Transcript for:
Esensi Hidup dan Ilmu Dalam Islam

Alimron ku teliti, itu satu-satu. Lalu setelah kantuknya hilang, membaca dan menguatkan diri di sebelas ayat terakhir surah Alimron. Nah sebelas ayat terakhir itu, itu ayat tentang risiko.

Membimbing kita jadi orang pintar Bagi orang yang pintar itu Yang paham esensi hidup dalam bahasa Quran namanya ulul albab ulul albab itu yang mengerti tentang inti sesuatu antum kesini mau ngapain? kan motivasinya bisa beda-beda ada orang yang paham inti hidupnya saya hidup ini cuma sementara di dunia mau pulang nanti menghadap Allah saya pengen cari bekal nah dalam mencari itu seperti apa? dia paham inti kehidupan yang belum paham dia nikmati dunia saja kalau Imam Al-Ghazali memberikan ilustrasinya gini ada orang dikasih tabung oksigen ditugaskan nyelam ke laut diberikan beberapa tugas diambil nih 6 mutiara 1,2,3,4,5,6 waktunya 2 jam kurang lebih begitu menyelam baru nyelam pertama masih fokus dengan tugas begitu ke dalam mulai lihat yang indah-indah terumbu karang kemudian juga ikannya mulai bagus mulai indah lupa dengan tugas dan dia tak tahu ada hiu yang mengancam di samping-samping gitu akhirnya baru sadar ketika waktu tersisa tinggal 5 menit lagi mulai ingat Tuhan nyari-nyari yang dapat cuma 1-2 mutiara naik lagi ke atas, nah orang yang ngerti tentang esensi tugasnya, dia fokuskan dulu pada tugasnya itu, cari yang 6 itu Ya, kemudian gunakan yang enam itu untuk menjalani tugasnya, silahkan. Cari, keliling, dapatkan. Itulah ulul al-bab.

Jadi kita itu akan bersentuhan dengan lapis-lapis kehidupan di bumi, silahkan. Kemana saja bisa berkreasi. Anda mau jadi ars. jadi pilot, jadi insinyur, jadi ahli agama bertempat di sini bisa di luar negeri silahkan.

Ada yang ke angkasa riset, nanti tugasnya ada yang riset dari mulai pilot. Jadi mulai pesawat khusus sampai ke astronot dan sebagainya Kalau udah nyampe astronot kebulan Belum kenal Allah Kemana lagi harus kenal Allah Nanti poinnya apa Tafakkur Antum kuliah itu mau sampai kapan Mau jadi apa Tafakkur itu menyiapkan rencana Dipikirkan sesuatu dengan matang sebelum dilakukan Tafakkur Kalau kita panjang fikirannya. Quran surah 59 ayat 18. Ya ayyuhal latina amanu takallaha wal ta'zur. Lapsumma qaddamat. Lirat.

Lirat disana sampai akhirat. Jadi ulul albab itu begini. Nyusunnya nih.

Nanti kan saya dari dunia pindah ke kubur. Dari kuburan. Nanti baru maksyar dikumpulkan sampai akhirat. Akhiratnya pengen ke surga.

Surganya ada delapan pintu pilihan. Dari jenazah. yang biasa sampai Firdaus kan standar yang pengen cita-cita umat Nabi Muhammad pengen di Firdaus kan itu ya Halo Gan terus pengennya dengan Nabi Muhammad kan aja wajahnya beginilah gitu kita harapan boleh-boleh saja sah nah dari sini cara berpikir yang runtut itu kata Alquran turunkan dulu capaian tertinggi surganya amalannya apa untuk ke surga Firdaus itu kan amalan sifat amalan sifat bukan amalan profesi misal, Quran surah ke-23 al-mu'minun, ayat 1-9 bacanya dari yang ujungnya dulu al-ladhina yarithun al-firdaus ahum fihah khalidun ada calon penghuni surga firdaus yang sedang berpetualang di bumi dan dia pewaris surga firdaus akan kekal tinggal di dalamnya siapa orang-orang ini?

baru baca ayat satunya dari awal qad aflahal mu'minun al-ladhinahum fih salatihim khasihun khasihun والذين هم عن اللغو مؤرضون terus didzakatifailun dan seterusnya akan bahagia orang yang konsisten memegang teguh imannya dengan kuat makanya penghuni surga firdaus keimanannya menggunakan isim fail kata benda, bukan kata kerja isim fail itu menunjuk pada sesuatu yang konsisten gak berubah ini mic, sampai kiamat kurang 2 hari tetap akan jadi mic jelas ya Hai sehari lagi sadar kita bahwa ini memang tetap naik nggak akan jadi ayam ya Nah ini benda namanya tapi kalau pekerjaan itu bisa turun naik Hai fungsi ketika suaranya disebutkan bisa bagus bisa tidak bisa dipegang bisa tidak itulah pekerjaan kata kerja file nah di dalam bahasa Arab sesuatu yang diungkapkan dengan kata kerja itu biasanya belum konsisten kadang naik, kadang turun, kadang naik, kadang turun ya ada amalan-amalan yang dibuka dengan kata kerja, misalnya sholat antum ke masjid tiap waktu gak? belum tentu kadang ke masjid, kadang tidak kadang jamaah, kadang tidak, banyak kadang-kadangnya daripada tidak itu kan puasa sunnah konsisten gak? itu kan pekerjaan makanya puasa dibuka dengan kata iman ya ayyuhan ladhina amanu kutiba adai kumus apakah orang yang semua puasa menjalani puasa sama semangatnya, ibadahnya sama? belum tentu Tapi kalau sudah konsisten, urutannya begini.

Amanu kayu'minun baru mu'minun. Itu urutannya. Kalau yu'minun, dia pegang terus, berusaha tingkatkan.

Kalau sudah konsisten, terjaga betul, maka berubah jadi mu'minun. Itu kalau sudah mu'minun tuh kalau tertinggal yang sunnah saja rasanya gak enak tuh Terjaga betul Nah kemudian yang kedua apa? Kualitas sholatnya naik Dari sekedar sholat menjadi khusyuk الذين هم في صلاة خاشعون Jadi kalau cuma pengen masuk surga, tunaikan sholat sebaik mungkin. Tapi kalau surganya ingin berdaus, jaga konsistensi khusyuk.

Dia belajar bagaimana sholat yang khusyuk itu. Profesinya bisa beda-beda. Jadi dokter bisa. bisa jadi insinyur jadi pebisnis boleh tidak dimonopoli oleh Ustadz misalnya tidak dimonopoli oleh Kiai tidak semua kalangan terbuka masuk ke surga Fir Daud nah anda misal yang kuliah ini adik-adik yang kuliah pengen masuk surga Fir Daud turunkan Oh saya cita-cita duniawinya apa jadi dokter jadi dokter yang bisa khusus shalatnya yang kelak kalau ada pendapatan bisa zakat meninggalkan yang yang tak penting anilaw bimuridun maka tidak ada buli-bulian enggak ada perundungan karena enggak Tidak ada kerjasama dengan pengusaha-pengusaha atau bidang usaha yang merugikan pasien Karena tidak penting Karena yang dicari apa? Demikian juga ustadz, demikian juga pengajar, demikian juga arsitek Ini contoh-contoh kehidupan saja Yang kita utarakan hasil dari penunaian sholat kita tadi yang dua rokaat Jadi kalau kita ikut sholatnya dengan memahami rasanya akan beda Gampangnya begini deh, habis sholat kita diminta merenung, eh habis sholat ini hadih hidayat, kamu sudah kenal Allah belum?

pada orang tuamu bagaimana? kamu merasa ilmunya sudah cukup lumayan tapi belum kenal dengan Allah secara baik coba koreksi dirimu kalau pulang hari ini bagaimana? kan? kan kalau diteruskan dalam sholat begitu diiftitah kan ada sembilan doa iftitah makanya ini hobi, paling hobinya pakai wajah itu itu Sayyidina Ali bin Abi Talib ada sembilan jenis doa iftitah atau istiftah, ada dua nama Itu Imam Ali bin Abi Talib itu paling favorit Baca yang wajah itu dibacanya Malam hari Kalau anda baca di Abu Daud itu anda temukan itu Kenapa? Karena ada kepastrahan Wajah tu wajia lilladhi fatara samawati Wal ardu hanifan muslima Wa ma'ala minal mushrikin Inna salati wa nusuki wa mahyaya Wa ma mati lillahi rabbil alamin Da syarika lahu Bi thalika umirtu wa ana Bisa minal muslimin Ada dua riwayat Disitu Ya Allah hari ini aku pasrahkan diriku sepenuhnya di malam ini Kepadamu penguasa semesta langit dan bumi Kalau selama ini aku sholat, aku ibadah Aku hidup sampai detik ini Atau engkau wafatkan aku di detik ini Aku pasrah ya Allah Dan aku berjanji akan jadi pribadi yang tidak pernah menyimpang darimu, tidak pernah musyrik selama hidup.

