Intro Shalom Bapak Ibu sekalian, salam kenal, nama saya Tuti, saya dari Leader Source dan saya sangat senang bisa ketemu dengan Bapak Ibu sekalian walaupun tidak secara langsung. Dan pada hari ini kita akan sama-sama Belajar dan membahas satu topik yang berjudul Membangun Pemimpin Yang Sehat. Nah, di dalam kita mengikuti video pembelajaran ini, kita akan mengikutinya di dalam bentuk beberapa sesi.
Ada enam sesi Bapak-Ibu sekalian untuk mengikuti seluruh rangkaian Membangun Pemimpin Yang Sehat ini. Dan tiap sesi itu akan... akan memakan waktu satu jam.
Jadi Bapak-Ibu video ini durasinya satu jam untuk tiap sesi. Bapak-Ibu bisa berhenti setelah satu sesi selesai, sebelum Bapak-Ibu mengikuti sesi berikutnya lagi. Nah, di dalam kita mengikuti sesi ini Bapak-Ibu sekalian, untuk supaya bisa mengikuti dengan baik, Bapak-Ibu perlu menyiapkan beberapa hal.
Yang pertama ialah buku kerja, Buku kerja ini sudah dikirimkan kepada Bapak Ibu bersama-sama dengan video. Silahkan Bapak Ibu print dan Bapak Ibu siapkan. Kemudian Bapak Ibu siapkan alat tulis untuk nanti bisa mencatat dan juga alkitab.
Supaya nanti kita bisa sama-sama dengan mudah mencari ayat-ayat ataupun membahas ayat-ayat yang akan kita pelajari bersama-sama. Bapak Ibu di dalam... mengikuti proses di dalam video ini, saya akan ditemani oleh teman saya.
Ada dua orang teman saya akan menemani saya, yaitu Ibu Paulina, silahkan, dan Bapak Yohanes. Ini Ibu Paulina dan Bapak Yohanes, kami dari satu lembaga yang bernama Leader Source Indonesia, yang baru dua tahun ada di Indonesia ini, dan kami sangat senang bisa Melayani Bapak Ibu sekalian, sekalipun kita tidak bertatap muka langsung. Terima kasih Bapak Ibu untuk waktu yang Bapak Ibu siapkan untuk bersama-sama mengikuti rangkaian pelatihan kita untuk di sesi pertama ini. Silahkan. Ya, selamat datang di sesi pertama untuk membangun pemimpin yang sehat.
Dan untuk ini kita akan sama-sama dulu mengingat-ingat Bapak Ibu sekalian. Karena Bapak Ibu sebagai pemimpin gereja tentu sudah banyak sekali punya pengalaman. Bapak Ibu di sini juga sudah banyak sekali punya pengalaman di gereja Bapak Ibu.
Bagaimana membangun orang? Apa yang dirasakan oleh Bapak Ibu sekalian? Apa yang menjadi tantangan Bapak Ibu di dalam membangun pemimpin-pemimpin di sekitar Bapak Ibu? Nah, apa juga yang menjadi tujuan atau harap?
dari Bapak Ibu nantinya nih kalau saya sudah membangun orang-orang yang saya sedang latih ini apa yang ingin dicapai oleh Bapak Ibu melalui apa yang Bapak Ibu lakukan itu Nah jadi Bapak Ibu boleh pikirkan sebentar pengalaman Bapak Ibu tersebut Saya akan beri waktu satu atau dua menit untuk merenungkan hal itu, dan kemudian nanti Bapak-Ibu yang di sini bisa sharingkan kepada saya apa pengalamannya, sementara Bapak-Ibu yang di rumah, Bapak-Ibu bisa mencatat apa yang menjadi pengalaman Bapak-Ibu, apa yang menjadi tantangan Bapak-Ibu di dalam membangun pemimpin, apa yang menjadi tujuan Bapak-Ibu di dalam mengembangkan pemimpin-pemimpin tersebut. Saya beri waktu 1-2 menit, silahkan. Dan apa yang menjadi tujuan Bapak Ibu untuk membangun pemimpin? Saya juga ingin dengar dari rekan-rekan saya yang sekarang ini ada bersama-sama dengan kita. Bagaimana menurut Bapak Yohanes?
Apa yang menjadi tantangan Pak Yohanes ketika membangun pemimpin? Dan apa yang menjadi tujuan Bapak membangun pemimpin? Ya, tujuan membangun pemimpin yang saya... lakukan adalah bagaimana menolong supaya mereka bisa menggenapi amanat agung Kristus jadi itu tujuannya ya Pak ya menggenapi amanat agung Kristus, baik tantangannya apa yang Bapak alami ketika membangun pemimpin supaya bisa menggenapi amanat agung tersebut tantangannya tidak banyak orang tertarik tidak banyak orang tertarik, kira-kira kenapa oh Karena mungkin sulit buat mereka dirasakan sulit tahap-tahapannya begitu panjang, sulit, rumit, dan kadang tidak mengerti mau kemana sebenarnya arah dari proses pembangunan.
membangun pemimpin itu. Jadi buat mereka dengan kata lain mereka belum jelas apa artinya menjadi pemimpin yang sesuai dengan amanat agung Yesus Kristus. Baik terima kasih Pak Johannes.
Nah sekarang bagaimana menurut Ibu Paulina? Apa yang menjadi pengalaman Ibu Paulina? Ya kalau saya yang terjadi di dalam pelayanan dan gereja adalah sedikitnya jumlah pemimpin yang siap untuk mereka bisa mengambil tanggung jawab mereka. sebagai seorang pemimpin.
Sehingga yang menjadi tujuan dan harapan saya ketika saya mempelajari ini adalah saya bisa mempersiapkan orang-orang untuk mereka bisa menjadi pemimpin yang lebih baik dalam mereka memimpin orang-orang yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Baik, terima kasih. Berarti bagi Ibu Paulina tantangannya adalah orang-orang yang mau dibangun untuk menjadi pemimpin jumlahnya kurang. Dan harapan Ibu Paulina mengikuti.
Ini adalah supaya bisa tahu bagaimana mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan. Apa yang menjadi tujuan Ibu Paulina di dalam membangun pemimpin? Yang menjadi harapan dan tujuan saya dalam membangun pemimpin adalah mereka dapat menggenapi apa yang menjadi rencana Tuhan dalam kehidupan mereka sebagai seorang pemimpin.
Mereka dapat menggenapi panggilan Tuhan sebagai seorang pemimpin dalam kehidupan mereka. Baik, terima kasih. Jadi tujuannya buat Ibu Paulina ketika membangun pemimpin adalah supaya orang-orang itu bisa menggenapi apa yang menjadi rencana Tuhan bagi dia. menjadi pemimpin di masa depan. Terima kasih Ibu Paulina dan Pak Yohanes.
