Selamat pagi semuanya, untuk para mahasiswa silakan boleh on cam dan terutama yang belum rename, jangan lupa pastikan rename name dan nama Anda. Jadi rename dulu supaya aksennya tercatat ya. Silakan sambil boleh on cam.
Tunggu juga dulu mungkin ada beberapa yang belum rename, baru bergabung dan belum rename. Silakan untuk rename dulu. Baik, selamat pagi teman-teman.
Kita masih di dalam acara rangkaian dari kelas untuk SSI dan juga kelas untuk bootcamp ya teman-teman. Hari ini kita sudah kedatangan tamu dari IDM-nya Pak Ahmad Finann. Jelaskan atau memberikan contoh bagaimana bercerita tentang digital teknologi fluensi yang sebenarnya merupakan juga bagian dari salah satu BGA yang kalian sebagai mahasiswa BINUS harus punya. BINUS graduate attribute yang kita punya.
Hari ini Pak Ahmad Ipinan bersama juga mungkin ada timnya dengan Bu Keisha, betul aja kali ya Pak ya, akan memberikan presentasi itu. Jadi kita mari pakai waktu sekitar 100 menit ke depan untuk mendengarkan, menyimak dan juga mungkin nanti menyiapkan pertanyaan ya teman-teman. Kira-kira nanti memang yang ada relate mungkin dengan pengalaman kalian dan atau mungkin ketidaktahuan kalian, kita bisa mempersiapkan dari sekarang juga untuk pertanyaannya. Oke, paling itu saja.
Masih kalau Bu Sabrina, oh Bu Sabrina dari IDM-nya juga ya? Iya, betul. Oke, salam. Ketemu lagi Bu Sabrina.
Kemarin kita ketemu. Baik, Pak Finan. Untuk waktu selanjutnya, saya serahkan ke Baik untuk memulai acara ini. Silakan nanti apakah Baik mau presentasi terus tanya jawab langsung atau memberikan waktu ke mahasiswa, silakan sesuai dengan apa rules dari Baik saja. Baik, waktunya saya persilakan ke Pak Finann untuk memulainya.
Oke, baik. Terima kasih, Bu. Selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Finann dari tim IdemiaA. Mungkin saya akan mempresentasikan topik mengenai digital teknologi fluensi.
Mungkin bisa diinformasikan apakah layarnya sudah terlihat? Sudah, sudah Pak. Baik Saya akan mempresentasikan topik ini dan apabila ada pertanyaan atau ada yang mau saya memperlambat presentasinya atau mungkin bertanya juga bisa di-interap saja. Tapi kalau emang nanti kita mau bertanya di, melakukan tanya jawab atau diskusi lebih lanjut di sesi diskusi, nanti bisa juga dilakukan.
Oke, pertama-tama topik digital teknologi fluensi ini adalah sebenarnya topik yang cukup. Sekarang itu semakin, yang paling cepat ya perkembangannya dibandingkan dengan teknologi yang lain. Dan setiap orang juga...
dihadapkan kepada kondisi di mana mereka harus beradaptasi dengan teknologi digital ini. Jadi untuk historinya, saya akan mulai dengan evolusi dari teknologi itu sendiri. Mungkin secara sejarah, bagaimana teknologi itu berkembang.
Di sini saya mulai dari... abad 19 atau sebelum abad 19 itu ada revolusi industri. Ini mungkin kita pelajarin waktu kita di SMA ya, di mana ada penemuan tentang mesin uap, kemudian telegraf, dan di abad 19 mulai ada telepon, kemudian mulai ada X-ray, nuklir atau kemudian di abad 20 mulai berkembang teknologi elektronik ya. terutama komputer, kemudian satelit, dan juga televisi.
Di akhir abad 20, perkembangan juga kita bisa lihat semakin banyak inovasi atau teknologi yang diperkenalkan ke masyarakat, yaitu yang paling signifikan, yang paling kita rasakan sebagai titik. Perubahan dari penggunaan teknologi fisikal non-digital ke digital adalah pada saat teknologi internet itu diperkenalkan di tahun 1991. Setelah teknologi internet dikenalkan dan mulai dipakai oleh masyarakat, maka semakin berkembang bisnis dan solusi yang sampai sekarang mungkin kita pakai ya. Seperti ada Amazon, eBay, kemudian penggunaan mobile phone. handphone sebelum smartphone ya.
Kemudian di akhir abad 21, ya mendekati tahun 2000 ke atas ya, mulai ada Facebook, YouTube, kemudian smartphone, ada iPhone, Android. Di sini Amazon, web service, Google Cloud, ini kita bisa lihat bahwa trendnya sudah berpindah dari fisikal ke digital. Semakin banyak juga inovasi yang disukukan atau diberikan kepada masyarakat.
Nah, dari perkembangan ini, dari yang perkembangan teknologinya agak lambat semakin cepat, itu karena dipengaruhi oleh satu mungkin hukum yang namanya Morselau. Jadi ini adalah salah satu mungkin observasi ya, bukan sebenarnya, bukan rumus. yang diperkenalkan oleh Gordon Moore. Jadi dia ini adalah co-founder dari Intel sebenarnya. Jadi ketika Intel baru dibentuk, dia adalah mungkin salah satu produsen semikonduktor yang cukup awal memperkenalkan teknologi semikonduktor.
Jadi key point-nya di sini, dia menyebutkan bahwa... Teknologi akan semakin berkembang dan berevolusi dengan cepat, dan mungkin dua kali lipat lebih cepat dalam bidang atau dalam skop transistor density, performance and cost, technological impact and challenge. Jadi setiap dua tahun atau... 4 tahun, kita diadapkan oleh perkembangan transistor yang semakin rapat, berarti ukuran dari suatu teknologi itu akan semakin kecil dengan performance yang 2 kali lipat lebih cepat dengan cost yang sama dan memiliki impact yang tinggi ini kita bisa lihat dari terutama produk dari Intel itu sendiri processor misalnya dimana Kita tahu Intel mengeluarkan prosesor yang dua kali lebih cepat. dua kali lebih kecil dengan harga yang sama dengan generasi sebelumnya setiap dua tahun sekali.
Kurang lebih seperti itu. Dan teknologi ini, hukum ini ya, ini yang dipakai sebagai patokan semua praktisi teknologi. Sehingga kita lihat di semua bidang, tidak semua, tidak hanya di semikonduktor.