Tapi kalau engkau beri aku kesempatan untuk hidup setelah malam ini, aku berjanji akan jadi pribadi muslim yang lebih baik. daripada sebelumnya itu anda yang baca doa itu tadi saat iftithah buktikan gak makna sholat jadi lebih baik nah itu kesimpulannya dari kajian tadi makna sholat kalau sudah paham baru kita ngajik kitabnya itu mukaddimah Yang penting ada isinya, itu poinnya itu ya. Saya mohon maaf agak begini, saya dari bandara tadi.

Belum sempat ke rumah, sudah berapa hari. Dari Bandung, cuma niapkan. Ini kita pun tadi, kita janjian, didoakan. Sebetulnya kami ada di Mekah Untuk hari ini berangkat undangan Ada konferensi ulama Ahli Quran dunia 45 orang Saya diundang khusus untuk mewakili dari Indonesia Cuma karena ada jalan Jadwal juga di Bulan ini Di tanggal tertentu saya belum sebutkan dulu Maka kami utus dua orang Tadi malam jadi saya briefing di bandara Sampai jam 10 Akhirnya buka kamar Kemudian baru menjelang subuh Berangkat ke sini Dimaafkan kalau Kondisi penampilannya agak tidak seperti biasa Ya kita sambungkan Bismillah Kita sekarang masuk di halaman 22, seperti yang saya ingatkan di pertemuan lalu. Karena yang kemarin telah kita bahas, di halaman sebelumnya di 17, itu selanjutnya itu hanya kebanyakan makhfudat.

Mahfudat itu kata-kata baik, mutiara untuk diingat. Nasihat-nasihat. Saya ingin mendahulukan kepada inti poinnya yang terkait dengan hadis-hadisnya.

Biasanya kalau mahfudat itu, itu penguat dari hadis-hadis yang sudah disampaikan sebelumnya. Tema yang kita bahas adalah tentang keutamaan orang berilmu dan penutup. penuntut ilmu sudah banyak hadits yang kita ambil kemudian penguat dari keterangan para amlama maka kita akan masuk pada bagian terakhir di subtopik itu sebelum nanti masuk kepada subtopik yang selanjutnya jadi kita masih dalam topik subtopik yang pertama pada paragraf terakhir di halaman 22 tentang keutamaan seorang berilmu dan para penuntut ilmu nah ini bagian penutupnya hari ini semoga Allah subhanahu wa ta'ala melimpahkan dan menambahkan cahaya berlimpah kepada pengarang kitab ini atas Syekh Muhammad Hashim bin Ash'ari memberkahi beliau dan keluarganya serta melimpahkan keberkahan serupa kepada kita yang mengaji di kesempatan pagi kali ini Bismillahirrahmanirrahim Kala al-muallifurrahimahullahu ta'ala Pengarang kitab ini menyampaikan Wafis sahihaini Dan terdapat di dalam dua kitab sahih Kalau ada as sahihaini berarti al-bukhari dan muslim Kalau as-sheikhani berarti Imam Al-Bukhari dan Muslim. Kalau as-sheikhani itu maksudnya orangnya. Dua sheikh.

Jadi kalau nanti anda ngaji misalnya mustalah hadith, nanti ada ya. ilmu diraya, ada ilmu riwayah kalau Anda masuk di bab mustalah hadith, Anda akan temukan maratibus siha, diantaranya urutan-urutan hadith sahih turunan-turunannya ya termasuk nanti sebelumnya ngaji dulu dulu apa itu hadits apa bedanya hadits dengan Quran ada berapa ragam hadits Kenapa disebut sahih ada definisinya enggak semua nanti berinterdengar aksi dengan hadits itu memahaminya ya sesuai pemahaman kita tidak ulama sudah membuat pakam dari awal supaya menjaga agama ini tetap benar itulah keindahan dalam Islam jadi di Islam itu tidak ada satupun ajaran kecuali menjaga kualitasnya dan itu bersanan sampai ke penutur awalnya Hai ya makanya Makanya hadis disebut sahih itu ada syaratnya. Lima. Matta salaisnaduhu binaklila adli dhabiti. Adli dhabiti.

Ittisal sanad aladli al-dhabit. Matta salaisnaduhu binaklila adli dhabiti. Anil adli dhabiti.

Mina ghairi syududin wana illatin qadihatin. Lima. Paham?

Tidak. Ya. Matta salaisnaduhu yang bersambung sanadnya.

Bersambung sanad nanti dibagi lagi. Ada. Ada yang mutawatir. Yang banyak diriwayatkan dari Nabi orangnya banyak. Seperti inilah Nabi ngajar orang banyak.

Sehingga tidak tertutup. Awas nih. Kemungkinan-kemungkinan yang ada itu untuk paham.

Jadi semuanya memungkinkan mereka itu untuk mendengar. Sehingga tidak ada satupun peluang untuk lusta. Karena yang meluruskan banyak.

Yang meluruskan banyak. Karena terlalu banyak saksinya. Kalau satu orang mau bicara menyimpang.

Banyak yang meluruskan. Itu mutawatir. Di bawah itu nanti ada masyur.

Di bawah itu nanti ada ahad dan seterusnya Gak boleh putus putus nanti ada istilah lagi kalau makbu'tengah-tengah nanti ada mu'abal misalnya dari 5 orang di tengah-tengah urutan ketiga dengan 4 hilang orangnya belum ditelusuri belum ketemu turun status tuh jadi mu'abal nanti dari sahih jadi daif daifnya apa nanti ada babnya lagi jadi jangan serta-merta begini ini daif gak bisa diamalkan nah itu belum belajar ilmu hadis karena daif pun ada urutannya lagi Nanti kalau sifatnya di periwayat misalnya gini. Ini kan adil. Adil nanti ada ukuran.

Bobit. Bobit itu kuat hafalan. Nggak ae, ae, ae, ae. Sekarang koma, besok titik.

Sekarang Rabu, besoknya tiba-tiba harusnya Kamis jadi Minggu. Kukira hari Rabu ternyata hari Minggu. Kukira kau menunggu ternyata cari yang?

Nah, baru. Dia pusing. Beda-beda. Itu beda-beda.

Hilang dikit aja turun. turun status Imam At-Tirmidhi buat kali spesifikasi kalau ada perawi nyebutkan a tiba-tiba jadi B walaupun tipis itu turun nanti hadisnya dari sahih jadi Hasan ya masih kuat ingatannya cuma nanti ada itu rap dalam beberapa keraguan dalam beberapa hal turun status itu sampai begitu sampai begitu Belum nanti, penelusuran lebih jauh. Orang ini benar nggak? Perilakunya bagaimana? Pernah bicara yang menyimpang nggak?

Imam Al-Bukhari itu udah jalan jauh. Karena mendapat informasi ada seseorang itu punya koleksi hadis di zaman beliau. Jalan jauh ditunjukkan untuk ngambil hadis itu Antum masih enak nih Berangkat dari rumah Gak tau jadwal kajiannya Berangkatnya fasilitas enak Berangkat tinggal pilih Ada kendaraan dari roda 4 sampai roda 2 Dan seterusnya Apalagi yang rumahnya dekat tinggal jalan aja gitu Di masjid fasilitas enak Imam Al-Bukhari sampai nanya-nanya Denger info nanya jalan kaki dikejar Sampai ke dekat rumahnya, tiba-tiba orang itu sedang bermain dengan hewan.

Ada yang menyebut keledai, ada yang menyebut hewan lain. Datang hewan, ternyata tidak dikasih makan. Pura-pura mau ngasih makan, ternyata tidak ngasih makan.