Bagaimana dengan Bapak Ibu sekalian yang mengikuti pelatihan ini? Apakah Bapak Ibu sudah mencatat apa yang menjadi tantangan Bapak Ibu? Mungkin Bapak Ibu punya tantangan yang sama seperti yang dihadapi Pak Yohanes maupun Ibu Paulina ataupun mungkin Bapak Ibu mempunyai tantangan yang berbeda. Pasti banyak sekali tantangannya macam-macam di tiap daerah. pasti berbeda Bapak Ibu yang memimpin di gereja yang tertentu, tantangannya berbeda dengan apa yang dialami oleh Bapak Ibu di gereja yang lain.
Tapi singkat cerita Bapak Ibu sekalian dari apa yang tadi sudah dibagikan oleh teman-teman kita, bahwa ternyata memang membangun pemimpin itu bukan sesuatu yang mudah. Membangun pemimpin itu merupakan sesuatu perjalanan yang cukup panjang. Perlu... keseriusan di dalam melakukannya.
Nah, karena itu Bapak Ibu sekalian, kenapa kita saat ini mau belajar mengenai bagaimana membangun pemimpin yang sehat, supaya apa yang kita lakukan buat orang lain itu bisa mencapai tujuannya. Nah, saya punya satu pertanyaan lagi nih, Pak Yohanes dan Bu Paulina. Ketika Pak Yohanes dan Ibu Paulina, dan juga buat Bapak Ibu semua, yang mengikuti video ini, apa yang menjadi indikator keberhasilan bagi Ibu Paulina maupun Pak Yohanes ketika membangun pemimpin. Kalau Pak Yohanes sudah membangun pemimpin, Ibu Paulina sudah membangun pemimpin, Bapak Ibu sekalian sudah membangun pemimpin, Bapak Ibu akan mengatakan, wah saya sudah berhasil membangun dia, ciri-cirinya atau tandanya apa? Apa yang menjadi tanda bahwa Bapak Ibu sudah berhasil membangun dia menjadi pemimpin?
Baik, untuk saya yang menjadi indikator ketika saya melatih seorang pemimpin dan dia telah berhasil adalah ketika orang itu mampu untuk membangun dan melatih pemimpin baru lagi. Jadi indikatornya kalau buat Ibu Paulina, saya bilang bahwa saya sudah berhasil membangun seseorang kalau dia mampu untuk memimpin dan membangun orang lain menjadi pemimpin. Jadi ada regenerasi ya, Bu Paulina, sangat baik sekali. Terima kasih.
Bagaimana dengan Pak Yohanes? Ya, menurut saya selain regenerasi juga, ada orang-orang yang melanjutkan apa yang menjadi visi yang ditanam dalam pelayanan. Apakah misalnya seperti saya di gereja, berarti bagaimana visi gereja itu ada yang melanjutkan, sehingga tidak terputus.
Baik. Baik, jadi buat Pak Yohanes keberhasilan itu kalau orang yang sudah dibangun itu bisa melanjutkan visi gereja Bapak supaya apa yang sudah direncanakan dari awal itu bisa mencapai sampai kelihatan hasilnya. Terima kasih Pak Yohanes, memang betul bahwa seringkali kita juga melihat bagaimana ketika misalnya di gereja terjadi satu perubahan atau satu...
apa namanya pergantian pendeta seringkali juga para jemaat merasa bahwa kok yang lalu belum selesai dikerjakan sekarang sudah ada yang baru lagi gitu ya sering terjadi. Nah tadi yang Pak Yohanes bilang Pak Yohanes berharap supaya apa yang sudah ditanamkan kepada gereja itu bisa diteruskan. Bagaimana dengan Bapak Ibu sekalian apa yang menjadi tanda atau ciri-ciri keberhasilan Bapak Ibu untuk membangun pemimpin. Mungkin Bapak Ibu punya jawaban yang sama atau juga mungkin punya jawaban yang berbeda.
Nah, dari tadi kita sudah berbicara atau sudah mendengarkan pendapat dari rekan-rekan kita ini bahwa ternyata membangun pemimpin itu tantangannya orangnya kurang. Kita sering menghadapi bahwa Hanya sedikit orang yang mau untuk dibangun atau menyediakan diri untuk dibangun menjadi pemimpin. Dan itu artinya Bapak-Ibu sekalian secara umum sebenarnya dimanapun ini...
Banyak terjadi, yang menjadi kesulitan di dalam membangun pemimpin itu adalah soal kuantitas. Jadi tantangan yang pertama, kuantitas pemimpin yang ada di sekitar kita atau calon pemimpin yang ada di sekitar kita itu kurang. Lalu yang kedua, yang nanti kita juga akan bicarakan bahwa ternyata tantangan yang umum terjadi di gereja-gereja maupun juga di organisasi-organisasi, apa yang menjadi tantangan pemimpin adalah soal kualitasnya. Ada banyak pemimpin yang mau jadi pemimpin, tetapi kemudian ketika mereka diberi tanggung jawab itu, mereka tidak berhasil menjalankannya. Mereka tidak mampu menjalankannya.
Sehingga itu menjadi persoalan bagi organisasi kita atau bagi gereja kita. Jadi ada dua masalah besar kepemimpinan yang dihadapi begitu banyak organisasi saat ini, yaitu yang pertama soal kuantitas dan yang kedua adalah soal kualitas. Bagaimana menurut Pak Yohanes dan Ibu Paulina?
Apakah kira-kira dua masalah umum ini juga ada di tempat Pak Yohanes dan Ibu Paulina? Sama ya? Jadi mungkin di tempat Bapak Ibu juga mengalami hal yang sama.
Karena itu Bapak Ibu sekalian mari sekarang kita lebih menggali lagi. Lebih menggali lagi bagaimana kita bisa menolong atau menjawab tantangan yang ada tadi. Pertama-tama kita mau memikirkan dulu. Sebenarnya ketika Bapak Ibu sedang memimpin, Bu Paulina ataupun Pak Yohanes sedang memimpin. Sebenarnya apa sih yang terjadi saat Bapak Ibu sedang memimpin?
Apa yang sedang terjadi ketika Bapak Ibu sedang memimpin orang, sedang menolong orang, membangun orang? Apa sebenarnya yang terjadi saat itu? Mempengaruhi orang, sehingga mereka melakukan sesuatu seperti yang diharapkan. Artinya satu hal yang pastinya lebih baik ya? Iya.
Jadi, mempengaruhi. Pak Yohane sebenarnya sedang mempengaruhi orang itu supaya menjadi lebih baik. Oke, apa lagi? Ya, mengajak orang untuk mereka mau melakukan sesuatu hal yang lebih baik. Mengajak?
Mengajak orang untuk apa? Menjadi lebih baik. Ada lagi mungkin?
Menjadi contoh, karena untuk mempengaruhi, untuk bisa mengajak harus jadi contohnya. Menjadi contoh. Ada lagi?
