Transcript for:
Emisi Karbon dan Dampak Pemanasan Global

Bagaimana dengan dunia? Kenapa Amerika masih memilih PLTU? Yang ini yang kita lupakan.

Peternakan, kotoran-kotoran dari sapi, kerbau, kuda, itu menghasilkan gas metan yang cukup signifikan. Sawah itu juga menghasilkan gas yang menyebabkan pemanasan global, kalau kita mau jujur. Ini logika dasarnya, ternyata itu adalah sebuah kelemahan yang sekarang akan ditutup. Dengan metodologi yang dinamakan dengan Carbon Border Adjustment Mechanism.

Kenapa ini hanya 1,5 degree atau 2 degree, seluruh negara ribut. Nah bukan masalah berapa Celsius naiknya tapi impactnya itu adalah Kita bertemu lagi di Teras Ekonomi Bisnis bersama narasumber utama kami Archandra Tahar Wakil Menteri SDM periode 2016-2019 Pada sosok Archandra apalagi kalau kita enggak ngebahas tentang energi tetapi kita berusaha menonjolkan tentang keilmuan yang dimiliki Pak Archandra bagaimana dari sisi strategi atau teknisnya, finansialnya, lalu benefitnya apa saja. Hari ini kita membahas... tentang zero emisi karbon negara-negara mana saja yang bisa kita pelajari, lalu manfaat apa sih yang kita bisa gali dari isu ini Selamat pagi Pak Archandra Selamat pagi, Assalamualaikum Wr. Wb Waalaikumsalam Wr.

Wb Pak Archandra, kita ngebahas tentang emisi karbon ini sebenarnya ada benang merahnya dengan episode kita pertama ya Pak, ketika kita belajar krisis energi pada Eropa, jangan sampai kita juga mengalami gejolak yang sama dan di isu emisi karbon ini. Pak Arsandra, sebenarnya ini secara awam saja. Apa sih emisi karbon ini? Penyebabnya apa? Akibatnya apa?

Lalu antisipasi atau obatnya apa sih Pak? Boleh dijelaskan Pak? Boleh.

Terima kasih ya Mbak Mega atas kesempatannya hari ini kita membicarakan tentang karbon. Karbon yang utama yang akan kita bahas adalah karbon... CO2 CO2 Nah, sebelum kita bicara tentang akibat Tentu kita bicara penyebabnya dulu Kita punya atmosfer Di atmosfer ini Ada namanya gas karbon dioksida Dan juga ada karbon metan Dan gas-gas lainnya yang berada di atmosfer kita ya secara garis besar bumi kita ini membutuhkan karbon dioksida kita butuh apa saja dibutuhkan oleh bumi ini di dari sisi karbon dioksida kalau kita pingin makan buah ya buah itu dihasilkan mungkin dari pohon yang melakukan atau berfotosintesa. Untuk proses fotosintesa dibutuhkan gas CO2 karbon, ditambah air, ditambah sinar matahari, ditambah klorofil, jadilah dia gula dan oksigen. Jadi secara keseluruhan, apakah karbon dioksida itu merusak?

Bisa iya, bisa tidak. Iya? Iya kalau dia berlebihan, tidak kalau dia setimbang dan dibutuhkan oleh alam ini. Nah untuk itu kita bicara, apa sih karbon yang merusak itu? Apa yang menyebabkan pemanasan bumi ini?

Ini dikhawatirkan. Secara teori, saya akan jelaskan sedikit. Matahari yang menyinari bumi ini, sinar matahari tersebut diambil atau diserap oleh permukaan bumi. pada siang hari, kemudian pada malam hari panasnya tersebut akan keluar untuk memanasi bumi kita ini. Panas tersebut diserap oleh atmosfer ke atas, jadi dipantulkan oleh matahari, ini bumi kita.

Kemudian dipantulkan ke atas, dilindungi oleh atmosfer. Apa yang melindungi sinar tadi? Biar bisa bertahan memanaskan bumi ini, yang melindungi adalah gas CO2, gas metan, dan gas lain-lain. Nah, ini yang terbesar.

Jadi kalau tanpa gas CO2 dan tanpa gas metan yang ada di angkut semestir kita ini, maka bumi ini akan beku. Dingin. Dingin.

Nggak nyaman untuk didiamin. Nah, untuk itu kita perlu gas CO2. dan gas metan. Persoalannya, kalau gas tersebut banyak dan berlebih, maka bumi yang tadi diselimuti oleh atmosfer ini punya gas metan dan gas CO2 yang banyak, panas yang dibutuhkan untuk nyaman hanya sekian, ternyata berlebih karena banyaknya CO2 yang ada di atmosfer.

