📚

Kuliah Mardigu Wowiek dan Inspirasi

Aug 16, 2024

Catatan Kuliah Bersama Mardigu Wowiek

Pengantar

  • Narator kurang, butuh lebih banyak "bullshiter" yang bisa mendukung argumen.
  • Mardigu Wowiek, tamu spesial, penulis berbagai buku.

Masa Kecil Mardigu

  • Lahir: 1964, satu tahun lebih muda dari pembicara.
  • Pendidikan: Belajar di San Francisco, mengambil jurusan Criminal Minds.
  • Asal: Dari Madiun, keluarga dengan latar belakang militer.
    • Ayah pensiunan Kapten Angkatan Udara.
    • Moved frequently due to father's low rank.
  • Mimpi belajar ke luar negeri, khususnya Amerika.

Proses Pendidikan

  • Tahun 1984-1985: Program pemerintah Pak Habibie untuk kirim siswa pintar ke luar negeri.
  • Mardigu dan teman tidak masuk dalam daftar tetapi mendapat kesempatan setelah adanya kuota tidak terpakai.
  • Jurusan: Applied Psychology and Business.
    • Fokus pada faktor psikologis dalam pemasaran.
    • Contoh: Starbucks mengatur kursi dan meja agar nyaman.

Pengalaman di San Francisco

  • Penempatan di penjara untuk belajar tentang tindak kriminal.
  • Mengambil short course untuk disertasi.
  • Menggali isu-isu terorisme, termasuk pembelajaran dari kejadian Laurent Kabila di Kongo.
  • Durasi Studi: Sekitar 6 tahun sampai S2.

Keterlibatan dengan Negara

  • Kembali ke Indonesia, langsung bebas dari ikatan dinas setelah sekolah.
  • Pengalaman membantu dalam berbagai krisis, seperti konflik Sampit dan tsunami Aceh.

Cinta Terhadap Indonesia

  • Mardigu sangat mencintai Indonesia, meskipun ada tantangan politik.
  • Merasa beruntung lahir di Indonesia.
  • Warisan budaya logam yang tinggi, serta kekayaan alam Indonesia.
  • Mengenalkan nilai-nilai budaya dan pentingnya menjaga warisan.

Keterkaitan dengan Ilmu Pengetahuan

  • Al-Khwarizmi: Menginspirasi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam matematika dan sains.
  • Kurangnya perhatian terhadap ilmu pengetahuan empiris di Indonesia.
  • Pentingnya Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) di pendidikan.

Kebutuhan untuk Narator yang Lebih Banyak

  • Menyadari perlunya lebih banyak narator yang dapat menjelaskan dan mendiskusikan Indonesia di kancah internasional.
  • Pentingnya mempromosikan budaya membaca.
  • Saran: Mengadakan gerakan membaca Indonesia, seperti yang dilakukan di Amerika.

Kesimpulan

  • Narasi yang baik bisa meningkatkan perhatian dunia terhadap Indonesia.
  • Pentingnya mengedepankan ilmu pengetahuan dan membaca untuk menciptakan generasi yang lebih baik.
  • Tantangan: Membangun budaya membaca dan menciptakan lebih banyak narator yang kreatif.