Transcript for:
Seni dan Harapan di Masa Pandemi

Pandemi sekarang untuk seniman kondisinya semakin apa ya, semakin sunyi katakanlah seperti itu. Perasaan atas... hilangnya satu zaman atau lewatnya satu waktu dengan paksa. Kerinduan akan zaman dan waktu yang hilang tersebut pada satu bentuk tertentu melahirkan perasaan nostalgia, melankolia, dan romantik. Bagaimana semangat nostalgia, melankolia, dan romantisme telah mempengaruhi cara kita melihat sejarah dan membayangkan masa depan.

Pikir seni kemudian bisa memberikan sudut pandang lain lah melihat situasi gitu. Oke ini situasi sedang seperti saat ini ya, suara ambulan di mana-mana gitu. Tapi mungkin di satu sisi gara-gara itu kita lebih care satu sama lain, saling mendoakan kesehatan dan sebagainya gitu. Memang ada ketakutan, ada putus harapan, tapi lewat seni kita juga. Masih bisa melihat ada harapan, ada masa depan, ada daya hidup itu sendiri.

Beberapa bulan setelah pemerintah menyatakan darurat wabah, situasi tahun ini sebetulnya jauh lebih sulit ya. Keselamatan dan kesehatan kita semua adalah prioritas utama. Situasi di luar sana memang sebegian mencegah pun gitu. Kami arjok sampai hari ini belum bisa dikunjungi oleh publik.

Jadi ya, sementara ini memang kemudian mau tidak mau kita nikmati dulu deh karya-karya yang hadir di dalam area ruang pamer Bukta Nasional Museum ini secara hari ini, lagi-lagi dari. Ya, pasti tidak begitu memuaskan seperti seharusnya, di mana semua teman datang berkumpul dan bergesekan, bersinggungan. akrab, intim gitu, tapi patut kita syukuri bahwa Arjok tetap jalan terus, karena bagaimanapun ini adalah sebuah statement bahwa mau ada pandemi atau enggak gitu kehidupan harus terus berjalan seni dan seniman harus tetap hadir gitu.

Dengan wadah Arjok ini, semoga apa yang teman-teman seniman hadirkan di dalam perhidupan Arjok, itu bisa menjadi energi tersendiri menghadapi masa pandemi di tahun kedua ini. Hari ini saya buka pameran Art Job 2021 2021 dengan tema Type to Wonder. Tahun ini konsep kunci yang kita ketengahkan adalah Waktu, time to wonder. Time sendiri kita bisa maknai sebagai waktu untuk kita melihat kondisi kembali, to wonder, menengahkan apa saja keajaiban-keajaiban yang mungkin terjadi di sana. Di antaranya tidak melulut tentang memori personal atau memori yang dialami oleh individual, tapi memori kolektif.

Memang situasi ini sebenarnya tercermin pada tema Time to Wonder, bagaimana waktu yang tidak bisa seolah-olah berubah terus, tidak ada kepastian itu, tetapi juga harus siap untuk bisa beradaptasi pada keadaan yang tidak pasti ini. Sesuatu berjalan tidak seperti rencana menurut saya itu masalah banyak orang. Kita sedang memaknai lagi apa yang sedang kita lakukan sekarang di tengah situasi yang tidak.

Seperti yang kita rencanakan, seberapa itu masih berarti buat kita, buat orang lain. Ini art job yang paling penting yang pernah terjadi. Justru ketika suasana pandemi ini, itu art job.

Tetap dibuka dan tetap memberi ruang untuk seniman berekspresi. Arjog itu bersuka rela untuk mencoba hal baru yang kaitannya dengan menghadapi pandemi ini. Mau bikin tren baru untuk membuat pameran yang berdampingan dengan corona ini, kira-kira gitu. Arjog itu liar menurutku, sekarang karyanya di sini dan...

Penonton juga tidak bisa menonton ke sini, ini lebih absurd lagi ya. Pengalamannya sangat berbeda ya, bertemu melalui layar seperti ini dengan para pengunjung art job gitu, dan menikmati karya bersama-sama di ruang pamer itu berbeda sekali dengan pengalaman tour pameran melalui layar seperti ini. Tidak ada yang perlu disesali dan tidak ada yang perlu dipaksakan. Kita memang harus mengikuti kendak semesta, kendak alamnya seperti ini. Dan lebih baik kita memaknanya dengan cara yang lain.

Dan mungkin Arjotron ini memang harus seperti ini dan manfaatnya mungkin lebih besar dengan seperti ini. Pastinya membuat acara seperti ini, itu butuh energi yang besar. Ngopo sih, gue untuk opo dari semua ini.