Itu melihat itu, Imam Al-Bukhari balik lagi. ditanya kan ya imam kenapa kok gak jadi ngambil ya dia sama hewan aja bohong apalagi sama nabi padahal belum tentu mungkin hadis yang disampaikan ini keliru tapi karena etikanya bermasalah integritasnya bermasalah tidak diambil kenapa? karena khawatir nanti agama ini menjadi celah oh pantas umat islam begitu hadisnya diambil dari orang yang fasik itu maksudnya maka nanti ada ilmu namanya jarah wa ta'dil ada kitab nanti nizanul itidal, gak sembarangan belajar hadis itu, ada runtutan saya dari pesantren itu udah riset tuh ada mu'jamu fahras di al-fadil hadis berapa jilid itu besar-besar, ini setengah meja lah kita, sepertiga meja tapi ada racun-racunnya juga ada yang ngarangnya orientalis, macam-macam dan sebagainya, itu mesti hati-hati, mesti teliti nah itulah nanti dibikin urutan, yang pertama nanti Nanti, mattafak alaihi al-Bukhari wal-Muslim.

Kalau Imam al-Bukhari, Imam Muslim muridnya, sepakat pada satu syarat hadis, dengan kualifikasi ketat, maka itu urutan pertama. Yang kedua, marwahul-Bukhari. Ketiga, manfarada alaihi al-Muslim.

Setelah itu baru urutan-urutan yang lainnya. Ada nanti Abu Dawud, ada Tirmidhi, ada macam-macam dan seterusnya. Kalau ketemu Imam al-Bukhari, Imam Muslim meriwayatkan hadis yang sama, itu tingkat paling tinggi. Nomor satu.

Kalau digabungkan riwayat itu, Dan pasti sahih itu keduanya Dalam riwayat kitab sahihnya ya Disebutnya namanya al-jami'Al-jami'al-sahih al-musnad al-muhtasar Min umuri rasulillahi s.a.w. Wa sunanihi wa ayyamihi Itu contoh yang sahih al-bukhari Coba ulang gitu Karena kepanjangan disingkat sahih al-bukhari Maka disatukan dengan jami'sahihnya Imam muslim digabungkan sahih dengan sahih Ketemu gabungkan jadi dua Maka sahihaini Hai gampang ya kalau ada Ain Ain Ain Ain ujungnya pasti dua mu'min satu mu'minain dua muslim satu orang muslimain dua orang Ain satu orang satu mata Ainain dua mata kurota'ainaini dia adalah permata bagi kedua mataku, jadi maksudnya apa kalau ada namanya kurota'ain itu mudah-mudahan anak itu kalau dipandang jadi bahagia ibu bapaknya, ya akhlaknya mulia, ini wafis sahihaini itu maksudnya dan terdapat di dalam dua kitab sahih artinya penutup dari subtopik ini dicantumkan hadis paling sahih dengan martabat pertama tidak mungkin bikin begini kalau bukan ahli hadith karena beliau pun punya sanan dibuka dengan hadith yang kualitas terbaik ditutup dengan hadith kualitas terbaik jadi mau dibantas susah Mau dibantah? Susah. Nah, ini yang punya kitab, ini kan tidak disebutkan referensi.

Karena kalau ulama dulu itu mengarang, untuk memudahkan saja. Waktu terbatas, alat-alatnya terbatas juga. Nyari kertasnya nggak mudah nulisnya. Waktunya terbatas.

Dalam keterbatasan karyanya banyak. Tapi mulidnya taat. Jadi kalau ulamanya bilang, langsung dikerjakan.

Karena tahu ulama betulan. tidak banyak yang bertanya yang sekarang dikasih tahu, sama'na wa nanya'ina semua di pukul rata, dikasih hadits tanya, mana referensinya? mana dalilnya? dikasih kitab tidak bisa baca, tolong baca repot, habis waktu kita disitu untuk memudahkan, kalau nanti yang suka baca kitab cari, saya sudah telusuri ini ini riwayatnya satu, berarti Al-Bukhari Muslim, di Al-Bukhari nomor hadits yang ke 100 Boleh kalau mau dicatat, nomor hadis yang ke 100 di kitab al-Bukhari Di Muslim nomor hadis 2673. Sudah? Supaya nanti bikin footnote di situ.

Nanti kalau ada yang dibutuhkan menjadi makalah, gampang nyari. Baik, selain di dua kitab sahih, Bukhari Muslim, Al-Bukhari dan Muslim, ada lagi enggak di yang lain? Ada. Di At-Tirmidhi. Di At-Tirmidhi.

Berapa nomor hadisnya? 2652. Rawinya sama, nanti saya akan sampaikan dengan redaksi, dengan diksi yang terlihatnya berbeda. Isinya sama. Karena beda dengan Al-Quran, kalau Al-Quran lafadnya langsung dari Allah dan ma'nanya. Nabi ditugaskan menerangkan maknanya Menyampaikan lafadnya Jadi gak ada bedanya Karena itu kalau menghafal Quran Ya mesti Qurannya Jadi kalau baca terjemah jadi terjemah saja Kalau mau baca Quran Ya pakai lafad Qurannya Gak boleh diganti-ganti Jelas?

Kalau hadis tidak dituntut hafal Tapi diminta memahami isinya. Oleh karena itu, sahabat yang mendengar itu, yang dari Nabi, bisa menyampaikan hadis itu dengan makna, dengan riwayat. Yang penting isinya sama.

Karena kenapa? Kalau Nabi menyampaikan dari 10 orang, lalu 10 orang menyampaikan lagi kepada yang lain, bisa jadi diungkapkan dengan bahasa yang tidak sama. Tapi isinya sama.

Ini saya sampaikan ya. Insya Allah setelah dari pengajian ini. Saya akan berlanjut ke Tanah Kusir. Untuk mengajar materinya tafsir surat Abasa. Antum sampaikan lagi ke teman setelah ini.

Saya yakin redaksinya beda-beda tuh. Kata Ustadz apa tadi? Kata Ustadz habis ini ke Tanah Kusir.

Satu kan. Yang kedua. Ngajar apa tuh?

Katanya sih Abasa gitu kan. Nanti nyambung kesana sini tuh ada yang. yang pendengarannya doif, lemah tuh ada yang tahrif, karena lemah jadi menyimpang abis ini tau mau langsung mau enggak, tambah kan nanti diriwayatkan sama orang yang denger yakin banget tuh, abis ini ustadzari ketanah kusir tau, mau jadi mau enggak beda-beda, nah itulah kenapa yang nyampe ketika perlu diverifikasi lagi, benar gak dari nabi siapa yang terima, jalurnya apa untuk menjaga kebenaran risalah agama dan itu cuma ada di islam kalau bukan agama Sama yang benar kan gak mungkin begitu.

Semudah-mudahnya aja. Tapi kan ini sama semua. Coba anda cek.

Orisinilnya ada. Bahasa nabinya ada. Nabi kan bukan dari Sunda.

Ya kan? Bukan dari Jawa, bukan Sumatera, bukan Malaysia. Karena nabi dari Arab, bahasanya pasti bahasa Arab.

Itu bahasa aslinya masih ada. Penjelasan ke kita nanti dijelaskan dengan bahasa-bahasa kita. Terjemahnya baru.

Dari mulai yang Indonesia sampai ke bahasa daerah, sampai ke bahasa Amerika, Inggris dan sebagainya. Itu diterjemahkan tapi bahasa lokal aslinya ada. temukan tuh, Nabi Musa bahasa Nabi Musa kitabnya ada gak sampai sekarang bahasa Nabi Isa masih ada gak sampai sekarang, murni yang adanya tuh, itu kita belum bicara Qurannya, dan itu diteliti kebenarannya, dan terbuka secara objek Objektif. Oh ini yang benar-benar dari Nabi. Ditelusuri.

Ini yang kemungkinan diduga. Ini yang lemah. Ini gak mungkin Nabi bilang begini. Telusuri semuanya.

Untuk menunjukkan kebenaran Islam. Islam itu sangat terbuka. Agama mana yang mengajarkan seperti itu?

Jadi kalau dengan demikian belum yakin dengan kebenaran Islam. Nah perlu diterangkan seperti apa. Ini untuk kita ya, bagi orang yang beriman.

Itu gambarannya demikian. Nah sekarang, apa yang disebutkan dalam dua kitab sahih ini sebagai penutup subtopik yang dimaksudkan. Haditha naqala an abdillah ibn ammar ibn al-as radiyallahu ta'ala anhumah.

