Transcript for:
Musik, Pendidikan, dan Partisipasi Politik

Assalamualaikum, nama saya Nurailah. Penajar Iya Kang Fi Ayo Mulai lagi Iya Kang Masuk Aduh stop stop stop Kayak kemaren dong Vili Santai saja Mulai lagi Iya Kang Kayak kemaren santai aja Ya Gak usah grogi Nikmatin lagunya Ya Kau pernah, kau pernah selalu setia Tapi kamu, tapi kamu bohong selalu Mana setiap yang pernah kau bilang dulu Hai ah tukang tukang tukang kamu latihan yedong makanya jangan pales kamu tadi gedein terus disitu Hai enggak capek monur pergi jauh-jauh ke sekolah cuma di celaki di depan kelas capek ya tapi kenapa capek sama bapak tahu diuntung nyanyi Jadi guru itu gak seru Coba kamu lihat Mana ada guru yang disorak-sorakin Sama muridnya Didengar saja enggak nur Tapi kalau kamu jadi penyanyi Banyak yang dengar Pada joget Pada terhibur Orang-orang jadi orang itu karena guru, Pak. Jadi guru mana bisa beli motor? Assalamualaikum.

Waalaikumsalam. Nih, kamu yang gini. Ih, apaan sih kamu nih pegang-pegang? Eh, gini anjar. Gue ada yang perempuan mulut.

Nih, kagih. Terima kasih. Intro Ma, udah deket belum?

Udah deket, itu, kita tak kasih tau Koyang ngebumerang, koyang ngebumerang Ada lagi yang, apa sih? Sahiya Bu Kenapa pindah sekolah? Dia sempet cerita beberapa hari yang lalu.

Bapaknya aja udah kesulitan buat bayar biaya kontrakan mereka. Apalagi biaya yang cahaya buat sekolah di sekolah yang terus naik biayanya. Terus kamu gimana, Neva? Udah cari tempat kuliah? Apa kata mereka?

Radhifa, kamu harus sabar ya. Ibu yakin pasti ada program beasiswa. Nggak mungkin nggak ada.

Nanti ibu bantu cari ya. Nggak apa-apa, Bu. Aku bisa cari sendiri. Iya, ibu ngerti kok. Ditutup?

Pak, kenapa tiba-tiba bisa ditutup? Sebetulnya sudah dua tahun belakangan ini wacana itu muncul. Yayasan sudah tidak sanggup lagi membiayai sekolah ini dengan jumlah murid yang pas-pasan.

Apalagi kurang seperti sekarang. Yayanya dari mana, Sobat? Biaya sekolah tidak kita naikkan, kita sendiri yang repot.

Ujung-ujungnya, yayasan yang rugi. Krut. Tapi Pak, emang ada cara lain lagi? Hai Bang Mama tadi udah turun di desanya saya enak katanya Mas gimana sih udah kalau itu nanti belok itu belakang begitu kasih ya ya ya hai hai Terima kasih.

Permisi, saya mau ketemu sama... Saya Chandra pak, jadi... Sebelumnya, terima kasih loh. Mas Hendra mau jauh-jauh dari kota ke desa kami.

Bagaimana? Jauh kan? Lebih jauh dari Bekasi loh.

5 tahun yang lalu itu ada juga pemuda seperti mas Hendra ini Datang jauh-jauh dari kota Eh cuma betah 2 hari dihint Jadi saya harap mas Hendra ini bisa bertahan lebih lama di desa kami Ya minimal 3 hari lah Saya canda pak Lalu kapan saya bisa mulai penyeluhan pemilu, Pak? Soal penyeluhan pemilu, pada prinsipnya saya sebagai aparat mendukung sekali langkah Mas Mandra ini. Tapi ada yang harus Mas Mandra lakukan.

Menemui tokoh masyarakat di sini Loh, tapi Iya, saya paham Semuanya paham, sayang Mas Mandra tidak usah mendongeng tentang pentingnya pemilu Tingkat partisipasi masyarakat yang rendah Hak suara rakyat dan masyarakat Tidak perlu, saya sudah paham Saya kepala desa loh Tapi Mas Mandra itu harus paham juga Bahwa di desa kami ini Beda dengan di kota Ah Iya Iya, saya paham pak. Jadi Mas Mandra. Chandra.