Perkembangan ini berimbas, jadi bisa dari chip prosesor atau dari grafik kartu, kemudian dari komputansi itu sendiri, dari sisi software yang diimplement, kemudian dari sisi waktu yang dipakai untuk melakukan form prosesan itu semakin lebih cepat. Dan sepertinya menurut Nvidia, mungkin dengan adanya digital teknologi ini, Perkembangan sangat cepat sekali dan mungkin hukum ini menjadi obsolete atau menjadi tidak valid lagi karena perkembangannya sudah tidak sesuai dengan tren yang diprediksi sebelumnya. Nah, teknologi ini impact ke people, jadi kita sebagai user, kapanpun, di tahun berapapun kita lahir. kita akan mengadopsi dari teknologi yang ada di market.
Dan tentu saja ini relate ke generasi yang berbeda-beda. Kita tahu mungkin kakek nenek kita, orang tua kita, hidup di era ketika teknologi digital ini belum pesat dibandingkan dengan kita sekarang atau mungkin adik-adik kita. yang lahir di atas tahun 2010, teknologinya itu sudah cukup modern, dan mereka tidak mengalami adaptasi dengan teknologi yang lama.
Oleh karena itu, tiap generasi ini pasti memiliki cara pemahaman dan cara penggunaan teknologi yang berbeda pula. Kita bisa lihat dari tiap generasi. Generasi pertama adalah generasi baby boomers.
Ini adalah mungkin kakek nenek kita yang lahir di antara tahun 1946-1964. Dan ini sudah cukup umum, kakek nenek kita mungkin cukup sulit untuk mengadaptasi teknologi. Dan kalaupun bisa beradaptasi, kebanyakan adalah lebih untuk kebutuhan yang praktis, seperti untuk komunikasi, untuk telepon, untuk berhubungan dengan keluarga. untuk mengerjakan kesehatan, dan mungkin e-commerce, mungkin untuk belanja. Itu agak berbeda dengan generasi X, generasi orang tua kita, di mana generasi ini yang terlahir di tahun 65 sampai tahun 80, mereka ini adalah pionir digital transformation.
Jadi ketika mereka lahir, digital teknologi itu sudah mulai ada, dan mereka bisa menggunakan teknologi ini untuk... keperluan kerja atau keperluan bersantai. Contohnya, professional tools ketika mereka bekerja di kantor, mereka harus menggunakan teknologi, kemudian social media dan entertainment.
Mungkin kita tahu contohnya, kebanyakan penggunaan untuk orang tua kita menggunakan Facebook dan entertainment, mungkin YouTube. Kemudian mereka juga perlu catch up dengan parenting dan lifestyle untuk anak-anaknya. Generasi berikutnya adalah millennial.
Itu orang-orang yang lahir di tahun 1981 sampai 1996. Di sini kita bilang mereka ini adalah digital native. Karena mereka terlahir di era di mana digital teknologi itu sudah ada. Dan teknologi ini sudah terintegrate di kehidupan rutin, kehidupan harian mereka. Ya, mungkin seperti kita, kita sudah menggunakan social media, kita menggunakan mobile technology, itu bisa wearables, bisa smartphone.
mungkin bisa earphone, wireless earphone, atau mungkin entertainment system, dan kita menggunakannya untuk bekerja, dan di bidang pendidikan juga. Kelebihannya dibanding generasi sebelumnya, bahwa digital technology untuk generasi ini sudah digunakan juga untuk berinovasi dan entrepreneurship, untuk mencari uang dan memulai bisnis. Karena kita tahu di sosial media juga bisa menghasilkan cukup banyak pendapatan untuk mereka yang berhasil. Generasi berikutnya adalah mungkin generasi kalian dan mungkin generasi adik-adik kalian, generasi Z, di mana generasi ini yang terlahir di tahun 1997 sampai 2012, mereka adalah true digital natives.
Mereka sudah terlahir di dunia digital yang sudah mature, dan mereka terekspos cukup awal, early exposure. Dari kecil sudah mulai mengenal, sudah dikenalkan dengan teknologi. Jadi kita tahu sewajarnya bahwa generasi ini sudah cukup.
sering menggunakan teknologi untuk sosial media dan komunikasi e-sport, gaming kemudian education and learning untuk perkuliahan untuk sekolah, dan juga untuk melakukan suatu aktivitas yang berkaitan dengan social cause, mungkin membuat program-program CSR atau pengalangan dana menggunakan platform-platform yang sekarang sudah tersedia, itu Degenerasi ini lebih fasih untuk menggunakannya. Dan generasi terakhir adalah generasi adik-adik kita, generasi muda, yaitu generation alpha. Mereka yang terlahir di tahun 2013 sampai sekarang. Mereka sudah imersif teknologi, bisa dibilang cukup banyak teknologi yang dikenalkan ke mereka dari kecil. Dan juga digunakannya itu terutama sebagai tools untuk pembelajaran, untuk education.
Dan penggunaannya secara harian, secara rutin itu adalah untuk entertainment, social interaction. Karena kita tahu generasi ini juga generasi pandemi, social interaction pasti tinggi, dan learning and development juga, sekolah juga sudah mulai semakin menerapkan teknologi untuk pendidikan. Jadi kurang lebih untuk perbedaan penggunaan teknologi di tiap generasi adalah seperti itu.
Jadi mungkin buat teman-teman yang... di keluarganya banyak atau ada perwakilan dari tiap generasi ini, mungkin bisa nanti diperhatikan, apakah seperti itu kondisinya. Kakak nenek kita cuma sekedar bisa menggunakan smartphone untuk komunikasi, untuk membelajaran hal yang baru mungkin agak susah, dan orang tua kita menggunakannya untuk bekerja, tapi tidak untuk hal yang lain.
Nah, untuk topik berikutnya, Ini adalah tentang impact atau dampak dari digital teknologi. Di sini kita tahu bahwa impact dari perkembangan digital teknologi yang cukup pesat ini ada di banyak hal. Yang pertama, accessibility. Kita bisa menempatkan informasi dari manapun karena semuanya sudah terkoneksi dengan internet dan kita bisa menggunakan smart.
atau digital device yang lain untuk mengakses informasi dari manapun. Kemudian user-friendly interface, semakin mudah untuk user menggunakan teknologi atau mengadopsi platform, termasuk platform yang baru. Misalnya ada dari suatu instansi mengeluarkan aplikasi digital wallet tanpa menggunakan training atau apapun ketika kita install, kita tahu kita harus ngapain. bisa apa untuk aplikasi ini. Kemudian education and training, kita bisa lihat cukup pesat sekali perubahannya, terutama di bidang pendidikannya.
Dan setelah melewati masa pandemi, implementasi untuk elektronik atau digital education itu semakin tinggi juga. Kemudian social and peer influence, jadi ya... dengan adanya teknologi kita juga bisa lebih cepat berkomunikasi dengan teman, sosialisasi meskipun bukan teman yang dekat, atau dengan orang yang tidak kenal pun kita bisa bersosialisasi, dan kita bisa meng-influence juga.