Kalau ngaji hadith untuk menyingkat, kalau yang belajar ilmah hadith itu buka dengan haditha naqala. Atau qala dulu. Jangan langsung begini, misal.

Nggak salah ya, nggak salah, tidak salah. Misalnya qala rasulullah. Nah tapi guru kami yang ngajar ilmah hadith.

menyampaikan ya bunai anakku selalu bilang hadassana atau kala begini baru karena enggak mungkin kau langsung dengar dari Nabi kala Rasulullah Nabi bersabda kapan Nabi bersabda ketemu Nabi cantanya begitu kalau syekh-syekh kamu itu ya maka adabnya apa kala awal hadassana kala telah menyampaikan kepada kami dari bacaan yang kami baca dari bacaan ini tersambung sangat nyambung nyambung nyambung dimudahkan langsung ke rawit terakhir yaitu Abdullah bin Omar Ibn As Sallallahu Alaihi Wasallam Siapa beliau ini Saya sudah terangkan saat di Bandung kemarin Kalau Anda tidak ada di Bandung Lihat yang pengajian di Youtube yang kemarin Supaya tidak kelamaan saya terangkan Intinya ada 3 Abdullah 3-3 nya jenius Anaknya Abbas Abdullah juga namanya Abdullah bin Abbas Disingkat Ibn Abbas Itu pakar Quran hafal 2000 hadith Turjumanul Quran Ada Abdullah bin Umar bin Khattab Itu juga pakar Dalam dalam bidang hadith kurang lebih punya hampir 2800 hadith ya kemudian yang ketiga yang ini yang kita bahas Abdullah bin Ammar Ibn al-asrod ya Allah ta'ala anhumah ini pakar hadits pakar fikih 9 tahun sudah menguasai fikih sudah hafal fikih sampai fikih berkeluarga fikih nikah hafal karena itu minta sama bapaknya dinikahkan sejak usia 9 tahun lalu apakah dinikahkan sama bapaknya nanti cerita lain di bahasan berbeda yang penting kita kesini dulu Bapaknya ibunya yang mendidik anak dengan baik Contoh menyekolahkan ke pesantin Sekolah-sekolah Islam Lalu anaknya tumbuh Bacaan-bacaan itu diamalkan Diajarkan pada orang lain Maka pahalanya mengalir kepada kedua orang tuanya Oleh karena itu dalam ilmu hadis Biasanya ketika ada ayah mendidik anak Ibu ayah mendidik anak Lalu dibulailah bacaan hadis itu Disebutkanlah satu biasa Misalnya anaknya dihilangkan, disebutkan inisial anak, langsung dilekatkan ke bapak binnya. Misalnya Ibn Abbas, Ibn Umar, Ibn Amr. Lalu doanya muncul, radiyallahu ta'ala anhumah. Kalau Abdullah bin Amr ini, taruhlah misalnya 2000 hadis, satu hadisnya kita baca, dan kita baca ribuan orang untuk hari ini saja radiyallahu ta'ala anhumah, maka ribuan itulah yang mengalir untuk mereka semuanya, termasuk ayah ibunya. Jadi tolong dikuatkan ibu ini bapak, anaknya di pesanten, sekolah-sekolah islam, kan banyak nih.

Ya ada al-azhar, ada macam-macam sekolah-sekolah yang lain tuh. Ya ada akhiyar, ada segala rupa. Sekolah, doakan yang support yang betul belajar nih. Nanti kalau anaknya...

itu jadi sesuatu di masa depan ngalir pahala terus tuh sampai ke alam kubur seperti kita membaca hadis ini semoga Allah meridai kepada beliau dan kedua orang tuanya Abdullah bin Amr Ibn As menyampaikan saya pernah mendengar Rasulullah mengatakan beliau bersabda Perhatikan baik-baik, kalau hadassana itu Nabi nyampaikan langsung. Misal ada Nabi, sahabat-sahabat dengar, Nabi nyampaikan objeknya langsung ada. Maka Nabi nyampaikan objeknya kami. Jelas? Sami'a itu mendengar, Nabi bicara, orang-orang dengar nih.

Tapi umum sifatnya... disampaikan. Pemberian informasi secara umum, nah ini termasuk yang dengar.

Ya? Nah, maka kalau ada yang seperti itu, intinya hadisnya kuat. Karena langsung mendengar dari sumber pertamanya. Jelas sampai sini? Apa yang beliau dengar, saya langsung bacakan.

Semiatu Rasulullah SAW berkata, saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda Inna Allaha la yaqbidul ilma intiza'an yantazi'uhu minannan Tensi. Riwayat 1. Tadi kan Anda tulis tuh. Ada Al-Bukharir, nomor hadis 100. Muslim, nomor hadis 2673. Cek lagi.

At-Tirmidhi, nomor hadis 2652. Dan nanti ada reda. ada dua itu faidahnya tadi tulis referensi saya bacakan dulu redaksi ini redaksi yang lain ada dua Ini yang di Al-Bukhari dan Muslim. Redaksi ketiga yang di At-Tirmidhi. Teruskan dulu.

Hatta iza lam yatruk aliman. Redaksi ketiga. Isinya sama. Maknanya sama.

Tapi cara menyampaikan... ...dengan diksi yang berbeda. Karena mendengarkan, mendengar dari Nabi.

Setelah mendengarkan itu, tadi yang saya sampaikan, kan disampaikan tuh pada orang-orang, sipulan dari sipulan, sipulan, sipulan, sipulan. Disampaikan dengan diksi yang berbeda oleh sipulan, sipulan, nanti ketemu di jalur mana nih? Yang mendengar dari nabinya sama semuanya, tapi kan nanti yang dengar dari sipulan setelah nabi meninggal ini pergi ke tempat lain nyampaikan, dengar, dengar, dengar, sampai ke kita, 15 abad tuh. Yang nyampe ke kita ini kurang lebih ada 3 redaksi dikumpulkan oleh para ulam. sama semuanya dibawa jalurnya nih akhirnya kita ketemu nanti kalau anda belajar ilmu hadits Anda akan mengerti Oh yang yatruk lam yatruk ini Oh ini sipulan yang bicara dia dengar dari sipulan yang bilang lam yubqi sipulan ketemunya dari sipulan yang lam yapko ketemunya di generasi ini sampai ke nabinya begini sehingga ketika terkumpul disitu nyambung ke nabi maknanya sama paham halo paham Ini artinya orang Islamnya jujur.

Jujur, kan disebutkan semuanya. Halo, iya kan? Dan ini menunjukkan perjalanan agama ini alami sifatnya. Sehingga ada ketelitian di dalamnya.

ke ujungnya sama semua atau ada juga yang menyebutkannya nanti yang Imam Tirmidhi yuk kita baca dengan perlimahan Inna Allaha Sungguh tanamkanlah Dengan kuat dalam hatimu Jangan sampai engkau ragu Bahwa Allah itu Saya baca dengan ilmu Nahw Nanti kalau belajar Kita agak panjang Nanti ada Nawasibul Isma Inna wa akhawatuhah Inna harfun nasbin wa tawqidin Tansibul Isma wa tarfaul khabara Mabiniyun ala al-fathila mahalala Inna itu huruf yang berfungsi Menguatkan sebuah hukum Ditandai dengan kalimat setelahnya Itu akan menjadi fathah harakatnya Kalau dia tunggal Kalau jama bisa kasrah atau ujungnya ya Sebelum akhir Mufrad tunggal Allah itu ahad Lam yalid walam yulad Walam yakullahu kufwan ahad Maka setelah inna harakatnya pasti fathah Inna Allah Tidak mungkin inna Allahu Tidak mungkin inna Allahi Nah fungsi utamanya Bukan karena harakat Fungsi utamanya adalah Jika ada kalimat dibuka dengan inna Maka ini informasinya sangat penting dan kuat Tancapkan dalam hati Yang paling dalam Jangan pernah ragu Untuk itulah saya sampai sampaikan tadi inna allaha kata nabi sungguh tancapkan dalam hatimu yang paling dalam jangan sampai goyah bahwa Allah itu layak kebiru ilmi inti za'an yantai zioho minan nasi minal ibad Allah itu tidak akan mencabut ilmu tidak akan mencabut ilmu jadi jika Allah berkehendak ingin menghilangkan pengetahuan di muka bumi tidak akan dicabut satu disiplin ilmu itu sekaligus ilmunya langsung diambil langsung dari kalangan manusia atau dari kalangan hamba-hamba kenapa ada dua redaksi disini ibadah itu untuk menunjukkan biasanya sifat kesolehan Ada kelompok ngajik-ngajik, ya. Tiba-tiba nanti yang biasa dipelajari, ilmunya jadi nggak bisa dipelajari lagi. Sebabnya gimana nih? Karena mulai hilang ilmunya. Sehingga antum punya rasa kerinduan di Allah.