Mas Chandra temui dulu Kang Johari. Kang Johari? Ya, beliau itu adalah sesepuh di kampung kami. Kalau beliau sudah ACC, semuanya beres.

Kalau perlu nanti Mas Chandra saya antarkan keliling menemui masyarakatnya pakai mobil dinas. Bagaimana, Aswandra? Ehem Assalamualaikum Waalaikumsalam Kang Joharinya ada Dari siapa? Saya Chandra, Relawan Demokrasi Oh iya Sebentar ya Assalamualaikum Waalaikumsalam Ada apa ya? Saya Chandra Kang Relawan demokrasi ditugasin dari pusat Demokrasi?

Iya betul Kang, tadi saya sudah ketemu Pak Kades minta izin buat penyeluhan. Terus dia bilang apa? Kata Pak Kades, ngomong sama Kang Johari dulu. Betul itu.

Jadi gimana Kang? Nggak. Kang? Saya bilang enggak!

Sudah, kamu pulang ke sana. Eh, kenapa kamu masih di situ? Pulang! Iya, Kang. Maaf ya, enggak apa-apa emang begitu orangnya.

Chandra? Iya, sudah tahu. Kan tadi sudah bilang. Saya Nurailah. Bapak itu, taunya cuma dangdut doang.

Semua acara dangdut di kampung ini, dia yang buat. Dan besok ada acara dangdut di lapangan. Kalau mau datang aja.

Di sini kalau ada acara dangdut, pasti rame. Banyak orang, seperti pesa besar. Cocok buat penyuluhan.

Penyuluhan apa? Pemilu? Ya sudah, saya permisi dulu ya. Iya Oh iya Penginapan dekat sini dimana ya?

Ada Di luar kampung Astaga Assalamualaikum Waalaikumsalam Selamat pagi Selamat pagi ibu Ada yang tau Hanifah kemana? Google Sudah ya sudah Kalau gitu sekarang kita mulai Akses Ajit Setiabudi Chasya Novita Fitriani Dede Prasetyo Efi Amestika Putri Hai nyanyi danur jadi burung itu enggak seru Ayo hidup senang, ayo bayar hutang Biar kamu tenang, yuk lagi pulang Yuk kita goyang bersama Chandra! Hai! Kamu ngapain di sini?

Reset! Hah? Reset!

Oh! Jadi apa rencana kamu tentang penyuluhan? Masih butuh banyak riset. Tapi aku kaget. Acara dangdut bisa selama ini, dan pemilu sepi.

Bapak kamu kuat juga ya pengaruhnya? Yah, emang begitulah bapak aku. Gak usah dipusingin. Bapak aku wajib minta aku jadi penyanyi.

Tapi aku gak peduli. Oh ya? Memangnya sekarang kamu kerja apa? Guru. Kalau aku ngebayangin aku jadi penyanyi, di atas panggung, gak cocok.

Emang cocoknya di sekolah, di depan murid-murid. Udah belum pak? Kok masih bingung?

Ada apa sama kamu-kamu? Kenapa mereka gak ada yang peduli sama politik? Bapak gak pernah ngejelasin dan gak ada yang mau ngebahas Yang mereka peduliin cuma dangdut Bagi mereka itu udah cukup Aneh Karena menurut aku Pemilu itu sama aja kayak acara dangdutin ya. Ya bedanya pemilu memilih pemimpin untuk memajukan bangsa yang ngejamin pembangunan di setiap bidang. Sosial, kesehatan, pendidikan, infrastruktur.

Pendidikan? Iya, dan masih banyak dampak lainnya. Kenapa? Sekolah di tempat aku mengajar, itu udah mau ditutup. Padahal itu satu-satunya sekolah SMA di sini.