Yang terjadi adalah memikirkan bagaimana supaya hal ini bisa terjadi. Jadi ada satu pemikiran. Memikirkan bagaimana bisa melakukannya.
Baik, terima kasih. Bapak-Ibu yang di rumah juga mungkin bisa punya daftar ya lebih banyak lagi tentang apa yang sedang terjadi sebenarnya saat Bapak-Ibu sedang memimpin. Saat Bapak-Ibu sedang kotbah, sebenarnya apa sih yang terjadi? Saat Bapak-Ibu sedang memimpin katekisasi, apa sih sebenarnya yang sedang terjadi?
Saat Bapak-Ibu pimpin retreat, apa sih sebenarnya yang sedang terjadi? Saat Bapak-Ibu sedang memimpin meeting majelis jemaat ataupun... Sedang rapat, apa sih yang sedang terjadi sebenarnya? Nah ini yang tadi sudah didaftarkan dan mungkin banyak lagi ya. Tapi pertanyaan, ada pertanyaan lanjutan lagi.
Kenapa kita perlu mempengaruhi orang itu? Apa tujuan kita mempengaruhi orang itu? Dan di sini sebenarnya sudah ada jawabannya, yaitu supaya dia menjadi lebih baik. Jadi sebenarnya Bapak Ibu sekalian, di... Dunia ini ada begitu banyak teori kepemimpinan.
Apa itu kepemimpinan? Ada ratusan definisi atau penjelasan tentang apa sebenarnya itu kepemimpinan. Nah tetapi sebenarnya ada satu definisi yang sangat-sangat sederhana untuk bisa kita lebih mengerti tentang apa itu kepemimpinan.
Sebenarnya ketika kita sedang melakukan memimpin orang, Itu sebenarnya kita sedang melakukan membawa seseorang, misalnya si A yang tadinya ada di sini, untuk pindah ke sana. Jadi, Bapak-Ibu sekalian, apapun yang kita lakukan di dalam kepemimpinan sebetulnya adalah memindahkan orang dari... Keadaannya saat ini menjadi orang yang seperti yang kita mau atau yang kita harapkan.
Jadi ada memindahkan orang. Dengan kata lain sebenarnya kepemimpinan itu adalah satu pergerakan, satu upaya untuk memindahkan. Memindahkan seseorang dari keadaannya yang sekarang yang tadinya tidak tahu apa-apa, yang pengetahuannya kurang. yang mungkin karakternya kurang baik, yang apa, yang... Tidak mengerti apa yang menjadi tujuan masa depannya, menjadi seseorang yang jadi punya pengetahuan lebih baik tentang apa yang harusnya dia capai, dia jadi punya visi, dia jadi punya mimpi, kemudian dia juga punya karakter yang dibentuk di situ yang lebih baik dan dia punya kemampuan untuk mencapai apa yang dia mimpikan itu.
Jadi dengan kata lain, apa itu kepemimpinan Pak Yohanes dan Ibu Paulina? Pergerakan. Iya, betul. Jadi kepemimpinan itu adalah pergerakan. Apakah Ibu Paulina ataupun Pak Yohanes punya pendapat soal ini?
Tentang kepemimpinan itu satu pergerakan? Iya, jika dilihat bawah. Kepemimpinan itu adalah sebuah pergerakan, artinya memang kita ingin melihat adanya satu perubahan. Bahwa seseorang tidak hanya ada di dalam posisinya saja saat ini, tetapi dia bisa berpindah atau dia bergerak ke dalam posisi atau dalam tempat yang lain tentu dalam hal yang menjadi lebih baik. Iya betul, jadi teman-teman benar bahwa kita selalu ingin melihat orang-orang itu lebih baik.
Dan untuk itu kita perlu menolong untuk memindahkan dia sampai kepada posisi yang lebih baik. Dan tentu saja sebagai anak-anak Tuhan, tempat dia di sini ini, keadaan yang lebih baik itu keadaan lebih baik yang seperti apa? Yaitu seperti yang Tuhan mau, yang tadi seperti Ibu Paulina bilang, atau yang seperti Pak Yohanes bilang, dia bisa melakukan apa yang...
Tuhan sudah perintahkan kepada dia untuk masa depannya. Jadi demikianlah sebenarnya kepemimpinan. Kepemimpinan itu adalah satu pergerakan. Nah pertanyaan saya berikutnya adalah, kalau kepemimpinan itu adalah satu pergerakan, jadi sebenarnya siapa yang bisa disebut sebagai pemimpin?
Menurut Pak Yohanes, menurut Ibu Paulina. Dan menurut Bapak Ibu sekalian yang sedang menyaksikan video ini, siapa yang bisa disebut pemimpin? Ya, menurut saya semua orang seharusnya bisa disebut pemimpin.
Kenapa? Karena semua orang punya kesempatan untuk melakukan pergerakan. Semua orang bisa disebut sebagai pemimpin karena setiap orang bisa melakukan yang namanya menggerakan orang. Oke, ada lagi pendapat lain Ibu Paulina?
Saya sependapat dengan Nes bahwa artinya seorang pemimpin itu bisa dimiliki oleh siapa saja. Setiap orang punya kesempatan atau berpotensi untuk menjadi pemimpin karena kita punya keadaan di mana kita bisa menolong orang lain untuk berpindah dan melakukan pergerakan. Iya, baik. Terima kasih Ibu Paulina. Jadi benar Bapak Ibu sekalian bahwa yang disebut sebagai pemimpin itu sebenarnya adalah setiap orang bisa disebut sebagai pemimpin.
Kenapa? Karena sebenarnya setiap orang itu bisa mempengaruhi orang lain. Tanpa harus dia punya posisi atau jabatan sebagai direktur, sebagai supervisor, sebagai manager atau apa saja.
Di dalam satu organisasi, struktur organisasi, dia itu bisa sebagai pemimpin. Mungkin kita sering melihat seorang anak kecil ketika dia lagi bermain, itu ada orang-orang yang mengikuti dia. Pokoknya dia ngomong apa aja, ada yang ngikutin.
Entah itu baik, entah itu jelek, ada yang ngikutin. Padahal anak ini tidak punya posisi secara formal sebagai pemimpin, tapi dia bisa mempengaruhi teman-temannya untuk mengikuti apa yang dia mau. Seorang kakak biasanya diikuti oleh adiknya.
Kakaknya manjat-manjat, adiknya ikut. Kakaknya ngomong sesuatu, adiknya ikut. Seorang tua diikuti oleh anak-anaknya. Itu sebabnya seringkali orang katakan buah itu jatuh nggak jauh dari pohonnya.