Dan banyaknya metan yang ada di atmosfer, sehingga bumi ini makin lama. makin panas itu penyebabnya yang menyebabkan kekhawatiran umat manusia, kalau bumi ini makin panas, disebabkan oleh CO2 yang banyak di atmosfer dan metan yang banyak di atmosfer dikhawatirkan banyak impact negatif ke iklim bumi kita ini nanti kita bahas apa akibatnya nah sekarang kita bicara kalau coba Disebut gas rumah kaca, apa itu gas rumah kaca? Kalau kita punya bangunan yang terdiri dari kaca seluruhnya, kemudian bangunan ini dipanasi oleh matahari, maka udara yang ada di dalam rumah kaca tersebut makin lama makin panas. Terperangkap oleh kaca tadi. Nah, di dalam bumi kita ini, yang menjadi kacanya itu adalah atmosfer yang berisi CO2 dan metan.

Itulah yang memperangkap panas. Kalau dia semakin banyak, maka semakin terperangkap panas. tersebut bumi ini makin panas.

Itulah kira-kira yang disebut dengan efek rumah kaca. Tapi Pak Archandra, ini secara awam saja ya Pak, hal itu apa bedanya dengan ozon yang bolong? Kita kan mengiranya, oh ini panas karena ozon yang bolong. Apakah berbeda dengan emisi karbon dengan lapisan ozon yang bolong itu Pak? Ini dua hal yang berbeda.

Ozon yang bolong itu dikhawatirkan bukan untuk pemanasan global, tapi dikhawatirkan. khawatirkan adalah sinar ultraviolet yang masuk ke kulit karena dia bolong itu matahari kan banyak apa sinar yang ini ultraviolet yang dikhawatirkan bukan pemanasan globalnya penyebabnya bukan co2 bukan metan hal yang berbeda hal yang berbeda kemikal komposisi yang berbeda yang menyebabkan ozon itu menipis dan bolong Oke jadi hari ini kita mencoba masuk ke CO2 dan metan dulu yang menyebabkan pemanasan global yang menjadi fokus perubahan iklim kita sempitkan itu biar tidak tertukar dengan lapisan ozon yang menipis, itu hal yang berbeda dua hal yang berbeda pembehasan yang berbeda kita balik lagi ke isu emisi karbon itu sebenarnya seberapa besar produksi emisi karbon di dunia ini seperti itu pak gambarannya seperti apa sih pak negara ini negara mana saja misalnya yang memproduksi emisi karbon besar seperti itu? Emisi karbon terbesar, yang membuat karbon terbesar, CO2 dan metan terbesar itu ada di China. Yang kedua itu Amerika, yang ketiga adalah India.

Itulah tiga negara yang menghasilkan karbon terbesar di dunia ini. Nah bagaimana dengan negara lain? Itu jauh di bawah negara Tiongkok.

tiga negara tersebut. Jadi kalau kita bicara tentang besarnya karbon emisi yang menyebabkan pemanasan global, kita juga harus melihat berapa besar negara-negara itu memproduksinya. Kemudian baru kita belajar kalau mereka memproduksi sebanyak itu, kenapa? Apa benefit, apa keuntungan bagi mereka sehingga mereka menggunakan sumber-sumber energi yang menghasilkan karbon besar.

Biasanya itu berkaitan dengan nilai keekonomian. Semakin murah sumber energi, maka semakin kompetitif barang-barang yang dihasilkan oleh negara tersebut. Sumber energi yang paling murah sekarang salah satunya adalah batu bara. Untuk sumber listrik itu? Untuk sumber listrik yang menghasilkan...

menghasilkan listrik dengan harga yang sangat kompetitif. Sebelum kita masuk ke sana, negara-negara tersebut, kita bicara tadi penyebabnya. Iya, penyebabnya.

Penyebabnya gas CO2 dan gas ini. Metan. Metan. Dan dia menyebabkan pemanasan.

Setelah itu, kita bicara. Ini akibatnya apa? Kalau bumi ini panas, dipikirkan naiknya suhu bumi, sekitar 1,5 dan 2 deri, kalau bicara hanya 1,5 dan 2 deri naiknya suhu bumi, AC di rumah kita bisa bervariasi sampai 5 atau bahkan 10 deri.

Kita bisa taruh di 22 deri. Kita taruh di 28 degree atau 30 degree Celsius. Di luar makan bisa beradaptasi dengan 32 degree.

Kenapa ini hanya 1,5 degree atau 2 degree? Seluruh negara ribut. Nah bukan masalah berapa Celsius naiknya Tapi impactnya itu adalah naiknya permukaan air laut diperkirakan diatas 2 meter dari yang ada sekarang Kalau naiknya suhu bumi sekitar 1,5 deri atau 2 degree Celsius Itu yang menjadi kekhawatiran Oke mungkin bisa dijelaskan Pak analoginya tentang yang ini yang pemanasan global itu global itu berdampak pada mencairnya es dikutub lalu dikhawatirkan permukaan air laut kita juga meningkat itu logikanya seperti atas seperti apa sih Pak yang jernihnya Pak kita harus pahami dulu logika awam semua mengatakan kalau terjadi pemanasan maka mencairnya es dikutub dan es ini akan menaikkan permukaan air laut dan ini harus kita perbaiki ya secara keilmuan Secara keilmuannya, es akan mencair kalau es tersebut mencair di atas water, di atas laut, maka es tersebut mencair tidak akan menambah meninggikan permukaan.

permukaan air laut buktinya silakan dicoba ya para pemeriksa di rumah dicoba ya masuk ambil segelas air kemudian lihat permukaan airnya seberapa diisi dengan batu es maka batu es itu akan mengambang ya mengambang dulu batu esnya ya Permukaan batu es yang di atas permukaan air itu ada 10% di bawah permukaannya sekitar 90% Makanya disebut dengan tip of the iceberg 10% di atas 90% di bawah secara agak kurang serius sedikit. Titanic itu. Kenapa kapal Titanic tenggelam? Ya. Kalau nggak salah, si kapten kapalnya melihat the tip of the iceberg.