ISN udah gak punya biaya untuk mengelola jadi sekarang entahlah Hanifah! Kamu bolos sekolah dan jualan ini? Pak, bentar ya. Kenapa, Hanifah? Ya, seenggaknya aku masih bisa cari uang.

Hanifah, kamu itu murid yang cerdas. Dan kamu punya kesempatan buat lanjut kuliah dan meraih cita-cita kamu. Kesempatan apa, Bu?

Itu sekolah aja belum tentu masih ada waktu ujian nanti. Ibu tahu, untuk saat ini situasi yang sangat-sangat sulit. Tapi kamu nggak boleh menyerah gitu aja, Nifa.

Ya terus. Gimana? Siapa yang jamin kalau misalnya itu sekolah gak bakal ditutup? Wakil rakyat. Maaf pak, saya mau nanya rumahnya Ibu Rosalina dimana ya?

Oh nanti ini bilok kiri, ada turunan terus lurus terus. Ada tanjakan, ambil kanan pak, itu turun. Ayo lah, makasih banyak ya pak. Ini rumahnya Ibu Rosalina? Oh iya betul, silahkan Mbak.

Terima kasih. Tapi cari pekerjaan kok susah yuk. Betul itu Bu. Program Ibu kan banyak. Yang terpenting harga beras tidak mahal.

Kalau buat beli beras saya tidak mampu, apalagi buat beli yang lain. Bener Bu. Tenang Mbak Sumiati, urusan perut akan jadi prioritas saya. Bagaimana dengan pendidikan Bu?

Itu juga penting. Adik siapa ya? Saya Nurela.

Dari Rampang Rejo. Rampang Rejo? Kamu tahu saya asli Rampang Rejo, Nur.

Saya nggak tahu, Bu. Kalau ada orang Rampang Rejo, jadi orang hebat seperti Ibu. Jadi apa yang bisa saya bantu?

Sekolah di tempat saya mengajar, rencananya mau ditutup. Padahal itu satu-satunya sekolah SMA di sana. Yayasan udah gak punya biaya lagi untuk mengelola, Bu. Saya paham kekhawatiran kamu, Nur. Tapi kamu tahu rampang rejok itu seperti apa.

Kampanye butuh biaya yang besar. Kau tidak menghasilkan sesuatu. Maaf Dur, bukannya saya gak mau bantu.

Baik Bu, saya mengerti. Terima kasih banyak ya Bu. Ibu sudah meluangkan waktu.

Maaf kalau misalkan saya mengganggu. Saya permisi ya Bu. Assalamualaikum. Waalaikumsalam. Tapi aku bisa ngerti sih, kenapa dia gak berani.

Kasih ya. Terus gimana? Itu tugas aku.

Penyuluhan. Kamu gurman. Terima kasih telah menonton Sebentar aja kok Pak, paling setengah jam. Bener ya, nganggu jam sekolah.

Dilaksanakannya setelah jam pulang aja Pak. Nur, bisa bicara sebentar. Yakin?

Kalau kan cuhari tahu? Pak, ini satu-satunya cara buat kita merubah nasib. Hiayasan kan udah gak mau membiayai. Terus siapa? Kalau bukan pemerintah.

Siapa disini sudah 17 tahun? Bojok lah paling bojok, paling bojok Itu 2 tahun lebih tua Kalau yang sudah pernah dengar kata pemilu atau pemilihan umum Baru tadi, baru tadi kak Bagaimana aja Kita main permainan dulu sebenernya Ya Bagi kelompoknya Jadi baris ini, ini kelompok 1 digabung aja Ini kelompok 2, ini kelompok 3 Ya kak, barisan ini mah pada bego semua Jadi kakak punya kotak Dalam kotak ini ada puzzle yang udah diacak Nah kalian ambil sesuai nomor kelompok kalian Lalu Puzzle nya disusun di depan Yang paling terakhir Kena hukuman Kita mulai 3, 2, 1 Oke oke cukup, waktunya habis, kembali ke bakunya masing-masing, cukup. Jadi, apa yang kurang?

Indonesia seperti itu, satu suara saja yang terlalu penting untuk membuat negara terasa utuh. Nah, kelompok siapa tadi paling terakhir? Ayo, ke depan, sini.