Karena segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua biasanya diikuti oleh anaknya. Sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka. Seperti itu, padahal seringkali orang tua kalau lagi marah, kamu itu ngikutin siapa sih? Kenapa kelakuan kamu jadi begini? Tapi sebenarnya dia lupa bahwa anak itu setiap hari melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
Kalau secara formal sudah pasti, seorang guru pasti akan diikuti oleh murid-muridnya. Seorang pemimpin akan diikuti oleh... Orang-orang yang dia pimpin, seorang manajer akan diikuti oleh semua orang yang dia pimpin di bawahnya.
Nah karena itu Bapak Ibu sekalian, dengan konsep berpikir bahwa setiap orang itu adalah pemimpin, baik formal atau tidak formal, maka inilah yang menjadi acuan kita ketika kita mau membangun orang menjadi pemimpin. Ketika kita mau membangun orang menjadi pemimpin, termasuk di gereja kita masing-masing, biasanya apa yang terjadi? Biasanya kan kita melakukan, kita pilih di luni orangnya siapa yang kira-kira...
punya potensi baru kita kemudian latih dia. Sedangkan orang-orang lainnya seakan-akan tidak mendapat perhatian itu. Dan sebenarnya inilah yang seringkali jadi kegagalan banyak organisasi dan banyak gereja. Kita hanya fokus langsung kepada orang-orang tertentu saja.
Padahal dengan konsep berpikir bahwa setiap orang... punya potensi menjadi pemimpin karena setiap orang itu diikuti oleh orang lain mestinya kita memberi kesempatan kepada setiap orang untuk bertumbuh untuk diasah kepemimpinannya betul bahwa ada orang-orang yang secara apa namanya dari lahir itu sudah punya potensi kepemimpinan yang besar tapi bukan berarti Tapi orang-orang yang secara lahir tidak ada kelihatan punya potensi kepemimpinan yang besar, kemudian ke depan dia tidak bisa jadi pemimpin, enggak juga begitu. Kita banyak melihat atau banyak kita mendengar kesaksian bagaimana ada pemimpin-pemimpin besar yang sebenarnya dia itu waktu kecil mungkin tidak atau bukan orang yang sangat menonjol di komunitasnya.
Tetapi kemudian di kemudian hari dia jadi pemimpin besar. Nah karena itu Bapak Ibu sekalian, ini juga yang akan kita bicarakan. Ketika kita mau membangun pemimpin, maka kita akan membangun pemimpin dan kita akan memberi kesempatan kepada setiap orang yang ada di sekitar kita, yang ada di dalam lingkaran pengaruh kita, untuk kita bangun.
Untuk kita bangun. Sehingga dari situ kita akan bisa lebih melihat lagi siapa orang-orang yang akan benar-benar kita arahkan lebih khusus lagi untuk kepemimpinan secara struktural di masa depan. Nah karena itu Bapak Ibu sekalian betapa penting kita melakukan, melatih para pemimpin itu sejak mereka masih sangat muda. Membangun pemimpin yang sehat ini, Bapak-Ibu sekalian, karenanya bisa dilakukan di sekolah minggu, di remaja, pemuda, dewasa, orang tua.
Jadi, semua orang punya kesempatan untuk dibangun. Nah, karena itu, Bapak-Ibu sekalian, mari kita sekarang melihat juga bagaimana yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. Kalau kita perhatikan Tuhan Yesus juga di dalam Alkitab, dia itu sebenarnya punya murid lebih dari 12. Di dalam kitab Lukas ada diceritakan bagaimana Tuhan Yesus mengutus 70 muridnya berdua-berdua. Artinya Tuhan Yesus punya lebih dari 12 murid. Tetapi dari sekian banyak orang yang Tuhan Yesus bangun, dia kemudian menyendirikan.
12 orang ini untuk lebih lagi diperhatikan, untuk lebih lagi dibangun. Kenapa? Karena Tuhan Yesus punya rencana di dalam diri 12 orang ini. Dan sebenarnya dari 12 orang ini, ada yang lebih dispesifikan lagi oleh Tuhan Yesus, lebih diperhatikan lagi, yang kemanapun Tuhan Yesus pergi selalu mereka itu ada. Siapa itu yang tiga itu?
Yohanes. Bapak dan luar biasa Bapak sampai sekarang masih hidup Dan memang di dalam Alkitab juga kan dibilang Kalau murid-murid yang lain itu meninggalnya kan dengan cara yang Apa namanya? Ya tidak semua orang kepengen lah ya Meninggal dengan cara yang seperti itu Tapi Yohanes itu tidak meninggal dalam keadaan sengsara Tapi yang saya heran kenapa masih hidup sampai sekarang Siapa lagi selain Yohanes?
Petrus dan satu lagi? Jakobus. Itu adalah tiga murid yang secara khusus oleh Tuhan Yesus diperhatikan lebih lagi.
Dan kita melihat Bapak Ibu sekalian bagaimana Tuhan Yesus membangun mereka. Dan kalau kita lihat juga kemanapun Tuhan Yesus pergi, ketemu dengan siapa saja, Tuhan Yesus itu selalu membangun orang. Ketemu dengan orang berdosa, dia membangun orang itu supaya dia punya perubahan hidup.
Dan yang terjadi orang itu berubah. Orang Samaria yang ketemu di, perempuan Samaria yang ketemu di pinggir sumur, jadi berubah. Ya, orang yang sakit disembuhkan, dia juga jadi berubah.
Jadi... Itulah yang Tuhan Yesus lakukan, selalu mengubah orang, selalu membangun orang kemanapun dia pergi. Nah karena itu Bapak Ibu sekalian kita akan membahas sekarang di dalam membangun pemimpin yang sehat itu yang kita mau fokuskan adalah kita mau belajar dari pemimpin yang sempurna ini, yaitu dari Tuhan Yesus. Bagaimana Tuhan Yesus bisa membangun kedua belas muridnya dan orang-orang yang lain, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjadi para pemimpin yang luar biasa.
Yang dampak dari kepemimpinan mereka itu bisa terasa sampai sekarang. Saya, Ibu Paulina, Pak Yohanes, Bapak-Ibu sekalian yang sekarang ini sedang mengikuti pelatihan melalui video ini, kita semua adalah hasil dari... Apa yang dilakukan oleh para murid Yesus yang kemudian jadi rasul, yang membangun gereja, dan kita bisa jadi orang percaya sampai sekarang ini karena hasil dari buah mereka.
Dan bahkan sampai sekarang Bapak Ibu sekalian di dunia ini berapa banyak orang Kristen? Setiap hari ada pertambahan orang Kristen. Padahal murid-murid Yesus ini sudah meninggal dari ribuan tahun yang lalu. Bahkan sampai nanti kita tidak ada, sampai nanti terus-terusan gereja umat Tuhan akan terus bertambah. Nah karena itu kita mau belajar sekarang bagaimana bisa menjadi pemimpin yang seperti itu.