Dan ini tidak berhenti di aplikasi-aplikasi yang ada sekarang, karena inovasi akan terus berkembang, dan mungkin dalam waktu 6 bulan kita bisa menemukan teknologi baru diperkenalkan ke masyarakat. Kemudian workforce demand, ini juga meningkatkan kebutuhan dari resource untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan skill khusus yang mungkin susah didapatkan sebelumnya. Karena dengan adanya digital technology kita bisa bekerja dengan orang yang ada dimanapun. Kemudian impact-nya juga tadi kita jelaskan mengenai generasi, jadi digital native generation, semua generasi baru, generasi muda sekarang itu sudah cukup aware dan fluent dengan teknologi. Dan yang terakhir adalah global connectivity, kita bisa bekerja, kita bisa berhubungan dengan orang, atau dengan mungkin instansi manapun, dimanapun, dan kapanpun.
Tapi jangan lupa dengan adanya impact yang positif, tentu ada juga kekurangannya. Contohnya yang pertama adalah digital divide. Ini adalah salah satu mungkin hal yang kita temukan di Indonesia, di mana tidak semua orang memiliki kemudahan yang sama untuk mengakses teknologinya. Dan untuk menggunakan teknologi ini. Jadi bisa jadi orang-orang yang tidak memiliki akses yang mudah ke teknologi akan jadi tertinggal dibandingkan dengan mereka yang selalu update dengan teknologi.
Jadi bakal ada pemecahannya, digital divide. Pemecahan kita tahu ada grup baru gitu. Jadi grup orang yang privilege, kita yang bisa dapat akses.
di perkotaan dan mungkin orang yang unprevileged, di mana mereka yang tidak punya akses seperti yang mereka yang tinggal di benar-benar. Yang kedua, privacy concerns. Di sini cukup signifikan impact-nya. Karena mungkin kita juga tahu bahwa data leak, data breach, bahkan informasi personal kita itu dengan mudah di...
di-share di dunia digital di internet atau mungkin di publik. Di sini adalah salah satu mungkin contoh yang Idemia lakukan untuk meng-cover ini. Kita berusaha untuk membantu agar privasi tetap terjaga dengan...
experience yang tetap bisa kita manfaatkan. Kemudian ada juga information overload. Information overload itu bahwa kita mudah untuk mendapatkan informasi, dan mungkin terlalu mudah, jadi mungkin kita mendapatkan informasi yang tidak seharusnya kita butuhkan. Dan ini... Mungkin buat kalian yang lagi kuliah, ini akan bisa bikin overwhelmed.
Jadi mungkin bisa bikin frustasi, bisa bikin stres nantinya. Kemudian ada juga digital addiction, di mana kita akan kecanduan dengan teknologi. Kita akan bisa meninggalkan teknologi sedikit. Atau mungkin kita bakal... membutuhkan lebih.
Ada juga disinformation and misinformation. Dengan mudahnya kita lihat ada hoax atau mungkin informasi yang tidak benar disebarkan dengan cara yang tidak bertanggung jawab ke siapapun dan itu bisa diterima dengan tanpa ada pemikiran panjang yang kemudian akan dipakai sebagai pemahaman oleh orang-orang yang mungkin memang tidak terlalu paham dengan resiko penggunaan teknologi digital. Cyber security threats kita tahu bahwa penipuan, phishing, kemudian mungkin pencurian data itu marak terjadi, hacking, kemudian ada juga ransomware, di mana bisa terjadi dan bisa mematikan operasional dari suatu bisnis. Kemudian ada social isolation. Di sini mungkin karena kita terlalu fokus dengan interaksi di dunia digital, kita melupakan interaksi sosial yang sebenarnya.
Jadi interaksi kita dengan dunia luar itu semakin berkurang, face-to-face interaction juga akan berkurang, dan ini menyebabkan kita juga bisa berasa menjadi kesepian. merasa seperti tidak diacukan dan Bisa leading ke mental health issue juga. Terakhir adalah digital fatigue. Mungkin kita sudah bosan dengan penggunaan konstan digital dan kita cukup burn out. Dan kita pengen cooling down, pengen off dari dunia digital.
Sama sekali untuk beberapa saat sebelum bisa menggunakan teknologi lagi. Nah untuk... Opportunity and risk. Tadi kita bahas tentang access to information and resource. Jadi, akses untuk informasi lebih gampang, tapi bisa juga dimanfaatkan oleh orang untuk memberikan informasi yang salah.
Itu resikonya. Dan untuk communication and connectivity, komunikasi kita menjadi lebih gampang, tapi social isolation, dan dispersonalization akan timbul. Jadi kita akan merasa lebih tertekan dan merasa lebih isolated.
Innovation and creativity, untuk orang yang inovatif akan bisa sangat berkembang, tapi untuk orang yang tidak terlalu memiliki skill digital yang cukup bagus, mereka akan sangat tertinggal. Jadi tidak akan bisa seimbang. Economic opportunities juga sama.
Ketika orang yang bisa memanfaatkan digital teknologi berhasil, dia akan bisa sangat sukses. Tapi untuk orang-orang yang bekerja di bidang yang sama tapi menggunakan approach yang masih tradisional, yang non-digital, mungkin bisa akan tertinggal dan orang-orang yang memiliki skill lebih rendah akan jadi lebih insecure. Kita ada juga personal empowerment bahwa kita bisa... mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan selama kita tahu di dunia digital. Dan karena ini impact-nya juga ke diri kita juga, jadi trust kita ke privacy yang ada di dunia digital juga mungkin bisa turun.
Karena kita tahu bahwa dunia digital itu tidak seaman yang kita kira. Kemudian kita bisa belajar terus-terus. Tetapi mungkin online content yang terkait dengan pembelajaran yang mungkin kita mau, mungkin tidak akan sebagus dengan kualitas dari pendidikan yang sudah dibuat misalnya di universitas atau di provider-provider yang memiliki spesifikasi di situ. Kemudian terakhir global citizenship, jadi kita bisa ada dimanapun, bisa menjadi bagian dari siapapun di dunia digital. Dan akibatnya lebih ke arah mental health juga, jadi kita bisa terbawa untuk melakukan hate speech, kemudian bisa melakukan online harassment.
Mungkin rasa bersalah yang lebih sedikit ya, karena kita bisa melakukan hal ini ke orang lain yang mungkin tidak ada di lokasi yang sama dengan kita. Dan ini cukup berbahaya. Kemudian, threats.