Es yang mengambang di permukaan air. Itu hanya 10%, dia lihat, oh sedikit cuma esnya. Dia lewat di sana, ternyata yang 90% yang di bawah nggak kelihatan, itu yang menambrak kapalnya sehingga bocor.

Tenggelamlah kapal Titanic. Oke. Nah, ini persis sama.

Es tersebut, yang iceberg tersebut, kalau dia mencair karena pemanasan global, maka dia tidak akan menambah permukaan air. Oke. Ya, seperti yang saya bilang tadi, coba dites, masukkan es batu ke dalam. dalam gelas kemudian tingginya segini airnya dia mencair dia akan tetap tingginya segitu tidak akan bertambah kenapa secara keilmuan batu es tersebut kalau air kalau didinginkan dia akan menambah volume sekitar 10% ya sewaktu dia menjadi air ya volume tersebutlah yang tidak bisa disiplis apa air yang dia dia dia dia pakai untuk sehingga permukaannya akan sama.

Jadi kita tidak ada kekhawatiran kalau es yang ada di laut mencair tidak akan menambah tinggi permukaan air laut. Itu es yang ada di laut. Beda cerita kalau es yang ada di darat.

Seperti itu gimana, Pak? Yang kita khawatirkan adalah kalau ada es yang di darat yang mencair. Seperti di mana?

Di Greenland, di Iceland, di Antartika atau di Artik. Yang berada di daratannya mencair dan airnya tersebut mengalir ke lautan. Itu yang dikautirkan menaikkan permukaan air laut. Kalau 1,5 degree atau 2 degree Celsius, naiknya permukaan tersebut adalah 2 meter. Coba bayangkan kota-kota di dunia, pulau-pulau di dunia, kalau naiknya 1,5 atau 2 meter diperkirakan di pertengahan abad ini.

Oke, baik. Dengan laju... Apa emisi gas yang keluar pada saat ini? Oke, balik lagi ke emisi ini Pak Karbon.

Sebenarnya kalau kita masuknya ke industri seperti itu ya, kita membahasnya sektor usaha. Sebenarnya sektor usaha apa yang menghasilkan emisi karbon paling besar? Kembali lagi ke awal.

Kalau bicara tentang penyebab atau yang menghasilkan CO2 terbesar, itu ada di pembakaran fosil. Oke, energi fosil. Tapi ingat, kalau metan itu juga dihasilkan oleh sektor pertanian dan peternakan. Yang ini yang kita lupakan, peternakan, kotoran-kotoran dari sapi, kerbau, kuda, itu menghasilkan gas metan yang cukup signifikan.

Komposisinya berapa dengan fosil dari pertanian itu Pak? Fosil sekitar pembakaran itu sekitar 65% gas emisi yang kita sebut tadi CO2, metan, dan lain-lain yang menyebabkan pemanasan global ini, 60% ada di sektor itu. Sisanya di sektor yang terbesar adalah pertanian.

Setelah itulah pertanian dan peternakan Ingat, yang kita lupa juga Pertanian yang mana? Sawah itu juga menghasilkan gas Yang menyebabkan pemanasan global Kalau kita mau jujur Porsinya besar juga ya? Porsinya juga signifikan Nah untuk itu, kalau kita hanya fokus di sektor energi, iya terbesar iya. Tapi jangan lupakan ada sektor lain.

Makanya kalau kotoran sapi, kotoran kuda, kotoran kerbau, itu bisa kita jadikan biogas. untuk pembangkit listrik karena ada gas metan di sana nah gas metan ini kalau dimanfaatkan dengan baik jadilah energi listrik bagaimana dengan gas alam? nah gas alam Dalam, LNG itu kebanyakan adalah gas metan. Tapi kalau LPG itu bukan gas metan.

Nah, gas metan ini yang untuk memasak di rumah, yang dialirkan lewat pipa, itu juga disebut gas metan. Nah, kebanyakan kalau di oil and gas, yang kecil-kecil diambil oilnya, gas metan ini karena harus menggunakan pipa dan lain-lain untuk mentransport, di flare, dibuang ke atmosfer. Dan ini yang menjadi sumber juga pencemaran atau meningkatkan suhu bumi.

