Tahun 1900: Penduduk Batavia menyaksikan pertunjukan film pertama di Manege Tanah Abang Kebon.
Peristiwa ini terjadi 5 tahun setelah penemuan proyektor oleh Robert Paul dan Lumier Bros, menandai awal sinematografi.
Perkembangan Awal
Awalnya, hanya kaum Eropa yang bisa menonton film.
Tahun 1920-an: Kaum pribumi mulai mendapatkan kesempatan untuk menonton film, tetapi terdapat pemisahan kelas dalam lokasi pertunjukan, kualitas proyektor, dan harga tiket.
Film-film yang diputar adalah film bisu impor dari Prancis dan Amerika.
Film Pertama Locally Made
Tahun 1919: Film "Onzeos" dibuat atas permintaan pemerintah Hindia Belanda.
Tahun 1926: Film "Lutung Kasarung" adalah film cerita pertama yang melibatkan pemain pribumi, dibiayai oleh Bupati Bandung.
Munculnya pemikiran bahwa pribumi memerlukan tontonan khas mengenai negeri mereka.
Perkembangan di Tahun 1930-an
Munculnya tokoh-tokoh perfilman dari etnik Cina (Wong bersaudara) dan Italia.
Film bicara mulai muncul, dengan film "Lily Van Java" sebagai salah satu contoh.
Tahun 1937: Film "Terang Bulan" menjadi tren.
Era Jubel Profiling dan Propaganda
Tahun 1940-an: Sensor film meningkat dengan pembentukan organisasi perfilman.
1942: Jepang memasuki Indonesia dan menggunakan film sebagai media propaganda.
Era Kemerdekaan dan Kebangkitan Film
Setelah proklamasi kemerdekaan, film menjadi alat perjuangan.
Tahun 1950: Penggagas film pertama pasca kemerdekaan, "Darah dan Doa" dianggap sebagai hari lahir film Indonesia.
Munculnya organisasi perfilman nasional seperti PPFI dan PARFI.
Krisis dan Kebangkitan Film
Tahun 1960: Perjuangan perfilman terpengaruh oleh politik, dengan banyak film yang tidak laku.
Tahun 2000-an: Kebangkitan film Indonesia dimulai dengan film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa Dengan Cinta".
Infrastruktur dan Regulasi Perfilman
Pentingnya regulasi dan pengelolaan fasilitas film yang memadai.
Peningkatan jumlah film yang diproduksi dan penonton yang terlibat dalam kegiatan perfilman.
Kesimpulan
Film Indonesia menunjukkan kebangkitan dengan meningkatnya produksi dan apresiasi masyarakat.
Organisasi perfilman berperan penting dalam pengembangan industri dan budaya film di Indonesia.