Ini adalah awal juz. Ini adalah awal juz dari juz. Ini adalah Allah yang mengenalkan dirinya sendiri. Ini makna tentang teori dan ilmu tafsir.
Ini adalah teori tanah zilat. Teori tanah zilat itu teori orang di atas, kemudian seakan-akan di bawah. Ini adalah apa?
Tanah zilat. Tanah zilat itu seakan-akan turun. Allah ini uzad yang sangat-sangat kaya dan penguasa alam raya ini Dan tidak tersentuh oleh makhluknya Ewa semanten Allah itu ingin dikenal hambanya dengan memperkenalkan diri bahwa Saya ini yang menciptakan langit bumi Saya yang mengatur hujan Saya yang mengatur angin Sehingga lewat Allah memperkenalkan diri ini Allah berharap manusia itu mau mengenali Tuhan Mau mengenali Tuhan Sebab itu ulama itu berpendapat sebaiknya orang itu mengenalkan jadi dirinya supaya jelas. Apa yang Tuhan yang tidak butuh pengakuan saja mengenalkan dirinya? Kalau orang itu ya, harus dihutang sini-sini, tapi tidak.
Dari Imam Sobi, kalau orang tidak dihutang itu malah sombong. Tapi nanti kita mulai bingung. Nah, yang bingung itu, cara dosa besar, itu bingung. Tapi nanti kita menangkapnya, itu benar.
Perkara ini bingung atau bingung, itu bingung. Jadi bingung itu besar. Mereka mengiris istilahnya yang sudah dikatakan oleh istilahnya mengatakan yang berlaku pada waktu itu. Sopo yang dikelamin utani aku.
Di pengiran orang-orang, makhluk, itu istilahnya seperti itu. Sopo yang dikelamin utani aku. Kalau dikelamin utani aku, saya tidak tahu. Mana ini utani Allah, misalnya nyumbang kebaikan.
Di madrasah, di ulama, di mulang, di masjid, tapi di sini gue sujud, orang-orang yang pagerin. Ini perlu perhatian. Kalau saya di masjid, pagerin api, tapi kamar gue sesuji. Keturun bangun dari sholat haji. Ini penting kalau terangkan, jadi orang itu kudu dan budu, pengiran-pengiran lain yang mengistilahkan itu menggaladi yang berhidup di bawah, perdana, asal.
Apel itu berarti apa? Mutani. Seperti itu yang disebut mutani. Padahal jelas Allah itu tidak buta.
Yang kamu berikan ke masjid dan madrasah itu milik Allah, tapi Allah menghukumi. Dianggapmu, kamu yang diperlukan oleh Allah. Allah menghukumi, dan kamu yang dihukumi, dia akan menghukumi.
Ini pelajaran bagi kita semua. Mengenai Nabi Muhammad, dia meninggal di hutan. Hampir orang Yahudi. Mereka menggunakan pameran itu, yang bagus, Bapak Allah maafkan, Alhamdulillah dia dihutan. Terus pilih, terus berbicara.
Nah aku senang mati di hutan. Kalau sakit, ya biar umumnya orangnya. Roto-roto mati nabi ku di hutan.
Karena aku tidak mati, senang di hutan. Tapi aku jawab, ya. Saya sarap, saya tidak mau. Saya tidak mau.
Lalu akhirnya Abdul Rizal, tapi hari itu dia sepakat. Nabi waspada itu berkata, ini ku berkata, 30 waspada. Semacam itu, kalau saya berusaha, saya bisa berusaha untuk berhasil. Tapi kalau keluarganya harus berusaha, dan tidak berusaha, ya sudah berhasil. Itu saya pelajari.
Kalau saya tidak berusaha, saya akan berusaha. Dan itu semua kita lakukan. Saya dapat ijazah dari guru-guru saya sampai Nabi, itu tidak ada. Al-Ambiyak wal-Ulamah yajru nama jurnas. Kena ulama tenan.
Itu yajru nama jurnas. Kaya umumi. Kaya umumi wong.