Oke, baik. Pak, ini kan karena keahlian Bapak ada di sektor energi, kita bahas dari sektor energinya ya, maksudnya komoditas besar ya. Sebenarnya praktik pengendaliannya seperti apa sih Pak yang terjadi di dunia sekarang?

Praktik pengendalian karbon, seperti itu? Ada cara yang lembut, ada cara yang agak lembut, agak... agak apa agak disaisif ada cara simp ya Nah sebelum kita bicara itu kita bicara dulu pertanyaan tadi industri mana ya Oke yang banyak yang akan yang banyak menghasilkan itu adalah pertambangan benar ya ya kelistrikan benar ya kemudian apalagi petrochemical dan refinery Oil and gas Itulah industri-industri yang menghasilkan gas CO2 yang signifikan Oke Nah, sekarang baru kita melihat apa yang dilakukan oleh negara-negara di dunia ini agar CO2 yang berlebih dan metan yang tadi berlebih itu bisa kita kurangin. Satu, yang dilakukan adalah reforestasi, dihutankan kembali. Tanam penghijauan kembali.

Penghijauan kembali. Ingat, dengan rate CO2 yang kita hasilkan sekarang, menurut perhitungan, seluruh daratan dunia ini kalau dihijaukan, itu belum mampu memberikan kesetimbangan CO2 yang kita hasilkan dengan rate sekarang. Oh iya Pak, meskipun istilahnya kayak Amazon dikembalikan ke awal, hutan-hutan dikembalikan, belum cukup. untuk menyeimbangkan CO2 yang kita hasilkan dengan trade sekarang. Belum cukup.

Tapi, itu adalah sebagian usaha yang harus kita lakukan, walaupun tidak 100 persen. Tapi itu cukup membantu usaha agar CO2 yang tadi dikeluarkan ini bisa diserap oleh hutan tadi, lewat proses fotosintesa tadi. Yang membutuhkan CO2 dan mengeluarkan O2.

Ternyata tidak cukup. Kalau tidak cukup, ya sudah. Cara kedua adalah teknologi. Oke. CO2-nya, sekarang dilakukan sumbernya dari mana?

Oh, sumbernya dari listrik. Nah, kalau dari listrik, apa? Batu bara misalnya. Orang melakukan bagaimana membuat teknologi yang clean untuk batu bara. Pada episode sebelumnya, kita bicara clean coal technology.

Dengan ultra super critical, menaikkan temperatur bakarnya, sehingga CO2 yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit. Ini teknis ya Pak? Teknis ya. Cara kedua, CO2-CO2 yang sebelum keluar ditangkap dulu di pabrik-pabrik yang menghasilkan.

Di petrochemical, di refinery yang menghasilkan minyak, BBM, di pertambangan, di kelistrikan, ditangkap CO2-nya. Ditangkap, dikumpulin, kemudian dimasukkan ke perut bumi. tapi ada biayanya.

Menurut perhitungannya, kalau harga listrik itu sekitar sekarang 10 sen per kilowatt hour, atau 1400 rupiah per kilowatt hour rata-rata, dengan teknologi... yang menangkap CO2, kemudian ada molekul lain seperti NOx, nitrogen oksida, SOx yang ada sulfurnya, heavy particle digabung bersama. maka menaikkan sekitar 5 sen per kilowatt hour. Jadi kalau kita bayar sekarang 10 sen, dengan clean coal teknologi bisa jadi menjadi 14-15 sen per kilowatt hour.

Ada biayanya. Oke. Dah? Impactnya apa?

Impactnya adalah barang-barang kita yang menggunakan teknologi yang clean tadi, yang menggunakan energi yang lebih bersih, menjadi naik. Ini bisa saya simpulkan nggak Pak? Kalau misalnya Cina itu kan dia konsumen batu bara terbesar, penghasil karbon terbesar. Makanya dia produksi barang-barang untuk masyarakatnya juga jauh sangat murah.

Itu awalnya dari situ, karena biaya energinya juga mereka murah seperti itu. Untuk mengejar sebuah pertumbuhan ekonomi, salah satu yang diutamakan adalah bagaimana caranya... sumber energi yang mereka gunakan adalah energi murah. Itu secara teori dulu.

Kalau sumber energinya misalnya 20-30% lebih murah, bisa jadi barang yang dihasilkannya juga sekitar 20-30% lebih murah. Ini sebenarnya pertanyaannya loncat sih. Ini hubungannya sama Indonesia, tapi biar saya yang menghubungkannya dengan Indonesia ya Pak. Cuma balik lagi nih Pak, ini agak loncat.

Ini balik lagi, kenapa? 0 emisi itu ditargetkannya 2050 dunia, sedangkan Indonesia di 2060. Maksudnya, angka tahun ini apa sih maknanya? Kepastian model matematik atau model komputer.

