Kita berdoa. Kami bersyukur sampai disini Tuhan menolong dan menyertai kami. Maka biarlah kami boleh terus menyadari, anugrahmu selalu cukup untuk bagaimana menopang hidup kami memuliakan engkau. Anugrahmu selalu mampu bagaimana membuat kami berdiri teguh di tengah tantangan dan godaan zaman.
Kami bersyukur Tuhan. Hari ini kami boleh ada di tempat ini, diberikan satu anugerah untuk berbakti, mendengarkan firman dan bersekutu di dalam ikatan tubuh krisis daripada Geri Gempol. Biarlah kami mengikuti secara online, Tuhan persiapkan hati kami, beri kepada kami konsentrasi juga untuk mendengarkan firman-Mu.
Kami serahkan guru-guru yang mengajar, anak-anak kami yang belajar, Tuhan juga memberkati. Demikian pun untuk gereja sejati. Hamba-hamba musjati di dunia yang sedang berbakti Tuhan juga memberkati.
Kami menyerahkan Bapak seluruh sarana perasaan yang kami pakai. Juga sarana internet dan yang lain Tuhan juga terus menopang dan memberkatinya. Untuk menunjang jalan ibadah sampai selesai.
Kami menyerahkan sekali lagi waktu ini. Seluruh daripada proses ini kepada engkau sendiri ya Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan dan Juru selamatkan hidup kami berdoa. Amin. Silahkan duduk. Kita akan membahas bagaimana orang berbahagia dari perspektif eskatologis. Kita akan membaca beberapa bagian.
Saya baca ayat 37 dari Lukas 12. Kita pernah membahas ayat 35-40, cuman hari ini kita konsentrasi di ayat 37 dan 38. Dan ayat-ayat lain dari perspektif Alkitab melihat orang berbahagia. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati Tuhannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka duduk makan dan ia akan datang melayani mereka. Masmur 84 ayat 5 saya akan bacakan bagian ini. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam engkau, yang berhasrat mengadakan jiara.
Yeremia 9.23 Bawisura yang baca. Masmur 1.27 ayat 1 saya membaca. Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Kisah 20 ayat 35, Bapak-Ibu Surah yang membaca.
1, 2, 3, iya. Kita masuk dalam pembahasan kita. Apa artinya bahagia?
Kata bahagia dalam bahasa Inggris artinya blessed. Tetapi bahagia dalam pengertian perspektif eskatologis. Berbeda sekali dengan bahagia yang diajarkan oleh dunia ini. Nah dari sini kita mungkin bisa bertanya.
Jikalau demikian, dari mana sumber kebahagiaan eskatologis itu? Dan apakah benar kebahagiaan itu tergantung dengan kepuasan indra. Daripada sens, daripada indra kita.
Yang seperti dipopulerkan oleh para penganut hedonism. Dimana indra, mata, pendengaran, mulut yang dirasa apapun berkaitan dengan hal-hal sentuhan. Itu dianggap kebahagiaan.
Itu adalah dianggap sebagai kepuasan. Dan benarkah kebahagiaan karena tujuan akhir yang tercapai? Misalnya dalam konsep, akhirnya aku menikah.
Akhirnya aku punya ini. Akhirnya aku ini. Akhirnya ini. Apakah benar Alkitab mengajarkan pola seperti itu? Atau konsep daripada Aristotel dalam pemikirannya tentang Yudamonism.
Yang mengajarkan bagaimana kebahagiaan itu menyangkut masalah renungan batin. Sehingga orang itu bisa mendapatkan kebahagiaan secara batin. Dan dia mau mencapai kebaikan yang tertinggi bagi dia. Nah di dalam pemikiran Aristotel, orang bahagia adalah orang yang mencapai kebahagiaan. kebaikan moral yang tertinggi.
Dan kebaikan moral tertinggi itu dia tidak merugikan orang lain, dia tidak menyakiti orang lain, dia tidak melukakan orang lain, hidupnya tidak menjadi satu momok bagi orang lain, dia mencapai kebaikan yang tertinggi. Maka kekuatan mencapai kebaikan yang tertinggi itu hasil renungan pribadi. Tetapi suruh menjadi pertanyaan, apakah batin sebagai standar untuk dia bisa menikmati semuanya secara mutlak. Apakah batin dalam satu renungannya itu ada satu nilai modal untuk orang bisa kuat mempertahankan satu moralitas?
Jawabannya pasti bukan bersumber daripada hal itu. Nah disinilah kita akan belajar bagaimana Alkitab memberi tahu kepada kita kebahagiaan yang sejati. Nah kita bisa melihat kebahagiaan yang semu dari konsep Yudamonism.
Berdasarkan daripada renungan batin. Berdasarkan daripada satu kepuasan. Di dalam dia menjadi orang yang bisa memiliki moral yang tertinggi. Dan hidup dia tidak mau menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Merugikan orang lain. Jiwanya adalah jiwa yang mandiri. Maka di sini kita bisa mengerti. Kenapa dalam pemikiran daripada orang-orang Eropa. Yang dipengaruhi daripada filsafat berpengaruh.
berpikir pada Yunani, mereka punya aspek nilai tanggung jawab besar. Berkaitan dengan kemandirian hidup. Kenapa mereka berpikir tidak boleh melakukan hal-hal yang bersifat merugikan orang lain. Karena ini berbicara satu tujuan moralitas yang tertinggi.
Maka negara di Eropa kadang-kadang tanpa Tuhan, jualan apa yang mereka taruh, taruh di jalan. Silahkan engkau beli ambil sendiri lapor ke dalam. Budaya kesadaran mencuri itu sesuatu kejahatan. Budaya jika engkau ngambil barang kamu tidak jujur itu merugikan dirimu sendiri.
Engkau bisa dianggap sebagai orang yang tidak punya martabat. Dan engkau bisa dianggap sebagai orang yang tidak perlu pemerintah untuk memelihara engkau. Maka jangan kaget. Pada waktu kita nanti pergi ke Eropa, kita akan melihat bagaimana orang yang punya toko tidak dijaga. Dan ditaruh di luar.
Kenapa? Karena budaya yang membuat mereka harus mencapai moralitas yang tertinggi. Itulah martabat dirimu. Dan bagaimana dengan Indonesia?
Kita jualan taruh di luar, di pasar habis. Disinilah maka dikatakan. Satu bangsa bermartabat karena dia mengenal diri dan dia tidak mau merugikan orang lain seperti dirinya dirugikan.
Maka di dalam konsep pada-pada Yudhamonism ini, cukupkah pendalaman batin membuat orang memiliki kekuatan moralitas? Jawabannya tidak cukup. Kenapa? Situasi sulit, situasi terjepit, situasi yang mungkin bisa membuat dia Harus melakukan itu.
Mungkin dia bisa lakukan. Jadi di dalam bagian nilai surah. Kita tetap mengatakan. Ajaran Aristotle memang baik. Tapi benarkah ini?
Tidak. Baik dalam apa? Baik untuk mengajarkan manusia punya self control yang kuat. Untuk apa yang kau lakukan.
Itu juga kau pikirkan. Jikalau itu juga dilakukan kepada. Maka moralitas yang tertinggi adalah orang tidak boleh merugikan orang lain.
Moralitas yang tertinggi, orang tidak melukai orang lain. Orang tidak mencekam, tidak membicarakan orang lain. Karena dirinya ada di dalam seluruh kebaikan yang dia miliki. Dan hedonisme, satu kebahagiaan berdasarkan kepuasan daripada... Indra pendengaran Kepuasan daripada hal yang dicium Yang dirasa, yang disentuh Maka jika hal ini menjadi satu patokan, maka kebahagiaan itu menjadi satu kebahagiaan hanya sesaat saja.