Ayo, sini, ke depan. Kita hukum apa nih enaknya? Joget! Hehehe Nggak tau Sosain Dari depan aja biar keliatan semua Terima kasih ya, pentingnya penyeluhan Hai hehehe Anak sehat Anak sehat, Alhamdulillah Alhamdulillah Tapi saya heran Dia pulang sekolah Sore banget Dumbin, saya tanya sama dia Habis ngapain?

Dia jawab, katanya di sekolahnya baru ada Penyuluhan gitu ya? Eh, sekolah kali... Ya...

Pembekalan gitu lah. Penyuluhan? Emang anak bapak itu sekolahnya dimana? SMA Sri Sulastri. Oh.

Bapak! Bapak! Bapak!

Bapak! Eh, sebentar! Hai protes-protes anak-anak kami semua disini kata mereka ada guru di yang mengajarkan berpolitik kami tidak terima.

Iya benar. Tunggu sebentar ya. Apakah bapak-bapak dan ibu semua ini orang tua dari murid yang sekolah di sini?

Iya dong. Kalau boleh tahu saya, bapak putra siapa namanya? Banyak tanya. Kami mau protes.

Yaudah sekarang gini aja. Kita bicara baik-baik. Silahkan duduk. Masuk.

Aduh, kemarin. Aduh. Ya, bayang pelan-pelan, toh.

Aduh. Aduh, saya bisa mati, ya. Geser.

Geser, geser. Gue yang sebelah sana, tuh. Masih ada tempat duduk yang kosong, kok.

Saya masuk duluan. Ya, saya datang tadi, cekan disini, kok. Kamu bawa, tuh. Saya datang dari di sana.

Masih lagi kok, nyuruh-nyuruh. Malah tempat perempuan, tuh. Sudah nyaman duduknya bapak-bapak dan ibu-ibu. Begini, memang benar kemarin tempat ini dipakai penyuluhan pemilu.

Ah, begini Pak. Kami semua di sini ini gak setuju. Kalau anak kami diajarkan berpolitik, tanpa sepengetahuan kami semua. Betul!

Jelas, kita gak akan setuju kalau anak kita diajarin berpolitik. Betul! Saya mengerti. Untuk itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak-Bapak dan Ibu sekalian.

Anggap saja ini keteledoran saya dalam mengawasi jalannya proses belajar-mengajar di sini. Tapi intinya begini Saya berjanji Bahwa hal itu tidak akan Terulang kembali Harus ada bukti itu pak katanya anak saya kalau sekolah disini bisa pintar buktinya bego-bego juga ya kayak bapaknya anak saya mana pertanggung jawabannya mana atau begini saja pak kalau hal ini terulang lagi anak kami pindah sekolah Bu, maaf telat, masih bohong. Saya nggak masalah. Masalah?

Nggak. Chandra angkat dong Angkat dong Chandra Halo Mau kemana Nur? Mau pergi pak Kemana?

Keurusan bapak Nur! Bapak! Hati-hati.

Assalamualaikum Pak. Waalaikumsalam. Jadi orang tua murid itu suruhan? Terus rencana kamu apa? Bapak kamu keras kepala juga ya?

Aku ada hidup, tunggu. Hira mata cinta, jambimu penuh hejusta, kau membuat hatiku terluka Aduh, aduh, stop, stop, stop. Heavy, heavy. Begitu lagi, begitu lagi. Begini, begini, denger.

Terluka Ya, coba, coba. Lagi. Kau pengkhianat cinta, janjinmu penuh dusta, kau membuat hatiku terukot. Waduh Evi, Evi. Kapan sih kamu bisanya?

Dari kemarin kamu latihan begitu-begitu saja, gak ada perkembangan. Nah, sudah. Gak ada latihan, bubar hari ini.