Sulit lagi mendapati yang seperti itu. Nah kalau Allah mau ngambil itu, bukan langsung diambil ilmunya. Diambil tafsirnya, diambil hadisnya.

Sehingga nggak ada lagi ilmu hadis, ilmu tafsir. Nggak begitu caranya. Atau di kalangan manusia pada umumnya.

Kalau disebut nasi itu gak banyak ngaji, ke pengajian maksudnya. Tapi nanti ada tokoh-tokohnya, ilmu itu kan kalau tidak ada orang yang menyampaikan, tak nampak ilmu itu kan, maka ada pakarnya ya. Maka bagaimana cara Allah kemudian mencabut ilmu itu, dan ini sebagian tanda dari mendekati akhir-akhir zaman. Walakin yakbidul ilma dikabdil ulema'i. Namun akan mengambil, mencabut ilmu itu dengan mewafatkan para ulema'nya.

Pakar-pakarnya sudah meninggal satu-satu. Tuh, mulai hilang. Sehingga yang biasa ngaji merasa kehilangan Sulit lagi menemukan tokoh seperti itu Rindu rasanya bertemu tokoh seperti itu Susah nemukan Saya hiasin dulu yang kita sangat banggakan Ulama kita musnid dunia itu Ahli sanad sedunia Ngasih-ngasih sanad tuh Ke ulama-ulama di timur tengah sampai ke Mesir sampai sebagainya Saya dapat salah satu sanad Karena dari Syekh Ali Jum'ah. Ternyata Syekh Ali Jum'ah itu guru-gurunya ngambil juga dari Syekh Yasin Al-Padangi.

Syekh Gumari itu ngambil dari Syekh Yasin Al-Padangi. Syekh Yasin Al-Padangi itu, Muhammad Isa bin Yasin Al-Padangi itu, itu beliau punya guru 700 orang di Mekah saja. Mustid itu, mustid dunia. Ketika sudah meninggal dunia, tidak ada merasa hilang. Karena belum ada yang se-level itu lagi.

Hai yang sekarang-sekarang belum bisa mendekati jauh antum juga sama punya guru alimnya luar biasa misalnya akhlaknya mulia ya kalau kita pandang tuh kita ingat Allah pengen ibadah ya Coba kalau enggak ada satu pengajian jadwalnya aja pastikan gelisah rindu sekarang orangnya hilang meninggal rasanya akan beda itu hai hai Guru-guru kita mulai pulang satu-satu tuh. Mulai pulang, mulai pulang, mulai pulang. Nah itulah cara Allah kalau ingin mengambil satu, ilmu sudah satu diambil, satu diambil, maka yang wafat ulama-ulamanya. Ya, teruskan dulu.

Hatta idha lam yabqo alimun, riwayat satu. Sampai kalau nanti sudah nggak ada lagi tuh alimnya. sudah tidak ada lagi pakarnya kan kata imam nawawi itu punya spesifikasi 4 masih ingat ya pertemuan lalu itu jadi bukan cuma hafal ini hafal itu bukan begitu wa la yata'allamu illa mimman takammalat ahliyatuhu Dan tidaklah seorang penuntut ilmu itu belajar Dari sosok yang betul-betul alim Kecuali punya empat ciri berikut ini Satu pakar di bidang ilmunya Gak main-main Jadi bukan ulama google Bukan oleh Youtube. Lihat cara orang sampaikan lagi jadi pakar gak begitu. Tabah ya tubuh.

Youtuban. Pas bakal you facebook-an. Instagram-an.

Instagram-an. Tak tak kayu tak tikku. Tik tok-an.

Awas jangan pulang dari sini. Itu yang diingat. Belajar apa musnah ini?

Tak tak kayu tak tikku. Tik tok-an. Aduh, ada-adanya tuh. Nggak begitu.

Betul-betul pakar. Makanya saya sering lewel tuh. Kalau memang ada pakar-pakar, kasih kesempatan tuh. Nanti kita jelaskan setelah itu.

Nanti kalau sudah tidak ada lagi yang seperti itu, makanya ada redaksinya begini. Hatta izalam yubqi alima. Sampai kalau Allah sudah menghendaki, tidak ada lagi satu pun yang tersisa.

Satu yang... yang pakar kedua ya Zuharad Dianatuhu memang alimnya juga abid ahli ibadah juga ahli zikir stigfarnya banyak salawatnya banyak ngajinya bagus watahakakat ma'rifatuhu kenal Allah sehingga tidak mungkin dia bicara yang tidak dirilu oleh Allah Hai Nah, mafumu khalafah pengertian terbaliknya nanti akan muncul lawannya yang kalau bicara itu sedang gak ingat Tuhan, walaupun mungkin gelarnya ada yang melekat kepadanya seperti keulamaan. Bisa ustad, bisa kiai, bisa habib, bisa macam-macam. Tapi bicara itu, hanya tidak terkontrol.

Bahkan di hadis muslim, dalam pembuka itu, di nomor hadis kurang lebih, cek nanti ya, nomor hadis 12. Di pembuka itu, jelid yang pertama. Di mukaddimah. Itu jelas disampaikan. akan datang nanti di masa-masa sekelompok orang di era-era nanti kata Nabi yang kalau mereka bicara itu itu bikin kalian bingung mereka nanti kalau ceramah kalau pidato, kalau menyampaikan statement itu bikin kalian bingung Ini benar gak dari agama gitu? Ini benar gak Islam tuh ngajarin seperti ini?

Jangankan kalian kata Nabi, bapak-bapak kalian pun yang dulu-dulu kalau dengar ikut bingung juga. Bahkan jangankan yang beriman, itu Abu Jahal kalau dengar itu ikut bingung juga tuh. Ada juga yang begitu ya.

Dulu tuh Abu Jahal bawa rombongan tuh ke Nabi ngadep. Bilangnya begini, Ya Muhammad s.a.w. Gini aja deh, kita damai aja. Gak usah rame-rame, gak usah perang. Kita damai, kita memang beda. Jadi kamu punya keyakinan, saya punya keyakinan.

Cuma supaya kita damai, kita gantian aja. Nanti malam ini kami nyembah Tuhan kamu. Besok-besok kamu yang nyembah Tuhan kita.

Tapi dia sudah bikin statement memang kita beda. Cuma supaya gak perang, gantian aja ibadahnya. Malam ini kami nyembah Tuhan kamu, besok-besok kamu nyembah Tuhan kita.

Diluruskanlah oleh Allah. Toleransi yang benar dalam akidah itu bukan begitu. Anda mengakui beda kan?

Maka dibuka kuliah ayyuhal kafirun. Hei orang-orang yang merasa beda. Sehingga menutup dirinya dari dakwah Islam.

Mengkafer. Tidak menerima tidak apa-apa. Itu pilihan Anda. Makanya kalimatnya halus.

Orang-orang yang merasa beda. Yang mengkafer dirinya dari Islam. Artinya belum mau menerima.

Dihormati itu. La ta'buduma ta'budun. Kul ya'yu hal kafirun.

La ta'buduma ta'budun. Sudah gini saja toleransinya. Tidak perlu harus ikut dan saling campur. Sudah.

Saya ibadah sesuai ke yang. keyakinan saya menyembah yang saya yakini Anda menyembah yang ada yakini walaantum abiduna ma dan Anda harus gak harus memaksa diri untuk menyembah apa yang saya sembah Anda kan punya keyakinan ya walaana abiduma abatum ditegaskan lagi walaantum abiduma Dan sekali lagi ditegaskan, saya tidak harus memaksa diri menyembah yang Anda pertuhankan. Anda pun jangan memaksa diri menyembah yang saya pertuhankan. Yang paling indah itu begini saja.