Karena kebahagiaan eudaimonism, kebahagiaan secara hedonism adalah kebahagiaan yang bisa langsung lenyap. Ketika indera tidak mencapai kepuasan atau tidak dipuaskan. Nah bagaimana kebahagiaan secara teologi tujuan akhir yang tercapai? Untuk mencapai satu kepuasan. Dan bisa menghalalkan banyak cara.
Baik melalui cara kelicikan. Baik melalui cara daripada mungkin pembunuhan. Baik pakai cara apapun juga.
Yang penting seluruh hidupnya mencapai satu dendam. Dia puas. Mencapai sesuatu yang mungkin ingin menunjukkan keluarga ku berhasil. Dengan cara apapun juga.
Aku tunjukkan mereka semua bisa pergi misalnya ke Eropa. Atau apa untuk tidak ada lagi penghinaan terhadap keluarga ku. Macem-macem.
Tapi ketika orang bahagia punya cara yang salah. Apakah Tuhan bahagia? Jawabannya tidak. Kebahagiaan harus punya satu esensi nilai.
Kebahagiaan harus punya nilai substansi kekekalan. Jikalau kebahagiaan tidak punya substansi nilai damai. Jikalau kebahagiaan tidak punya substansi kekekalan, itu kebahagiaan yang disebut kebahagiaan yang semu.
Maka kita bukan berpikir apa yang kita miliki itu sumber kebahagiaan. Karena kebahagiaan yang sejati harus dari sang yang kekal itu Tuhan. Memberi kepada kita manusia yang sementara.
Di dalam satu penebusan untuk kita bisa menghidupi kebahagiaan yang sinkron dengan kebahagiaan surgawi. Itulah kebahagiaan yang sejati. Dan kebahagiaan yang tidak punya nilai damai, merugikan orang lain, menjahati orang lain, memakai cara-cara licik untuk memperkaya diri dan segala sesuatu, itu adalah kebahagiaan yang bersumber daripada setan itu sendiri.
Maka ada orang bahagia secara apa? Fisik secara luar. Tapi batinnya, kedalaman jiwanya merontah.
Mengalami banyak kecambuk, banyak mengalami satu kekacauan. Tetapi secara fenomena lahiria dia bisa menipu orang lain. Dia bisa bernyanyi.
Dia bisa menari. Dia seperti ketemu kaum daripada dirinya dengan teman-temannya. Seperti orang tidak ada masalah. Tapi ketika dia sendiri.
Ketika dia ada dalam situasi diuji. Di situ dia baru tahu kosong jiwanya. Nah di dalam bagian ini lah surah.
Alkitab mengajarkan kepada kita. Bagaimana kisah 20.35 mengajarkan kepada kita bagaimana kita bekerja secara mandiri. Itu adalah nilai tanggung jawab imanmu.
Kita tidak boleh bagaimana bergantung kepada orang lain. Kita tidak boleh bagaimana menyusahkan kepada orang lain. Kita dipanggil bagaimana di dalam iman kita dipimpin untuk hidup benar. Dan hidup benar itu menunjukkan kita punya. nilai kemandirian.
Dan pada waktu kamu sudah punya pendapatan dan pendapatanmu itu pun dikatakan bukan sesuatu yang harus engkau miliki. Itu anugerah Tuhan. Maka engkau harus terpanggil miliki jiwa filantropi bagi kemuliaan Tuhan.
Nah disinilah perbedaan daripada ajaran Calvin. Calvin menekankan panggilan kita adalah panggilan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Bukan berpikir panggilan kita ketika kita sudah kaya hanya untuk diri kita.
Tidak. Orang itu disebut orang yang kecil kata Calvin. Tapi orang yang berjiwa besar. Apa yang kau sudah dapat, apa yang kau sudah miliki, engkau tahu ini daripada Tuhan, dimana engkau sudah bekerja keras dalam anugerahnya, maka pada waktu Tuhan memanggil, apa yang kau miliki untuk memberkati orang lain, berilah. Dengan sukacita.
Ini adalah satu syukur dan ibadahmu. Maka kisah mengatakan. Orang yang memberi orang yang berbahagia.
Daripada orang yang menerima. Di dalam bagian ini langsung mengajarkan kepada kita. Konsep filantropi.
Kebaikan untuk menyatakan Allah itu baik. Kasih kepada orang lain. Melalui apa yang kita miliki. Itu mengajarkan kepada kita. Kita memiliki kemuran hati.
Jadi pada waktu kita berbaik kepada orang lain. Bukan menunjukkan siapa kita. Kalau engkau menolong orang lain untuk menunjukkan siapa engkau, seluruh filantropimu berpusat kepada dirimu, engkau sombong. Demikian pun pada waktu kita memberi untuk anak kita. Jangan berpikir surah, engkau memberi untuk menunjukkan ini loh papa yang bertanggung jawab.
Inilah kami dari kelompok mertua misalnya berbaik hati kepada anak-anak begini-begini. Tidak surah. Kalau kita, mungkinkah kita terlalu menyembongkan diri, akhirnya kita memanjakan anak?
Mungkin. Bisakah anak kita latih untuk dikerja keras dulu? Bisa. Bisakah anak kita latih untuk berjuang terus? Bisa.
Kenapa kita langsung intervensi memberi sesuatu? Untuk apa? Menunjukkan kebaikan kita.
Konsepmu salah. Kalau engkau menunjukkan tanggung jawab, anak itu milik Tuhan. Biarkan dia juga berjuang terlebih dahulu. Disitulah engkau tidak mendahului nilai tanggung jawab dia di depan Tuhan. Jadi pendidikannya gagal.
Karena kita terlalu memunculkan kebaikan kita. Sampai mencuri perjuangan anak-anak kita. Mencuri nilai tanggung jawab mereka.
Hanya untuk apa? Menunjukkan ini loh aku papa yang baik kepadamu. Aku ini loh mama yang baik kepadamu.
Saya tanya, anak jatuh kena lari. Perlu ditolong tidak? Hai orang tua, anakmu jatuh.
Saya bilang. Terus dia nangis, perlu ditolong tidak? Jangan cepat-cepat tolong. Bisa saja jatuhnya sandiwara.
Anak itu pendosa besar. Jatuhnya minta cari perhatian daripada orang tua. Kalau di situ engkau sudah terjajah, dia akan mainkan kelicikan semua untuk apa?
Mendikte kita punya perasaan dan kebaikan. Kalaupun jatuhnya bukan sandiwara. Kita lihat saja.
Setelah itu suruh kita beritahu. Bangun gerakan badan. Sini datang ke papa. Adakah luka?
Baru disitu kita bertindak. Jadi kita jangan anak jatuh. Aduh anakku.
Sampai jatuhnya pelan di gotong-gotong. Seperti apa kaca yang gak bisa luka dan segala sesuatu. Disitulah kita kadang-kadang jadi orang tua.
Histeris. Kita jadi orang tua kadang-kadang panik attack. Maka jangan kaget, anak pun berkembang jadi panic attack.
Anak melihat cacing jerit-jerit. Kita melihat cacing berpikir, wah ini makanan ikan. Kenapa? Cara berpikirnya. Jadi banyak orang tua itu menjadi racun yang tidak baik dalam perkembangan anak.
Kenapa? Karena dirinya sendiri pun tidak menjadi satu sumber edukasi untuk anak berkembang sebagaimana mestinya secara... iman dan tanggung jawab di hadapan Tuhan.
Jadi di dalam bagian ini, Calvin menekankan, engkau memiliki aspek merciful, itu karakter Tuhan. Jadi pada waktu kamu bisa mengambil bagian, memberkati orang lain, kamu orang bahagia. Maka jangan berpikir hanya mau menerima, tapi bagaimana memberi.
