tanggung jawab konstitusional, tanggung jawab politik, dan soal kepercayaan dari publik. Karena itu harus dilakukan dengan matang, bukan sekedar eforia.

Surya sesaat momentum penting tapi kematangan juga penting nah ini yang saat ini saya sedang pertimbangkan dengan serius ada beberapa yang ditugaskan untuk melakukan semacam kajian dan kemudian diketahui teruskan Bikin partai ini untuk kendaraan Anies Baswedan berkuasa? Ada aspirasi yang menginginkan perubahan. Dan aspirasi itu kemarin dititipkan ketika kami berkeliling ke suruh Indonesia. Dan itu ada wujudnya suara lebih dari 40 juta orang. yang menginginkan perubahan.

Jadi ini bisa menjadi sebuah tempat bagi siapapun yang inginkan perubahan di berbagai level. Di kabupaten, provinsi, kota, termasuk nasional. Jadi ini bukan tentang...

tentang satu orang, ini adalah tentang 40 juta orang lebih yang menginginkan perubahan. Yang kemarin memang narasi-narasi perubahan. Jadi ketika akhirnya diputuskan untuk ikut partai, atau membentuk partai, atau membentuk ormas, adalah tentang membawa aspirasi ini.

Dan dalam sebuah negara demokrasi, itu adalah sesuatu yang sah untuk dikerjakan. Sesuatu yang sah, tapi real politiknya sesuatu yang amat sangat tidak mudah. Butuh. butuh uang butuh pengorganisasian butuh butuh banyak hal untuk bisa ada partai politik yang bisa berkontestasi kalau cuma deklarasi Hey saya punya partai Itu mudah Mas Anies, tetapi untuk kemudian partai itu bisa betul-betul maju dalam pemilu, kemudian menyodorkan gagasan dan menyodorkan orang-orangnya, itu kan prosesnya sangat tidak mudah.

Anda menyadari itu dan tetap mempertimbangkan ini? Tentu. Jadi kalau kita mau berjuang, ya pasti akan menghadapi tantangan itu.

Ketika saya diputuskan untuk menjadi calon presiden, ya konsekuensinya saya harus keliling Indonesia. Saya ketika ketemu dengan jurnalis internasional, ketemu saya, Pak Anies, jerica presiden Indonesia itu sulit, Pak Anies. Ini ukurannya itu dari Aceh sampai Papua. Papua itu seperti dari London sampai Angkara berat sekali buat Anda sebagai calon kemudian penduduknya 270 juta lebih berat sekali Anda sebagai calon ya dia datang dari sebuah negara yang cuman 5 juta 6 juta ya saya katanya memang iya karena kondisi kita memang besar seperti ini sama seperti pertanyaan Nana tadi Iya kalau memang partai politik tentu akan berat Kenapa ini sebuah negeri yang amat luas penduduk amat banyak sebarannya luar biasa dan aturan yang mengharuskan ada cabang dimana-mana ya itu kenyataan yang harus kita jalani, jika harus kita diambil jadi kita ketika memilih sebuah jalan perjuangan maka kita akan bisa rentang bagaimana kita melewati itu semua dengan sepenuh hati sekuat tenaga bersama dengan orang-orang yang memiliki gagasan yang sama karena itu saya yakin bila keputusan nanti adalah melakukan itu, saya rasa ada orang yang cukup banyak mau perjuangkan.

Tapi sekarang kita belum putus gini. Sekarang dalam fase mengkaji, termasuk mengkaji seluruh beban itu. Itu tidak sadar. Ada katakan momentum penting.

Dan dari mulai statement Anda keluar, ini sudah banyak kemudian analis-analis politik yang memberikan saran-saran. Salah satu sarannya katanya momentumnya 20 Oktober ketika pelantikan Presiden baru. Kenapa ya?

Menantang Anda untuk mendirikan partai itu bersamaan dengan pemerintahan yang baru. Gini. Saya belum tahu ya kapan, karena juga saat ini belum diputuskan apakah akan membuat apa tidak.

Tapi yang penting bahwa ketika nanti putusannya adalah membuat Ormasat. atau partai, maka ini harus menjadi sebuah gerakan yang baru, yang berbeda. Nah, nanti kapan memunculkannya, bagaimana memunculkannya, nah, itu biar dirundingkan sama-sama saja.

Oke. Mas Anies penutup. Untuk saya mau tanya soal Jakarta sedikit.