Saya menyembah. nyembah yang saya yakini saya menghormati anda silahkan anda nyembah yang anda yakini kalau pengen tahu tentang Islam saya perangkan Nah itulah tingkat tertinggi toleransi jadi nggak perlu ikut-ikutan Ayo kita harus menghormati keyakinan orang lain jangan dipaksa laik rohan ketika memaksa malah dosa baik dengan cara yang halus apalagi kasar cara halus tuh begini ada musibah misalnya terjadilah kubur bumi kita berlindung kepada Allah dari yang demikian gempa sibuk ada Korban kesulitan, mesti dibantu Butuh obat, butuh sembako Peluang nih berdakwah Misalkan bagus dakwahnya Dengan bilhal, datang langsung Tapi anda bikin kreativitas misalnya Bikin biskuit mereknya la ilaha ilallah Yang kalau dimakan langsung syahadat Datang medis kesitu Tahan obat, syahadat dulu baru saya kasih Itu gak boleh Di Islam gak boleh Dosa malah Dosa Bikin tenda mereknya la ilaha ilallah ilaha ilallah misalnya, ketika masuk langsung syahadat orang keluar, kedinginan di luar oh mau masuk, syahadat nah itu langsung dosa, gak boleh di Islam gak kenal begituan gak boleh nah itu cara halus, apalagi yang kasar jadi gak ada dengan menggunakan kekerasan itu, tidak ada kita sudah hatam dengan itu semua ya, lakum dinukum nah jadi yang paling bagus itu bagaimana caranya, yang paling bagus saling menghormati hormati keyakinan orang terima kasih Kalau tanya tentang Islam, kita jelaskan. Terus kita praktekkan keindahan Islam, supaya terasa dakwahnya. Di kantor bawa Islam itu, jangan cuma di masjid. Jujur, disiplin, tidak korupsi, tidak nyogok, itu Islam.

Sehingga ketika orang tanya, Bapak kok berintegritas begini, tipsnya apa? Bukan karena saya, karena Islam mengajarkan saya berbuat seperti ini. Dulu begitu.

Kenapa sekarang berubah? Ya memang saya sih dari dulu. Dulu nggak begitu. Jadi ketika ditanya itu Keluarnya apa? Allah yang menonton saya begini Nabi Muhammad yang ngajarin saya seperti ini Semua begitu Kalimatnya begitu Tadi ada yang bersin tuh Zaman Nabi itu lebih unik lagi Bersin saat Nabi nya sholat Nabi sholat ada zaman bersin Itu bisa dicek di hadis muslim Nomor hadis 537 Kalau beda di nomor Lihat rawinya namanya Muawiyah bin al-hakam as-sulami Itu ngasih kesaksian Saya waktu sholat bersama Nabi Tiba-tiba ada jamaah bersin Nah ternyata hadis ini tentang Jamaah-jamaah awal masuk Islam Jadi para muallaf yang masuk Islam Di awal-awal masa Islam diajarin sholat Belum tau fikir sholat sepenuhnya Haksin, satu jemaah Dijawablah sama si yang muawiyah ini Sahabat mulia ini Bukan muawiyah Abu Sofyan ya Muawiyah bin Al-Hakam As-Sulami Karena belum tahu hukum, tahunya kalau ada orang bersin jawab ya rahmukallah Jadi ketika dia bersin Dijawab sama yang ini ya rahmukallah Jamaah yang lain tahu kalau sholat nggak boleh bicara.

Akhirnya mereka nengok semua, gini. Jamaah-jamaah itu nengok. Nepuk kepahanya begini, maksudnya jangan jawab gitu ya.

Itu kejadian. Jadi hadis-hadis itu nggak terlalu serius bagaimana. Ada bab-bab yang ringan-ringan.

Yang kalangan awam itu memang akan terjadi yang demikian-demikian. Karena belum tahu hukum caranya bagaimana meluruskan. Itu bisa terjadi.

Saya pernah hutbah jumat di daerah itu. Begitu saya tanya, apakah anda masih beriban kepada Allah dijawab aja masih gimana status Jumat itu setelah itu muawiyahnya merasa nggak enak kan diam begitu selesai sholat tuh kesaksiannya kata beliau saya tidak pernah melihat guru terbaik selama saya hidup kecuali Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak natap ke orangnya enggak tunjuk-tunjuk cuma bilang kepada kami semua secara umum dalam sholat itu Alangkah baiknya tidak bicara selain bacaan-bacaan sholat. Tuh.

Keterimanya enak. Jadi semua itu yang diajarkan tidak merasa tergurui. Yang salah tidak merasa disalahkan. Hei, hei, hei. Yang benar kalau ambil sholat begini.

Ah, enggak begitu. Ya. Nah ini, ini beda nih. Makanya toleransi itu ada dalam Islam.

Nah akidah itu toleransinya hormati keyakinan orang. Jangan ganggu. tapi saat yang bersamaan gak usah dicampur-campur gimana contohnya udah tau kan sudah punya keyakinan ada muslim, yang lain ada yang kristen ada yang hindu, ada yang buddha hormati keyakinan yang lain kita maksimalkan keyakinan kita tiba-tiba ada yang mengatakan semua agama sama Menuju pada Tuhan yang sama. Cuma caranya beda-beda.

Nah ini kan jadi bikin bingung. Kita belajar Tauhid dari dulu gak pernah menemukan kalimat itu. Kalau balik ngaji ke hadis musim, jangankan kita, orang dulu yang dengar itu bisa ikut bingung. Tadi Abu Jahal tuh kalau dengar kalimat itu bikin bingung juga dia. Wah ada yang lebih daripada saya nih gitu kan.

Kan Abu Jahal pun ketika datang mengatakannya apa? Kita emang beda Muhammad. Yang ini mengatakan kita semua sama. Tuhan yang sama cuman caranya beda-beda.

Tuh Abu Jahal bisa komen tuh langsung. Kalau dulu dengar jangan dipotong sampai sini tuh. Nah itulah. Jadi kalau ada orang datang anda CFD tuh.

Car free day. Karnya yang free. Yang lainnya kan enggak. Nawarin-nawarin misalnya agama.

agama lain ya enggak usah dimarahin cuman bilang aja terima kasih yang kayak Bapak sudah ada dulu gitu saat Bapak nawarkan itu yang dulu sudah ada dan turunlah surat indah namanya surat al-khafirun penghormatan dan toleransi pada yang beda keyakinan ya silahkan sembah yang Bapak sembah yakini saya meyakini yang saya yakini kita toleransi Bapak yakini kami yakini masing-masing ibadah dan kalau ingin tahu tentang Islam saya jelaskan jadi kita tuh kayaknya yang ceramah sama dia kan, itulah indahnya gak usah ikut-ikut nah yang dijagain masjid adanya di masjid, jangan pindah ke tempat lain jelas ya nah ini paus mau datang nih, hormati ya, hormati berikan akses dan segalanya yang beda keyakinan itu tapi biarkan nanti diurus oleh masing-masing gak harus ikut-ikut gak harus ikut-ikut, tapi kita hormati jaga kerukunan, jaga kebaikan biarkan saja, nanti kalau tanya tentang Islam jelaskan dengan baik, jelas ya Kalau begitu kan indah kehidupannya Perusakan Saya selesaikan sebentar ya Kalau sudah tidak ada yang berilmu dengan benar lagi Nanti akan mulai muncul Orang-orang tidak jelas Dan repotnya menjadi Acuan bagi kebanyakan orang Maka mulailah orang-orang mengambil pemimpin-pemimpin, maksud pemimpin disini kalau bahasa sekarang, rujukan-rujukan. Di ulama-ulamakan tuh mulai muncul gelar-gelar. Sehingga sulit dibedakan mana kiai mana dukun. Mana yang benar ustadz mana yang bukan ustadz. Sampai almarhum dulu kiai jadul MZ itu sampai bingung begini.

Saya bingung dah sekarang katanya. Kiai pakai sorban, dukun pakai sorban. Nanti besok saya pakaikan kiai helm deh.

Biar diikutin banget. Nanti akan muncul. Masa-masa begitu, dan yang disampaikan aneh-aneh, bikin kita bingung, ini beneran bukan Kiai?

Ini Ustadz beneran bukan? Udah muncul belum? Gimana mau video kolon sama malaikat? Contoh, gitu contoh.