Nah di dalam bagian inilah, bahagia bukan karena apa yang kita... punya dapat kita nikmati atau kuasai sendiri. Melainkan dapat menjadi berkat bagi orang lain. Blessing in the guys.
Berkat yang tersembunyi. Yang kadang-kadang Tuhan bisa nyatakan melalui hal kerumitan hidup kita. Berkat yang tersembunyi melalui kesulitan hidup.
Ternyata kita bisa memunculkan anak-anak yang berpendidikan. Anak-anak yang akhirnya berhasil. Kenapa?
Pada waktu kita orang tua diremes oleh Tuhan. Dibuat sulit oleh Tuhan. Tapi kita melewatinya dengan pergumulan bersama-sama dengan anak-anak. Ternyata anak-anak belajar namanya sekolah hidup. Belajar namanya perjuangan hidup.
Belajar namanya squisism. Memeras diri. Dan ternyata pada waktu kita bisa melewatinya.
Kita baru bisa melihat blessing in the guys. Ternyata anak-anak bisa mengerti. Berarti bagaimana lebih mengandalkan Tuhan. Dan pada waktu mereka punya kemurahan hati.
Disitulah kita bisa melihat. Bahwa ada berkat Tuhan yang tersembunyi. Di balik kesulitan hidup kita.
Pergumulan kita. Kita tetap berjalan bersama dengan Tuhan. Itu tercapai.
Jadi kadang-kadang apa yang kita milikin pun. Kita tidak akan merasa ini harus memuaskan diriku. Kita harus kembalikan semua kepada Tuhan dalam satu anugerah.
Maka kalau Tuhan bilang berkatilah orang lain itu, beri. Tetapi dalam engkau memberi, jangan dirimu yang ditonjolkan. Kasih Tuhan yang ditonjolkan.
Maka yang kedua, bahagia karena kita memberi apa yang kita punya. Untuk pekerjaan Tuhan. Jadi bukan hanya untuk menyatakan kasih Tuhan kepada tubuh Kristus yang membutuhkan. Tapi jika pekerjaan Tuhan itu dibutuhkan.
Dana, tenaga, waktu kita, keahlian kita. Engkau memberi keahlianmu. Engkau memberi tenagamu, engkau memberi seluruh daripada materimu. Engkau menjadi orang yang berbahagia. Nah di dalam bagian inilah surah.
Berarti berbahagia di dalam bagian ini adalah satu nilai syukur. Satu nilai ibadah. Bukan satu tuntutan, bukan satu kewajiban. Saya tanya surah, kalau kita bayar pajak.
Rasanya bayar pajak ke pemerintah. Kadang-kadang mungkin gak tersilat dalam pikiran kita. Duh bayar pajak lagi.
Duh bayar pajak lagi. Pemerintah banyak koruptor. Gak dihukum mati. Kita disuruh bayar pajak lagi.
Suka ngeluh gak? Ada yang ngeluh ada yang enggak. Tapi kalau bayar pajak mau miliaran.
Koruptor 300 miliar. Di penjara 3 tahun. Pilih mana? Pasti orang bilang lebih baik jadi koruptor besar. Koruptornya sampai ratusan miliar penjara tiga tahun.
Jadi kadang-kadang kita mengalami dilema ketika hitung-hitungan. Tapi ketika kita menjadi warga yang baik untuk membayar pajak dalam nilai kesaksian. Kita anak Tuhan.
Kita tidak peduli pemerintahan kita misalnya bagaimana tidak menegakkan satu keadilan. Tidak menegakkan satu nilai perjuangan kebenaran. Tapi karena panggilan kita ada aturan pemerintah dan nilai kesaksian.
Biar bagaimanapun kita akan bayar pajak. Dengan nilai tanggung jawab bersaksi untuk negara ini. Nah di dalam bagian itulah surat.
Kadang-kadang surat yang meracuni pikiran kita karena ada studi banding. Yang meracuni kita karena ada ketidak relaan. Tapi kalau kita mengerti pajak ini sebagai saksi. Pajak ini sebagai tanda kita menghargai dan menghormati Tuhan. Yang dimana pemerintahan yang ada.
Disitulah surat. Kita harus taat hukum. Jadi di dalam bagian disitulah surat. Kadang-kadang makanya orang pajak dia tahu. Orang Kristen itu adalah orang-orang baik.
Kadang-kadang kita pun yang sudah memberi. Masih dicari-cari lagi. kesalahannya. Tapi di dalam bagian Tuhan, enggak apa-apa. Hadapi semua dengan kejujuran.
Hadapi semua dengan ketransparan. Karena saya pun pernah menghadapi hal yang sama. Jadi di dalam bagian inilah surah. Setiap kita harus benar-benar berjiwa filantropi untuk kemuliaan Tuhan. Amin.
Yang kedua, Alkitab mengajarkan kepada kita bagaimana kita hidup, kita sadar. Kita orang lemah, kita orang terbatas, kita orang yang bisa mengalami hal seperti mau putus asa. Kita bisa menjadi orang yang seperti patah semangat, patah hati, bisa.
Tapi kita punya Tuhan yang kuat, kita punya Tuhan yang tidak pernah gagal bagaimana membimbing dan menyertai kita. Maka Masmur 84 ayat 5 mengajarkan kepada kita. Bagaimana kekuatan dan hasrat kita selaras dengan kerajaan Tuhan yang tidak tergoncangkan. Kerajaan Tuhan yang tidak mungkin mengecewakan. Karena Kristus adalah Raja di atas segala Raja.
Di sini mengajarkan kepada kita surat, jangan engkau mengandalkan diri. Karena engkau kaya, karena engkau hikmat, karena engkau bijaksana, karena engkau punya kekuasaan. Jangan.
Andalkanlah Tuhan melampaui itu semua. Dan itu yang tadi kita baca dalam Yeremia 9 dan 23. Masmur 1, 27, ayat 1 dengan 2. Rumah kita bisa berjalan dengan baik. Di dalam satu pola ekonomi, pola pendidikan dan sesuatu.
Bukan karena kekuatan kita. Tapi karena Tuhan yang bekerja. Maka sia-sialah orang bangun pagi-pagi.
Sia-sialah orang bekerja keras. Untuk berpikir segala sesuatu yang dikerjakan untuk rumah, untuk anak-anak, untuk istri. Ternyata ujung-ujungnya bukan kebahagiaan. Justru perpecahan.
Justru kekacauan. Kenapa? Karena kita tidak mengandalkan Tuhan.
Ketika kita mau mendidik diri kita. Ketika kita sedang menghadapi masalah. Ketika kita menghadapi pergumulan. Ketika kita mau memimpin keluarga ini. Mau dibawa kemana keluarga kita di depan.
Maka saya ingatkan, Bapak Surat. Khususnya keluarga muda. Pada waktu anakmu masih bisa bersama dengan engkau. Bikin kebaktian keluarga. Kalau hal yang paling indah kita kumpul sama anak, kebaktian.
Itulah bonding time yang paling sejati. Di sini banyak keluarga muda. Saya tidak bisa sebut satu per satu.
Kalau engkau kumpul sama anakmu dari kecil. Buat mereka menikmati Tuhan bersama papa dan mama. Ajar mereka melihat keagungan Tuhan, kemuliaan Tuhan.
Disitulah keluargamu menjadi keluarga yang benar-benar mengandalkan Tuhan. Dan saya persering ingatkan. Jadi seorang perempuan jangan banyak ngomong di rumah.
Di luar pun jangan banyak ngomong. Jadi seorang papa pun jangan terlalu banyak marah. Kenapa?
Kuasa manusia tidak bisa merubah anak. Yang merubah anak adalah kuasa firman yang kau nyatakan di rumah. Jadi cepel secara rohani di rumah itu penting.
Mesbah Tuhan dinyatakan di rumahmu itu penting. Pasti iblis tidak suka di rumahmu. Kenapa? Karena rumahmu memuji Tuhan.
