Radikalisme, saya menyampaikan, saya minta belakangan. Yang sebelumnya itu terorisme yang dicontohkan itu terorisme Makassar, itu satu keluarga mati semua, di Bali itu 20 orang, di Jakarta seorang perempuan nembak teror. Yang komunis yang korbannya ribuan enggak sampai diucapkan.
Saya, giliran saya, Pak ini tadi ada yang kurang, saya bilang. Contoh teroris yang korbannya itu ribuan belum disampaikan. Saya sampaikan ketika peristiwa tahun 26, itu hampir seribu orang.
Tahun 46, bulan Desember tahun 46, di lima daerah, yaitu Cirebon, di Banten, kemudian di Tegal, dan di Brebes. Itu korbannya itu. Lebih 5.000, tahun 1948 itu lebih 10.000, tahun 1965 150.000.
Ini enggak pernah disampaikan. Yang disampaikan apa? Nanti ada di bawah keterangannya. Kenapa kok yang dicontohkan itu yang teror yang mengatasnamakan atau yang dituduhkan kepada Islam? Nah, jamaah rahimahkumullah, maka ini yang lebih bahaya.
Sekarang ditutup-tutupi, ini kita supaya melek. Jangan sampai kita tidak tahu ini. Yang kedua, menipu rakyat miskin.
Dulu, orang-orang komunis itu menjanjikan kepada rakyat miskin itu, nanti diberi tanah satu rek. Satu rek itu ukurannya, ternyata kita ditipu. Dikiranya satu rek itu, itu kalau orang menggarap sawah, itu ada untuk meratakan itu namanya garu. Garu itu kira-kira lebarnya 3 meter atau 2,5 meter, kali 50 meter. Lumayan itu Pak, ditanami tanaman itu.
Katanya dibagi satu rek, ternyata Pak, mereka itu kalau rakyat kecil kan, karena bilang satu rek begini. Oh percaya, bayangannya ya satu garu kali 50 itu. Padahal satu rek di situ korek api itu Pak, satu korek api yang kotak itu. Nah kan tertipu itu.
Apa sekarang juga ada Pak? Konon katanya ada yang tertipu dengan sertifikat tanah. sudah diberikan kemudian ditarik kembali pada beritanya itu. Kemudian ketiga mempetnah lawan-lawan politiknya Buya Hamka, coba.
Buya Hamka itu seorang ulama besar, dia tidak hanya ulama yang masyur. Buya Nasir itu ulama bukan sekedar ulama masyur, tapi ulama jumhur, artinya dikenal, diakui di dunia bukan hanya di Indonesia. Buya Hamka diakui di Mesir, di Arab Saudi, di Malaysia, di Timur Tengah diakui, di Libya diakui, di Al-Jazair. Beliau berkunjung ke sana sampai nulis tentang Al-Jazair, kunjungan ke Al-Jazair.
Buya Nasir itu dipercaya di ulama internasional. Itu di Vietnam, masa Pak Hamka membunuh menteri agama? Tidak mungkin seorang ulama membunuh ulama juga.
Menteri Agamanya Pak Saifuddin Zuhri, maksudnya paham kamu membunuh. Itu, tapi namanya fitnah dibuat-buat. Pak Kasman Singo Timetjo, itu juga difitnah. Beliau itulah komandan pertama, komandan tertinggi pemilai tanah air yang memiliki 69 batalion.
Dan di bawahnya itu komandan-komandan batalion itu ulama-ulama. Dari 69 batalion itu hanya tiga yang non-muslim, lainnya muslim dan ulama. Itulah pasukan peta.
Dan komandan tertingginya adalah... Mister Kasman Singo Dimejo, karena dia seorang dosen, begitu di fitnah di pengadilan yang adili adalah mantan mahasiswanya, ada yang enggak sampai hati, ada yang shock, ada yang meninggal dalam sidang, ada yang sakit. Tapi setelah meletus G30S, ganti pemerintahan, beliau dikeluarkan.
Belum minta ganti rugi. Pas beliau dikeluarkan, tiga tahun kemudian, saya ketemu karena saya ingin bertemu beliau. Beliau cerita bahwa waktu itu karena saya itu didorong oleh teman ya, di ruangan beliau, beliau kaget, saya kaget. Saya dimarahi beliau.
Apa jawaban saya? Namanya grogi? Jawaban saya, dapatnya saja. Beliau nasihati.
Jadi orang muda itu jangan penakut, jangan pemalu, harus berani. Sampai beliau cerita setelah di penjara itu beliau dibebaskan. Dan semua penjara politis ini dibebaskan, semua diberi kompensasi. Buya Amka diberi kompensasi bebas ke luar negeri, dibiayai oleh negara.