Kan dimodelkan ini. Kalau dengan rate CO2 yang sekarang dikeluarkan, kira-kira 1,5 degree itu jatuh di 2050 atau di 2060. Masing-masing model itu punya prediksi yang berbeda-beda Ada yang mengatakan di 2050, ada yang mengatakan di 2060 Yaudah, 1,5 degree atau 2 degree itu kira-kira di 2050, 2060 terjadinya Makanya negara atau dalam conference COP kemarin COP kemarin mengatakan ada negara yang pledge di 2050, ada di 2060 Dia akan net zero emisi Kalau net zero artinya kita masih bisa memproduksi CO2? Boleh, tapi diimbangi oleh misalnya teknologi, diimbangi oleh kegiatan-kegiatan, misalnya penghijauan kembali, sehingga yang kita keluarkan dan yang diserap itu imbang. Ini adalah obat kedua yang dilakukan oleh banyak negara. Yang pertama tadi dilakukan adalah penghijauan.

Yang kedua adalah tidak cukup. Sumbernya, teknologi kita kumpulin. Cukup nggak dengan teknologi? Mahal impact-nya. Oke, di beberapa negara yang punya kekuatan ekonomi, purchasing power atau kekuatan masyarakat.

untuk membeli energi yang lebih mahal, daya beli masyarakatnya, oke mereka bisa lakukan. Bagaimana dengan negara yang tidak punya daya beli? Iya, negara-negara berkembang, yang baru memulai, itu bagaimana? Nanti di cerita kita selanjutnya, apa yang harus dilakukan oleh negara-negara yang punya natural resources untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. Itu kita akan bicara selanjutnya.

Balik kepada apa yang dilakukan, satu tadi adalah penghijauan, dua dengan teknologi, yang ketiga adalah, oh ini nggak berhasil juga, yaudah sekarang saya pajakin. Pamungkas. Ya. Oke.

Untuk memaksa industri yang menghasilkan CO2 ini mau memperbaiki diri agar CO2 dikeluarkannya itu harus bijaksana. Caranya gimana? Yaudah, saya kenakan kutipan.

Nah, kutipan itu bisa berupa pajak, bisa berupa dagang karbon. Nah, kita bicara dulu ya. Karbon, ada dua cara yang dilakukan.

Satu, menggunakan, namakan pajak karbon. Artinya apa pajak karbon ini? Perusahaan A misalnya memproduksi baja, negara mengatakan kamu boleh mengeluarkan karbon sekitar 1000 ton per tahun.

Kalau kamu limit 1000 ton per tahun, lebihnya itu kamu bayar misalnya 5 dolar per ton. Tapi kalau kamu limit di 1000, karena... untuk biar net zero, kamu harus 1000, disini 500, disini 600, atau berapa.

Kamu kita limit di 1000 ya, industri ini. Selama kamu limit di 1000, maka tidak akan dikenakan pajak karbon. Kalau kamu 1500, 500-nya akan kita pajakin, 500 ton dikali 5 dolar.

Ya, per tonnya misalnya. Maka dia kena di 2.500 dolar setahun. Itu kecil ya kalau kita ini.

Tapi kalau 1 juta ton, coba bayangkan ya. Ini cara... Pertama yang dinamakan pajak karbon.

Apakah pajak karbon ini akan memberikan impact yang banyak? Kita lihat skema yang kedua. Skema kedua itu namakan ETS, emission. trading scheme.

Jadi, ditransaksikan. Caranya begini, perusahaan A dikasih allowance, dikasih kredit. Kamu dikasih kredit seribu ton per tahun. Perusahaan B juga seribu ton. Ternyata, order perusahaan A meningkat.

Sehingga dia butuh karbon 1.500. 500 dia cari ke market perusahaan B. Kamu punya berapa? Seribu.

Sudah digunain berapa? Saya baru menggunakan 300. Oh, kamu punya 700 lagi. Saya beli ya 500 dari kamu.

Dia dagang sendiri. Ini yang disebut transaksi karbon bukan, Pak? Iya, ini yang dagang karbon namanya. Oh, ini praktiknya seperti itu?

Iya. Jadi biarkan industri, harganya berapa? Tergantung kebutuhan. Tergantung supply and demand.

Jadi pemerintah, misalnya... Tidak mencaratkan atau menentukan 1 tonnya karbon dioksidanya itu 5 dolar. Enggak.

Tergantung kebutuhan. Kalau di sini butuh 500, ternyata di market itu punya 1 juta yang tidak terpakai, harganya makin murah. Paham, paham.

Oke, tangkap. Ini kalau di luar yang skema pertama yaitu pajak, transaksi karbon ini siapa yang sudah berhasil melakukan ini? Negara-negara mana saja, Pak? Yang banyak itu sekarang adalah pajak karbon. Kalau saya nggak salah ya, negara-negara Eropa Barat, Kanada itu ada pajak karbon.

Besarnya berapa? Bisa 1 dolar per ton sampai 100 dolar per ton. Ditetapkan, kalau lebih kamu dari 1000 ton yang dikasih, lebih 500 bayar, 100 dolar per ton. Kok aneh ya, yang berlakukan pajak karbon justru bukan negara-negara penghasil.

penghasil karbon terbesar di dunia. Kanada, Eropa itu kan bukan penghasil karbon terbesar. Tadi kan kita singgung di depan kan China, Amerika, India adalah produsen karbon terbesar di dunia.