Rumahmu menyatakan firman. Rumahmu dipakai menjadi rumah pendidikan daripada anak-anak bagi Tuhan. Maka pasti rumah seperti itu penuh dengan damai. Jadi di dalam bagian penting.
Kedua, mengutamakan Tuhan dan menikmati pimpinan Tuhan. Dalam situasi Tuhan memimpin kita seperti berjalan menuju daripada rumput yang indah. Kita tetap mengandalkan Tuhan. Artinya hidupmu semua lancar. Tapi engkau tetap mengandalkan Tuhan.
Waktu engkau ada masalah. Seperti berjalan di tengah-tengah maut. Tapi engkau tetap memegang gada Tuhan.
Engkau tetap bisa makan di hadapan musuhmu. Masmur 23 mengatakan itulah hidup. Iman memimpin perasaan.
Bukan perasaan memimpin dan mempengaruhi iman. Iman mengarahkan seluruh sikap tindakan kita dalam situasi apapun juga. Kita tetap mengutamakan Tuhan.
Itulah buah iman. Maka kita gak bisa bikin alasan. Lagi sakit gak ke gereja misalnya. Lagi ada begini gak ke gereja.
Kalau engkau memang masih bisa bangun. Kalau engkau masih bisa berjalan. Di tengah sakit pun tunjukkan engkau mengandalkan Tuhan.
Kenapa? Itu bagian daripada ujian. Jadi di dalam bagian inilah surah. Kita jangan terlalu memanjakan diri. Bayangkan Kristus melewati jalan viadarosa.
Seluruh sakit tidak dianggap sakit. Seluruh penderitaan tidak dianggap penderitaan. Kenapa? Karena visi penebusan. Disitulah kita baru sadar surah.
Kenapa orang Kristen banyak memanjakan diri. Karena tidak tuntas pengertian teologi salibnya. Jadi di dalam bagian inilah surah.
Mari kita menjadi orang-orang survival secara rohani. Orang-orang yang bisa melewati tantangan. Secara mengandalkan.
Maka ketiga. Kekuatan hasratnya selaras dengan kerajaan Tuhan. Karena hidupnya selalu takut akan Tuhan.
Jadi Yeremia 17 ayat 5. Yeremia 23.10 mengajarkan kepada kita. Takutlah kepada Tuhan. Sehingga kita tidak berani berbuat dosa.
Takutlah kepada Tuhan. Sehingga kita takut jika Tuhan tidak sertai kita. Disitulah surah kita baru mengerti. Aspek yang kedua ini sangat penting.
Yang ketiga. Kebagian dalam Tuhan. Engkau tahu engkau orang lemah.
Engkau tahu kau orang terbatas, kita tahu kita orang yang tidak layak, tapi kita terus memohon belas kasihan Tuhan. Untuk apa? Bisa dipakai oleh Tuhan.
Maka anugerah penebusan selalu menyertai menjadi anugerah kita dipakai untuk menyatakan penebusan itu. Untuk orang lain. Jadi jangan berpikir teologi penebusan itu penting.
Teologi redemption itu penting. Tapi kau tidak paham bagaimana penebusan itu juga bisa dinyatakan melalui dirimu. Pada waktu engkau menyatakan berita penebusan itu.
Itu lebih penting. Jadi bukan hanya sekedar berteologi konsep penebusan tentang Kristus. Tapi bagaimana engkau menyerahkan diri, engkau menjadi agen dipakai memberitakan Injil tentang pada busan. Itu jauh lebih penting. Dan 2 Timotius 2 ayat 21 menyatakan.
Jadilah perabot rumah tangga yang bersih. Yang menghindari hal-hal yang kotor. Engkau akan dipakai oleh Tuhan dalam maksud yang mulia. Karena engkau terus menguduskan diri.
Itu memberi tahu kepada kita. Kita ini adalah orang-orang yang harus mengejar kekudusan. Kita harus menjadi orang-orang yang mengejar kesucian melebihi apapun juga.
Supaya apa? Supaya kita bisa dipakai oleh Tuhan. Jadi jangan berpikir saya mau dipakai Tuhan tunggu kaya.
Tunggu berhasil. Tidak. Kekayaanmu adalah kekayaan rohani. Kelimpahanmu adalah kelimpahan rohani.
Maka pada waktu kita mau sungguh-sungguh dipakai Tuhan. Kuncinya adalah kesucian. Kuncinya adalah minta penyertaan Tuhan.
Kuncinya adalah engkau mau sungguh-sungguh peka dan siap diutus dimanapun juga engkau. Saya rindu setelah Gor ini direnovasi. Ini dalam standar yang jauh lebih baik daripada Unggul Sport.
Dalam hal apa? Lightingnya. Nanti pelan-pelan kita perbaiki.
Pelan-pelan kita perbaiki. Nanti kita bikin tim. Yaitu paduan orang kita.
Yang mau memakai tempat ini. Menisarana mandat budaya. Bagaimana melalui olahraga.
Kita menjangkau jiwa. Bagaimana melalui olahraga. Terbentuk satu komunitas.
Menjadi alat kemuliaan Tuhan. Sehat rohani. Dan disitulah kita butuh orang-orang yang komitmen. Tapi kalau kita tidak melihat ini satu anugerah Tuhan. Engkau salah.
Tanah ini pun anugerah Tuhan. Kita dikasih tanah daripada si Dodo boleh pakai apapun juga. Itu dibeli tidak murah.
2,5 M. Itu pun anugerah. Tapi kalau kita tidak mengerti bagian ini sudah dikaitkan dengan kerajaan Tuhan.
Dan gempol seolah-olah merasa butuh terus pertolongan pusat. Kalau bisa pusat yang kasih tanah kita banyak. Selaka kita. Maka kita harus ada waktunya berjuang secara mandiri. Maka ketika kita diminta untuk pindah.
Kenapa? Pikirkan. Kenapa kita harus pindah ke sana? Mungkin tempat ini jadi apa? Mungkin saja bisa jadi sekolah.
Mungkin saja tempat ini nanti di depan sebagai satu pendidikan yang lebih penting. Hal-hal yang bersifat bisa kemasyarakatan. Dan tempat kita mungkin strategis harus dekat daripada jalan angkot dan yang lain-lain.
Tapi siapa yang bisa berpikir itu penting tuh 25, 50, 100 tahun. Hanya orang yang berpikir futuris. Tapi kalau engkau tidak berpikir futuris ke depan. Pikiranmu mandek, engkau tidak akan memahami ini lebih dalam. Nah disinilah surat kita merindukan.
Seluruh hidup kita sinkron dengan penggenapan kendak Tuhan. Dan penggenapan kendak Tuhan yang paling bahagia pada waktu kita bisa dipakai oleh Tuhan. Maka jika kita bisa simpulkan dari perspektif di luar lukas. Kita bisa melihat blessed in Christ.
Itu berbicara tentang bagaimana kita memiliki karakter rohani. Nanti kita bandingkan dengan Lukas. Jadi orang-orang yang bahagia. Hidupnya berkarakter Tuhan.
Bukan berkarakter dunia. Kenapa? Karena melalui hidupnya orang lain melihat Kristus. Itu orang bahagia. Kemarin ada jemaat dari salah satu cabang.
Mau kenalan sama saya. Orang tua. Terus kenalan dia bicara.
Pak Tumpal terima kasih ya. Saya sering lihat Bapak di Refund 21. Terima kasih Pak Oya banyak pembahasan tentang keluarga memberkati saya dan keluarga. Baru sekali ini saya kenalan dengan Pak Tumpah. Saya hanya lihat di Refund 21, di yang lain-lain.