Udah muncul-muncul. Nanti banyak juga nanti, statement aneh-aneh dan sebagainya, rame-rame. Ah, fasu'ilu, yang repot tuh begitu.

begini kalau muncul aneh ya kan kita tahu dari Nabi rumusnya udah tinggalin aja jadi kalau muncul yang begitu sebetulnya enggak aneh menunjukkan nabi benar yang aneh itu setiap ada yang begitu ada pengikutnya itu aja bikin padepokan bikin ini bikin setelah aneh akhirnya Ali Ali menguatkan Islam menyelek-jelekkan Islam Ngarahkan kaum muslimin kepada hal yang tidak tepat Akhirnya apa? Jadi rujukan tampillah kemudian Tampil di TV, tampil di acara, bikin podcast, bikin macem-macem Fasu'ilu, mulailah ditanya konsultasi Fa'aftawu bi ghairi ilmin Maka memberi fatwa tanpa ilmu Fadallu, wa'adallu Maka saling tersesat dan menyesatkan Yang ngasih fatwanya salah, yang dengar tersesat. Nggak ada tersesat di jalan yang benar. Tersesat itu pasti salah.

Ketika menuju jalan yang benar, itu artinya petunjuk, hidayah namanya. Mengarahkan kepada jalan yang baik. Karena itu hidayah pasangannya suratul mus taktim.

Ehdina suratul mus taktim. Jelas kalimatnya? Jadi kalau seseorang tiba-tiba ke masjid, dia gak pernah ke masjid, lewat, ada orang kok bawa mushab, lewat, tiba-tiba kok dengar adhan, padahal gak pernah ke tempat itu, itu artinya hidayah.

Tinggal Anda mau ngambil atau tidak. Jadi jangan berikan kesimpulan, tidak mendapat hidayah, tidak. Hidayah itu Allah tebarkan, tinggal ketika dikasih mau ngambil apa tidak.

Firaun itu, boleh dicatat, Firaun itu se-Firaun-Firaunnya. Firaun itu se-Firaun-Firaunnya. Tetap dapat hidayah. Dikirimkan dua nabi, Musa dan Harun.

Konsisten mendampingi, cuma Firaunnya aja gak mau ngambil kan. Jadi kalau anda sudah mendapatkan hidayah dari Allah, apalagi ngaji sekarang, ustadznya juga hidayah, gitu kan. Dapat kalimatnya, dapat gambarannya, Qurannya, hadisnya, berikutnya, Terus Anda gak mau ngambil juga.

Ya udah keduluan. Fir'aun dulu udah begitu. Tapi jangan langsung menyamakan-nyamakan.

Gak boleh. Tidak. Ini hanya etis saja.

Kalau bahasa Quran itu gini. Di Quran surah 81 ayat 26. Terus kamu tuh mau kemana? Hidupmu mau kemana sebetulnya?

Jalan apa yang mau kamu tempuh? Paham? Sekarang faedahnya apa? Satu.

Manfaat dari hadis ini makna umumnya apa? Satu, hendaknya setiap kita menjaga para ulama di sekitaran kita bila terdapat kualifikasi yang diisyaratkan oleh Nabi. Jaga, karena ulama itu langka Pak.

Susah itu nyiapkannya Gak setiap orang belanjar walaupun ke timur tengah pulang jadi ulama itu belum tentu Belum tentu Kalau ada ulama itu dijaga Empat kualifikasi tadi tuh Pakar di bidangnya Agamanya bagus Taha kakat ma'rifatuhu dia kenal Allah Ma'rifatullah ma'rifatul insan kenal dirinya Sehingga punya sifat ihsan wabaharat kemudian siyana tuh akhlaknya bagus kelembutannya, teladannya, kemuliaannya ngajak kita kepada yang baik-baik itu jagain tuh coba didata ya di sekitaran ini dekat-dekat kita tuh ulama nya siapa saja yang ada jagain tuh ya dijaga yang betul, karena sibuk mikirin umat kan tiap waktu masuk berapa-berapa sehingga kadang-kadang untuk keluarganya pun waktunya sedikit yang dipikirkan tuh itu Imam Syafi'i itu saat tidur itu masih merumuskan 300 masalah yang mungkin dialami oleh orang-orang dalam tidur malamnya masih mikirin umat nah kalau ada yang begitu jangan dibikin repot dijagain, dibantuin, dijaga supaya ilmunya stabil, ngajarnya betul betul, sebab kalau punya masalah di rumahnya aja dengan istrinya, ngajar jadi gak benar jaga dengan baik jangan sampai malah kemudian tidak nyaman dengan itu, pindah misalnya Atau ya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, keberkahan pasti hilang. Ulama itu kalau ada di satu tempat, semua hidup. Jalannya jadi enak.

Terus dunianya ikut ke situ. Coba aja kalau antum gak percaya, ada ulama yang betul-betulan hidup. Pengajian hidup, ekonomi hidup, harga tanah hidup, rumah tiba-tiba jadi naik, macam-macam sekitarannya itu.

Masyarakat jadi nyaman. Ganggu aja ulamanya itu, sepi itu. Gak percaya silahkan. Nah kalau ada yang seperti itu jagain. Ulama-ulama itu.

Yang kedua, siapkan kaderisasi. Ini kalau ada teman-teman ini kalau mau jadi ulama niatkan yang betul. Kalau antum merasa sudah tidak terjangkau dengan usia, levelnya belajar saja, siapkan anak cucunya. Belajar dari sekarang.

Apalagi dalam kondisi sudah banyak bermunculan, maaf ya, maaf, sosok-sosok yang kita ragukan. Bukan hanya keulamaannya, keilmuannya, integritasnya, siapa dia kok tiba-tiba muncul, entah dari mana dan sebagainya. Bikin statement aneh-aneh.

Jelas sampai sini? Siapkan keterisasi. Maka dari itu, ini diharapkan nih.

Masjid-masjid itu kalau nyusun jadwal, ustad-ustadnya dicek dulu. Pakarnya di bidang apa? Kasih bidang itu, jangan lompat-lompat. Antum di perusahaan nih ya, yang kerja di bank dan sebagainya, kan ada DSN tuh. Terus ada Dewan Pengawasnya juga.

Syariahnya. Cari yang betul-betul pakar. MUI, ormas-ormas juga jangan rekomendasikan yang bukan pakar di bidang itu. Termasuk nanti di pemerintahan.

Nanti ada kementian agama, turunan ke bawah, dsb. Betul-betul harus ulama karena ngambil kebijakan. Kalau nggak ulama nanti repot juga agamanya.

Maka di setiap masjid nih, kerjasama jangan bersaing pada yang tidak tepat. Fastabikul, saya berlomba pada yang baik-baik. Gantian, ini kan ada ustad-ustad bagus bisa ngajar, itu ada asalam, sana ada alihsan. Terus nanti Baitul Rahim dan seterusnya Bistadz-bistadz sama nih bisa ngajar Jamaahnya kan kadang sama-sama tuh Jangan kasih tema yang sama Bisa disini Al-Armain Disana Riyadus Salihin Nanti sana Sahih Muslim gitu kan Dan kerjasama yang kompak bagus, jangan saling bersaing, biar rame sana mati tuh, boleh apalagi bikin kajian disama-samain waktunya, dibikin jemaah bingung dan sebagainya misalnya kan kerjasama, nanti bikin skala prioritas pengen ngaji bab sholat, keal azhar ya.

Yang pengen ngaji bab zakat, keal lisan ya. Yang pengen ngaji bab adab, keasalam ya. Misalnya dikaji itu begitu. Jadi orang punya prioritas, bikin jadwal. Nah itu seperti itulah.

Jamaahnya dibentuk, saudara kan. Kalau sudah seperti itu, insya Allah kita akan berjaga. Kalau ada yang aneh-aneh yang seperti ini, cukup tinggalkan.

Nanti dalilnya apa? Quran surah keempatan Nisa ayat 140. Ini penutupnya. وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقَعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوْمُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذَا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا Taukid ada takrib Menguatkan hukum, menjamin sesuatu Mendekatkan pada sesuatu Misal contoh kod takrib Mendekatkan pada sesuatu adalah kod Dalam kalimat ikomah Allahu Akbar, Allahu Akbar Syadu an da'inah, inna Allah Syadu anna Muhammadun Rasulullah Haya ala salah, haya ala alfalah Kod kometi salah Kodnya itu takrib Kod kometi salah Siapkan salat karena sudah mau dekat Waktunya dilakukan Siapkan dari sekarang, husyukan jiwa ingat menghadap Allah mungkin sholat terakhir mungkin tidak bangun lagi mungkin ini saatnya sujud yang paling khusyuk itu pada kod makanya imam berbalik menguatkan lagi istau, istakimu salu, solatanmu wada'rapatkan sahab, luruskan yang baik sholatnya khusyukkan jiwanya jadikan sebagai sholat perpisahan kita itu cuma pada satu kata kod Nah yang ini kodnya tahtiq, kodnya apa? Taukid. Ya, kodnazala alaikum fil kitab.