Nak tengah hiak, tak dire, wasairu bisairi du'afa, sairul ambiyak. Berperilaku dengan standar kaum du'afa. Umumnya orang itu kayak baran obok. Di nabi itu berarti kabundet itu, nanti kandeku orang-orang lorok-lorok kayak kabundet. Padahal wali-wali ini umatnya nabi, dia kabundet kayak orang tua.
Tapi nabi diambil kabundet, sakit. Manakala kadang-kadang dia kepengen, kadang-kadang kepengen mati itu ya, orang-orang pas, apek. Tapi kadang-kadang dia berhasil berbentuk, bergerak ke ngerang. Saya itu punya tetangga banyak daerah.
Ketika ada kiai mati di Jepang, itu dipuji semua. Seakan-akan yang mati di Jepang itu tidak keren. Aku kan pembelah orang awam.
Nah, aku mati asal kewayung sarapan. Ketika kewayung sarapan itu ngel-ngel. Ngel-ngel.
Orang dikontrol pas ke ruang, ini bisa nyata. Dia itu lama jadi kayak tunggal. Senengnya raka ruang, juga dia pesaing. Nong Mati, dia neng, 9 poin tuh, dalam template Ake. Nong Mati, dia neng, 9 poin tuh, dalam template Ake.
Suatu saat, dia neng lagi sarapan, orang keluar, nong mati. Nong Mati, dia neng lagi sarapan, orang keluar, nong mati. Akhirnya dia neng ngerti, ternyata kayak Ake lu enak, merupakan sarapan, orang kudu dia neng yang diparani. Kau neng mau, merupakan kayak tunggal.
Kalau tidak, saya tidak akan menerima penyanyi. Karena saya tidak bisa menerima penyanyi. Sebenarnya, saya tidak bisa menerima penyanyi.
Saya tidak bisa. Karena saya tidak bisa. Saya tidak bisa menerima penyanyi. Saya tidak bisa. Saya tetap hape, tapi biasa, saya tidak bisa.
Kalau saya kata, saya ingin diberikan kepadanya, mati di Jumat, itu saya berarti di Jumat. Saya ingin diberikan kepadanya, mati di Jumat, di Jumat. Kaji Nabi di Jumat, di Jumat.
Ya semua, kaji Nabi, nabi-Nya, semua. Jumat biasa, Pak. Karena ada uangnya berdua.
Kebanggaan. mati, raja utama buang, seakan-akan orang itu selama itu mati orang biasa, biasa, tenaga ikhlasi, pengiran, pengiran yang islami itu memang lebih lebih berlaku, lalu lama-lama sudah biasa tidak mengalami, pengiran mengenalkan dirinya, nabi itu mengumumkan Rasulullah, Rasulullah itu tidak itu sudah biasa tidak, itu sudah mengalami, kecuali kalau orang alim itu tidak mengalami Jadi sementara ya kan? Mereka mengatakan, yang menggunakan identitas itu sopo. Kan tidak jenis. Mengenai tentang jenis yang terlihat, kalau orang alim tidak menggunakan identitas itu, maka itu akan menjadi sakit nama.
Itu tidak jenis. Itu ulama, yang menggunakan alim, yang menggunakan jenis. Kalau menggunakan alim, yang menggunakan identitas itu sopo.
Jadi, kalau orang alim, itu benar. Karena Allah itu arrofa nafsa, Allah juga mengenalkan dirinya. Bahwa Allah memikirkan, saya pencipta langit bumi, saya pencipta ini itu. Sampai Allah menantang, Nanti tidak percaya aku, singgahku. Jujurlah singgahku, sohokoh.
Aruni madakolakum nasamawatiwala. Pengiraanku, kalau kamu tidak percaya Tuhan, tidak apa-apa. Tapi tunjukkan, Tuhan selain saya itu siapa?
Lalu prestasinya? Pengiraan amatnya, Ma'asyatuhum khotasamawati wal-kartiwala fal-fa'an husim. Tidak apa-apa. Kamu mengatakan iblis Tuhan itu tidak apa-apa.
Kamu mengatakan setan Tuhan tidak apa-apa. Tapi buktikan, apakah mereka bisa menciptakan langit? Bahkan mereka tidak bisa menciptakan dirinya sendiri.