Terima kasih Pak untuk perkenalannya. Bapak jauh-jauh dari Jakarta. Oh enggak saya di Gempol. Oh baru tahu.
Jadi dia pikir saya masih di Jakarta. Jadi di dalam bagian inilah seluruh hidup kita bagaimana berpikir. Kita bisa menjadi berkat.
Maka pelayanan digital ministry. Itu pelayanan melintasi tempat. Disitulah kita menggarap gereja kita.
Harus gereja yang bisa mengisi firman. Ada di dalam media-media apapun juga. Maka disitu Bapak Surah sadar. Ini zaman sudah berubah. Jangan berpikir gerejanya hari minggu.
Gereja bisa setiap saat. Karena di dalam firman dinyatakan. Maka ketika media kita diberitakan. Mari kita semuanya ikut campur. Mari kita bantu like.
Mari kita bantu share. Itulah jiwa pelayanan kita. Karena kita berkarakter Kristus.
Mau terus memuliakan dia. Dan hidup kita menjadi berkat. Kedua.
Engkau berpikir kebahagiaan engkau adalah dirimu bisa menjadi berkat bagi orang lain. Ini penting sekali. Maka bahagia orang memberi bukan karena menerima.
Yang kedua karena kekuatan ketiga asratmu semuanya selaras dengan Tuhan. Dan yang keempat karena tadi hidupmu mau dipakai Tuhan. Nah ini menarik.
Apalagi kalau kita melihat dari pemasmur. Saya tidak bahas secara inti. Pemasmur mengatakan intinya.
Orang bahagia seluruh jiwanya. Itu sinkron dengan jiwa Tuhan. Maka selalu pemasmur menekankan.
Orang bahagia itu adalah orang yang sedang ada di dalam jalan Tuhan. Ada di dalam satu penyertaan Tuhan. Kenapa? Karena dalam konsep pemasmur.
Orang bahagia melihat seluruh hidupnya adalah ibadah. Jadi pada waktu dia selalu menghadapi musuh. Yang membenci dia, mau membunuh dia.
Dia penuh hadapan ini dengan ibadah. Waktu dia ada kesulitan, ada pergumulan. Dihadapi dengan ibadah. Apa artinya? Dia selalu berrelasi dengan Tuhan.
Dia selalu takut mengambil tindakan yang salah. Kenapa? Karena dia sedang mengagumkan dan memuliakan Tuhan. Dan disitu kita bisa paham.
Bagaimana teologi pemasmur. Mengajarkan kepada kita. Kebahagiaan adalah.
Kekuatan relasi. Untuk engkau memegang janji Tuhan. Itu kata Calvin.
Maka orang ibadah. Orang yang membangun komitmen diri. Di dalam satu kekuatan. Untuk selalu melihat Tuhan.
Dan memegang janji Tuhan. Untuk membangun komitmen. Kenapa Calvin mengatakan demikian?
Karena melihat dari perspektir. Daripada emasmu. Jadi teologi covenant menjadi teologi yang penting.
Karena mengingatkan kepada kita pada waktu engkau selalu berrelasi dengan Tuhan. Itulah kekuatan engkau hidup menghadapi dunia. Suami istri harus kuat membangun satu relasi.
Komunikasi, sharing hidup dan lain-lain. Disitulah engkau akan kuat menjadi satu bagian yang... tidak terpisahkan. Karena satu yang lain berinisiatif membangun strong relation. Dan yang satu juga membangun strong in heart.
Strong in feel. Maka pada waktu engkau benar-benar bagaimana mau menyatu relasi dalam satu nilai fondasi yang kuat seperti ini. Relasi mesehat. Karena apa? Karena relasi suami istri.
Relasi papa mama dengan anak diikuti. Dikat dalam strong in love. Satu kekuatan kasih yang menyatukan. Ini indah sekali, Suruh.
Kalau kita bahas dalam konsep pemasbur. Kita sekarang lihat dari perspektif Lukas. Lukas. Kita sudah bahas ini berkali-kali. Khususnya berkaitan dengan pasal 12 ayat 37-38.
Kita bisa melihat secara awal. Bagaimana Lukas melihat orang kebahagiaan? Itu karena memiliki karakter rohani seperti Tuhan. Ini seperti Matius 5 ayat 3 dan 11. Ayat ini kita bisa lihat dalam pasal 6 ayat 20. 7 sampai dengan 23. Sorry itu bukan strip ya.
Itu titik 2. Kedua kita bisa melihat. Di sini orang berbahagia kata Lukas. Adalah orang yang melihat kemuliaan Tuhan. A nya perlu ditambah. Kemuliaan Tuhan.
Jadi orang yang bahagia itu. Orang yang diizinkan bisa melihat kemuliaan Tuhan. Bagaimana rancangan penebusan.
Rancangan penggenapan keselamatan dinyatakan. Maka dia orang berbahagia. Dan bagaimana dia orang berbahagia.
Karena namanya terdaftar di surga. Dan yang keempat. Melihat kuasa Kristus dan otoritas Allah dinyatakan dunia.
Iblis dikalahkan. Jiwa-jiwa yang diikat oleh setan dimenangkan. Itu adalah orang bahagia. Dan yang kelima.
Mendengar dan memelihara firman Tuhan sebagai fondasi hidupnya. Dia adalah orang yang berbahagia. Kenapa? Banyak orang akhirnya tidak bisa mendengarkan firman yang benar.
Celakanya. Firman yang tidak benar pun kadang-kadang dianggap benar. Maka ketika kita di zaman sekarang bisa mendengarkan firman dengan benar. Kita orang bahagia.
Apalagi bisa memelihara firman itu sebagai fondasi hidup. Kita orang bahagia. Tapi Zura cukup disitu? Tidak.
Di dalam ayat 3738. Menekankan kepada kita. Jikalau kamu terus memiliki kewaspadan iman. Dan kewaspadan imanmu membangun satu pengharapan. Karena kasihmu kepada Tuhan menantikan mempelai priaku itu akan datang. Seperti engkau orang yang bekerja.
Bagaimana pengantin atau orang yang sedang mengadakan satu pernikahan. Engkau siap untuk membukakan pintu. Itu berbicara tentang hasrat dan tanggung jawab. Di sini seorang kita bisa melihat. Orang yang bahagia dalam perspektif eskatologis.
Iman dan pengharapan dan kasihnya terintegratif. Pertanyaan kita, memang bisa Pak Tumpang? Iman tidak terintegratif, sangat bisa. Ada orang mengaku punya iman. Tapi kalau diuji daripada nilai pengharapan dia berkat dan dengan kemuliaan Tuhan, kerajaan alam tidak nyambung.
Orang mengaku punya iman. Kalau dikaitkan kasih dia kepada Tuhan. Dan kepada orang-orang berusaha untuk kembali kepada Tuhan. Tidak nyambung.
Jadi seolah-olah iman itu berdiri sendiri. Walaupun iman itu kita baru mengerti. Kenapa iman dia berdiri sendiri?
Karena iman dia hanya memanfaatkan Tuhan untuk kedekatan diri. Maka ketika Paul Yonggicho mengajarkan tentang dimensi iman. Itu ada ajaran yang paling kacau. Itu ajaran yang meninggalkan konsep Ibrani 11. Itu ajaran yang mengajarkan kekuatan aktualisasi diri. Fantasi diri.
Kau mau minta apapun juga bayangkan. Minta mobil bayangkan. Bentuknya kalau perlu, mereknya apa, warnanya apa.
Klaim dalam nama Tuhan Yesus. Kamu punya pacar. Pacarmu, favoritmu apa.
Idungnya gimana, pipinya gimana, cantiknya gimana, tampannya gimana, tingginya gimana. Bayangkan. Minta dalam nama Tuhan Yesus.