Jadi, untuk threats utamanya, ada beberapa bidang yang mau saya share. Yang pertama adalah cyber security breaches. Di sini, ancamannya... terkait dengan cyber security kurang lebih ada tiga ini yang paling sering yaitu data theft, ransomware, phishing scam jadi data theft itu kalau kita menggunakan social media atau kita menyimpan data informasi pribadi kita tanpa security yang cukup tinggi atau security yang cukup bagus mungkin data kita dapat bocor dengan mudah Ransomware juga ini hal yang biasanya terjadi di instansi, mungkin di salah satu perusahaan di Indonesia juga sempat ada mengalami masalah ransomware di mana sistem mereka harus di-take down dan mereka harus di-build sistem ulang dan mendiskonek semua device yang lama dan mengganti dengan yang baru dikarenakan ada ransomware ini yang bisa berkembang.
bisa menyebar melalui jaringan internal perusahaan. Kemudian phishing scam, ini paling sering dan mungkin paling gampang. Orang tertipu ketika seseorang membuat website yang mirip dengan bank misalnya, klip Bca-Nya misalnya.
Mungkin orang tidak terlalu memperhatikan bahwa ternyata tulisan klip Bca-Nya-nya itu bukan L tapi huruf I besar. Jadi orang langsung menggunakan website ini dan memasukkan username dan password. Dan ternyata data ini digunakan oleh orang untuk melakukan transaksi ilegal.
Kemudian ada privacy invasion. Jadi ini mungkin yang kita juga harus aware, karena kita menggunakan banyak digital gadget. Surveillance, kita tahu seperti di iPhone, Android, Facebook, Google, Apple, mereka punya service yang mungkin selalu merecord aktivitas kita, baik itu dari lokasi, mungkin dari kamera, dari mikrofon.
Bisa juga ada data mining, ini apabila kita menggunakan handphone atau mungkin device yang tidak ter-secure, ada service atau ada aplikasi yang jalan di background dan mengambil data-data kita untuk dikirimkan ke server mereka. Ketiga ada disinformation dan misinformation. Di sini, ini biasanya menargetkan untuk orang-orang yang tidak terlalu aware dengan fake news.
berita bohong dan deepfakes. Kita dengan mudah sekarang mengganti muka seseorang dengan bantuan AI, mengganti suara seseorang dengan bantuan AI, dan kemudian melabelkan ini adalah hal yang dilakukan oleh orang yang kita tiru. Jadi kita harus berhati-hati untuk hal ini.
Terutama untuk teman-teman yang ada di jurusan AI, mungkin bisa juga Perhatikan concernnya ini, deepfakes and fake news. Mungkin itu bisa jadi salah satu contoh topik yang bisa jadi bahan riset untuk bisa memastikan bahwa ini adalah berita yang benar atau ini berita yang bohong. Ini deepfakes atau video asli.
Kemudian berikutnya adalah digital addiction. Ini kita bisa lihat dari mungkin adik-adik kita atau mungkin orang-orang remaja-remaja yang ada di, bukan di lingkungan yang mungkin IT oriented ya, social media addiction. Pasti kita tahu dan kita mungkin temuin di lingkungan kita orang yang nggak bisa lepas dari Instagram atau nggak bisa lepas dari Facebook misalnya.
atau nggak bisa lepas dari TikTok. Begitu juga gaming addiction ya. Jadi sekarang di Indonesia juga ada e-sport, ada Mobile Legends, ada mungkin yang aplikasi gambling gitu ya, yang bentuknya game, yang itu membuat kita jadi ketagihan dan sepertinya ada yang kurang kalau kita nggak terus melakukan permainan.
Berikutnya, ini lebih terkait dengan mental health, jadi online harassment dan cyberbullying. Jadi trolling and harassment, mungkin ini istilahnya itu kita ngejek ya, ngejek tapi yang cukup parah di platform-platform sosial. Mungkin bisa kita temukan ini misalnya di online game kayak Mobile Legends lah, atau mungkin...
Atau game-game kompetitif yang lain, kalau misalnya kita masuk ke chatroom, banyak sekali hal-hal yang, atau komentar-komentar yang bukan komentar untuk orang berinteraksi, tapi lebih untuk menjatuhkan mental orang. Dan kemudian ada juga doxing, di mana doxing adalah menyebarkan informasi pribadi kita, informasi pribadi seseorang ke publik. Misalnya, stalker, ya menyebarkan informasi.
salah satu dari kalian sekarang lagi ada di mana, kemudian rumahnya di mana, nomor handphonenya berapa, segala macam seperti itu. Jadi ini adalah penyalahgunaan untuk biasanya untuk balas dendam atau untuk bullying juga. Dan yang terakhir adalah identity theft, jadi unauthorized use of personal information, jadi username password kita untuk mobile banking atau untuk mungkin account. akun kampus gitu ya, disalahgunakan, digunakan oleh orang lain tanpa sepengetahuan kita. Ada juga threats yang indirect, yang secara tidak langsung.
Di sosial tadi sudah disebutkan bahwa face-to-face interaction itu tata muka semakin berkurang. Economic displacement itu job displacement. Banyak pekerjaan yang digantikan oleh digital atau oleh AI. Kakak mungkin fotografer ya.
Contohnya fotografer harus di studio ketika kita mau bikin pas foto. Udah banyak sekali solusi dari AI atau mungkin digital application yang bisa kita pakai untuk membuat pas foto. Geek economy exploitation ini adalah eksploitasi dari pekerjaan freelance.
Jadi semakin banyak freelancer, kemudian pekerjaan kontrak, itu semakin mudah ditemukan. Tentu kita sebagai user itu semakin... semakin enak karena kita banyak pilihan untuk menentukan di mana kita akan memberikan proyek.
Tetapi di sisi yang lain, dengan ada eksploitasi ini, dari sisi freelancer mereka tidak punya kepastian pekerjaan dan tidak punya benefit seperti mungkin THR atau mungkin asuransi dan lain-lain. Mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan income yang banyak untuk menutupi hal tersebut. Jadi, orang mungkin beralih dari pekerjaan tetap menjadi pekerjaan freelance karena income-nya tinggi, cuma ada kekurangannya, kita tidak aman, pekerjaan kita tidak long term. Kemudian ada erosion of critical thinking, jadi echo chambers contohnya. Di sini adalah kita lebih fokus untuk menggunakan teknologi seperti Google atau CGPT atau AI untuk...
Mencari informasi untuk menanyakan sesuatu. Dan akhirnya kita cuma percaya dengan apa yang diberikan, informasi yang diberikan oleh teknologi ini. Tanpa kita mempertimbangkan mungkin input dari teman-teman di luar yang non-teknologi.