Assalamualaikum Assalamualaikum Efi, Efi, sini deh Masuk Masuk Masuk sini Kok dibawah? Apaan? Evi, minggu depan pas kamu lagi manggung Tolong sembarang yang hidup dari panggung Lempar-lemparin aja ke penonton Pasti penonton akan ambil apa yang kamu lempar Pemilih berdaulat negara kuat Apa ini? Aduh, bisa digorok sama Kang Juwari aku nanti. Aduh, ini, ini.

Nggak mau. Aku nggak mau ikut-ikutan kalau kayak gini. Kalau kamu mau, kamu aja sendiri ya. Udah ya, aku mau pergi dulu ya.

Evi! Evi! Kamu yakin Nur? Ya, Bapak sih memang suka sama suara kamu. Tapi bukan berarti serta-merta kamu bisa ikut nyanyi begitu saja.

Untuk bisa mencapai ke level heavy, itu kamu harus latihan yang tekun. Heavy saja masih banyak kurangnya. Nada rendahnya, nada tingginya, cengkoknya. Apalagi kamu yang sudah lama nggak nyanyi. Iya, Pak.

Jadi kapan kita mulai latihannya? Bapak rindu masa-masa kamu kecil, Nur. Dulu kamu sering main di sini.

Kalau Bapak sedang rekaman. Iya. Ya itu, itu yang kamu suka Lalu?

Kamu pasti ingat ragu ini Kekasih hatiku Maafin pak Enggak, enggak apa-apa. Kita ulangi dari awal saja, ya. Satu, dua, tiga, empat. Mau? Iya ya mas Nanti aku sama murid-murid ya yang bagiin Kamu kenapa Nur?

Aku udah bertahun-tahun gak deket sama bapakku Tapi semenjak keliatan vokal bareng Aku ngerasain kehangatannya udah lama hilang Yang dia tau sekarang Aku akan nyanyi untuk pertama kalinya di atas panggung untuk minggu depan Terus? Aku bingung, kalau kita tetap menjalani rencana kita, apa masih bisa aku udah kesal sama bapakku kayak sekarang? Emang gak ada rencana lain? Itu satu-satunya kesempatan kita, Nur. Nur.

Apapun yang kamu lakukan nanti, lakukan demi kebaikan bersama, bukan kebaikan diri sendiri. Hmm? Silahkan mas.

Makasih pak. Cek, cek mic, kurang kurang, berusman, ya kang Coba Nur! Gini kan?

Iya Coba tambahinnya yuk Ini ya Gimana nih ceritanya Kang? Sekarang dia mau nyanyi. Goyang yang pemerang bareng Elvi disini.

Oke! Kita tabungan, nurwela! Assalamualaikum, nama saya Nurailah.

Ayo, ayo nyanyi. Gak apa-apa, gak apa-apa. Pasti bisa.

Ya? Oke? Sampaikanlah salamku untuk dia kekasih hatiku Walau dia kini jauh dariku, biarkan dia kan bahagia Menikmati dirimu tanpa kau disini Malamku terasa sepi Anginmu sampai menanggung Indahku kembali Mengharapkan dia akan kembali Wah, yang kau buat Bisikkan cinta menghati Kuingin bertemu dengannya Ku doakan selalu Engkau bahagia disana Kau akan selalu di hati Oh kasihku Sejak saya kecil Bapak sayangin saya menyuarakan suara saya di atas panggung ini Untuk kalian para penonton, tapi saya gak pernah mendengarkan keinginannya dia ditutup. Nanti, tanggal 17 April, saya minta kalian menyuarakan suara kalian. Setidaknya untuk kampung ini.

Pilih pemimpin yang terbaik, yang peduli pada kita. Terima kasih. Ku doakan selalu Engkau berada di sana Kau akan selalu di hati Oh kasihku Terus bapak kamu nya kayak aku Pas banget kamu ngomong dia setanggung Kita sama sama nengok ke panggung Dia bengong, aku manfaatin kesempatan Hehehe, aku kabur Hehehe, jadi dia gak sempet Hehehe Tapi Aku jadi gak sesaya nonton kamu ngomong Maaf ya Suara kamu bagus banget sih Nur Gak heran Bapak kamu lebih setuju kamu jadi penyanyi Dan kalau ngeliat reaksi masyarakat tadi, aku sih yakin, mengangkat angka partisipasi pemilu di kampung ini, gak lagi mustahil.

