Transcript for:
Sistem Subak: Warisan dan Tantangan di Bali

Hai ya bisa memandang hamparan sawah yang hijau dan asli bisa menjadi obat bagi jiwa yang lelah ya salah satu tempat yang mungkin bisa menjadikan obat dimana lagi kalau bukan di Ubud Bali luar biasa di sana kita bisa menikmati subah Sistem irigasi berusia ratusan tahun yang menghiasi indahnya sawah berundang. Betul sekali. Dan kinaan dan serta kejeniusan dalam subak membuatnya mendapat perlidikat warisan budaya dunia dari UNESCO.

Dan apa bisa inilah kinaan subak yang terangkum dalam meliputan kerjasama RCTI dan komunitas sobat budaya dalam segmen Mencari Indonesia. Intro Hamparan sawah berundak di desa Jatilui Tabanan Bal ini sudah mendapat predikat sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO sejak tahun 2012 lalu. di desa Tegalalang Kabupaten Gianyar hamparan sawah disini juga menjadi cagar budaya Bali yang tak boleh berubah fungsi predikat warisan budaya untuk subak ini karena sawah di Bali menggunakan sistem pengairan tradisional yang merendahkan prinsip keadilan semua lahan dibagi rata yang diatur oleh pemuka adat yang disebut bekas eh sistem subak sudah ada sejak abad ke-11 atau sekitar tahun 1072 semua upacara adat maupun ritual berkaitan kaitan dengan subak masih dipegang erat oleh para petani di Bali hingga saat ini Mirza dalam sistem subak ada konsep yang dipegang erat oleh para petaninya yaitu trihat makanan yang mengimplementasikan hubungan manusia dengan manusia hubungan manusia dengan alamnya serta hubungan manusia dengan Tuhan Tak sejauh mata memandang hamparan sawah ini masih terlihat hijau. Ternyata lahan subak terus menyusut di gerus sederasnya pembangunan hotel dan villa, seperti di kawasan Ubud dan Giyanyar.

Di Bali jumlah lahan sawah terus berkurang dari tahun ke tahun, hingga di tahun 2014 ini lahan sawah tersisa 80 ribu hektare saja. Pembangunan hotel dan villa memang tak berhasil, tak bisa dihindari sebagai konsekuensi dari makin populernya Bali sebagai destinasi wisata dunia. Sawah di lokasi wisata bernilai jual tinggi dan berpajak mahal. Tentunya, sistem pengairan pun terganggu akibat pembangunan hotel dan vila ini. Ya betul, di Bali sektor perwisata merupakan kanibal bagi sektor pertanian.

Di Bali, tiap sekarang, tiap tahun, lebih dari seribu hektare sawah hilang di Bali. Karena digunakan. digunakan untuk perusahaan jadi sangat tragis nasib petani kita di Bali air enggak ada diganggu pajak tinggi produksinya rendah apalagi yang harus didetapkan itu income-nya sama dengan petani nanam padi 1 hektare income-nya sama dengan pengemis jalanan itu para pemilik lahan sawah di Bali pun kian terhimpit keadaan dengan semakin tingginya biaya produksi pertanian.

Subak semakin sedikit, sudah jadi pula sawah-sawahnya. Pendapatan menurun, cari pupuk susah. Itulah keadaan pertanian sekarang di Bali.

Fakta ini membuat miris segelintir anak muda tanah air dari komunitas Sobat Budaya. Melalui komunitas ini, Sobat Budaya membuat gerakan nyata dengan cara mendata segala hal. segala hal yang terkait subak.

Mulai dari nilai budaya hingga fakta lahan subak yang tersisa. Suara anak muda tuh kalau misalnya langsung ke pemerintah kan kayak nggak didengar gitu kan. Jadi melalui founding sounding kayak ginilah, kayak kita data budaya gitu-gitu nunjukin. Kalau misalnya ini tuh ada loh gitu, maksudnya harus diperhatiin juga. Siapa lagi yang nggak kita yang merhatiin gitu.

Subak di Bali memang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Tetapi sungguh ironis karena pada kenyataannya banyak lahan subak di Bali yang sudah beralih fungsi dan terkikis oleh banyaknya kepentingan-kepentingan bisnis. Lalu apa artinya pengakuan warisan budaya dunia jika kebudayaan itu sendiri tidak dijaga oleh para ahli warisnya? Nantikan episode selanjutnya dari Mencari Indonesia masih bersama teman-teman saya dari Sobat Budaya.

Ayo teman-teman kita lanjut mencari Indonesia.