Apakah mereka menerapkan pajak karbon itu Pak Arsandra? Sampai hari ini yang saya tahu. Belum ada tiga negara tersebut, tarifnya berapa, bagaimana dia menetapkan pajak karun, itu belum ada. Sampai hari ini yang saya tahu.

Mungkin silakan pemirsa kalau ada informasi yang tahu. Justru yang Kanada, Eropa Barat, itu ada lebih duluan. Saya tetapkan sekian. Nah, sekarang kita bicara gini.

Kalau yang pertama... Boleh berproduksi berapa saja selama kamu mampu membayar kelebihan pajaknya. Mampu mengurangi emisi karbon kita.

Dia bilang, selama masyarakat mampu beli, ya saya produksi saja. Saya bayar pajaknya berapa lebihnya. Oke.

Belum tentu akan mengurangi dampak emisi. Iya. Tapi kalau masyarakat nggak mampu beli, bisa bangkut perusahaannya. Iya. Dia produksikan...

Ternyata nggak ada yang beli, kelebihannya tadi. Misalnya yang hanya bisa produksi sampai 1000 ton CO2. Produk-produk yang menghasilkan akhirnya dikumpulin CO2-nya hanya 1000. dia tidak bisa memproduksi lebih-lebih. Bisa dia memproduksi, tapi dengan harga yang mahal kalau masyarakat konsumen mau beli.

Kalau dengan skema ETS atau Cap and Trade yang kedua, kalau seandainya semua memakai seribu di sini, seribu di sini, tidak ada di market, maka dia tidak bisa memproduksi lagi barang tersebut. Karena nggak ada kredit yang tersedia di luar sana. Dilihat hutan, hutan sudah dilihat kreditnya sudah cukup semua terpakai.

Yang lain sudah nggak ada. Yaudah nggak bisa produksi. Akibatnya apa?

Barang yang langka di market akan menaikkan harga. Konsumen. Konsumen. Impact jangka panjangnya?

Inflasi. Oke, oke, oke. Nah, kemudian kalau seperti itu, dicarilah negara-negara di mana pajak karbonnya rendah, direlokasikanlah industri-industri yang menghasilkan situ. Makanya banyak pabrik yang keluar dari... Negara-negara yang menetapkan pajak karbon ke negara-negara yang belum.

Menetapkan pajak karbon. Atau pajak karbonnya sedikit. Relokasi lah itu.

Itu satu, cara orang-orang industri. Bisnis lah ya, ngomongin bisnis. Cara kedua orang bisnis apa?

Dia lihat industri mana yang kena. Kalau yang kena itu saya punya dua perusahaan Satu ditambang misalnya nikel Satu lagi di petrochemical Kalau petrochemical belum ditambang sudah Misalnya petrochemical saya menggunakan renewable energy Ditambang saya menggunakan batu bara Karena ini belum ditetapkan pajak karbonnya saya switch Yang ini saya taruh renewable energy, yang ini yang belum ditetapkan saya taruh batubara. Cerdas kan? Jadi terus gimana? Ya, menggunakan strategi.

Ini dari sisi usaha ya? Iya. Kalau renewable energy lebih mahal, dan industri yang mana yang dikenakan? Kalau tambang, ya saya alihkan ke tambang energi bersih saya.

Kemudian saya punya energi batubara, saya taruh di petrochemical yang belum kena. Ini strategi lagi. Satu strateginya merelokasikan setelah tahu bahwa ada pajak karbon. Dia merelokasikan, men-switch di mana yang kena dan yang tidak. At the end, bagaimana?

Bisa jadi karbon yang berubah, bisa jadi juga tidak. Ini kalau orang awam bilangnya ini sufi banget nih harus mikir banget nih Pak. Tapi gini Pak, balik lagi sederhananya ya.

Itu Cina penghasil karbon terbesar tidak menerapkan pajak karbon. Belum, belum. Belum, iya. Saat ini? Belum.

Belum. Indonesia sudah gaungnya sudah kencang lah pajak karbon ini. Tapi balik lagi sebenarnya, produksi karbonnya China ukurannya semana?

Indonesia itu semana sih Pak? Untuk perbandingan saja. Kenapa China belum?

Indonesia sudah... Sudah mulai seperti itu Pak. Kira-kira Cina itu segede ini.

Nah, di ranking satu seginilah. Ya, data saya Cina itu kontribusi karbon ke dunianya itu 26 persen terbesar. Kalau bicara Indonesia mungkin nggak segini, kita masih segini. Kita ranking mungkin belasan dengan sepuluh.

Silahkan untuk dianalisa. Bisa nggak saya simpulkan? Sebenarnya, oke kita tidak sebut Indonesia deh Pak.

Ketika sebuah negara produksi karbonnya ternyata tidak dominan ke dunia, bahkan tidak besar seperti itu. dia memajaki karbon dibandingkan ada negara yang produksi karbonnya besar tetapi dia belum. Apakah kita belajar ke dampak ekonominya?