Contohnya misalnya kita punya, lagi ada penyakit, mungkin gatal di tangan. Kemudian kita cari search gatal di tangan itu karena apa, obatnya apa. Yang mungkin sampai ujung-ujungnya karena kita cari sendiri.
pembenaran dan akhirnya kita mau ngambil kesimpulan, oh ternyata tangan gatel ini karena kanker misalnya. Tanpa kita mempertimbangkan pertanyaan, atau mungkin konsultasi dengan dokter, konsultasi dengan teman, atau konsultasi dengan orang tua misalnya. Ada juga political polarization. Ini kita bisa lihat karena kita baru saja selesai Pilpres ya.
Jadi ada algorithmic bias, di mana digital technology, berperan untuk mendrive mindset seseorang untuk keperluan politik. Contoh, ketika di masa Pilpres kemarin kita tahu, apabila kita membuka platform Twitter, kita tahu kecenderungan obrolan politiknya kemana, ketika kita membuka TikTok, condongnya pendukung kemana, Instagram pendukung kemana. Jadi, itu adalah contoh implementasi dari algoritma.
yang secara tidak sadar itu men-drive kita untuk mengambil keputusan. Berikutnya adalah environment impact, e-waste. Jadi kita banyak digital waste yang mungkin setiap dua tahun sekali, setiap ada handphone baru kita ganti, setiap ada komputer baru kita ganti, jadi semakin banyak sampah digital, semakin banyak sampah elektronik yang timbul, dan juga energi consumption untuk...
kita memanfaatkan teknologi semakin tinggi. Penggunaan AI, penggunaan server, penggunaan IoT, itu memakan listrik semakin banyak, dan tentu saja ini relate ke nanti ya carbon footprint atau ke power consumption dari suatu wilayah. Kemudian kita ada mental health issue, istilah FOMO, dan sekarang cukup sering didengar ya, fear of missing out, and sleep disruption. Jadi, kita jadi kayak nggak mau ketinggalan gitu, nggak mau ketinggalan informasi apapun yang membuat kita selalu melakukan interaksi dengan teknologi.
Ini termasuk digital addiction juga ya. Dan mengurangi, mengganggu waktu tidur kita. Karena waktu tidur kita jadi tidak rutin, jadi tidak diprediksi. Kemudian ada cultural homogenization, di mana... kultur atau budaya lokal akan semakin lama semakin hilang karena semua orang punya akses ke digital semua akses ke teknologi akses ke internet kemana jadi tren yang mereka pakai atau tren contoh gambarnya tren fashion yang mereka pakai akan menjadi sama contohnya ketika dunia K-pop semakin booming di Indonesia maka Generasi muda yang sebelumnya bangga menggunakan baju ala Indonesia atau mungkin baju daerah akan semakin bergeser dan mereka menggunakan fashion ala-ala Korea.
Dan atau mungkin ala-ala universal ala Amerika misalnya t-shirt pakai celana jeans. Di budaya lokal pun akan semakin tergeser dan orang semakin malas untuk... terus mempertahankan budaya lokal ini. Kemudian ada market monopoly, di mana dunia market atau teknologi yang ada di pasaran itu dimonopoly oleh perusahaan-perusahaan besar.
Contohnya Apple, kemudian contoh paling gampang, karena dia akan memonopoly suatu ekosistem yang akan susah untuk... digeser oleh kompetitor atau oleh teknologi yang lain. Sekarang bagaimana cara mitigasinya, bagaimana cara mengatasinya untuk yang direct threat. Misalnya untuk yang cyber security breach, kita pastikan mungkin kita menggunakan password yang cukup kuat untuk semua akses platform kita. Kemudian two-factor authentication, two-factor authentication maksudnya kita aktifkan Mungkin autentikasi lain selain password seperti fingerprint atau mungkin seperti digital OTP atau menggunakan Google Authenticator seperti itu.
Atau kirim SMS, kirim WA untuk memastikan bahwa akses ke account kita itu cukup aman. Karena mungkin teman-teman ada yang ngalamin kalau di inbox kalian ada yang menerima. notifikasi ada yang mau akses akun Google kalian atau mau akses akun Facebook kalian dari tempat yang tidak dikenal, itu resiko ini yang bisa dihilangkan.
Kemudian kita melakukan regular update dari sisi sistem kita, dari sisi ekosistem kita. Kemudian cyber security education juga penting. Jadi karena sekarang cyber teknologi sudah umum, maka cyber security harus lebih ditingkatkan. awareness dan implementasi.
Dan terakhir, jangan lupa backup data-data kalian di tempat yang aman. Kemudian untuk privacy invasion, kita atau dari sisi pemerintah ada mencanakan data privacy law yang mungkin harus diterapkan, dan ini biasanya di Eropa, untuk di Asia mungkin agak susah. Kemudian ada encryption. Encryption ini juga salah satu teknologi yang di IDMI lakukan untuk memastikan bahwa data yang ada di produk kita itu cukup aman. Kemudian ada policies.
Policies ini adalah suatu aturan atau suatu hal yang harus kita agree sebelum diterapkan. Misalnya kita menginstall aplikasi Facebook. sebelum kita bisa menggunakan aplikasinya, maka kita harus aware bahwa Facebook ini akan mengakses data-data kita, dan kita harus approve, atau kita harus agree, setuju untuk hal itu.
Dan biasanya dari kita, kalau misalnya kita install aplikasi, atau install game, atau install apapun di PC, atau di handphone, biasanya kita cukup scroll aja, scroll ke bawah, kemudian dicentang, I agree, terus next. Itu adalah salah satu bentuk policy. menu to do we, apapun yang dilakukan oleh aplikasi ini di belakang di background gitu ya kemudian ada privacy setting, ini juga kita harus pastikan bahwa kita mendisable atau kita mematikan hal-hal yang terkait dengan privacy di aplikasi yang mungkin sebenarnya gak diperlukan misalnya kita menggunakan aplikasi gopay, tapi ketika install gopay aplikasi meminta ada akses ke kamera atau lokasi.
Mungkin karena kita tidak membutuhkan fitur-fitur yang berhubungan dengan lokasi, karena kita akan melakukan pembayaran, mungkin privacy settingnya bisa dilubah, bisa dimatikan. Untuk disinformation and misinformation, kita harus melakukan fact checking, jadi jangan cepat percaya. Kemudian media literasi, education, jadi pendidikan terhadap dunia media digital juga perlu diajarkan. Dan juga platform accountability, jadi kita harus, atau dari sisi sosial media, Misalnya contohnya Twitter, dia harus bertanggung jawab untuk tidak memberikan informasi yang salah. Jadi ini contohnya ketika kalian buka aplikasi X atau Twitter, sekarang ada beberapa posting yang mungkin di bawahnya ada penjelasan bahwa posting ini hoax, karena ada perubahan foto atau apa gitu.