Melanai tantang ini termasuk tradisinya pengiraan. Kalau tidak jadi ulama, harus dilanai tantang. Kalau tidak ulama, harus disambet lebih.
Kalau tidak, tidak boleh ditantang. Jangan jajal, lalu. Ya, lahan ini tapi yang mati saya, kalau mengingat. Jajal, kalau saya nyatakan, tapi tidak yang mati saya, ya jajal saja.
Tidak ada yang jajal. Pengeran diberi Tuhan, tapi itu tradisi, bukan gagah-gagah tradisi. Aruni, Aruni itu ngertikan saya, kalau kamu mengaku Tuhan ya ngertikan saya, bahwa dia menciptakan panggilan.
Nah iya, aku ini pengeran. Jadi pengeran. Jadi itu biasa, hukum tantangan-tantangan, konbut teknik.
Aruni itu ngerti. Ini masih terkenal di Jiskelullah atau Jiskin. Ketika orang kafir menganggap latak uzza yang tercipta dari batu atau Yesus yang manusia dikatakan Tuhan, jadi pengiraan, tidak apa-apa, itu kamu katakan Tuhan.
Tapi saya minta satu hal, itu namanya siapa? Kul Samuhum. Kenapa Kul? Samuhum.
Namanya itu apa? namanya manusia, Yesus itu yang berlaku-laku, wang genera ini manusia, Lata Uzzah namanya juga batu. Terus mengedikannya pengiran, Amtu nabi unaru bimalaya alamu fil ardi, amdi wahirim minan.
Masa Allah kamu ceritakan sesuatu yang hakikatnya itu sudah ada? Sekarang sampai saya tanya, kalau kamu melihat latar dan uzah itu, kamu melihat batu atau melihat Tuhan? Batu. Yang dipahat, yang diletakkan.
Jadi dari bahasa kelihatan, kenapa latar di sini, dekat kabah? Dipahat, kemudian diletakkan, didudukkan, dihias, dimandikan. Pengiran kok, dikerus. Di itu objek. Pengiran itu subjek.
Pengiran kok. Diletakkan, dimandikan, dibersihkan, di... Pengiran kok? Di.
Seperti kita ini nanti mati ya dimatikan, dihidupkan. Pengiran kok? Di.
Itu kan tidak bisa. Seperti Yesus itu. Yesus itu matinya apa?
Disalib. Habis itu diangkat ke langit. Pengiran kok?
Di terus. Pengiran ya yang meng. Pengiran kok?
Di. Itu aneh. Malah dari pengiran, takut. Ampunabdiunaku.
Dimalaya alamu fi arti amfidhu hirim binal Jadi dari cara ngomong kebenaran itu sudah terlihat Maka ciri utama kebenaran itu mudah dicerna di awal Jadi kebenaran itu muyasar Ciri utama kebenaran itu apa? Mudah Amfidhu hirim binal Terus Belzi nalil dhani naka faru makurum basudu anisatu Cuma orang kafir itu pintar rekayasa Dari rekayasa ini kemudian ada kekafiran masal, kekafiran yang masif. Kita ingat dalam sejarah orang menanamkan bahan komunis itu, kalau anak-anak kecil ditanya, silakan kamu mejamkan mata.
Misalnya anak kecil mejamkan mata. Coba kamu minta permain sama Tuhan. Ya Allah saya minta permain. Sepon meleleh. Dikasih enggak?
Enggak bu. Jadi dipejamkan lagi, coba kamu minta permainan sama bu guru, kasih satu-satu. Dapat gak?
Dapat. Yang ada bu guru apa Tuhan? Bu guru, Tuhan gak ada. Itu rekayasa tertua manusia. Jadi untuk menghilangkan Tuhan yang nyata, murid itu orang kasir merekayasa.
Itu sebut baljina. Makro itu rekayasa. Terus ngeri. Kita hidup di dunia, terutama ulama itu berhadapan dengan apa? Dengan apa?
Rekah. Ini buktinya pengiraan kita. Aku bilang, orang tahu di Sembadani. Pengiraan kita, orang Islam, orang Suger, orang Timbang, apa. Orang karwan di dunia, diawanya pengiraan.