Kamu mau punya rumah, bayangkan rumahnya bagaimana. Coba dikuasai apa begini, klaim dalam nama Tuhan Yesus. Saya tanya seorang. Benarkah itu iman? Tidak.
Itu adalah aktualisasi fantasi lebih cocoknya. Kenapa? Iman kita tidak lihat. Namun kita percaya. Kalau engkau paksa lihat itu bukan iman.
Itu aktualisasi fantasi. Sehingga pada waktu kita dibodohi dengan ajaran daripada Paul Young Gicho. Diajari ke semua mempengaruhi gereja-gereja Pantekosta karismatik di Indonesia.
Kita mengatakan ini adalah iman yang benar. Dimensi keempat daripada iman. Saat itulah surah akhirnya banyak orang Kristen tidak punya iman dalam nilai integratif.
Iman di persuasisi yang salah. Iman diinterprestasi yang salah. Iman difantasikan.
Akhirnya menyesatkan. Di dalam bagian itu akhirnya konsep iman seperti ini. Memaksa Tuhan. Bukan berserah kepada Tuhan. Maka iman harus punya satu nilai ujian berkatan dengan pengharapan yang bersifat kekal.
Kalau iman hanya berkatan dengan sesuatu yang sementara. Minta mobil, minta rumah. Minta ini. Itu semua sementara.
Itu bukan iman yang sejati. Itu iman yang palsu. Maka disinilah surah kenapa reform itu sangat tegas sekali.
Berbicara tentang iman. Karena ini mengajarkan fondasi dasar. Daripada seluruh nilai kekristianan kita. Dan PA kita akan kita lanjutkan Jumat ini.
Tentang apa yang dikatakan iman. Berkata dengan pembenaran. Bukan berkaitan dengan kekuatan kita. Dan di dalamnya kita akan fokus kepada konsep pembenaran Allah. Bukan pembenaran manusia untuk manusia.
Nah di dalam bagian nilai surah. Iman punya nilai integratif dengan pengharapan. Kenapa?
Karena imanmu engkau miliki dari anugerah Tuhan. Rok kudus menanamkan iman mula-mula kepada dirimu. Dan baru engkau bisa berespon tentang anugerah Tuhan daripada firman-Nya. Dan pada waktu roh kudus memberikan engkau iman mula-mula. Dan iman itu menjadi hidup ketika engkau sadar engkau orang berdosa.
Ketika engkau sadar siapa Yesus. Ketika engkau sadar hidupmu itu adalah pendosa besar. Di dalam Tuhan engkau bisa didamaikan. Di dalam Tuhan engkau bisa ditebus.
Maka iman menyadarkan kepada kita siapa dirimu. Maka disitulah iman membangun pengharapan yang baru dalam kebaruan dirimu. Jadi di dalam bagian nilai surah.
Jikalau ada orang mengaku sudah lahir baru. Tapi di belakangnya masih ada racun-racun pengharapan yang palsu. Racun-racun pengharapan yang sementara.
Harus kaya, harus ini, harus ini. Imanmu palsu. Iman yang sejati akan merombak seluruh pengharapanmu. Bernilai suci.
Pengharapanmu bernilai mulia. Dan pengharapanmu bernilai sejati. Kenapa? Karena pengharapanmu berkaitan dengan kekekalan Tuhan. Disinilah Lukas mengajarkan.
Orang yang berbahagia secara eskatologis. Iman akan sinkron dengan nilai kekekalan Tuhan. Dan itu menjadi warisan dia nanti ketemu dengan Tuhan. Kenapa?
Karena dia suka menyimpan harta rohani dibandingkan dengan harta duniawi. Jadi kadang-kadang suruh hal yang menghambat kita tidak maju. Karena kita masih mentuhankan pengharapan kita yang semu dan sementara.
Tidak salah kalau kita punya satu pengharapan yang besar. Tidak salah. Tapi pertanyaannya besar untuk apa?
Membesarkan nama Tuhan tidak. Kita rindu punya anak pintar. Tidak salah. Tapi kita tanya. Waktu kita jadikan anak kita pintar.
Pintar untuk apa? Pintar untuk menunjukkan kita orang tua hebat. Pintar untuk menunjukkan kita adalah orang-orang yang berpendidikan. Jikalau kita mendidik anak kita pintar dalam menit tanggung jawab kita. Supaya anak-anak bisa dipakai Tuhan.
Itu jauh lebih mulia. Jadi di dalam bagian nilasura. Ketika kita mengikuti Tuhan. Kita menjadi orang yang berbahagia.
Kita membangun satu pengharapan kita. Kenapa? Karena pengharapan kita untuk memuaskan hati Tuhan.
Disitulah engkau orang berbahagia. Maka Alkitab mengatakan. Pada waktu kita menginjili seseorang.
Orang itu bertobat. Malekap di surga bersorak-sorai. Hati Tuhan dipuaskan. Pengharapan kita adalah kita mau merindukan. Di dalam kita hidup di dunia ini.
Engkau punya nilai investasi rohani yang bernilai kekal. Dan pengharapan itulah yang menjadi satu kekuatan. Untuk engkau mau sungguh-sungguh dipakai Tuhan.
Karena kalau manusia tidak punya pengharapan. Manusia tidak punya satu energi hidup. Manusia tidak punya pengharapan.
Adalah manusia yang memiliki kekosongan hidup. Tapi pengharapan kita bukan pengharapan yang sementara. Tapi pengharapan yang bernilai kekal. Maka yudemonism kadang-kadang mengajarkan kepada kita satu kepuasan moralitas yang tertinggi. Tapi juga ada orang mengatakan saya kan pengikut yudemonism.
Berpikir semuanya akhir karena hidup ini akan berakhir. Nah disitulah seorang manusia dibodohi oleh setan. Hidup tidak akan berakhir, akan ada penghakiman.
Ada satu nilai kehidupan kekal di surga. Dan ada satu hukuman neraka. Untuk orang-orang yang berbuat jahat dalam nilai kekekalan.
Jadi di dalam bagian nilai surga. Kita baru mengerti. Apa artinya orang bahagia dalam perspektif eskatologis.
Karena imannya membereskan pengenalan dirinya. Dan membereskan pengenalan tentang Tuhan. Untuk membangun pengharapan. Saya tanya, mungkinkah dalam pernikahan ada pengharapan yang tidak suci masih terus muncul?
Mungkin. Selalu di dalam saya menguji biasanya sesi yang keempat, kelima dalam konseling pernikahan. Saya memberikan satu formulir.
Yang perempuan tulis, yang laki tulis. Silakan. Masih adakah... Kekuatiran dalam dirimu Terhadap calon suamimu Tulis Masih adakah kekuatiranmu Calon mertuamu Tulis Ini perlu kita lihat Dia mau menikah Kekuatiran banyak Terhadap apa?
Calonnya suami istri Kekhawatiran banyak untuk mertuanya. Celaka ini. Ini harus diberesin dulu semua. Nanti dilihat semua.
Kedua. Nanti tiba saatnya sesi berikutnya. Tentang ujian pengharapan.
Apa yang kau harapkan dari calon suamimu? Tulis berikatan ini, berikatan ini. Apa yang kau harapkan dari mertuamu? Akan menjadi orang tuamu yang baru. Tulis.
Tapi yang paling akhir. Apa yang kau harapkan dari Tuhan. Untuk dirimu.
Untuk suamimu. Untuk nanti keluargamu yang baru. Dari situ surah semua akan kebongkar.
Kalau ini gak dibereskan surah. Ternyata surah. Ada misi terselubung yang masih dalam satu pernikahan.
Maka ada artis yang sudah menikah hampir 18 tahun. Saya coba menelusuri. Di dalam sidang sudah berapa kali. Saya coba baca kesimpulan-kesimpulan.