Jadi itu adalah satu bentuk platform accountability. Untuk digital addiction, Ini lebih ke arah generasi muda, mungkin ke anak-anak juga, jadi penggunaan dari teknologi itu harus dibataskan. Kemudian ada campaign awareness bahwa penggunaan digital teknologi terlalu lama itu tidak bagus juga.
Dan juga support mental health. Mungkin di Indonesia kurang, atau mungkin saya yang kurang tahu, bahwa harus ada support untuk... mental health recovery, terutama untuk digital addiction. Bukan untuk hanya segedar menghilangkan aksesnya, tapi bagaimana mengembalikan kondisi mental seseorang ke kondisi sebelum dia kecayaman.
Untuk topik berikutnya, untuk online harassment and cyberbullying. Jadi anti-harassment policies, aturan itu harus diterapkan. Dan mungkin ini...
butuh strict enforcement, jadi strict enforcement itu butuh peraturan yang tegas dan harus ditergakkan oleh mungkin badan hukum atau mungkin oleh pemilik instansi atau pemilik aplikasi. Kemudian ada reporting mechanism bahwa kita bisa memberikan laporan ke provider, ke siapapun itu kayak tadi saya sebut, bahwa ada harassment yang terjadi di platform mereka. dan program-program mendidikan untuk topik online harassment juga perlu dilakukan kemudian untuk identity theft pencurian data protection service itu perlu dicanakan ini adalah service yang terpati atau mungkin ada fitur tambahannya perlu kita enable, kemudian ada secure transaction, bahwa kita memastikan transaksi yang kita lakukan...
itu cukup aman. Ini juga salah satu teknologi yang dikerjakan di Demian untuk memastikan bahwa data transaksi yang kita berikan ke instansi melalui aplikasi itu adalah data yang kita buat, dan data kita sendiri. Dan juga public awareness. Indirect threat mitigation-nya. Untuk social isolation, kita harus bisa balance screen time dengan teknologi, kemudian...
Engage ke community, offline meeting, offline interaction itu perlu. Kemudian economic displacement, reskill program, jadi kita memastikan bahwa skill dari tiap orang yang menggunakan platform ini itu bisa sama. Dan kita support, memberikan support ke gig workers, ke orang-orang freelancer tadi, supaya mereka bisa mendapatkan perlindungan hukum misalnya dari...
Departemen Kenaga Kerja, atau mungkin dari sisi asuransi atau dari sisi benefit. Erosion Critical Thinking, caranya gimana? Caranya kita untuk memastikan bahwa kita tetap bisa berpikir kritis, kita jangan berpaku pada satu sumber data atau sumber informasi.
Kita harus bisa mencari informasi dari banyak sumber. Dan juga diperlukan ada kurikulum critical thinking, dimana... Mungkin ini sangat penting karena akses informasi sekarang cukup gampang, dan karena cukup gampang, mungkin kita jadi awareness dan kritikalnya jadi turun.
Political polarization, jadi ini yang mungkin perlu dilakukan di sisi government, jadi transparansi algoritm dan inisiatif yang berhubungan dengan sosial, dengan sivil, itu perlu diinformasikan. Empat topik terakhir, kita tendang environment impact, e-waste recycling, sustainable practice, bagaimana cara kita menggunakan teknologi atau menggunakan gadget kita di-re-purpose untuk tujuan yang lain, untuk mengurangi sampah, itu bisa dilakukan. Mental health issue, jadi perlu ada program-program mindfulness and wellness program di mana kita harus memastikan bahwa pikiran kita tidak stress, tidak terbebani, dan bagaimana cara menghadapi itu. Digital detox, kita mungkin bisa offline buat beberapa saat untuk menghilangkan kecanduan tadi, dan menghilangkan overwhelming information yang datang ke kita.
Kemudian cultural homogenization, tadi yang gimana local culture bisa hilang, jadi kita bisa support local content dengan informasi tentang local culture. Kemudian multi-lingual platform, jadi jangan sampai platform atau solusi yang kita buat itu cuma bisa bahasa Inggris. Mungkin kita harus bisa support dengan bahasa-bahasa yang lain.
mungkin dibutuhkan contohnya bahasa Indonesia, atau mungkin bahasa daerah, misalnya kita membuat suatu aplikasi yang diberkunakan untuk masyarakat Indonesia. Market monopoly, ini lebih ke arah government, jadi bagaimana caranya biar perusahaan besar tidak memonopoly bisnis, mungkin perlu ada regulasi antitrust, bahwa undang-undang ini perlu dibuat, dan juga kita mensupport small business supaya bisa lebih berkembang. Untuk kedepannya bagaimana digital teknologi ini, bahwa ini hal yang tidak bisa kita hindari, bahwa generasi akan terus berubah, jadi digital natives akan semakin banyak, maka kita perlukan continual learning. Skill development, jadi untuk pendidikan dan training itu perlu dilakukan terus-menerus, sehingga masyarakat lebih banyak yang bisa fluent dengan teknologi.
workforce adaptation, jadi kita memberikan skill reskilling ke masyarakat, jadi organisasi juga harus memberikan investasi ke training provinsi, jadi semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkompetisi. Kemudian opportunities and challenge kita memberikan kemampuan atau memberikan kebebasan untuk seseorang untuk berkembang. Dan juga awareness dari risk yang tadi saya sebutkan juga perlu diterapkan ke generasi muda dan mungkin ke generasi kita juga supaya lebih aware. Implikasinya kita akan lihat nanti ada transformasi terus-menerus terutama di bidang teknologi dan social impact.
di mana kita tetap harus memperhatikan bahwa continuous evolution ini, evolution terus-menerus ini, perlu diimbangi dengan topik etikalnya. Jadi kita harus melihat juga apakah teknologi yang kita pakai atau kita deploy ini cukup etis dan memberikan dampak yang bagus atau positif ke masyarakat. Jadi kurang lebih itu cerita dari saya mengenai digital technology. Jadi kalau ada teman-teman yang mau bertanya, mungkin kita bisa lanjut ya.
Mungkin maaf kalau topik yang saya sampaikan terlalu banyak. Enggak kok Pak, itu benar-benar. Jadi ini kita... berbicara dampaknya ya betul dan bagaimana jadi maksudnya kita juga sudah tahu maksudnya kita bisa menghindari ya karena kadang-kadang kan karena mungkin sesuatu itu jadi menakutkan karena kita tidak tahu ya tapi karena kita sudah tahu ya maksudnya kita bisa menghindari atau punya solusinya mungkin selanjutnya silakan teman-teman kalau ada pertanyaan terutama memang dampak langsungnya hmm Rata-rata ini semua. Kalau lihat 25, nimnya Pak, berarti mereka sekitar sekarang umurnya 20, antara range 20-21.
