Halo pemirsa, kita melanjutkan kelas baru kita tentang sejarah liberalisme. Kita pada malam ini membahas tentang apa itu liberalisme. Ya teman-teman, Domenico Lusurdo memulai pembahasannya dengan mempertanyakan apakah sebetulnya ada paradoks atau kontradiksi di dalam liberalisme.
Kenapa kita sebut paradoks atau kongradiksi? Karena liberalisme itu bukankah dia merupakan satu paham ideologi yang mengagung-agungkan, membela, mempertahankan kebebasan individu. Tetapi jika demikian, mengapa kita temukan fenomena-fenomena menarik di mana tokoh-tokoh liberalisme dalam sejarahnya itu justru adalah para pendukung perbudakan.
Misalnya, dia menyebut di sini contoh seperti John Calhoun, wakil presiden Amerika Serikat pada satu masa. Dia dikenal sebagai pembela kebebasan individu, lalu juga penentang konsentrasi kekuasaan, semua yang dekat dengan ideal-ideal liberalisme. Tetapi orang yang sama itu juga yang menekankan bahwa bahwa perbudakan itu tidak boleh dihapus dari peradaban.
Kalau perbudakan dihapus, itu akan gawat nantinya. Lalu demikian juga dengan John Locke, bapak liberalisme, seorang filsuf dari Inggris yang sering dianggap bapak liberalisme. Dia juga termasuk pendukung perbudakan di koloni-koloni yang dia anggap sebagai sesuatu yang sah.
dan tak terbantahkan. Beliau juga kebetulan disebut sebagai salah satu pemilik saham dari perdagangan budak Afrika. Nah ini yang membuat pertanyaan untuk bab satu ini dan nanti juga akan menonton ke sesi-sesi selanjutnya. Apakah, bagaimana kita menjelaskan kontradiksi di dalam cita-cita liberalisme yang di satu sisi mengagumkan kebebasan individu ini dengan melekatnya dia dan tokoh-tokohnya dan praktik menyejarahnya dengan praktik perbudakan.
Kita akan melihat pertama-tama dengan Inggris. Inggris adalah salah satu negara yang dianggap pada masa tertentu itu dianggap sebagai Negara surganya kemerdekaan, surganya cita-cita liberal. Jadi sebelum revolusi Amerika tahun 1976, Inggris sendiri itu bangga dengan gambar diri sebagai negara satu-satunya dunia di mana kebebasan sipil dan politik benar-benar terjamin dalam konstitusi.
Jadi mereka bangga sekali dengan konstitusi mereka yang... dianggap seperti menjadi tonggak realisasi cita-cita liberal. Bahkan kaum liberal Perancis itu mengakui bahwa Inggris adalah negara paling merdeka di dunia.
Nah, tetapi ilusi ini kemudian yang dikoyak oleh revolusi Amerika. Kita tahu sama-sama bagaimana Amerika Serikat... berontak terhadap kerajaan Inggris dan juga menganggapnya sebagai tiran. Nah, tetapi kalau Amerika di dalam revolusi Amerika itu menuduh Inggris tiran dan juga bukan negara yang bebas, kenyataannya ya ada sedikit kemunafikan juga di sana. Misalnya, Kalau di Amerika itu, kalau kita lihat ya, 32 dari 36 tahun pertama Amerika Serikat itu dipimpin presiden dari Virginia.
Sarang dari 40% budak di Amerika Serikat. Orang-orang ini misalnya George Washington, Thomas Jefferson, James Madison, dan lain-lain. Kita tahu bersama nantinya dalam perang saudara di Amerika Serikat yang mempertentangkan antara kebebasan untuk budak atau hak untuk memiliki budak itu juga Negara bagian selatan itu yang memberontak itu juga salah satu pusatnya di Virginia.