Yang kita sebut oleh Leader Source disebut sebagai pemimpin yang sehat. Pemimpin yang sehat ini bukan dalam arti pemimpin yang enggak punya sakit ini, sakit itu, bukan yang seperti itu. Tapi pemimpin yang sehat ini kita nanti akan bahas lebih lagi supaya Bapak Ibu bisa mengerti apa itu pemimpin yang sehat. Untuk itu Bapak Ibu, Pak Yohanes dan juga Ibu Paulina mari kita sama-sama buka Alkitab kita.
Ayat 14 sampai 16. Kemudian Yohanes pasal 8 ayat 26-29, Yohanes pasal 5 ayat 19-20, Yohanes pasal 5 ayat 30, dan Yohanes pasal 14 ayat 7-10. Saya akan memberikan waktu kepada Bapak Ibu untuk membaca ayat-ayat ini. Nah, ketika Bapak Ibu membaca ayat-ayat ini, coba temukan apa sifat dasar kepemimpinan Yesus yang Bapak Ibu temukan dari ayat-ayat ini. Silakan Bapak Ibu yang sedang menyaksikan mengikuti video ini juga, silakan mencari ayat-ayat tersebut dan catat.
Apa yang Bapak Ibu temukan tentang sifat-sifat dasar kepemimpinan Yesus dari ayat-ayat ini? Saya kasih waktu beberapa menit untuk membacanya. Silahkan.
Terima kasih telah Bapak Ibu tadi sudah membaca ayat-ayat tersebut. Sebelum kita bahas ayat-ayat ini, saya punya satu pertanyaan dulu. Di dalam Yohanes 1 ayat 1, Bapak Ibu tentu saja ingat ayat ini, pada mulanya adalah firman dan firman itu bersama-sama dengan Allah. Dan firman itu adalah Allah. Nah, kalau saya tanya, Mana duluan Yohanes 1 ayat 1 atau kejadian 1 ayat 1?
Bapak ibu di rumah juga ya, atau bapak ibu yang sedang menyaksikan video ini, menurut bapak ibu, mana duluan kejadian 1 ayat 1 atau Yohanes 1 ayat 1? Yohanes 1 ayat 1 Apa karena bapak namanya Yohanes maka bapak bilang Yohanes 1 ayat 1? Betul Kenapa Yohanes 1 ayat 1? Ya karena disitu dikatakan pada mulai jadi segala sesuatu sebelum peristiwa penciptaan ini terjadi gitu ya sedangkan kejadian satu-satukan ketika hampir mau melakukan proses penciptaan itu jadi ini jauh sebelum masa penciptaan Ya itu menurut saya begitu Terima kasih, bagaimana Ibu Paulina ada pendapat lain? Saya juga melihatnya Bahwa Injil dari Yohanes 1 Ayat 1 itu adalah yang Lebih dulu ya Karena dikatakan bahwa pada mulanya Adalah firman Dan firman itu yang bersama-sama dengan Allah gitu, jadi ketika Allah ada dan firman itu bersama-sama maka ini yang lebih jauh.
Iya, baik. Terima kasih. Ya benar Bapak Ibu sekalian, kalau kita lihat Yohanes 1 ayat 1 itu adalah lebih dulu daripada kejadian 1 ayat 1. Kenapa? Karena di Yohanes 1 ayat 1 itu menjelaskan tentang di mana Yesus sebelum segala sesuatu ini ada. Di dunia ini ada, penciptaan itu dilakukan, di mana Yesus?
Dan ternyata di sini dikatakan pada mulanya adalah firman, dan firman itu bersama-sama dengan Allah. Nah, kata bersama-sama ini Bapak Ibu sekalian, Kata bersama-sama ini dalam bahasa Yunaninya itu menggunakan kata yang namanya pros. Pros dalam bahasa Yunani itu sebenarnya bukan bersama-sama dengan, sama seperti misalnya saya dengan Ibu Paulina dan Pak Yohanes lagi bersama-sama. Nah tetapi kata pros ini menjelaskan Arti yang lebih dalam dari sekedar kita lagi bersama-sama, kita lagi duduk sama-sama.
Kalau kita pergi ke satu tempat naik bus, di dalam bus itu ada banyak orang. Kita bersama-sama dengan orang-orang itu di dalam bus. Tetapi kata ini menunjukkan arti yang lebih dari hanya sekedar saya sedang ada dengan orang lainnya.
Kata pros di sini itu menunjukkan satu... Kesatuan antara Allah dengan Yesus. Kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Jadi di sini kata bersama-sama ini menunjukkan seperti apa segala sesuatu yang mereka sedang lakukan itu seperti tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ada di dalam satu kesatuan, ada di dalam satu kebersamaan, selalu ada di dalam persekutuan yang bersama-sama. Di mana ada Allah, di situ ada Yesus.
Di mana ada Yesus, di situ ada Allah. Nah itulah yang menggambarkan kata pros. Kata pros ini mau menunjukkan bahwa Yesus dengan Allah itu memang satu, tidak bisa dipisahkan. Nah atas dasar inilah... Kesatuan Yesus dengan Allah, dasar inilah yang akan menunjukkan atau yang akan menjadi dasar dari kepemimpinan Yesus.
Yang kita akan pelajari dari ayat-ayat yang tadi sudah dibaca. Nah apa yang Pak Yohanes, Ibu Paulina dan Bapak Ibu sekalian, apa yang ditemukan dari ayat-ayat ini mengenai sifat dasar kepemimpinan Yesus? Yohanes 7 ayat 16 mau bilang apa? Katakan disitu bahwa ajarannya itu berasal dari Bapak. Jadi Bapak yang memutus dia, ajarannya juga dari Bapak.
Dia tidak menciptakan ajaran yang lain. Jadi ajaran yang Yesus ajarkan kepada orang-orang, ajaran Yesus itu datangnya dari Bapak. Tuhan Yesus tidak mengajarkan hal-hal yang lainnya.
Yang diajarkan hanya segala sesuatu yang berasal dari Bapaknya. Kenapa? Karena ini tadi. Karena Yesus itu selalu ada di dalam kesatuan dengan Bapaknya.
Jadi dia tidak mengajarkan hal-hal yang bukan dari Bapaknya. Kalau Yohanes 8 ayat 28, apa kira-kira yang mau dikatakan di ayat itu tentang ciri kepemimpinan Yesus? Kalau Yohanes 8 ayat 28 mengatakan bahwa apa yang Yesus lakukan, itu apa yang Yesus perbuat, itu memang berasal dari apa yang diajarkan Bapak.