Jadi benar-benar generasi yang memang benar-benar digital native ya mereka. Ini betul. Silakan teman-teman. Oh oke, ada pertanyaan. Bacain aja Pak, ada di chat.
Apa strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan dari perkembangan teknologi digital? terutama di dunia kerja. Misalnya, metode bekerja sekarang ada WFO dan WFH, bahkan remote.
Bahkan, bagaimana cara untuk memastikan metode tersebut bisa lebih produktif dibandingkan dengan WFO? Terima kasih. Oke, mungkin saya jawab dulu ya.
Jadi, sepertinya pertanyaan ini tadi sudah meng-cover beberapa poin yang saya sampaikan. mungkin pertama yang harus diperhatikan dari diri sendiri ya, kita harus punya mindset bahwa WFI itu bukan suatu privilege, WFI itu adalah suatu tanggung jawab, jadi dengan adanya working from home, itu bukan berarti kita bebas melakukannya di mana saja, tapi kita ada komitmen bahwa kita bisa melakukan dengan kondisi apa saja. Dan harusnya tanggung jawabnya itu juga lebih besar, karena tidak ada batasan waktu kerja, tidak ada batasan deadline, tidak ada batasan waktu kapan kita mulai. Semuanya diserahkan kepada kita, dimana itu tadi masuk ke dalam topik empowerment.
Bagaimana cara kita bisa self-manage tanggung jawab yang kita terima. Dan kalau bisa juga di-balance ya. dengan interaksi, terutama di dunia kerja, interaksi dengan teman kerja, offline meeting, itu cukup banyak membantu untuk mengurangi masalah yang sebenarnya timbul karena insecurity dari diri kita sendiri. Karena mungkin impact dari overwhelming dengan pekerjaan, tanpa ada teman sharing, kemudian burnout. kita bekerja terlalu forsir tanpa sharing isu kita, blocking kita apa jadi kurang lebih seperti itu kalau dari saya lebih banyak mempertimbangkan interaksi dengan teman sejawat dan kita bisa ngukur kemampuan kita di timeline yang mungkin tidak terbatas kalau kita bicara tentang working from home.
Karena bisa jadi 24 jam waktu di rumah itu adalah 24 jam waktu kerja. Sedangkan kalau kita melakukan working from office, waktu kerja kita adalah 8 jam, seperti itu. Itu lebih terukur.
Impact terbesarnya nanti adalah aware dari limitasi dan personal wellness. itu mungkin harus lebih digali. Kalau untuk urusan teknis, saya rasa pelajaran topik dan ilmu yang bisa kita terapkan di proyek atau di tanggung jawab yang kita terima itu bisa didapatkan dari internet dengan mudah. Kurang lebih seperti itu.
Lebih kala kita aware dengan personal limitation dan behavior kita aja sih baik, terima kasih Pak Finann apakah Arya sudah menjawab? sudah menjawab, Bu terima kasih kita lanjut kira-kira ada yang mau open mic untuk langsung tanya, silakan atau kalau mau chat terutama juga mungkin yang anak-anak IT bootcamp yang mungkin lagi di kantor atau apa Boleh chat aja, drop message aja, atau mau open mic juga silahkan. Atau mungkin ada yang kurang jelas, atau mungkin tadi kalimatnya terlalu teknis ya, kalau ada yang mau ditanyakan dan dijelaskan.
Gimana relate-nya ke dunia kampus atau ke dunia kerja juga boleh. Oke, mungkin saya tunggu 10 detik. Kalau masih ada yang mau berbicara.
Oh, oke. Ada yang recent. Nikolas, silakan. Silakan, Nikolas. Halo Kak, tadi Kak sempat masuk tentang...
Global citizenship gitu, itu apa hubungannya global citizenship dengan mengamplifikasi hate speech sama extremism gitu ya kak? Oke, jadi global citizenship, jadi kita bisa menjadi anggota dari komunitas apa aja, dimana aja, tidak terkait dengan lokasi geografis tertentu. Amplifikasi dengan hate speech itu adalah apabila kita merasa bahwa, dan mungkin biasanya sih kalau kita aware bahwa kita ada di virtual environment, kita bisa melakukan apa saja, itu lebih kalah di responsability kita.
Kita bisa memanfaatkan eksistensi kita di dunia digital itu untuk keperluan konstruktif, atau kita bisa misuse privilege ini untuk... melakukan hal negatif kayak tadi hate speech misalnya. Kita ada di area mungkin kita bisa bilang Facebook, paling gampang Facebook dengan grup A gitu. Dimana mungkin kita tahu di grup A ini adalah isinya para expert di suatu teknologi. Kemudian ada satu user baru join dan dia nggak tahu apa-apa tentang teknologi yang ada di grup A ini.
Dia melontarkan pertanyaan yang mungkin menurut yang lain itu pertanyaan remeh dan pertanyaan bodoh. Misalnya, ini sebenarnya grup apa? Karena kita merasa bahwa ini adalah dunia digital, mungkin ada yang menimpalin, emang nggak cari dulu atau emang nggak lihat dulu ini grup apa, nggak baca dulu? Bukannya kita mengimbris ekosistem yang virtual ini dengan hal yang positif, tapi kita malah...
membuat pressure ke seseorang yang mungkin emang dari sisi digital fluency-nya juga nggak tinggi, mungkin dari sisi skill set mereka nggak tinggi, tapi dia ada mungkin ada niat untuk ke arah sana. Dan dengan hal yang kayak gini, secara mental health dia akan feeling pressure, karena ada hate speech ini, dan bisa jadi... hate speech yang kita lakukan itu akan menular, di mana ada user yang lain yang akan getrigger dan dia akan menimpali apa yang kita lontarkan dan membuat seorang user ini merasa tidak diterima annual comm ya, jadi mungkin dia menanyakan hal yang emang dia nggak tahu, yang menurut dia penting, tapi menurut ekosistem yang lain itu, itu pertanyaan yang remeh. Contohnya kayak gitu.
Dan ini bisa terjadi di platform mana aja. Dan ini membuat orang kan jadi, bisa dibilang, jadi mental, ini kena mental health juga ya. Jadi dia bisa feeling depressed, atau awalnya dia berniat untuk engage ke dunia digital, dengan teknologinya, dengan adanya hate speech yang seperti itu tadi, lontaran-lontaran komentar seperti itu tadi.
