Intro Berkuliah hari ini kita akan membahas hubungan akutansi biaya Intro dengan akutansi keuangan dan akutansi manajemen. Bagaimana hubungan akutansi biaya dengan akutansi keuangan dan akutansi manajemen? Bagaimana kita ketahui bahwa tujuan pertama akutansi biaya adalah menghitung kos atau biaya dari suatu objek biaya. Sebagai yang telah kita jelaskan sebelumnya, objek biaya itu bisa produk, bisa jasa, bisa departemen, bisa aktivitas, bisa pemasok, bisa pelanggan, dan lain-lain. Sesuai dengan tujuan yang akan kita inginkan.
Dalam hal ini kita lebih memfokuskan pada objek biayanya adalah produk. Jadi, kalau objek biayanya produk, maka tujuan akutansi biaya adalah menghitung harga pokok produk. Penekanannya lebih ke harga pokok per unit atau cost per unit.
Kenapa penekanan pada cost per unit? Karena cost per unit itu lebih bermakna dibandingkan kalau total cost. Total cost akan sulit bagi kita untuk menilai efisiensi. Misalkan, Semen Indonesia menghasilkan semennya dengan kos totalnya, dengan biaya produksinya misalnya 10 triliun. Indosemen misalnya 8 triliun.
Mana yang lebih efisien? Tidak bisa kita mengatakan secara langsung bahwa indosemen itu lebih efisien daripada semen Indonesia. Bisa saja semen Indonesia lebih efisien daripada indosemen.
Karena apa? Karena kita harus lihat dulu total unit yang dihasilkan. Jumlah sak semen yang dihasilkan.
Jadi kalau kita bagi total biaya produksinya dibagi dengan jumlah semen yang dihasilkan, mana yang lebih kecil harga pokoknya atau kosnya, itu yang lebih efisien. Jadi ini akutasi biaya. Outputnya adalah cost information, informasi biaya. Informasi biaya di sini lebih menekankan kepada cost per unit. Misalnya, ini total production cost.
Total biaya produksi, katanya misalnya 50 juta. Produksi. Kadang-kadang misalnya 5.000 unit, sehingga kita peroleh di sini harga pokok per unit, 50 juta bagi 5.000 itu adalah 10.000.
Jadi cost untuk menghasilkan produk per unit adalah 10.000. Informasi 10.000 unit, misalkan ini telah terjual dari 5.000 unit, misalnya terjual berapa? 4.000 unit.
Berarti masih ada sisa itu 1.000 unit. Yang terjual 4.000 unit, di dalam disini, bisa terjual disini tanah makan adalah harga pokoknya. pokok penjualan berapa harga pokok penjualan yaitu 4000 unit dikali dengan 10.000 sehingga dapatnya adalah 40 juta sedangkan yang tersisa ini kita sebut dengan persediaan barang jadi akhir Ter Ini barang yang, barang jadi yang tersedia untuk dijual di prodi berikutnya. Di prodi berikutnya, di akhir ini belum terjual. Jadi makanya namanya persediaan akhir, barang yang belum terjual pada akhir prodi.
Berapa nilainya? Berarti seribu kali sepuluh ribu. Sehingga totalnya adalah sepuluh juta. Totalnya sama 50 juta. Jadi yang dari 50 juta biaya produksi yang kita keluarkan nanti melekat di harga pokok penjualannya dalam 40 juta dan di persediaan kalian jadi akhir itu 10 juta.
Yang harga pokok penjualan disini nanti masuk ke laporan labori. Dalam rangka penentuan laba, potong. Di penjualan, perhargaan penjualan dapat ada potong. Yang untuk income determination. Yang 10 juta, ini akan masuk ke laporan posisi keuangan.
Di laporan posisi keuangan nanti akan muncul di AK Prode persediaan berada menjadi sebesar 10 juta. Laporan nama rugi dan laporan posisi keuangan ini merupakan bagian daripada laporan keuangan. Laporan keuangan ini adalah produk dari akutasi keuangan. Jadi output daripada akutansi keuangan adalah laporan uang. Dengan demikian, informasi akutansi biaya kita akan digunakan oleh akutansi keuangan dalam penentuan laporan dan juga penilaian persegihan hak-hak.
Bagaimana dengan hubungan dengan akutasi manajemen? Untuk akutasi manajemen, informasi akutasi biaya ini akan digunakan untuk Perencanaan, penyendalian, pengambilan keputusan. Ini untuk akutasi menunjukan, jadi informasi akutasi biaya digunakan oleh akutasi menunjukan nanti untuk perencanaan biaya, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. Contohnya kalau pengambilan keputusan, ada yang menawar Pelanggan misalnya dengan harga Rp9.000, apakah kita terima atau kita tolak?
Kos kita Rp10.000, mungkin kita jual Rp12.000, tapi ada yang menawar misalnya Rp9.000, apakah kita terima atau kita tolak? Ini kaitannya dengan pengambilan keputusan. Jadi perlu hitung-hitungan secara rinci.
Atau untuk perencanaan dan peninggalan. Kita bandingkan misalnya dengan kompetitor, ternyata cost kita itu terlalu tinggi dibandingkan kompetitor. Sehingga kita harus turunkan costnya. Misalnya kompetitor costnya per unit untuk produk yang sama dengan kualitas yang sama Rp9.000.
Sehingga kita harus turunkan cost kita minimal. sama dengan kompetitor sehingga apa upaya kita agar bisa kita menurunkan kos kita minimal sama dengan kompetitor atau bahkan lebih tinggi penurunannya sehingga produk kita akan menjadi lebih kompetitif sehingga bisa menjadi target target Jadi kalau nanti targetnya, kata misalnya Rp9.000, nanti realisasinya, ini kos per unit, harga per unit, target Rp9.000, kita harus bisa mencapai Rp9.000 atau lebih kecil Rp9.000. Artinya ada target pengurangan biaya sering.
Kalau tercapai misalnya disini 8500, maka disini ada variancenya, ada selisihnya, sebesar 1500. Yaitu favorable EPCR, jadi target Rp9.000, penurunan kita bisa berisasi Rp8.500, artinya penurunan biaya kita targetnya Rp1.000, tercapai Rp1.500, sehingga favorable, menguntungkan. Dengan demikian, strategi yang kita lakukan untuk menurunkan biaya ini berhasil. Tapi kalau seandainya tercapai hanya 9.500, target kita 9.000, maka kita perlu analisis kenapa targetnya 9.000, realisasinya 9.500, atau target tidak tercapai, apakah strategi kita tidak tercapai.
atau implementasi strategi yang tidak sesuai, atau karena faktor-faktor eksternal atau faktor lain. kalau kita lihat hubungannya antara akutansi biaya dan akutansi manajemen dan akutansi keuangan. Demikian saja perkeluaran kita hari ini yang membahas hubungan akutansi biaya dengan akutansi keuangan dan akutansi manajemen. Atas perhatiannya di ucapkan terima kasih.