Sudah pasti ini negara yang kecil dengan pajak, dengan sistem perpajakan, harga barangnya bisa jadi lebih mahal ketimbang negara besar yang belum menerapkan pajak itu. Ini kita ngomongnya di kalangan konsumen, Pak. Ini berarti negara yang mengenakan pajak ini bisa kalah saing dong?

Kalau misalnya, in the end-nya adalah perebutan harga saling murah di tingkat konsumen, seperti itu, Pak. Saya akan memberikan ilustrasi Eropa. Eropa kira-kira rata-rata pajak karbonnya sekarang yang sudah dihitung-hitung itu sekitar 50-55 dolar per ton CO2.

Kalau negara lain, negara B misalnya, memajakin 5 dolar, berarti barang-barang yang dihasilkan di Eropa, yang masuk ke negara B yang punya pajak karbon lebih rendah tidak kompetitif. Iya, kalah saing. Kalah saing dengan negara B yang menghasilkan barang sejenis.

Oke, bahasa Pak Archanra lebih sederhana daripada pertanyaan saya yang berpilih. Oke. Jadi artinya apa?

Negara-negara yang menetapkan pajak karbon tinggi mengekspor barangnya ke negara yang menerapkan pajak rendah, barang tersebut lebih mahal dan tidak kompetitif. Namun demikian, apabila negara yang menetapkan pajak karbon rendah, B, bisa 5 dolar per ton, di Eropa 50 dolar, maka barang-barangnya di Eropa menjadi sangat kompetitif. Ya kan?

Ini logika dasarnya. Ternyata itu adalah sebuah kelemahan yang sekarang akan ditutup. Dengan metodologi yang dinamakan dengan Carbon Border Adjustment Mechanism.

Caranya bagaimana? Ini lagi digodok ini di Eropa. Kalau di negara asal barang tersebut dipajakin 5 dolar, di negara saya di Eropa 50 dolar, saya akan minta sebelum diekspor, negara tersebut pajakin sampai 50 dolar.

Jadi dia harus bayar 5 dolar plus selisihnya 45 dolar harus dipajakin dulu baru diekspor ke Eropa. Jadi imbang. Kalau seperti itu... Negara-negara menetapkan pajak karbon rendah atau tidak sama sekali, nanti dia akan berbisnis dengan negara-negara yang tidak menetapkan pajak. Karena barang-barang jadi kompetitif.

Dan dia tidak mau membeli barang-barang dari negara yang punya karbon tinggi. Atau dia hanya mau berbisnis dengan negara yang punya karbon rendah atau sama. Akan terjadi pola perdagangan baru ke depannya dengan pajak karbon ini.

Apa akibat akhirnya? Kita khawatirkan harga barang-barang jadi naik dan inflasi. Itu, apalagi yang dilakukan oleh orang. Tadi kita bicara tentang yang punya renewable energy digunakan untuk industri yang kena pajak. Yang punya batu bara akan menggunakan industri yang kena pajak.

Terus apalagi, sebagai konsumen. Misalnya tambang, aluminium adalah termasuk yang menghasilkan parjak karbon yang tinggi. Nikol adalah termasuk industri yang menghasilkan karbon tinggi.

Bajak adalah termasuk karbon tinggi. Semen adalah termasuk. Kalau ada subtitut, misalnya aluminium, untuk kelistrikan aluminium bisa nggak diganti dengan tembaga? Tembaga adalah smelter atau industri yang menghasilkan karbon rendah. Emas adalah industri yang menghasilkan karbon rendah.

Jadi orang akan... Fokus kepada barang-barang atau material yang menghasilkan kabar rendah. Bisa nggak digantikan? Diganti.

Aluminium digantikan dengan tembaga. Mungkin nggak? Mungkin. Oh iya? Jadi konsumen sekarang lebih serdas juga melihatnya.

Jadi kalau kita bicara lagi strategi awal, satu penghijauan, kedua teknologi, ketiga dipajakin, yang keempat itu renewable energy. Yaudah, ujungnya adalah gunakan renewable energy semuanya. Kalau kita menggunakan renewable energy, misalnya, allowance-nya tadi 1000 ton.

Kita menghasilkan butuh 1500. Tapi dengan renewable energy, kita punya kredit di situ. Bukan 1000 atau 1000. Kita bisa menggunakan 800. Artinya apa? Barang yang kita hasilkan dengan ongkos energi renewable yang sedikit lebih mahal misalnya, tapi barang kita hasilkan tidak kena pajak karbon. Kenapa? Karena kita menggunakan renewable.

Ya, terakhir apa yang mereka lakukan yang serat ini, ya sudah lah saya nggak mau berbisnis dengan fosil lagi. Bisnis saya semua renewable. Itu yang terjadi di Eropa?

Itu yang terjadi di Eropa. Dan akibatnya... tahu sendiri. Kita harus dengan cermat, teliti, tepat dalam membuat strategi yang ujungnya adalah nanti ke energi bersih.