Nah, Lossurdo juga menemukan fakta yang menarik bahwa 60 tahun setelah merdekanya Amerika, 16 pilpres antara 1788 sampai 1848 hanya 4 presiden yang bukan pemilik budak di selatan. Jadi kebanyakan negara Amerika sendiri itu juga dipimpin oleh... Tokoh-tokoh yang slave owners atau pemilik buddha.
Jadi kalau Amerika lalu karena ingin memberontak dari Inggris, lalu menjelek-jelekan Inggris, ya ternyata Amerika juga negara yang nggak bebas-bebas amat. Nah, liberalisme dari Amerika dan Inggris sendiri sebetulnya bisa dibilang diadopsi dari Belanda. Belanda ini yang lebih awal ya, liberal di Eropa. Jadi liberalisme Belanda itu lebih tua satu abad daripada Inggris.
Ada revolusi Borjuis yang lebih dahulu terjadi di sana. Jadi ada kelompok Borjuis tercerahkan, toleran, liberal. Belanda lah yang mendorong ekspansi kolonial, di mana perdagangan budak jadi bagian integral.
Kita tahu sama-sama salah satu koloni Belanda yang utama itu adalah di Indonesia. Dan kolonialisme di Indonesia itu juga adalah sesuatu yang didorong oleh bangkitnya kelompok Borjuis di Belanda ini yang imajinya seolah-olah tercerahkan, toleran, dan liberal. Dan bagian dari itu semua adalah perdagangan Buddha. Banyak kan di Indonesia, Surinama, dan lain-lain. Misalnya kita lihat ya bagaimana Belanda kan juga pernah punya wilayah di Amerika ya.
Itu ada wilayah namanya New Amsterdam, sebelum nantinya diserahkan ke penjajah lain. Misalnya New Amsterdam, wilayah koloni Belanda di Amerika, itu populasinya, populasi budaknya itu mencapai 20%. Tahun 1703. 42% dari mereka yang memiliki rumah di sana itu juga sekaligus adalah pemilik budak.
Dengan kata lain kita bisa mengatakan bahwa Belanda yang sinonim dengan kebebasan, itu juga sinonim dengan perbudakan. Jadi negara pertama yang menapaki jalan liberal adalah juga negara yang dekat dengan institusi perbudakan. Ini menarik ya teman-teman, fenomena ini. Dan kita juga bisa melihat selain praktik perbudakan, itu juga ada gambaran yang sangat kuat di antara tokoh-tokoh liberal ini tentang adanya spesies manusia yang katakanlah kelas dua, yang tidak semanusia mereka-mereka yang di barat, yang berkulit putih, yang liberal, toleran, dan tercerahkan itu.
Misalnya John Locke. itu melihat bahwa orang Indian, orang asli di Amerika itu menyerupai binatang liar. Lalu George Washington, Presiden pertama Amerika Serikat itu juga mendukung ekspansi para orang kulit putih di Amerika.
Dia menganggap orang Indian itu adalah kaum barbar dan binatang buas di hutan. Jadi supaya pencerahan itu bisa dibawa. lebih luas lagi, kemajuan peradaban, itu justru kalau ada upaya-upaya untuk memblokade ekspansi di Amerika, itu disebutnya tidak bermoral. Karena justru kita mau mengenyahkan ini, kaum barbar dan binatang buas di hutan seperti orang-orang Indian.
Lalu Benjamin Franklin juga salah satu tokoh besar founding fathers Amerika. yang dalam narasi Kristennya itu mengatakan bahwa providensia ilahi atau pemeliharaan Allah dalam sejarah itu memang menghendaki kehancuran bagi kaum barbar ini untuk memberi ruang bagi para penggarap bumi atau cultivators of the earth. Jadi orang-orang Barat, orang-orang Kristen yang dianggap menemani mengembangkan dan mengeksploitasi tanah.
dan sumber dayanya, lalu membawa kemajuan, itu dianggap sebagai para penggarap tanah. Kalau dalam narasi Kristen ini menemukan pembenarannya, seringkali dalam apa yang seringkali disebut sebagai perintah Allah untuk menaklukkan bumi. Nah, jadi kehancuran kaum Barbar ini bagian dari... pemeliharaan alat dalam sejarah itu untuk memberi ruang bagi orang-orang seperti ini, dianggap seperti itu.
