Transcript for:
Kunjungan dan Tradisi Suku Kajang

Basing adalah alat musik sepanjang 1 meter dan terbuat dari bambu, bagian ujungnya dihiasi tanduk kerbau. Luar biasa! Penjelajahan saya kali ini akan mengunjungi sebuah suku di pedalaman Sulawesi Selatan, yaitu suku Kajang.

Tepatnya di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba atau sekitar 250 km dari Kota Makassar. Hingga kini, suku Kajang hidup dan tinggal di tanah yang mereka anggap sebagai warisan leluhur. Mereka menyebutnya sebagai Tanah Toa. Akhirnya setelah satu jam dari Bulukamba, kita sampai di pintu gerbang utama suku Kajang.

Nah, sebelum kita memasuki kawasan suku Kajang, kita harus memakai baju warna gelap. atau warna hitam. Ini gue bawa nih, kaos atau baju warna hitam.

Tapi ini nggak boleh dipake karena ada warna merahnya. Tanah aja. Gue bawa baju yang lain.

Sekarang kita nyanti baju dulu ya. Selanjutnya kita jalan-jalan di Tanatoa, Suku Kaja. Tapi kas ini ada warna merahnya.

Jadi harus ditutupin pasti. Intro Di Tanah Toa ini, suku Kajang terbagi menjadi dua kelompok. Suku Kajang luar dan suku Kajang dalam. Dan di Dusun Benteng, saya langsung disambut para pemangku adat.

Intro Selamat pagi ya. Seperti biasa, saya disambut dengan sebuah ritual umum di suku Pedalaman. yaitu makan sirih.

Udah pahit, kayak makan batu lah, Dato'Krikil. Selanjutnya, ritual pemasangan ikat kepala. Jadi harus pakai ini ikan kepala namanya pasapu Jadi kita boleh keliling-keliling ngomongin ini Bapak saya mau keliling-keliling dulu boleh? Apa harus ada lagi acaranya?

Acara suling Oh mau nonton suling? Boleh boleh Ya Intro Merinding, begitulah rasanya saat pertama kali mendengar alunan dari suling atau basing ini. Basing adalah alat musik sepanjang 1 meter dan terbuat dari bambu, bagian ujungnya dihiasi tanduk rebau.

Luar biasa, mereka meniup basing tanpa henti bernafas. Selain itu, semakin lama, alunan basing membuat saya terlena.