Nur, kamu kenapa? Aku merasa bersalah soal Bapak. Kamu sudah melakukan hal yang benar kok.

Jangan ke... Makasih ya Aku pulang dulu ya Ya Eh Nur Aku tuh sudah lama gak denger suara sebagus suaramu Terima kasih, Kang. Suaramu itu ngingetin aku pada satu hal. Satu hal yang...

Satu hal yang Kang Johari berusaha untuk melupakan. Apa itu? Sini, sih. Nih Rosalina, waktu masih muda masih bagus suaranya. Dibanding zaman itu, penyanyi-penyanyi sekarang gak ada apa-apanya.

Nah ini bapakmu, waktu masih mau main, sekarang kan dia cuma nonton ya kan? Dulu itu, Rosalina dan bapaknya itu semacam duet mau. Selalu ditunggu-tunggu penonton.

Gak di panggung, gak di jalan. Kalau orang sudah denger nama, Johari, Rosalina, pasti rame. Terus kenapa Rosalina tiba-tiba pergi?

Tentunya bukan tiba-tiba. Ternyata jadi artis kampung itu bikin Rosalina dilirik sama Caleg waktu itu. Ya, singkat cerita, Rosalina pergi dari kampung lalu kawin sama Caleg itu. Caleg itu sudah punya istri, tapi ya sudah, dapat istri muda, istri tua akhirnya pergi juga.

Lalu kita semua ikut-ikutan. Kita semua jadi kaget politik. Setiap kali nonton TV, yang dilihat berita politik.

Sampai-sampai waktu mau pemilu. Kita jadi ribut sendiri. Temen jadi musuh. Hanya gara-gara mendukung caleg yang berbeda. Kalau tidak ada saya, ya kampung ini akan tetap seperti itu.

Kau duduk. Nur, kalau kamu mau tahu kenapa di kampung ini gak ada pemilu lagi? Itu karena Bapak kasih pilihan, pemilu atau dangdut. Kamu tahu sendiri kampung ini pilihannya apa.

Dan sejak saat itu warga di sini tuh damai, sejahtera. Lain cerita kalau pemilu tetap ada. Yang politik bisa lakukan pada kita itu kan cuma janji, janji, janji.

Tapi pada kenyataannya, warga malah bermusuhan dan mereka yang menikmati hasilnya. Bukan berarti kita menyerah gitu aja, Pak. Nol Maaf sayang Cukup sini cepetan kamu sering kesini?

kadang-kadang kapan biasanya? kalau lagi seneng Ngapain tuh? Pacaran?

Aku belum pernah pacaran. Kamu? Apa tuh maksudnya?

Lagi gak pacaran. Itu aja, baru putus. Udah lama kok, setahun lah. Susah move on.

Kalau boleh tahu, kenapa? Dia nggak butuh relawan demokrasi macam aku. Dia butuhnya laki-laki berpangkat. Kalau boleh tahu, rencana kamu selanjutnya apa?

Kan penyelamanya udah selesai. Semuanya berjalan dengan lancar. Pulang.

Nah, di pulau bapak kamu udah ngusir aku tadi siang. Dan aku ngerasanya orang-orang sini hatinya udah tergerak. Berarti misi aku udah berhasil.

Ngomong-ngomong, Kang Kusman mencerita soal Rosalina. Rosalina? Jadi bapakku dulu yang membesarkan Rosalina menjadi penyanyi. Sebelum terkenal seperti sekarang.

Dan aku sempat berpikir, mungkin aja Rosalina bisa bantu kampung ini. Setidaknya sekolah aku. Iya, mungkin.

Kau bisa bantu aku untuk ngomong sama dia kan? Maaf ya Nur. Jujur, aku ingin sekali membantu. Tapi tugasku, mewajibkan aku untuk netral.

Ini om, ini adalah makanan yang enak disini om. Mari om, coba ini saja om. Oh iya lemper.