Lalu, pemusnahan para penyembah iblis itu dianggap bagian dari rencana ilahi. Jadi orang-orang Indian ini kan dianggap penyembah iblis ya, karena agamanya primitif. Jadi layak dimusnahkan. Kita juga akan melihat para founding fathers, tokoh-tokoh liberalisme ya, seperti Hugo Grotius di Belanda dan juga John Locke di Inggris dan juga kita akan melihat konstitusi Amerika kita akan melihat bagaimana paradoks atau kontradiksi ini juga kelihatan begitu jelas dalam teks-teks mereka. Nah, teks dari Hugo Grotius itu ini ya, analis et historia itu ya tentang negara di Republik Batavia dan Belgia.
Jadi itu sebetulnya sebagai apresiasi atas Republik baru yang muncul, yang mewujudkan cita-cita liberal di Belanda. Di sini, Wukrutius selain memuji-muji kebebasan, kemerdekaan, dia juga melegitimasi genosida terhadap orang-orang di wilayah koloni. Alasannya apa? Alasannya karena dianggap mereka itu menyembah berhala. Jadi agamanya primitif.
Di satu sisi, dia memuji orang-orang merdeka di Belanda yang membebaskan diri dari pangeran. Jadi ada istilahnya orang-orang merdeka. Tapi di sisi lain, dia juga melegitimasi perbudakan dan perburuan orang Indian di Amerika. Perbudakan bisa ada, nah ini bagaimana dia melegitimasi perbudakan ya. Perbudakan dianggapnya bisa ada karena hukuman atas kejahatan.
Jadi kalau misalnya seorang melakukan aksi tindakan kriminal, nah itu bisa mendapatkan hukuman dan akhirnya dia bisa turun status jadi budak. Atau kalah perang, kalah perang dalam perang yang adil begitu ya maksudnya. Jadi fair gitu katanya kalau satu bangsa berperang lama.
bangsa lain, dan juga kalau misalnya kalah ya, ya wajar kalau jadi Buddha lawanan nah dianggap perang bangsa-bangsa Kristen melawan bangsa kafir itu termasuk salah satu perang yang adil yang sah, sehingga perbudakan yang muncul dari sana itu dianggap ya tidak masalah, dia juga mengutip Aristoteles ya, tokoh besar dalam tradisi filsafat Yunani kuno dan peradaban Barat yang memang berangkapan bahwa beberapa orang secara alami itu adalah budak. Jadi memang ada orang-orang yang alami budak, dan beberapa bangsa disebutnya itu memang cocok jadi budak karena sifat penurutnya. Kemudian bagaimana dengan John Locke? Kalau John Locke ini dia terkenal dengan tekstnya Two, Three Theses of Government, yang mana...
Itu seperti teks yang dia tulis jelang perubahan latanan ke arah yang liberal di Inggris. Jadi persiapan kelahiran Inggris yang liberal. Jadi di sini seperti biasa juga ada gagasan-gagasan liberal yang umum, seperti memuji semangat kebebasan, kutukan atas kekuasaan mutlak, seruan untuk bangkit melawan orang-orang. yang merusak kebebasan individu dan memperbudak.
Namun, seperti halnya yang lain, perbudakan di koloni itu juga dilegitimasinya. Menurut dia, budak-budak Afrika itu misalnya adalah mereka yang kalah dalam perang yang adil dan telah menyerahkan nyawa dan kebebasan mereka. Jadi argumennya seperti sebelumnya ya.