Sudah ada tiga pasang calon. Yang satu didukung 15 partai politik, diusung 15 partai politik. Yang satu diusung satu partai politik, yang satu independen. Anda mau tidak berkomentar tentang tiga pasang calon ini? Gini, terlalu awal untuk sekarang saya menyatakan yang mana.

Tapi saya menganjurkan kepada rakyat Jakarta untuk melihat... Satu, rencana yang mereka buat. Apa rencana yang disusun oleh para calon ini?

Kemudian yang kedua, lihat rekam jejak atas masing-masing calon. Apa saja yang sudah mereka hasilkan, apa saja yang mereka sudah perbuat di masa lalu. Karena itu dasar untuk menilai ke depan.

Kemudian yang ketiga. seberapa dekat mereka dengan ide gagasan yang mereka bawa. Sehingga itu akan bisa menyatu. Lalu setelah itu semua ada, bandingkan dengan apa yang menjadi keinginan.

Tidak mungkin bisa ketemu dengan... Pilihan yang 100% sama, nggak mungkin. Tapi, bisa membandingkan. Saya kira-kira samanya 50% dengan si A.

Mungkin 70% dengan si B. Mungkin 30% dengan si C. Itu kira-kira begitu.

Nggak mungkin 100 persen, 100 persen. Pasti ada seperti itu. Jadi menganjurkan untuk membandingkan. Lalu, yang menurut saya juga krusial di sini adalah pastikan Jakarta ini...

memperhatikan masalah yang ada di kota kita dan relevansi dengan program mereka. Itu. Ada agenda, satu agenda yang Anda mau titipkan ke... Tiga paslon ini yang menurut Anda urgent harus mereka perhatikan?

Dari sekian banyak PR Jakarta yang belum terselesaikan. Kami sudah menyusun lengkap gagasan untuk Jakarta 2025-2030. Dan pada waktunya nanti kami akan sampaikan itu kepada masyarakat Jakarta dan mudah-mudahan mereka akan bisa memanfaatkan itu. Jadi ketika kami memutuskan untuk maju di Jakarta, itu ada dua track. Satu adalah track untuk proses pemilihannya, satu adalah track tentang substansi kebijakannya.

Nah yang substansi kebijakannya sudah jadi, dokumennya sudah ada. Dan sudah siap untuk dimasukkan kalau kemarin didaftarkan. Nah ini yang nanti kami pada waktunya akan sampaikan ke publik. Anda akan mengendor salah satu pasangan tidak? Karena PDI Perjuangan misalnya sudah mengatakan, kalau didukung Anies Baswedan, mereka akan sangat senang.

Pada saat ini belum ada dukungan kepada pihak manapun. Tidak menutup kemungkinan. Tapi kita akan lihat dalam perkembangannya nanti seperti apa.

Pendukung militan Anda menyuruhkan untuk golput. Tidak usah memilih tiga pasangan yang ada. Anda menyetujui seruan golput dari pendukung Anda?

Itu adalah ungkapan akibat kemampetan ketika aspirasi legitimit yang sudah dibawa juga oleh partai di tingkat daerah ternyata tidak bisa diakomodasi di tingkat keputusan nasional. Sehingga muncul aspirasi itu. Jadi ini bukan...

Bukan semata-mata, saya melihatnya nih, bukan semata-mata soal penolakan terhadap calon A dan calon B atau calon C. Tapi atas proses yang sedang terjadi. Dan inilah yang sebenarnya harus dikoreksi.

Jadi saya melihat pada ujungnya kita semua akan ada tetap tiga pilihan. Tapi ungkapan kekecewaan. Itu muncul, saya rasa bukan hanya di Jakarta, di berbagai wilayah yang muncul kota kosong. Karena aspirasi warga tidak diakomodasi. Hal semacam ini muncul.

Nah, itu legitimate. Tapi pada ujungnya, yang disebut sebagai pemilu, hasilnya bergantung kepada siapa yang paling tinggi. Kalau pemenang pun itu mendapatkan kekuatan.

Angka suara atau partisipasi politiknya sangat rendah, ya tetap dibagi berdasarkan jumlah yang dipilih. Kita ada sebetulnya 7 juta pemilih sekarang. Bila partisipasinya rendah, ya tetap prosentasinya berdasarkan partisipasi. Bukan presentasi berdasarkan DPT. Artinya Anda tidak akan merestui pendukung Anda yang golput, atau Anda akan memahami, atau Anda akan lebih jauh menyerukan seperti halnya di pemilu kemarin, Anda menyerukan jangan golput.