Apa yang Yesus buat, itu asalnya dari Bapak. Jadi segala perbuatan Yesus, Itu asalnya dari Bapak. Bapak Ibu yang sedang mengikuti video ini, Bapak Ibu bisa lihat di buku kerja halaman 22. Halaman 22, betul? Di halaman 22, Bapak Ibu akan juga menemukan hal yang sama. Nah kemudian, Yohanes 5 ayat 19 sampai 20. Apa yang menjadi ciri?
kepemimpinan Yesus di ayat itu apa yang dikerjakan Tuhan Yesus itu karena dia melihat Bapak yang mengerjakannya jadi Tuhan Yesus hanya mengerjakan apa yang Yesus lihat apa yang Yesus lihat dari Bapaknya kemudian Di ayat pasal 5 ayat 30 Ya, Yohanas 5 ayat 30 mengatakan bahwa Yesus itu mendengar dari Bapak dan kemudian melakukan apa yang menjadi kehendak Bapak Yesus mendengar dan melakukan, mendengar dari Bapak dan melakukan apa yang Bapak kehendaki dari dia Jadi kalau kita lihat di sini Bapak Ibu sekalian Pertama-tama adalah matanya Yesus itu selalu tertuju kepada Bapaknya. Di dalam kepemimpinannya, dia selalu mengarahkan pandangannya kepada Bapaknya. Dia selalu mengarahkan telinganya kepada Bapaknya. Mencari tahu apa yang Bapaknya inginkan untuk dia lakukan.
Kemudian dia, apa yang dia pikirkan, itu segala sesuatu yang... dari Bapaknya, pikirannya ditujukan kepada Bapaknya. Dan segala sesuatu yang dia buat, dia juga lakukan itu berdasarkan apa? Perintah Bapaknya.
Jadi ada ketaatan terhadap Bapaknya. Dan itulah yang disebut sebagai pros, Bapak Ibu sekalian. Bahwa Tuhan Yesus di dalam kepemimpinannya, dia tidak pernah melepaskan dirinya dari... Bapaknya, bayangkan Tuhan Yesus aja yang sebagai anak Allah, yang punya kuasa, dia di situ berkali-kali bilang, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Di dalam ayat-ayat ini, berulang-ulang Tuhan Yesus bilang, aku tidak bisa berbuat apa-apa, kalau tidak Bapak mengajarkannya kepadaku.
Kalau tidak Bapak memberikan kepadaku. Hikmat dan sebagainya. Juga di dalam Yohanes 14 ayat 7-10, ini mau bicara apa Yohanes 14 ayat 7-10?
Ini apa yang dia katakan juga berasal dari Bapak, dan seharusnya orang melihat dia sama dengan melihat Bapak. Iya. Apa yang dikatakannya selalu berasal dari Bapaknya? Jadi Bapak Ibu sekalian, sebagai pemimpin, Tuhan Yesus itu tidak pernah lepas dari pimpinan Bapaknya. Karena itu tidak heran Bapak Ibu sekalian kalau kita seringkali mendengar atau membaca bagaimana Tuhan Yesus selalu menyendiri.
Pergi ke gunung, ajak teman-temannya, kadang-kadang sendiri untuk berdoa, untuk berpuasa. Kenapa? Karena dia selalu ingin mengarahkan. Pikirannya, ingin mengarahkan telinganya, ingin mengarahkan hatinya, ingin mengarahkan matanya, semua kepada Bapaknya. Supaya ketika dia mengajar, yang diajarkan itu hanyalah perkataan yang dari Bapaknya.
Ketika dia bahkan disitu dikatakan, kalau saya menghakimi pun, maka penghakiman itu bukan berasal dari Tuhan Yesus sendiri. Tetapi apa yang diajarkan Bapaknya kepada Bapaknya. Tuhan Yesus untuk orang itu.
Nah dikatakan di dalam pasal 14 ini, dibilang bahwa karena begitu eratnya kesatuan Yesus dengan Bapaknya, maka setiap orang kalau melihat Yesus, itu dia seperti melihat Bapak. Ketika orang melihat Yesus, dia melihat Bapak. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan, ada muridnya mengatakan, bagaimana aku bisa melihat Bapak?
Lalu Tuhan Yesus bilang apa? Tidakkah kamu tahu? Bahwa kalau kamu melihat aku, sebenarnya kamu sedang melihat Bapak di dalam aku. Kenapa?
Karena apapun yang dia katakan, apapun yang dia pikirkan, itu semua asalnya dari Bapaknya. Nah karena itu, teman-teman, bagaimana dengan teman-teman, Bapak Ibu sekalian, bagaimana dengan kepemimpinan kita sebagai pemimpin gereja? Sebagai pemimpin organisasi Kristen, sebagai pemimpin-pemimpin Kristen, bagaimana dengan sifat dasar kepemimpinan kita?
Apa yang kita miliki, apa yang menjadi dasar bagi kepemimpinan kita? Mari sekarang teman Bapak Ibu sekalian kita melihat beberapa ayat yang lain sebagai ayat-ayat yang akan menolong kita memahami apa yang seharusnya menjadi sumber kepemimpinan Kristen. Mari kita lihat di Yohanes pasal 6. Yohanes pasal 6 ayat 56-57, kemudian Yohanes pasal 14 ayat 21-23, lalu Yohanes 13 ayat 16, ayat 13-15. Dan 2 Korintus 3 ayat 18. Silakan Bapak Ibu membuka ayat-ayat ini, kemudian temukan apa yang seharusnya menjadi dasar kepemimpinan orang-orang Kristen.
Bapak Ibu juga bisa membuka buku kerjanya di halaman 24 dan 25. Atau Bapak Ibu bisa lihat di halaman, kalau Bapak Ibu pegang versi yang lain di halaman 21, ya di halaman 21 buku kerja Bapak Ibu. Intro Sub indo by broth3rmax Terima kasih telah menonton! Terima kasih tel Oke, sudah?
Apa kata Yohanes 6 ayat 56-57? Apa yang dikatakan di dalam ayat itu mengenai sifat kepemimpinan Kristen? Kita harusnya ada di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita. Tinggal di dalam...
Dalam Kristus. Dan Kristus di dalam kita. Baik, Yohanes 14 ayat 21-23 Yohanes 14 ayat 21-23 mengatakan bahwa kalau kita melakukan perintahnya, kita menunjukkan bahwa kita mengasihi dia dan kita juga mengasihi Bapak Jadi, mengasihi Kristus Yohanes 16 ayat 13-15 Ya, hidup di dalam pimpinan roh kudus Hidup di dalam pimpinan roh kudus dan kita juga harus disitu dikatakan mendengarkan mendengarkan Kristus dan hidup dalam Kalau kita lihat di sini Bapak Ibu sekalian bahwa sifat kepemimpinan orang Kristen juga sebenarnya sama.
Yang pertama dikatakan sebagai seorang pemimpin Kristen kita itu harus tinggal. ada di dalam persekutuan dengan Kristus. Kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita.