Dan dia sudah bertahan katanya kurang lebih 10 tahun ini. Dalam pernikahan 18 tahun. Akhirnya harus mengalami perceraian. Karena mulai beda prinsip.
Karena istri gaya hidupnya berbeda. Pola hidupnya berbeda. Tidak bekerja tapi menampilkan satu gaya yang stainless.
Mengampilkan satu gaya yang hedonis. Di situ surah bisa mengalami keretakan? Bisa. Kenapa surah?
Karena menyemunyikan satu misi. Jadi di situlah surah kita baru sadar. Kadang-kadang surah. Ketika iman kita itu beres.
Kita bersyukur sekali suruh. Karena pengharapan-pengharapan kita yang tidak suci. Semua harus dibuang.
Amin. Ketika iman kita beres. Kita merindukan pengharapan kita bernilai kekal.
Untuk kemuliaan Tuhan. Amin. Disinilah Lukas mengajarkan. Orang bahagia. Dalam perspektif eskatologis.
Semua punya nilai benang merah. Kekekalan. Termasuk pengharapan.
Maka yang terakhir, kasih. Ternyata kasih, surah, itu bernilai kekal. Iman pengharapan akan berlalu. Tapi kasih akan terus ada di surga.
Kasih yang bagaimana? Kasih yang merindukan. Kita ketemu dengan Kristus sebagai sumber kasih itu.
Kasih yang bisa, kalau bisa menghancurkan diriku. Untuk aku bisa menyatakan Tuhan. Maka firman Tuhan mengatakan.
Cinta akan rumahmu menghancurkan aku. Apa artinya? Cinta akan Tuhan merelakan kita untuk berkorban habis-habisan.
Maka suara ketika orang mengatakan cinta Romeo dan Juliet. Itu cinta yang terlalu eros. Karena cintanya kepada pasangan dia rela untuk berkorban. Tapi berkorban hanya untuk menyenangkan manusia sementara.
Itu pengorbanan yang belum tentu mulia. Memang kita ngerti. Waktu kita mau berkorban untuk orang kita kasih. Kenapa?
Untuk mendapatkan kepuasan refleksi kasih itu sendiri. Tapi kasih yang kekal. Yang lebih mulia engkau berkorban. Untuk menyatakan kasihmu kepada Tuhan. Dan pada waktu engkau berkorban.
Engkau tidak rasa engkau sudah berkorban. Pada waktu engkau sudah memberi yang terbaik itu Tuhan. Engkau tidak rasa engkau sudah memberi.
Kenapa? Karena kamu lihat semua kasih itu. Sebagai satu energi hasratmu.
Satu energi kerinduanmu. Yang bernilai kekal. Maka iman dan parapan akan berlalu. Kasih akan tetap ada. Kenapa?
Karena kasih itulah bukti engkau punya relasi dengan Tuhan. Suami istri. Bisa saja statusnya suami istri.
Tapi kalau sudah terpisah kasihnya. Mereka pula secara esensi bukan lagi suami istri. Hanya suami istri secara surat. Kenapa? Karena kasih mereka tidak menyatu.
Dalam banyak segala hal. Dimana ada kasih, tidak akan ada amarah. Dimana ada kasih, tidak akan ada kebencian.
Dimana ada kasih, tidak akan ada dendam. Dimana ada kasih, ada pengertian. Dimana ada kasih, akan saling tolong menolong.
Jadi kasih bisa menyumpel mulut pasangan. Tidak berani menceritakan kejelekan. atau kekurangan pasangan. Kenapa? Karena kita mengerti.
Jadi kalau ada seorang istri ngomongin kelemahan suami, berarti kasihnya apa? Kesimpulan. Jawab.
Yang suka ngomongin. Ketemu anak lapor, mama, papa. Waktu engkau membicarakan kelemahan pasanganmu, itulah baru ketahuan, kasihmu sudah turun. Kasih menutupi banyak dosa. Kata Alkitab.
Bukan berarti kasih mengkompromikan dosa. Tidak. Engkau tahu titik kelemahan anakmu.
Tapi enggak perlu dibicarakan. Engkau berpikir solusi. Engkau tahu kelemahan anakmu ini. Jangan bicara kepada kakaknya atau adiknya. Kenapa?
Kasih menutupi. Kenapa? Karena berpikir anak saya masih bisa saya edukasi.
Jadi jangan sampai kata-kata saya. merugikan dia. Nah disitu saya diajarkan kepada kita.
Kasih itu membuat kita menjadi manusia yang merefleksikan kasih Tuhan. Maka orang berdosa pun kita rindukan untuk kita injili. Orang yang bejat pun kita rindukan untuk berubah. Maka ketika iman, pengharapan dengan kasih, ini menyatu bernilai kekal.
Ini menyatu untuk pengenapan hal lain bersifat kekal. Ini menyatu berkaitan dengan hasrat kita. Pada waktu kita mau ketemu Tuhan.
Kita sudah siap secara kuas padan iman. Dan kita terus menantikan itu. Menjadi satu titik pertemuan yang terindah.
Dan sering saya katakan di bimbar ini. Saya sering mau mati. Saya sering merindukan mengalami kematian itu.
Kenapa? Kadang-kadang hasrat saya ini mau ketemu Tuhan Yesus. Jadi pertemuan saya yang paling saya rindukan bukan ketemu dengan presiden.
Bukan ketemu dengan siapapun juga. Pertemuan yang saya terus rindukan, saya ketemu dengan Bapak saya. Yaitu Tuhan, Tuhan Yesus. Jadi aduh, saya mau ketemu dengan siapa?
Dengan penyanyi saya kagumi, Taylor Swift. Saya mau ketemu dengan Bruno Mars. Saya mau ketemu dengan ini.
Itu terlalu rendah. Ada seorang anak kena penyakit favoritism. Jadi dia setiap hari bisa 2-3 jam mendengarkan lagu-lagu Taylor Swift.
Dan kalau Taylor Swift itu show dimana dia akan selalu nonton, dia akan kumpulkan gelang-gelang. Baik show yang di Singapura hari pertama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat dikumpulin. Nanti show dimana lagi dikejar, dikumpulin, dikumpulin, dikumpulin. Baru melihat Taylor Swift naik di panggung aja, anak kecil udah istri.
Sampai minta-minta mau ketemu. History sekali. Pada waktu diatur sebagaimana bisa diatur ketemu.
Seperti orang yang memuaskan hasratnya. Luar biasa. Kalau ditanya hidupmu besar mau jadi apa? Taylor Swift. Rambutnya sudah kayak Taylor Swift.
Apa semua Taylor Swift. Taylor Swift. Taylor Swift.
Anak. Kena penyakit favoritism. Kehilangan jati diri.
Anak kena penyakit favoritism. Berlebihan. Kehilangan keunikan diri. Kenapa seperti ini?
Ini karena kegagalan orang tua. Mendidik anak. Ini kegagalan orang tua.
Harusnya anak diajar. Memfavoritkan Tuhan Yesus yang tidak pernah berubah. Harus mengajarkan favorit. Tuhan Yesus menjadi Tuhan.
atas seluruh hidupmu. Yang bisa menjadi kepemilikanmu. Memberikan kau hiburan dan kekuatan. Jadi dalam bagian inilah surat.
Kita boleh mengagumi siapapun di dunia. Tapi kita tidak boleh mencintai orang itu melebihi cinta kita kepada Tuhan. Amin.
Kita boleh mencintai istri kita, suami kita, anak-anak kita. Tapi cinta kita tidak boleh melebihi cinta kita kepada Tuhan Yesus. Amin.
Dan ini harus kita bereskan. Saya sering katakan. Kalau papa mati duluan.
Mama harus siap. Kalau mama mati duluan. Papa harus siap.
Kalau kita mati dua-dua. Anak harus siap. Kalau ada diantara kita. Anak kita harus mati. Kita harus siap.