Dia jadi mengurungkan niatnya dan dia jadi mengisolasi diri sendiri tanpa ada keinginan untuk melakukan niat dia lagi. Kurang lebih seperti itu. Jadi kita menutup kesempatan untuk dia bisa berkembang di dunia teknologi.
Atau bisa juga ini akan menular ke dia dan dia akan melakukan hal yang sama ke orang yang lain. Cukup menjawab untuk yang ini? Iya, Kak.
Jelas banget. Terima kasih banyak, ya. Sama-sama.
Ini untuk di chat ada pertanyaan lagi ya. Jadi, untuk yang regular update menjaga data TEF, ya. Iya, betul.
Untuk tadi disebutin regular update adalah regular update untuk software dan aplikasi, ya. Karena apabila kita menggunakan software atau aplikasi yang ofisial, kita menggubahkan bajakan, maka itu adalah kewajiban dari tiap software developer untuk, bukan software developer, software owner untuk memberikan service ini. Karena tadi juga dibahas di topik tentang ada accountability. Jadi dia harus memberikan...
keamanan dan kenyamanan kepada user aplikasi mereka. Ini kita bisa lihat kalau misalnya kita menggunakan Windows, itu bakal ada sering... kumulatif security update yang ada keluar tiap bulan kemudian misalnya kita ada menggunakan fasilitas mobile banking misalnya apabila si owner dari mobile banking apps ini, yaitu bank tidak memberikan hal yang sama, memberikan regular update, maka kepercayaan seseorang kepercayaan user terhadap bank ini mungkin akan berkurang karena ada resiko bahwa aplikasi ini sudah tidak aman jadi bisa disalahgunakan terus misalnya ada antivirus, aplikasi antivirus kita beli ya, kita adalah user mereka mereka bertanggung jawab untuk memberikan keamanan kepada kita dengan cara memberikan update antivirus, update virus definition begitu juga untuk misalnya kita bicara cloud, kita adalah konsumen dari AWS dan pasti ada suatu saat AWS itu ada maintenance mode itu berarti mereka melakukan update biasanya, melakukan pembaruan di sistem mereka agar kita sebagai user tetap merasa aman dan nyaman menggunakan sistem mereka kurang lebih seperti itu Untuk biasanya kalau memang limitasi dari security ini ada di hardware, mereka akan mengeluarkan hardware tipe baru. Kita bisa lihat di perkembangan handphone, di mana mungkin kita sebagai user awam yang kita tahu adalah handphone itu cuma layarnya, ukurannya berapa, RAM-nya berapa, storage-nya berapa, tapi sebenarnya ada juga komponen. Secure element kita bilang, ini termasuk sedikit teranah di IDM-nya, jadi secure element itu adalah area secure yang ada ditanam di dalam mobile phone.
Terutama ketika kita berbicara dengan teknologi baru yang e-SIM atau e-USC, di mana kita bisa berlangganan operator tanpa menggunakan SIM card fisik lagi. Ini saya memberikan contoh yang tentang hardware ya, jadi karena ini limitasi hardware ya, dan bahwa... Kalau kita mau aman, kita harus menggunakan handphone dengan tipe yang lebih baru.
Karena chipnya ada perubahan. Jadi sebenarnya untuk skopnya itu tidak cuma perata aplikasi, tapi bisa juga hardware. Kurang lebih kayak gitu.
Cukup menjawab? Ya, cukup menjawab. Terima kasih.
Sama-sama. Terima kasih, Justi. Kalau ada lagi, silakan mau resen boleh, mau di-check juga boleh. Karena topiknya ini memang cukup luas ya, implikasinya. Mungkin sedikit saya jelasin juga ya, mungkin gimana relate-nya ini ke kalian sebagai...
mahasiswa BINUS terutama software engineer misalnya. Kalian juga bisa mempertimbangkan apabila kalian software engineer back-end, kalian bisa mempertimbangkan topik-topik tadi untuk memastikan data theft itu tidak terjadi. Kita bisa menerapkan enkripsi di aplikasi yang kita develop. Kita memastikan tidak ada backdoor atau tidak ada cara untuk hacker. atau mungkin kita bilang hacker ya, untuk mengambil data.
Misalnya, contoh gampangnya mungkin SQL injection, atau mungkin kita menggunakan port forwarding, atau kita menggunakan data encryption di dalam database untuk informasi biometri kita, atau untuk informasi ID kita yang mungkin digunakan di tabel yang lain. Misalnya untuk front-end, mungkin bagaimana caranya biar path ke API itu tidak terbaca dari debuggernya browser misalnya atau gimana caranya biar user interface itu tidak terlalu kaku dan membuat orang itu nyaman untuk menggunakannya seperti itu atau mungkin kalau yang lebih ke arah sosial Bagaimana caranya aplikasi yang kita gunakan itu tidak membuat orang kecanduan? Apakah kita bisa kasih screen time, kita kasih distraction? Atau mungkin kita tidak simpan data kita di dalam handphone atau di dalam klien, kita taruhnya semua di server. Jadi dari topik tadi banyak yang bisa diambil dan diterapkan di masing-masing konsentrasi pendidikan kalian.
Ada yang mungkin masih bingung? Kalau masih ada yang mau bertanya, mungkin jelas Pak berarti penjelasannya, sehingga Pak tidak perlu bertanya lagi. Baik, teman-teman.
Terima kasih Pak Finan, mungkin kita cukupkan saja sampai di sini Pak. Terima kasih. Terima kasih untuk waktunya, terima kasih juga untuk materinya. Saya rasa ini akan sangat berguna untuk mahasiswa. Terima kasih Pak.
Selanjutnya kita akan ambil absen dulu. Silakan on-cam semuanya teman-teman sebelum di absen. Saya kasih waktu 2 menit, 1 menit lah untuk menyalakan kamera.
Oke, saya ambil dulu di ketulan ada 5 ya di sini. Saya ambil dulu yang pertama, terus selanjutnya yang kedua. Selanjutnya yang ketiga, selanjutnya yang keempat, dan yang terakhir yang kelima. Ini untuk aksennya sudah. Sekali lagi terima kasih Pak.
Terus untuk para mahasiswa, silakan. akan memberikan evaluasi juga ada di chat dan juga ada di QR Code. Bisa memberikan masukan dan melakukan evaluasi.
Saya rasa cukup. Bu Ajin tidak ada tambahan lagi ya. Terima kasih Pak Finan dan tim. Terima kasih juga Bu Fina dan Bu Sabrina ya.
untuk waktu yang diberikan buat mahasiswa kami. Terima kasih. Terima kasih Pak.
Terima kasih. Terima kasih Pak. Mahasiswa silakan isi evaluasi. Mungkin saya tunggu 1-2 menit untuk bisa scan QR Code-nya.