Telah ditetapkan, dikuatkan ketentuan di dalam Al-Quran. Apa ketentuannya? An ida sami'atum ayatillahi.

Kalau anda dengar pencerama gelarnya apapun, lalu tiba-tiba dia bicara ayat, yukfarudihah, yukfarubihah. Memang. mengalingkan ayat itu mengganti maknanya atau minimal ada yang mengolok-ngolok ngolok-ngolok ayat tentang jilbab ngolok-ngolok ayat tentang tahajud ngolok-ngolok ayat tentang waris misalnya dan sebagainya atau mengingkari itu ah ini sudah bukan eranya lagi warisan 2 banding 1 ini kan kesetaraan gender 1 banding 1 tanpa tahu ilmu ya Jilbab itu kan cuma budaya.

Jilbab itu bukan syariat. Maka apapun ya boleh-boleh aja. Kalau gak berjilbab. Ketemu tuh. Misal kan.

Misal. Atau ngolok-ngolok misalnya. Yang tahajud diolok-ngolok dan sebagainya.

Ke ayat. Apa? Bimbingan Qurannya indah sekali. Jangan dicela. Karena mencela yang sudah tercela itu buang-buang energi.

Halo? Tidak usah buang energi kita untuk mencelah yang sudah tercelah. Tidak dicelah pun sudah tercelah kok. Gampangnya kata Quran tinggalin saja. Tidak usah disimak.

Nanti viewernya turun sendiri. Subscribernya hilang. Seminarnya kosong.

Apa tujuannya pelajaran moral? Hatta, hatta, ya khul buf, ya hadithin, ya layudin. Sampai dia sadar, oh saya keliru. Karena itu nggak ada orang yang mau nyimak saya.

Sama kalau ada orang bikin proyek, untuk bikin yang aneh-aneh, kalau nggak ada yang nyimak juga proyeknya. berhenti sendiri. Yang dana ini gak mau danain lagi. Proyek gagal ini gak usah katanya gitu. Nanti yang ininya juga sadar.

Insoft dia. Oh salah ini. Insoft asalnya.

Insoft. Kembali berpikir jernih. Kalau Anda fasilitasi, Anda respon, memang maunya begitu. Kadang-kadang pengennya rame aja.

Pengen viral. Maka virallah itu yang tadinya yang tahu cuma 1-2 jadi menyebar rame. Kadang-kadang ya begitu. Makanya sekarang seringkali kalau ada sesuatu saya nggak pernah tanggapi, diemin aja.

Biarin aja, nanti hilang sendiri. Ada yang datang sama saya, Ustadz, buya katanya ini ada orang bikin podcast. Kenapa? Al-Nabuyah itu disebut, katanya orang gak jelas, tiba-tiba dikasih kartu Muhammadiyah, ini orang bukan dari Muhammadiyah, bukan apa dan sebagainya.

Saya diam aja, gak usah dibahas lah itu. Udah, gak penting. Untuk apa?

Ini yang saya ajarkan ya, dari awal sampai dengan sekarang. Itulah yang diajarkan dari nilai-nilai kemuhammadiyahan. Begitu, salah satu nilainya.

Nilai terbuka, nilai menghargai, nilai toleransi, nilai kebersamaan, nilai membangun persaudaraan. Kan di Muhammadiyah itu ada tarjih namanya, tarjih itu membuka semuanya. Lalu disampaikan ini ada pilihan kuat begini, gini, gini, gini. Anda mau pilih yang mana silahkan.

Nanti yang terkuat dari semua kuat, ini semua kuat jadi bukan pendapat ini. Enggak, tarjih itu nih yang paling kuat menurut Imam Syafi'i begini, yang paling kuat menurut Imam Malik begini, yang paling kuat menurut Imam Hanafi begini. Imam Ahmad begini, dari yang terkuat-kuat-kuat begini, Anda mau pilih yang mana?

Rumusannya begini. Kalau kunud, begini. Saudara kita yang NU pilihnya kunud.

Ada yang tidak kunud, misalnya yang di Persis, ini pilihnya yang Nazilah. Itu disebutkan dalilnya semua. Jadi bukan untuk menjelekkan yang ini yang itu. Nah itulah yang dipelajari itu seperti itu.

Kami keluarga gak boleh nyebut-nyebut sih. Da'wah ya da'wah saja gitu. Tapi Alhamdulillah, ya. Adalah gitu. Yang di NU ada, Muhammadiyah apa dan sebagainya.

Saya itu masuk dari usia 12-13 tahun dikirim ke Pondok Pesantian Dawa Arkoh Muhammadiyah. Kartunya masih ada sampai sekarang pelajarnya. 2003 tuh zamannya itu dapat kartu terus diminta saya di Boston tuh. Diminta untuk bantu di Madlis Tabril.

Saya bilang saya tuh gak harus perlu jabatan apapun. Saya bantu aja pas aja. Karena saya mencintai semuanya.

Nah itulah yang coba kita... rangkul, jadi jangan sampai karena beda hormat saling tidak kenal, tidak begitu dengan Muhammadiyah, dengan NU, dengan Persis, dengan Dewan Da'wah dan sebagainya dihidupkan kenapa tiba-tiba muncul podcast benturan ini itu dan jadi mufti Kan jadi aneh-aneh gitu. Nah itulah yang mesti kita semua sekarang lihat.

Jadi tidak semua konten itu mesti kemudian harus disimak dan sebentar hilang sendiri. Ada pesilat jadi mufti kan, jadi aneh-aneh gitu. Ada yang gak jelas jadi mufti dan sebagainya. Kalau mau ditulis sendiri kita ketemu. Sekarang ada ramei sunasab, gak usah ikut-ikut.

Gak usah ikut-ikut, nanti hilang sendiri. Kita pelajari yang benar yang seperti apa. Itu resikonya tinggi itu. Awas hatinya timani da'a li ghairi al-mahdi.

Alhamdulillah Siapa yang mengklaim yang tidak menyatu kepada Bapak atas keturunannya, wahua kufrun, itu resikonya bisa kafir. Dan siapa yang membatalkan nasab seseorang yang bukan pada tempatnya, hati-hati juga, maka dia tidak akan mencium bau surga. Hati-hati.

Makanya mesti jernih kita melihat sesuatu, nggak semua harus di komenin, jaga, tahan komentar dan sebagainya. Jelas sampai sini? Oleh karena itu, semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada Syekh Hashim, keluarga beliau, kebaikan-kebaikan kita doakan semuanya.

Allah jaga negeri kita ini dalam kebaikan, dalam kemuliaan. Semoga Allah rahmati kita semua. Sebelum saya tutup dengan salam Saya ingatkan supaya tidak lupa Sampai pekan depan Di depan, di hari Jumat, masih ada peluang, ada kuota untuk pendidikan ke dalam ulama. Untuk S1 ada 3 lagi, untuk S2 ada 2 lagi. Pendidikannya sampai S3.

Jadi kalau masuk S1 sampai S3. Kalau S2 sampai S3. Gratis.

Dari mulai paspor dibantu, terjemahan dibantu, tiket dikasih gratis, dikasih uang saku. Kalau sudah menikah, keluarganya pun diberikan uang keluarga untuk satu tahun. Syaratnya gampang.

S1 maksimal usia 23 tahun. Bisa laki-laki, bisa perempuan. Tapi pengen jadi ulama, karena programnya hanya untuk ulama.

Betul-betul belajar secara bersanan Yang S2 pun bisa laki-laki bisa perempuan Batas maksimalnya 30 tahun lah S2 Nah setelah itu Kalau memenuhi dua syarat ini langsung Kalau bagus langsung bisa diterima Insya Allah bulan depan bisa berangkat Satu hafal Quran 30 juz Sudah bisa komentar 2. lancar bahasa arab tidak ae ae kalau ada itu daftarkan ke kiai berkasnya nanti diseleksi insyaallah nanti kita kirim di bulan depan terima kasih