Karena kematian di dunia. Tidak memisahkan kasih kita. Kita akan ketemu nanti di surga. Nah di dalam bagian inilah surga.
Baru kita mengerti. Kebagian dalam perspektif eskatologis. Ternyata berbicara tentang integratif.
Iman, pengharapan, dan kasih bernilai kekal. Iman, pengharapan, dan kasih bersifat satu nilai penggenapan hidup kita. Menyatakan hal-hal yang bersifat kemuliaan Tuhan. Dan yang ketujuh. Orang yang memiliki kebagian eskatologis akan tiba saatnya diundang masuk dalam perjamuan kerajaan Allah.
Kita akan dipanggil sebagai domba-domba Allah. Kita akan menikmati Tuhan dalam seluruh nilai kemuliaan sejati. Itulah kebagian kita.
Jadi kebagian kita bukan karena punya rumah besar, mobil banyak fasilitas. Kebagian kita karena... Kita dimiliki oleh Tuhan. Amin. Kebahagiaan kita karena kita dipastikan pasti masuk surga.
Saya pernah dapat undangan dari istana untuk ikut acara 17. Tapi karena covid akhirnya masing-masing diadakan di rumah. Tapi tetap diminta pakaian adat. Dan diminta untuk saya bisa tetap mengikutinya semua dengan normal. Dengan seperti kayak fisik.
Nah setelah itu saya dapat banyak hadiah dari Jokowi. Dapat jaket, dapat ini, dapat ini. Kenapa?
Karena di antara hamba-hamba Tuhan yang mengikuti ternyata pakaian adat yang saya pakai itu katanya mendapatkan nominasi. Maka jaket diminta sama anak saya. Pak ini untuk saya ya.
Ya ambillah. Pak ini untuk saya. Ambillah.
Kenapa suruh? Karena bagi kita itu bukan satu kebanggaan. Tapi kalau anak kita memiliki ya gak apa-apa. Itu satu kebanggaan. Tapi kita paling bangga kalau kita apa?
Diundang sama Tuhan Yesus. Yang bersifat kekal. Amin. Maka dalam hidup kita suruh.
Kerinduan kita yang paling tertinggi. Ketemu dengan Tuhan. Yang pasti di surga. Bukan ketemu dengan malekat. Ternyata di neraka.
Itu paling menyedihkan. Tapi pertemuan kita dengan Tuhan di surga. Itu kebahagiaan. Mutiara iman kita hari ini. Agak panjang.
Tapi saya bacakan bagi surah. Nanti didoakan. Bahagia bukan karena nilai perasaan. Karena... Indra sesaat yang dipuaskan.
Mata, telinga, hidung, mulut, dan... Daripada kulit. Dan kepuasan akhir tanpa pernah berakhir.
Karena kepuasan seperti Salomo dapat istri banyak harta biduan wanita. Itu kepuasan akhir yang tidak pernah berakhir. Itu terlalu dinilai. Melainkan karena mengenal diri dan mengenal Tuhan dan pimpinannya. Engkau orang bahagia.
Engkau tahu siapa dirimu. Engkau tahu siapa Tuhan. Dan setelah itu engkau tahu pimpinan Tuhan. Engkau orang bahagia. Sehingga ketika berkorban.
Tidak perlu dirasa sudah berkorban. Amin. Suami engkau berkorban kepada istri dan anak-anakmu. Jangan dihitung-hitung.
Itu berkorban. Istri berkorban kepada suami, kepada anak-anakmu. Tidak boleh dihitung-hitung.
Anak berkorban kepada orang tua. Jangan dihitung-hitung. Kenapa? Karena semua adalah nilainya panggilan.
Jadi ketika kita juga sudah memberi yang terbaik bagi Tuhan. Tanpa perlu diperhitungkan, sudah memberi. Karena semua dipandang sebagai syukur dan ibadah. Amin.
Jangan hitung-hitungan sama anaknya. Nah, kenapa kamu tidak naik kelas? Ini lihat nih, satu tahun mama sudah bayar segini. Ongkos ojekmu. Kadang-kadang mama jemput.
Ini dihitung-hitung. Aduh, itu lebih menyiksa anak. Benar gak?
Nggak bisa kita mendidik anak itu ngitungan. Nggak bisa. Apalagi ada kebudayaan orang Batak tuh yang nggak benar. Nanti kalau menikah taruhan jual, taruhan beli misalnya.
Kita yang laki, pihak yang perempuan, kita mau beli istilahnya, bayar. Nanti pihak perempuan ngitung. Ongkos lahir, sekolah di mana, ini, ini, ini.
Jadi kalau untuk menyenangkan atau mengambil anak saya, ini biayanya Rp350 juta. Ini catatan bond tidak ada notanya. Itu adat batak yang perlu diperbarui.
Masa anak dijadikan alat? Untuk apa? Untuk nanti siapa yang mau nikah anak saya?
Satu M. Celaka itu. Itu sesuatu yang tidak benar. Maka ketika kita punya anak pun anugerah.
Kita bisa menjarakan anak pun anugerah. Nanti kalau sudah besar gak perlu ditunggu-tunggu. Benar gak? Nah kamu sekolahnya mahal dulu di Petra.
Jadi kamu sudah kerja. Perbulan untuk papa 1 juta. Mama 1 juta.
Karena kamu sekolahnya cuma dipusti. Kamu cukup 200 ribu. Celaka.
Gak bisa begitu. Jadi semuanya harus dilihat sebagai syukur dan ibadah. Maka suami, istri, anak-anak berkorban.
Ketika kita semua berkorban bagi Tuhan. Mari kita berlomba-lomba untuk berkorban. Kenapa? Karena itu adalah buah iman. Amin.
Karena Kristus sudah mati berkorban bagi kita. Jadi pada waktu kamu sudah memberi. Jangan hitung-hitungan.
Karena kamu sudah berkorban. Jangan hitung-hitungan. Itu membuat hatimu menjadi kotor.
Kedua. Kebagian rohani karena mendapatkan belas kasihan. Dapat dipakai Tuhan, dapat melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.
Bisa mendengar firman Tuhan yang benar dan memeliharanya sebagai fondasi iman. Itu kebahagiaan rohani. Ketiga, kebahagiaan eskatologis diawali karena kita mengenal diri dengan tepat di dalamnya. Dan mengerti rancangannya bagi hidupnya sampai membentuk karakter rohani.
Sampai membentuk hasrat iman, pengharapan dan kasih yang terus terjaga. Dan terintegrasi sampai Tuhan menjemput kita. Jadi disini kita mengerti.
Firman Tuhan terlalu dalam untuk direnungkan. Firman Tuhan terlalu limpah untuk terus bisa kita renungkan dalam seluruh kelimpahan kebenarannya. Biar firman Tuhan ini mengingatkan kita dalam poin pertama. Balik dulu poin pertama.
Poin kedua, poin ketiga. Oke, bangkit berdiri. Tuhan Yesus memberkati kita. Tetap poin dua dan tiga aja ditaruh. Atau poin satu dulu ya, untuk pokok doa.
Mari kita semuanya berdiam. Musik akan mengalun renungan kita. Silahkan baca saja.
Per detik dipaparkan. Poin 1. Setelah itu beri lagi poin 2 dan 3. Sehingga ini menjadi pokok doa kita. Untuk firman hari ini kita hidupi.
Dan membangun seluruh hidup kita bagi dia. Semua buka suara berdoa. Inilah kami Tuhan, dengarlah seruan doa kami, dan pakailah seluruh hidup kami untuk pakai menjadi alat kemuliaan-Mu.
Dan kembali kami menyerahkan diri kami, keluarga kami dengan apa yang kami miliki untuk boleh sungguh-sungguh menyatakan kemuliaan-Mu Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.