Pak Kasman waktu itu dikasih 60 juta karena sekian. Dua tahun beliau tidak mengajar, lalu minta kompensasi gaji dan nama baiknya dikasih 60 juta. 40 juta diberikan rumah buahku sekali, kalau sekarang mungkin sekitar 4 miliar rumah itu besar. Saya ditunjukkan di Kota Baru. Jadi buah hamka banyak sekali yang difitnah.
Termasuk mungkin sebagian besar kalau membaca sejarah, Pak Karmusaka itu pemberontak ya, betul Pak ya, Karmusaka pemberontak ya, coba baca bukunya, beliau itu hanya jadi korban. Kalau mau membaca bukunya, saya punya tiga bukunya itu, jadi ketika Bung Karna itu terprovokasi oleh Aidit, jadi pikirannya sudah. Sudah ke komunis-komunisan, itu mengirim tentara-tentara yang pro-komunis ke Sulawesi. Dan di daerah Toraja Timur, di apa, kok Toraja ya, apa namanya yang dekat Toraja itu, apa namanya, apa namanya Pak? Palopo.
Nah di Palopo Timur, tentara-tentara itu membuat onar. Ditegur, marah, nah dilawan. Pak Kahar ini kan juga orang hebat Orangnya pemberani Kebetulan satu amat matah dengan saya Beliau itu alumni sama saya Hanya beliau tahun 45 Saya tahun 60an Nah jadi Karena itu beliau dianggap Melawan tentara Wah akhirnya beliau Dengan anak buahnya itu dilawan akhirnya buah ini merontak kemudian kesannya merontak akhirnya karena kalah senjata ya udah dituduh merontak lari ke hutan saya selain membaca buku tiga buku itu juga ada orang tua Lieutenant itu dulu Imam Tentara yang pernah ditugasi ke Makassar pada tahun 60. Itu yang beliau cerita juga, sama dengan yang ditulis itu.
Nah, karena saya sering nulis, sering baca, jadi sering fakta itu dibalik. Dan itu nanti ada sifat PK itu suka membalik fakta. Yang ketiga, memfitnah lawan politik.
Ya sudah ya. Kemudian mengintimidasi menggunakan kekuatan militer. Zaman dulu tentara-tentara yang sudah terpropaganda komunis itu banyak Pak.
Di Jawa Tengah itu ada 39 batalion, itu hanya 3 batalion yang tidak terkena, yang komandannya bukan komunis. Kebetulan pangdamnya itu seorang ulama namanya Jenderal Haji Muhammad Sarbini. Itu sering khutbah.
Dan itulah yang membocorkan G30S itu, karena beliau waktu itu baru pindah, tidak punya jabatan, yang punya jabatan Pak Harto, Pak Harto diberitahu. Ini mantan-mantan anak buah saya, ini kok konsentrasi ke Jakarta. Dan itu ada tiga orang komandan menemui saya akan mengadakan gerakan.
Tapi di dalam sejarah enggak pernah ditulis Pak Sarbini. Kenapa? Dia seorang ulama.
Jarang ulama yang ditulis di sejarah itu. Kalau kita lihat di Munas, di bawah itu ada apa namanya? Di Orama ya. Itu hampir dikecilkan itu, peran-peran ulama.
NU itu enggak ditulis, padahal tokoh NU gigi sekali dalam perang di Surabaya, enggak ditulis. Nah ini ketidakadilan ya. Nah sehingga Pak Nasir segala itu juga dituduh, ditekan. Dan itu termasuk Pak Safrutin Prawira Negara.
Termasuk si Kolonel Simbolon Hussein dengan PRRI-nya. Maka kalau membaca tulisannya D.N. Aidit yang berjudul PKI Korban Perang Dingin, kalau belum membaca yang lain-lainnya orang terpengaruh.
Jangankan orang biasa, Bung Karno saja terpengaruh. Dia nyalahkan Pak Hatta, menjelek-njelekkan Pak Hatta, menjelek-njelekkan Pak Saprutin Prajurit Negara, menjelek-njelekkan Pak Hussein, Kolonel Mayor Hussein, Kolonel Simbolon dengan PRRI-nya. Padahal itu merupakan koreksi terhadap Bung Karno. Kemudian berusaha menggulingkan pemerintah yang sah. Setelah digulingkan apa?
Diganti dasar negara dengan komunis. Nah itu tadi saya sampaikan, dari Desember tahun 45, Januari tahun 46, reda sedikit, kemudian 48, meletus tanggal 18 September. Makanya saya katakan ber itu, bulan yang pakai ber itu bulan komunis.