Buktinya pengiraan, kalau ada nasib pede. Nasib pede itu tidak penting. Ketika Islam itu GR. Nasib itu diberikan untuk mencari apa?
Tuhan. Buktinya orang Islam benar-benar maharat-maharat. Kalau kafir, berarti mereka benar. Berarti orang benar itu kafir.
Itu pengiraan. Dikaitkan dengan urusan apa? Urusan apa?
Nasib. Itu yang diperlukan. Kalau kita tidak menjadi ulama, menjadi orang suga, menjadi orang maharat, pengiraan itu adalah menggalilati tiup peribu-woha, dan memaksa orang lain untuk meminta Allah.
Ini termasuk Sopan santunnya pengiran, pengiran yang ngasih sopan saja Nanti kalau mati, ya itu kalau mati Jumat, Besen, dan setuai Raku'o, kalau santai, ya setuai aja Semuanya merawakan sarapan, sarapan satu lah, semuanya merawakan sarapan Sampai tidak berjelak, nanti nanti Nabi tidak menyuamu, minta Tuhan untuk mati Raku'o, nabi-Nya tidak berdekat, tidak ada perasaan Nabi ngintikan Fadilai kabudut Jumat. Nabi biar mbak kabudutnya. Akhirnya, ini si fanatik Jumat terus mulai rupa.
Berikut banget, aneh-aneh. Musim promosi kabudut Jumat, malah kabudutnya. Tapi Nabi udah tahu ngintikan promosi kabudut senang. Ya itu maksudnya Nabi ini orangnya apa? Makanya biasa, yurimnya biasa, ya serasa berlebihan.
Nabi mau ngantikan hutang, mau ngantikan uang, mau ngantikan uang, mau ngantikan uang. Tapi Nabi, nggak perlu ngantikan hutang. Mulanya ngantikan hutang, ngantikan kanjeng. Nabi keterusan.
Perkaranya keterusan. Kalau itu apa khadis? Kita khadis gini. Nabi ini yang unik.
Ada orang punya hutang hanya dua dinar. 2 dinar itu kalau 1 dinar 4,2 gram, rata-rata ulama sekarang itu 1 dinar itu 4,2 gram. Itu kan berarti 8,4.
Nabi Rawo, kenyolati betul-betul. Apa teman kamu ini punya hutang? Iya ya Rasulullah dinar, punya hutang 2 dinar. Nabi itu langsung balik kanan. Balik kanan, lalu Nabi ngetikan oleh sohabatnya, kamu harus nyolati saudara kamu.
Nabi tidak nyolati. Jadi Nabi pun unik. Sekarang sama saya tanya, andai kan Nabi mensolati orang yang punya utang, maka akan menjadi sunnah bahwa utang itu dianggap sepele.
Sehingga umatnya singkatan utang. Ini bahkan saat diuliah saya. Ini bohong.
Padahal mengutang, kadang kan utang sama orang yang sangat membutuhkan uang itu. Artinya Nabi tidak nyolati kan bila saya mengutang. Padahal saya diutangi di dunia ini.
Kadang-kadang saya utang sama orang yang tidak jenuh bangkuti yang diutangi karena dikempal. Tapi kalau Nabi tidak nyolati, makanya janazah muslim disolati tidak terpenuhi. Makanya Nabi separuh. Nabi gondor, terus tidak nyolati.
Tapi nyuruh sohabatnya. Itu juga orang bunuh diri, orang mati-mati yang gak kebenaran itu kata ulama-ulama. Sebaiknya tokohnya itu gak usah dinyolati, ini rupiah Nabi.
Tapi umatnya disuruh dinyolati. Makanya beberapa kali di daerah saya ada orang mati bunuh diri, itu banyak yang gak dinyolati. Orang nyolati.
Orang mati ini, semua perosan. Tapi buat untuk orang-orang, itu disuruh. Orang mati perosan, yaudah orang-orang yang nyolati. Tapi banyak ulama yang berani nyolati. Karena-karena tadi, jenazah muslim itu berhak mendapatkan sholat.