Harus ada di dalam persekutuan dengan Kristus. Kalau sebagai pemimpin Kristen kita tinggal di dalam Kristus. tidak ada di dalam Kristus, maka kita harus bertanya, apakah memang betul kita ini sebagai pemimpin Kristen? Apakah Kristus itu menjadi pusat di dalam kehidupan kita?
Apakah Kristus itu menjadi pusat di gereja Bapak Ibu sekalian? Di dalam kehidupan keluarga kita? Di dalam kehidupan kita sebagai jemaat?
Apakah Kristus itu menjadi pusat di tengah-tengah kita? Lalu yang kedua dikatakan, Sifat kepemimpinan Kristen itu dasarnya haruslah pada kasih kita kepada Kristus. Sama seperti Yesus yang ada di dalam persekutuan dengan Bapaknya dan Yesus yang sangat mengasihi Bapaknya, sampai-sampai Tuhan Yesus rela mengorbankan dirinya untuk memenuhi apa yang menjadi rencana Bapaknya. Selamatkan kita semua, itu juga yang harusnya kita miliki.
Bagaimana kita harus punya kasih kita kepada Kristus. Jadi dasar kepemimpinan kita yang pertama adalah kesatuan kita dengan Kristus, yang kedua adalah kasih kita kepada Kristus. Dan yang ketiga, sama seperti Yesus bilang bahwa saya tidak melakukan...
segala sesuatu yang lain, hanyalah yang saya lakukan, hanyalah segala sesuatu yang didengar oleh Yesus dari Bapaknya, maka sifat dasar kepemimpinan kita haruslah segala sesuatu yang kita lakukan, segala sesuatu yang kita putuskan, itu harus didasarkan pada apa yang kita dengarkan dari Kristus. Dan apa yang kita dengarkan dari Kristus itu ada di dalam firman ini. Bagaimana kita mengajarkan kebenaran Kristus yang kita ajarkan di dalam kepemimpinan kita. Itulah yang harusnya menjadi dasar.
Nah, ketika kita melakukan ini semua, maka 2 Korintus 3 F18 ini yang akan terjadi. Yaitu apa? Bahwa kita akan mencerminkan kemuliaan Allah.
Sama seperti Kristus, kalau orang melihat Kristus maka dia akan melihat Bapak. Harusnya sebagai seorang pemimpin Kristen, ketika orang melihat saya, mereka itu bisa melihat Kristus di dalam saya. Melalui apa yang saya pikirkan, melalui apa yang saya putuskan, melalui apa yang saya katakan, saya ajarkan.
Mereka harus bisa melihat Kristus di dalam diri saya. Nah, Bapak Ibu sekalian, bagaimana dengan Bapak Ibu, teman-teman, termasuk pertanyaan ini kepada saya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita benar-benar mencerminkan Kristus di dalam diri kita?
Sehingga yang orang lihat itu adalah Kristus ketika kita berjumpa dengan mereka. Melalui apa yang kita katakan, melalui apa yang kita lakukan, melalui apa yang kita bagikan kepada mereka, ajarkan kepada mereka. Bahkan ketika kita sedang mendidik orang, mengoreksi orang lain, mereka tetap bisa melihat Kristus di dalam diri kita. Bukannya melihat sosok yang menakutkan. Makan, singa atau macan gitu ya.
Nggak seperti itu. Nah mari kita renungkan Bapak Ibu sekalian. Mari kita ambil waktu kita akan berdoa.
Saya kasih waktu setiap orang untuk merefleksikan apa yang tadi sudah didengarkan. Dan berdoa, minta kepada Tuhan. Apa yang Tuhan mau supaya kita juga bisa melakukannya.
Dan setelah itu saya mau minta tolong Pak Yohanes untuk... Menutup dalam doa setelah masing-masing berdoa. Mari kita berdoa.
Tuhan Yesus, Kau yang bangun kami, Kau yang ajari kami, Kau yang perlengkapi kami sedemikian rupa Tuhan, supaya kami menikmati pribadimu dengan nyata, supaya kami bisa betul-betul merasakan Engkau hadir di dalam kami. Dan tolong kami Tuhan mampukan kami untuk jadi teladan supaya orang-orang bisa melihat bahwa setiap perkataan kami, setiap hal yang kami ajarkan, setiap hal yang kami pikirkan dan katakan, setiap hal yang kami buat Tuhan berasal dari Tuhan. dari engkau sendiri, supaya mereka juga boleh melihat pribadimu di dalam kami, supaya mereka boleh memiliki kehausan untuk boleh bertumbuh di dalam Tuhan, supaya mereka boleh memiliki keinginan yang kuat untuk boleh mengalami Tuhan secara nyata.
Pakai kami dan ajari kami, dan ampuni kami Tuhan kalau seringkali kami lalai, seringkali kami melewati kesempatan Tuhan untuk menjadi teladan dalam kehidupan kami Tuhan, karena seringkali mungkin kami tidak mencermin. minggalkan kau ajari kami Tuhan dan bersihkan terus hati dan pikiran kami karena hanya dalam namamu kan berdoa dan syukur hal ini Amin Amin Terima kasih Pak Yohanes nah Bapak Ibu sekalian Hai sekarang kalau disana nanti Bapak Ibu sendirian Bapak Ibu silahkan mencatat hai hai Apa yang Bapak Ibu rasakan setelah Bapak Ibu tahu tentang sifat dasar kepemimpinan Yesus? Dan apa yang seharusnya menjadi dasar bagi kepemimpinan kita sebagai pemimpin-pemimpin Kristen?
Kalau Bapak Ibu ada bersama-sama dengan para pemimpin yang lain, Bapak Ibu bisa berdua-berdua melakukannya untuk saling membagikan apa yang Bapak Ibu renungkan atau apa yang Bapak Ibu rasakan setelah Bapak Ibu tahu apa yang menjadi sifat dasar kepemimpinan Yesus dan apa yang harusnya menjadi sifat dasar kepemimpinan kita. Jadi Bapak Ibu bisa lakukan sendiri dengan mencatat, atau Bapak Ibu kalau ada di dalam kelompok bisa berdua-berdua melakukan itu. Dan saya mempersilahkan Pak Yohanes dan Ibu Paulina untuk sharing apa yang dirasakan setelah mengetahui itu. Hai sudah Bapak Ibu sudah disini Pak Yohanes dan Paulina Oke terima kasih ya Bapak Ibu eh Tadi kita di awal sudah sama-sama membicarakan.
Apa itu kepemimpinan, Bapak Ibu? Kepemimpinan adalah pergerakan. Membawa seseorang dari keadaan yang sekarang menjadi seseorang yang seperti dikendaki oleh Tuhan.
Lalu kita juga berbicara tentang sifat dasar kepemimpinan Tuhan Yesus. Apa sifat dasar kepemimpinan Tuhan Yesus? Semuanya berasal dari Bapak. Semua berasal dari Bapak. Ada persekutuan yang erat dengan Bapaknya.