Jadi adalah perang yang adil kalau bangsa Eropa ke... Afrika terus berperang, terus yang kalah itu menjadi Buddha. Kemudian, Mohon maaf, ini orang-orang Indian ya. Jadi orang-orang Indian di Amerika, itu juga dilegitimasinya bahwa mereka itu mesti digenosida ya. Kenapa?
Karena dia melihat mereka ini hanya berpindah-pindah tempat dan tidak mengusahakan tanah. Tanpa kesadaran tentang kerja, properti, dan uang. Karena itu pantas dikutuk.
Sebab, ini alasannya lagi-lagi teologis, Allah memerintahkan kita untuk bekerja dan berkepemilikan individu. Dia tidak ingin dunia tetap jadi milik bersama dan tak digarang. Nah, ini kita melihat ya. Jadi teologi atau keyakinan iman yang dikawinkan dengan narasi kemajuan dari tatanan tercerahkan dan liberal barat, lalu itu digunakan untuk menghakimi peradaban primitif di India.
di Indian, orang-orang Indian di Amerika yang memang masih berpindah-pindah tempat begitu ya dan tidak mengurus kemilikan individu dan juga menggunakan sistem uang. Orang Indian ini dianggapnya, lagi-lagi salah di situ, mohon maaf, dianggapnya setara dengan binatang buas yang keberadaannya mengganggu keamanan dan masyarakat. Sehingga boleh dihancurkan seperti halnya singa atau harimau. Jadi sama seperti kalau kita membangun kota misalnya, atau satu pemukiman manusia.
Tetapi di situ kalau ada binatang buas seperti singa atau harimau, mereka harus kita bunuh karena mengganggu keamanan. Demikian juga orang Indian. Jadi sah-sah saja kalau kita menggenosida mereka.
Dan yang terakhir, Bagaimana dengan Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi Amerika waktu mula-mula tahun 1787? Di situ kita mungkin ingat ada frase yang seringkali digunakan, bahwa semua manusia itu diciptakan sederajat, atau all men are created equal. Tetapi langsung di Konstitusi 1787 artikel pertama, itu langsung sudah ada lagi pembedaan jadi antara free persons atau orang-orang merdeka yang dikontraskan dengan all other persons atau semua orang jenis lainnya.
Misalnya di sini disebut ya, saya beri tinta merah di situ free persons. Ini tentang soal perpajakan ya. Di sini sudah muncul perbedaan lagi.
Jadi ada orang-orang merdeka, orang-orang yang memang kelas satu, katakanlah, tapi itu dikontraskan dengan all other persons, yang mana di sini tentu saja orang-orang yang statusnya sebagai kuda. Nah, di sinilah kita bisa melihat betapa tatanan liberal dalam sejarahnya, praktik masyarakat liberal, tuh. Sejak awal penuh dengan kontradiksi dan atau kita sebut juga paradoks ya, di mana di satu sisi ada cita-cita kebebasan individu, kemerdekaan, kesetaraan, melawan kekuasaan absolut, tetapi di sisi lain ya semuanya dekat dengan praktik perbudakan, di mana praktik perbudakan itu justru menjadi bagian yang sepertinya integral atau inherent di dalam. tatanan masyarakat liberal.
Bagaimana menjelaskan paradoks atau kontradiksi ini? Inilah yang akan menuntun kita ke dalam pembahasan selanjutnya di sesi yang kedua, di mana Lo Subdo berusaha menunjukkan bahwa memang itu bukan cacat dalam liberalisme, tetapi memang itu bagian yang inherent di dalam liberalisme. Perbudakan itu memang bagian yang sangat integral di dalam. tatanan masyarakat liberal.
Ya teman-teman, jangan lupa untuk ikuti info-info dari Akademi Ali Arkam dan untuk subscribe, like, follow, komen, add, dan share di akun-akun media sosial kami di Youtube, Instagram, dan juga Facebook. Sampai berjumpa di sesi-sesi berikutnya.