Dan orang muslim mati itu wajib disolat. Tapi harus ada terapi supaya orang kapok, sebaiknya tokoh itu tidak bisa dipenolak. Tapi masalahnya yang berhubung itu se-GR tokoh. Akhirnya malah itu yang kakaknya nyolat, wong kakaknya GR tokoh, orang nyolat itu.
Nah, yang mau kalim-kalim akhirnya nyolat, kakaknya berhubung dengan jenazah, tanpa disolat. Ya seperti itu Nabi itu memang hukum itu berawal dari Nabi nantikan Nabi sendiri tidak sholat tapi menyuruh sohabatnya menyolatkan. Hukum itu bisa separuh, yang satu untuk iling-ilingan dua jenazah muslim harus disolati, yang satu iling-ilingan ada terapi supaya wang itu tidak mati secara suud.
Ya udah, ada yang nyelati, ada yang tidak. Seperti itu juga orang munafik. Orang munafik itu Nabi yang nyelati.
Abdul bin Ubay Nabi diaturin sholat, dia sholat. Bahkan anaknya Abdul bin Ubay itu nyewon supaya Nabi mau nyedonin. Kavan ini Nabi nyedonin. Terus nyewon cobain Nabi supaya dipakai sebagai kafan. Nabi dicoba coba dipakai kafan.
Sampai nanti tidak tahu, coba Nabi saya apa. Abdul bin Uba bin Saluh bin Mula'abai, dipakai. Coba ini. Ini Nabi ya, mengerti. Pas Nabi mau nyolati, Umar menghalangi berkali-kali.
Sampai sudah di depan jenazahnya Abdul bin Uba, baru ada ayat, وَلَا تُسَلِّي عَلَىٰ أَحَاتٍ مِنْ هُمَّ مَهَةَ أَبَيْتَ وَلَا تَبُومُ Umar, kamu jangan nyolati orang-orang Nabi. Pertanyaannya adalah secara fakir. Nabi dikandali Jibril, kalau itu munafik, dan perintah Allah resmi terdengar, sholih, mansus, jelas.
Nah, anak gue kan menghukumi munafik, merupakan sentimen. Merupakan berdokong-dokong untuk kafir munafik, untuk itu itu wahyu bonti. Namun, Nabi dulu dilarang menatuhi orang munafik, ini orang munafik sadar mau sholat. Lagi so, bongkul uranagi, bongkakun.
Uwang sulhati masul-sulhati masing bersawak, toh. Nggak, so mungkin bersawak, merupakan dikertikan oleh. Nah kita seorang mungkin setelah itu sohabat siapapun menapek apa enggak sohabat nyolati sama orang-orang tadi. Karena wilayah siri ini wilayah Allah SWT.
Dan nanti orang-orang yang nganjani, ya biasa aja ini, yang ngesam itu sholati. Soalnya kalau di sebuah pangeran, sepotongan orang-orang Ramadhani, maksudnya Ramadhani, kalau nyolati Ramadhani, kenapa Ramadhani? Cuma ini-ini, kan lahirnya jalan-jalan Muslim ini, aku mendapatkan.
Kalau di sini, jalan-jalan banyak, itu sebetulnya nyolati. Jadi Nabi mati, aku mau itu. Baru kayak nyolati orang-orang kosong.
Maksudnya, kamu orang ini kan, kamu kan lumayan kan, terus pedih. Bukan aku kekuatan piaja, ya Allah. Menurutmu, pasti anakku itu keluarga narkoba.
Tapi dereng, gak ada siapa buatan kan. Akhirnya kan, jadi khawf. Jadi, apa?
Padokai khawf, terus. Ya terus sampai. Jadi leng-leng ya.
Makanya pentingnya ulama'di situ. Jadi apa yang dilakukan Nabi itu tidak mesti jadi hukum permanen. Karena Nabi kadang bikin hukum itu dua sekaligus.
Tadi Nabi tidak mau nyelati, tapi Nabi nyuruh sohabat mensolat. Soltu wa'ala shabibik. Umasyir. Jadi ini pengertian di hukuman Tuhan.
Terus agama itu harus selalu dijelaskan. وَمَا أَوْمَا وَمْ أَرْضَ فَنَفْسًا Yang mengenalkan dirinya sendiri.