Sikap Anda akan seperti apa, Mas Anies? Ini ada yang namanya psikologi. Psikologi. Psikologi ini ada suasana.

Suasana ini sekarang ini adalah suasana kecewa. Dalam suasana kecewa, maka ungkapan-ungkapan itu akan bermunculan. Karena memang kenyataannya ada kekecewaan. Biar ini jalan. Ya nggak apa-apa itu sebagai sebuah aspirasi.

Tapi nanti di November, ujungnya ya pilihannya cuma tiga. Jadi pada fase ini, hormati kekecewaan itu. Hargai itu.

Dan jangan salahkan. Tapi nanti di ujung kita tahu Bahwa pilihannya gak akan nambah Kecuali kalau ada pilihan tambahan Tiga calon Terus ada kotak keempat Kotak keempatnya apa? Tidak semuanya Nah kalau muncul aturan baru lain cerita tuh Ini Anda mengusulkan?

Enggak ini kan cerita nih Karena rasa-rasa ini Anda memberi ide Pada pendukung Anda Lo kan aturan hukumnya nih Jadi kalau itu ada aturan itu Maka itu menjadi saluran Di beberapa negara Negara ada seperti itu. Jadi poin saya adalah, ungkapan yang sekarang ada, itu adalah... Ungkapan kekecewaan tadi Anda bilang.

Cerminan dari kondisi sekarang. Sementara pemilu masih 3 bulan lagi. Kita lihat ke depannya.

Tapi kita harus realistis. Pada ujungnya, hanya ada nama, tiga untuk dipilih. Pertanyaan terakhir. Menyambung yang tadi Anda katakan. Pendukung Anda kecewa.

Anda kecewa, Mas? Saya mensyukuri semua yang saya jalani. Saya menyesal tidak bisa membawa aspirasi rakyat miskin kota.

Dan saya sampaikan permintaan maaf pada mereka. Nana, sebelum... Saya datang ke sini, siang tadi, serombongan dari kampung akwarium datang ke rumah.

Menangis mereka di rumah. Mereka memeluk, menangis, dan menyatakan kami ini gelap sekarang. Betul-betul, saya sudah pakai dasi jas karena saya akan menjadi saksi nikah. Mereka datang dan menyampaikan dengan tangisan panis, kami gelap. Itu yang membuat saya merasa punya beban moral.

Itu yang membuat saya merasa kemarin harus berjuang. Kemarin. pada saat MK memutuskan bahwa boleh 7,5% besoknya kemudian balik membuat rapat malam itu, lebih dari 30 kampung di Jakarta bikin doa bersama jangan sampai terjadi paripurna besok itu rakyat miskin kota itulah yang menjadi beban saya itu yang saya rasakan kalau soal calon dan tidaknya Allah sudah ngatur itu semua Penyesalan saya bukan soal jadi calon, penyesalan saya adalah ini adalah aspirasi rakyat kecil yang dititipkan bertahun-tahun.

Dan saya hari ini tidak bisa membawa itu di dalam proses politik. Itu satu-satunya hal yang menjadi beban buat saya. Dan kalau saya bicara dengan calon manapun, saya akan ngomong soal ini. Tadi saya bilang sama mereka, udah.

Mbak Diani, nama Darma Diani. Mbak Diani, tenang, bismillah. Nanti saya akan bilang, nggak bisa. Sudah semua emosional.

Semua emosional. Dan itu ya, Nana, yang saya alami selama beberapa bulan terakhir ini. Jadi, bagi saya, bukan soal menjadi calon dan tidak. Tapi misi ini yang saya rasakan sebagai beban. Karena saya tidak bisa laksanakan.

Mudah-mudahan ada jalan lain. Untuk ini bisa tetap dikerjakan. Sehingga... Sehingga rakyat miskin kota di Jakarta bisa mendapatkan ketenangan, keteduhan, kenyamanan, walaupun mereka masih prasejahtera. Karena itulah yang kami berikan ketika lima tahun saya bertugas di Jakarta.

Mas Anies Basudan, terima kasih sudah hadir ke Mata Najwa, sudah datang ke Studio Narasi. Sama-sama, terima kasih sudah mengundang. Terima kasih, Anda sudah menyaksikan Mata Najwa. Assalamualaikum.