Tapi buat pelaku-pelaku kreatif, cara kita melawan COVID ini harus dengan hidup yang nikmat, hidup yang punya arti. Saya pikir dari tahun ke tahun, Arcot selalu mempunyai kejutan-kejutan tersendiri. Saya yakin lebih abadi karya dari seniman-seniman ini daripada pandeminya. Nantikan pandemi juga ada waktunya.

Setiap ruang itu menjadi... Enak dilihatnya, nggak terlalu padat, tapi pas gitu, enak gitu. Dan juga karya-karyanya bagus-bagus.

Mungkin ini yang perlu dipikirkan untuk arjok-arjok berikutnya gitu. Bahwa justru dalam kondisi pandemi seperti ini, ternyata kita bisa melihat arjok yang berbeda, karya-karya yang berbeda, yang menarik, yang bagus gitu. Itu betul-betul mengagumkan, seperti total berubah. Tapi perubahan itu betul-betul ini di luar bayangan yang bisa kita bayangkan bahwa dia bisa menghasilkan kaya ini. Itu sebetulnya merupakan fenomena looking inward.

Kalau sebelum pandemi kita banyak melihat keluar, nah di tengah pandemi ini kita melihat ke dalam. Pada saat kita melihat ke dalam, ini momentum. Ketika seni itu bisa menjadi teman, menjadi kanal gitu ya, untuk melihat pengalaman diri lebih dalam.

Atau mungkin juga bisa melihat sesuatu yang lebih luas lagi. Arjok ini gila gitu, di tengah situasi yang begini, itu masih berusaha memperjuangkan ini tetap langsung begitu. Sehingga mereka juga merasa bagaimana Arjok menjadi satu ruang alternatif yang berani pasang badannya untuk mengakomodir teman-teman ini tetap bisa pengen tas gitu, tetap bisa perform.

Hari ini kita sedang berhadapan dengan pandemi dan bagaimana kita bisa memaknai ulang sebuah seni performance dalam lanskap melihat yang berbeda. Yaitu lanskap yang datar, lanskap display atau lanskap monitor. Ini jadi momen bersejarah juga, momen penting di tengah situasi seperti ini.

Kemudian karya-karya teman-teman yang dibuat di sini ini saya pikir bisa menandai satu peristiwa penting yang sedang kita hadapi dan bagaimana kita bernegosiasi dengan keadaan. Mungkin harus ada sebuah cara bagaimana tetap bahwa karya-karya yang selalu dihadirkan oleh Arjom ini bisa dinikmati oleh masyarakat, entah bagaimana itu caranya atau regulasi bagaimana itu bisa dibuat. Ya itu adalah pertanyaan kita bersama dan jawabannya kita bisa mencari satu sama lain.

Kita berharap pandemi berakhir, kita berharap Arjok tahun depan bisa dibuka lagi untuk umum. Kita dalam hidup itu selalu punya harapan-harapan ya. Punya cita-cita, punya proyeksi, punya imajinasi begitu tentang apa yang kita bayangkan lebih baik gitu ya di masa yang akan datang. Dengan embrace situasi ini, kemudian juga dengan melihat ini, tidak ngelukro, enggak loyo, tapi justru apa yang bisa kita lakukan di tengah situasi ini, solidaritas seperti apa yang kita bisa buat, buat kawan-kawan yang lain, di tengah situasi yang serba enggak pasti dan serba sulit ini, saya pikir itu bisa jadi semacam pegangan semangat buat kita bareng-bareng.

Gusti bersama orang-orang yang kuat. Saya yakin semua orang di sini pasti kuat ngelewatin ini. Dan saya yakin pada satu titik kita akan ketemu di waktu yang lebih baik, kesempatan yang lebih baik, dan kita bisa berkumpul dalam kesempatan yang lebih mengembirakan. Tahun lalu sangat sulit, tahun ini juga sulit.

Tahun depan kita tidak tahu apa yang harus kita tahu tentang masa depan. Menarik untuk melihat artis yang sangat fokus pada ide masa depan, presentasi, dan mungkin karena situasi ini. Tapi apapun situasi ini, seni harus hidup. Seni adalah selamanya.

Ini bagian dari masa depan kita, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang cinta sama sejarahnya, bangsa yang mengapresiasi kebudayaannya. Jadi kalau kemudian kami bersepakat untuk tetap menggelar Arjok itu memang karena tidak hanya sekedar bahwa ini event tahunan harus ada, tetapi kami yakin bahwa event ini adalah salah satu cara atau spirit paling tidak untuk terus bersemangat. Mun saras, saras esok mo, resikim maras Arjok tetap berlangsung tanpa jeda.

Kami tetap berusaha agar Arjok tetap bersebenggara. Semua itu demi membuktikan bahwa dalam keadaan apapun kami tetap harus bisa berkarya. Saya berharap... Ini bisa berlanjut, kita jaga cita-cita ini sampai 100 tahun ke depan. Musik Terima kasih Aksok, sampai jumpa Aksok 2022.