Lemper ini kesukaan saya kalau di kantor. Silahkan. Alhamdulillah ya Om.

Jangan lupa pilih saya ya Om. Om Jim turun ke pasar-pasar. Lalu?

Semua pedagang antusias. Semuanya mendukung Om Jim. Kapan kamu bawa berita baik?

Soal rampang selatan. Gak bisa. Tapi almarhum dulu berhasil. Enggak, itu bukan saya. Rampang Selatan harapan kita satu-satunya, Bu.

Timur, Barat, semuanya sudah milik Om Jim. Kalau kita sampai terlambat sedikit saja, bisa-bisa Rampang Selatan juga bisa milik Om Jim. Saya mohon Bu, lupakan sejenak masa lalu Ibu, demi tujuan mulia ini. Kota gabungan PNI dan Polri dikirimkan un KPU Terima kasih.

Cina! Aku masih gak percaya. Bagaimana? Sudah siap?

Bapak, Ibu, Hanifah, Pak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam.

Untuk beberapa warga, khususnya yang sudah berumur, mungkin sudah tidak asing lagi dengan saya. Nama saya Rosalina, dulu saya besar di sini sampai akhirnya berkiprah di kancah politik. Dulu juga saya tidak berbeda dengan perempuan-perempuan yang ada di sini.

Cita-citanya kebanyakan ingin jadi penyanyi kan. Betul tidak? Namun waktu itu saya terpanggil.

Ketika nama saya besar, saya diberi kesempatan untuk mewakili daerah saya ini dalam pemilu. Namun sekarang saya terpanggil. Terpanggil oleh salah satu isu yang menjadi kekhawatiran... Selamat pagi! Ayo kumpul, kumpul!

Para warga kumpul! Selamat pagi! Ayo selamat pagi! Kumpul, kumpul, kumpul, semua disini kumpul.

Iya, iya, stop, stop, stop. Stop, stop, stop. Iya, kumpul, kumpul, kumpul. Saya Jimmy, satu-satunya talent yang punya integritas dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi.

Nah, silahkan kumpul, kumpul, kumpul. Ayo, ayo, ayo, ayo. Kita gak jadi baru kalian. Ternyata ini, nanti, nanti, nanti.

Yang buah dulu, yang buah dulu. Kita, kita, kita. Terima kasih Om Jimmy, jangan lupa pilih Jimmy, pilih Jimmy Oke, langsung saja kami panggilkan F.E.U.M.E.R.A. Duduk, duduk.

Ada apa, Pak? Tadi, Pak Agus dari yayasan datang kemari. Dia bilang bahwa yayasan sekarang sudah punya dana dan siap lanjut mengelola sekolah kita ini. Alhamdulillah, bagus dong, Pak.

Saya juga betul-betul terima kasih lho bersama kamu. Kalau bukan karena kamu, orang-orang kampung di sini itu tidak akan terbuka matanya. Mereka enggak sadar betapa pemilu itu penting dan betapa bisa membawa dampak yang positif bagi kehidupan kita. Dari siapa, Pak?

Apalah artinya suara kita, Nur. Justru pentingnya suara kita, Pak, yang saya perjuangkan. Jangan naif. Apa susahnya menerima pemberian ini?

Ayolah. Ini gratifikasi, Pak! Terserah kamu mau bilang apa.

Kalau bukan karena ini, belum tentu kita itu berada di sini. Bukankah itu maumu? Sekolah tetap jalan, dan anak-anak yang susah diatur itu tetap bisa sekolah di sini. Ya kan? Nur Bandar Kenapa Nur?

Kayaknya aku salah Salah? Aku cuma mau yang terbaik buat kampung ini Makanya aku ikutin saran kamu Tapi kampung ini jadi makin kacau Sebentar, Nur Aku gak ngerti sama maksud kamu Bapakku bener Lebih baik kampung ini berdiri sendiri Aku mau kamu pergi mau takut lagi Nur, Nur, sudah, sudah Nur Iya, iya Nur, sudah, sudah Isi pak, mau ketemu sama Nur Nela? Masuk aja mas!

pada tanggal 21 Mei 1998 kalian tau pada masa itu era apa? reformasi betul kamu, itu era reformasi tolong sampaikan kepada ibu rosalitas Saya berjuang demi demokrasi Bu Agar rakyat menggunakan suaranya dalam pemilu Dan saya pikir, rakyat aja yang butuh edukasi. Tapi ternyata wakil rakyatnya pun perlu. Sebentar, sebentar. Maksudnya apa ini?