Setelah digulingkan apa? Diganti dasar negara dengan komunis. Nah itu tadi saya sampaikan, diproklamasikan negara Soviet Republik Indonesia. di Madiun.
Sebagai presidennya adalah Semaun yang kemudian ditembak mati oleh tentara Siliwangi di daerah Ponorogo. Nah kemudian tahun 1963 juga mencoba melakukan pemberontakan di Boyolali, di Mojosongo namanya, kampung di Mojosongo, di antara Gunung Merbabu dan Merapi. Di Musok, Mojosongo, di situ ada kampung dan saya dua kali ke sana, tahun 1979 dan tahun 2018. Situasinya sudah berubah, yang dulu kampung ada langgar dari kayu yang jelek, sekarang langgar itu sudah bagus, sudah jadi masjid, sudah lampu terang sekali.
Eh ternyata gerakan komunis masih, tapi namanya bukan komunis. Di sana apa? Pelatihan pembuatan pupuk organik. Ternyata isinya apa? Mengisi anak-anak muda yang ikut latihan itu dengan paham komunis.
Ya di situ-itu. Najamah rahimahumullah. Kemudian...
tahun 65 tahun 65 ini kurbannya yang tadi 140.000 itu menurut versi Pak Adam Malik ya menurut versinya Bung Karno enggak sampai menurut TNI itu serat apa 40.000 atau sampai 50.000 kurbannya nah Ini yang dulu-dulu saya sampaikan, yang dulu-dulu. Pengaruh PKI, pengaruh komunis terhadap Presiden pertama Republik Indonesia. Apa pengaruhnya?
Sejak komunis itu direhabilitasi tahun 1952, kemudian ikut pemilu tahun 1955, dan mendapatkan suara cukup bagus. Pertama PNI, nomor 2 Mas Umi, nomor 3 NU, baru 4 PKI, baru yang lain-lain. Padahal baru direhab, luar biasa ya.
Nah, akibatnya apa? Bung Karno membubarkan konstituas atau DPR hasil pemilu tahun 1955. Yang kedua, memberlakukan kembali Undang-Undang 1945. Yang ketiga, tidak berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara, kemudian dibentuk DPA Sementara dan MPR Sementara atau MPRS. Nah, disitulah mulai...
Bung Karna itu memihak kepada komunis. Dengan apa? Demokrasi terpimpin itu sama dengan kalau komunis, demokrasi sentralistik. Jadi kalau sudah demokrasi sentral, diatur satu komando, ini sudah tanda-tanda komunis.
Sekarang sentralistik enggak. Kalau sudah sentralistik, kita harus cermat, harus waspada. Nah itu jamaah rahimah sudah bisa ya.
Ini baru sepertiga Pak, nanti kita sambung pada kesempatan lain kalau masih ada kesempatan. Karena ini masih kebangkitan komunis, belum saya sampaikan dan ini sudah nyata. Komunis tidak pernah mati. Saya tidak menyangka bahwa di Samarinda ini dulu, mungkin Bapak ingat ya, suatu saat itu. itu hari raya lampu mati seluruh Samarinda dan Kutai itu ada komentar seorang mantan anggota cgmi ya saya kenal saya kenal baik karena dia aktif dia aktivis organisasi PKBI waktu itu ya berasal dari Jambu Jambu itu daerah Ambarawa saya telusuri orang ini komentarnya kok miring ternyata orang ini dulu adalah CGMI.
CGMI itu mahasiswanya komunis Pak dari Kejamada dia. Nah banyak yang tidak tahu, cuma saya mengamati indikasinya itu kok komentarnya kok miring betul itu. Ternyata yang dari UGM siapa-siapa, di sini kan banyak alumni UGM ya, saya tanyain ini-ini, saya turut. Oh ternyata dulu. Anggota CGMI, wajar kalau begitu.
Jadi kita, karena mereka di pihak yang kalah dengan TNI, maka tidak berani nongol. Tetapi kadang-kadang muncul secara spontan. Ini yang perlu kita cermati, kita pahami.
Karena sekarang ini mereka masih di mana-mana sudah ada. Ini bukan omong kosong. Nah, jemaah rahimahumullah mungkin sampai di sini karena memang waktunya terbatas. Nanti lain kesempatan kita lanjutkan. Kalau memang ada kesempatan.
Mari kita akhiri dengan doa. Subhanakallahumma bihamdika. Asyadu allah ilaha illa anta.
Astagfirullah wa atubu ilaih. Alhamdulillahirrahmanirrahim. Billahi taufiq wal hidayah.
Nasrullahi minallah wa fatun karib. Wa basyiril mu'minin. Assalamualaikum.