Matanya tertuju kepada Bapak. Telinganya ditujukan kepada Bapak. Pikirannya ditujukan kepada Bapak.
Ajaran yang dia buat, yang dia berikan, hanyalah yang diminta Bapaknya untuk ajarkan. Segala sesuatu yang dia... Juga asalnya dari Bapaknya. Lalu apa yang menjadi sifat dasar kepemimpinan kita sebagai pemimpin Kristen?
Harusnya menyatu dengan Kristus. Menyatu dengan Kristus. Kita harus punya kesatuan dengan Kristus. Lalu kita juga harus melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan.
Lalu apa lagi dasar lainnya bahwa kepemimpinan kita haruslah didasari oleh? Kasih kita kepada Kristus, sehingga setiap orang yang melihat kita, dia akan melihat Kristus di dalam kita. Nah jadi Bapak Ibu sekalian, kalau kita melakukan itu, kenapa Tuhan menghendaki kita seperti itu? Karena orang-orang yang kita mau bangun menjadi pemimpin, itu bukan hanya sekedar menjadi pemimpin yang hebat, dalam artian, wah dia pintar sekali. Wah dia sangat strategis, wah dia sangat karismatik.
Karena yang kita mau untuk dibangun itu bukan cuma sekedar pemimpin yang seperti itu. Tadi di awal Ibu Paulina dan juga Pak Yohanes bilang kita mau membangun pemimpin seperti yang Tuhan mau. Pemimpin yang seperti yang Tuhan mau itu yang seperti apa?
Pemimpin yang seperti yang Tuhan mau itu adalah pemimpin yang benar-benar mengenal Allah. Pemimpin yang benar-benar hidupnya bergantung kepada Allah, pemimpin yang sangat mengasihi Allah, yang selalu mau mendengarkannya, dan taat untuk melakukan perintahnya, serta mau menjalankan perintah Tuhan untuk mengasihi dan melayani sesama. Itulah pemimpin yang kita mau bangun. Jadi bukan hanya sekedar pemimpin yang strategis. Banyak pemimpin yang strategis tapi dia tidak melayani.
Banyak pemimpin yang harismatik tapi dia tidak melayani. Dia tidak mau menyerahkan dirinya kepada orang-orang yang dia pimpin. Yang dia mau adalah hanya apa yang dia pengen itu yang tercapai. Dia hanya ingin memuaskan keinginannya. Sedangkan yang Tuhan mau adalah yang bisa menyenangkan hati Tuhan.
Nah kalau kita bisa membangun orang-orang yang benar-benar punya kesatuan dengan Kristus, mau... Bergantung kepada Kristus, taat kepada Kristus, mengasihi Kristus, mendengarkan dia, melakukan perintahnya, dan melayani, maka Tuhan akan disenangkan oleh itu. Dan kita juga akan memperoleh yang namanya perkenanan dari Tuhan.
Tadi di awal kan saya tanya, apa yang menjadi ciri? dari keberhasilan kita ketika kita bangun orang. Nah kalau di dalam pemahaman yang tadi kita sudah jabarkan, jadi ciri yang paling utama yang harus terjadi adalah bahwa orang-orang yang kita bangun itu, mereka itu akan mendapat perkenanan Allah melalui hidupnya, melalui apa yang dia lakukan, melalui kepemimpinannya. Kenapa?
Karena dia adalah orang-orang yang memang hidupnya di dalam Tuhan. Nah inilah yang membedakan ketika kita memimpin orang seperti yang Tuhan mau, dengan kalau kita memimpin, membangun orang seperti yang manusia pada umumnya inginkan. Mungkin sampai di sini dulu ada pertanyaan atau pemikiran dari Bapak Ibu yang mengikuti melalui video maupun... teman-teman atau Bapak Ibu yang ada di sini?
Apakah ada pertanyaan? Jadi, ciri utama orang yang, seorang pemimpin yang sukses itu adalah pada akhirnya dia harus seorang yang mendapat perkenanan dari Allah. Iya, jadi ciri utamanya bahwa dia akan memperoleh perkenanan Allah di dalam kehidupannya. Kenapa?
Karena dia memang melakukan apa yang Tuhan mau. Ketika kita melakukan apa yang Tuhan mau dan dilakukan bersama-sama dengan dia di dalam dia, untuk orang lain, maka Tuhan akan berkenan kepada kita. Ingat Bapak Ibu cerita... Atau di dalam Alkitab, Tuhan Yesus dikatakan di dalam Kitab Lukas, dia itu bertumbuh semakin lama, semakin besar, dan semakin disukai oleh Allah dan oleh manusia. Jadi kalau kita mau membangun orang, pastikan bahwa orang itu akan disukai oleh Allah dan disukai oleh manusia.
Bukan hanya disukai oleh manusia saja, tetapi terutama juga disukai oleh Allah. Demikian juga ketika Esther, Esther itu dibesarkan oleh siapa? Oleh Mordecai. Tetapi bagaimana kita bisa melihat Esther itu mendapat perkenanan dari banyak orang dan dari Allah. Jadi Mordecai membimbing dia, membangun Esther sehingga Esther menjadi seorang yang betul-betul diperkenan oleh Allah dan diperkenan oleh banyak orang, bahkan oleh...
Raja yang saat itu bukan bangsanya. Kemudian juga Nehemiah. Kalau kita ingat, Nehemiah itu sebelum dia pergi ke Yerusalem untuk bangun tembok, yang dia berdoa, dia berdoa minta apa?
Minta perkenanan Allah, supaya ketika dia pergi, orang-orang yang dia jumpai itu juga bisa mendapat perkenanan dari orang-orang yang dia jumpai. Dan supaya yang dia lakukan itu berkenan bagi Allah. Nah itulah ciri utama seorang pemimpin Kristen. Kalau yang kita lakukan itu, sekalipun itu hebat, sekalipun itu besar, tapi tidak berkenan bagi Allah.
Maka hasilnya pun tidak akan seperti yang Allah mau. Orang yang kita bangun tidak akan menjadi orang yang seperti Allah mau. Karena itu teman-teman, kita nanti akan membahas satu studi kasus yang saya sudah bagikan juga kemarin. Dan juga bagi Bapak Ibu yang menyaksikan ini, Bapak Ibu bisa melihat juga ada studi kasus Pastor DP. Bapak-Ibu bisa print, Bapak-Ibu baca, dan Bapak-Ibu coba lihat kenapa Pastor DP itu bisa menjadi seperti itu, bisa mengalami seperti itu apa yang terjadi.
Jadi Bapak-Ibu, ini yang saya mau bagikan untuk di sesi pertama ini. Terima kasih banyak Bapak-Ibu sudah mengikutinya sampai sesi ini. Nanti sesi kedua kita akan lanjutkan dengan apa tujuan dari membangun...
pemimpin yang sehat. Terima kasih.