Bu, cara yang ibu dan tim sesi ibu lakukan, sudah usang, Bu. Langkah kita selanjutnya adalah, bagaimana caranya meraih simpati sebanyak-banyaknya dari warga rampah. adalah harga mati apapun caranya, apapun resikonya kondisikan silahkan burus keluar Sabar burus, kita memang harus menggunakan cara... Jasa kamu sudah tidak saya perlukan lagi.

Assalamualaikum Om Jin Apa kabar Bapak Ibu? Terima kasih sudah datang. Ini adalah peristiwa yang aneh. Ya aneh, karena saya dan Om Jim bisa duduk bersama-sama di sini, satu meja di depan Bapak Ibu sekalian.

Kami berdua di sini ingin meminta maaf. Karena perilaku politik kami sudah membuat... contoh yang kurang baik terhadap Bapak-Bapak dan Ibu-ibu sekalian. Hari ini kami mendeklarasikan tidak akan ada lagi ucapan atau perbuatan kami yang saling mencelah satu sama lain.

Dan kami menghimbau Bapak-Ibu sekalian agar turut serta berjuang bersama kami tentunya, berjuang menjaga keharmonisan ini. Gimana Bapak-Ibu setuju? Terima kasih.

Dulu, orang-orang kantor pusat nggak ada yang setuju aku kesini. Mustahil kampung itu buat berubah, kata mereka gitu. Sampai sekarang, aku masih sulit buat percaya kita udah nyampe sini. Jadi apa rencana kamu? Ada yang belum disampaikan oleh suaraku.

Aku tahu itu. Aku janji. Setelah pemilu, aku akan kembali lagi ke sini.

Oh iya, ada satu hal lagi yang harus kita lakukan. Terima kasih. Ada apa ini? Saya tahu.

Saya belum pernah minta maaf dari setelah saya pergi. Itu yang kamu mau? Maaf dari aku? Saya hanya ingin minta maaf, Kang.

Akan tidak perlu memaafkan saya. Akan sudah mengorbitkan saya hingga saya seperti ini. Saya sudah sangat bersyukur.

Dan apa yang akan melakukan untuk saya? Untuk kampung ini, kita hanya bisa berterima kasih sama akang. Itu aja, kak. Terima kasih, Kang.

Assalamualaikum. Waalaikumsalam. Ros. Hai akhirnya setelah 15 tahun ada juga yang mau nyoblos sama ini 23 hai hai Hanifah, kamu lihat.

Selamat ya, kamu dapat rekomendasi dari sekolah. Makasih, Bu. Bapak Ibu yang saya hormati, 15 menit lagi akan kita tutup, tepatnya pukul 13.00. Bagi Bapak Ibu yang belum menggunakan HPL-nya, mohon segera hadir di tempat menguatkan suara. Terima kasih.

Selalu engkau bahagia disana, kau akan selalu di hati, oh kasih Wah, yang kau pulang, bisikan dalam hatinya Ku ingin bertemu dengannya Ku doakan selalu, engkau bahagia di sana Kau akan selalu di hati, oh kasihku Wah, engkau pulang Disikan dalam hatinya Ku ingin bertemu dulunya Ku doakan selalu Engkau bahagia disana Kau akan selalu di hati Oh kasihku Tidak saatnya Indonesia untuk memilih Bersama datang ke TPS salurkan aspirasi Langsung ke bebas rahasia Bersama datang ke TPS, salurkan aspirasi Langsung pun bebas rahasia, jujur dan adil Gemi Indonesia, damai sejahtera Kita memilih untuk Indonesia Menggapai cinta, lewat suara kita Bagi kita