Dengan segala apa yang dilakukan agar 1,5 degree Celsius, 2 degree Celsius ini tidak terjadi di tahun 2050 atau 2060. Dengan sekuensi tadi, pelaku usaha, dunia usaha sudah seharusnya melihat industri saya apa, apakah ini kena nanti pungutan, apa yang mesti saya lakukan agar saya tidak kena pungutan, apakah nanti hasil barang yang saya hasilkan ini kompetitif atau tidak, kemana tujuan ekspor saya. Kalau ini barang ekspor, kecuali barang kita hasilkan hanya untuk kebutuhan dalam negeri. Tapi kalau sudah untuk ekspor, kita harus mengukur di sana dikenakan apa. Nah, komplikasinya apa lagi untuk menghitung adjustment tadi, kalau di Eropa 50, di sini misalnya di negara B 5 dolar, di adjust 45 dolar bedanya.

Nah, untuk itu kita jadi mikir. apa yang mesti kita lakukan agar produk kita itu kompetitif. Tentu ini semua dalam rangka menyehatkan bumi kita ini, agar emisi karbon tadi sesuai atau bisa diimbangi oleh penyerapan alam yang seperti dulu kala. Sebenarnya kalau dibandingkan dengan episode pertama kita Benang merahnya cukup jelas ya Pak Kita sangat belajar dengan Eropa ya Ketika yang transisi energi hijau itu Eropa Eropa adalah prosesnya diversifikasi ekstrim Sedangkan Amerika adalah dekat Karbonisasi, ya kan Pak?

Untuk pajak karbon juga kita harus mempelajari, antisipasinya harus sama biar tidak menimbulkan gejolak juga berarti ya, terutama untuk barang-barang konsumen biar tidak lebih mahal. Kita harus jeli lagi. Apakah negara tersebut pertumbuhan ekonominya mengandalkan sumber daya alam apa tidak? Apakah sumber daya alam itu menghasilkan karbon yang besar atau tidak?

Kalau sumber daya alam ini mau dikelola atau tidak dikelola, ini mau diapain? Yang kedua, sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang akan mengelola sumber daya alam.

Ada negara yang GDP-nya, pertumbuhan ekonominya, itu bisa tinggi, tapi tidak punya sumber daya alam. Ada nggak? Ada. Ada negara yang tidak punya sumber daya manusia.

Tapi punya sumber daya alam yang banyak. Ada, ada. Ada negara yang dua-duanya punya.

Sumber daya alam punya, sumber daya manusia punya. Masing-masing negara ini punya strategi dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tidak sama. Untuk itu, kita harus sekali lagi, harus cerdas.

harus cermat, harus teliti, harus tepat dalam mengelola sumber daya alam dan kaitannya dengan sumber daya manusia kita. Agar dalam pengelolaan ini kita masih comply atau kita masih dalam rangka menyelamatkan bumi kita yang lebih sehat. Jangan, kalau di episode pertama juga, saya masih-masih belum bisa move on, karena ini tebel banget Pak Garis Merahnya.

Jangan sampai kita orang Padang beli rendang ke negara tetangga karena rendang di sana lebih murah. Jadi seperti itu. Jadi di tulisan saya di Facebook atau di Instagram, misalnya ya, saya ulangi lagi ya. Orang Padang bikin rendang, mengeluarkan asap, asap itu belum tentu. Asap lah kita perumpamakan, asapnya ditimbang, dikenakan pajak.

Jadi harga rendang di Padang? Mahal. Mahal. Misalnya ada pajaknya.

Di negara tetangga bikin rendang juga, tapi nggak dipajakin. Mana yang lebih murah rendangnya? Tetangga dong. Di Padang?

Di tetangga. Iya. Kemudian orang Padang melihat, ya kalau gitu saya impor aja deh dari tetangga.

Ya bisnis kan bicaranya profit dong Pak, seperti itu dong. Nah, makanya orang Padang... Misalnya di Sementara Barat ya, kalau di sana lebih murah ya sudah. Sebelum Anda ekspor ke sini, Anda pajakin juga sama seperti saya.

Itu yang carbon border adjustment. Seperti barrier jadinya ya. Barrier, kalau Anda mau masuk ke sini, saya dipajakin 5 dolar di sana, Anda nggak ada pajaknya. Sebelum masuk ke sini, pajakin dulu di sana.

Terus dia bilang, saya nggak mau pajakin. Ya sudah, rendang Malaysia nggak bisa masuk. Tapi rendang kita masuk ke sana juga nggak bisa, lebih mahal, nggak ada yang mau beli. Rendang mereka ada yang mau beli, tapi masuknya nggak bisa, legal. Analogi yang lebih enak sih untuk memahami isu karbon ini Pak.

Oke, udah lumayan nih. Kesimpulannya deh Pak, boleh panjang. Kalau Pak Archandra boleh.

Tentang emisi karbon ini. Mesejnya apa sih yang bisa kita ambil agar kita tidak menyudutkan pembuat kebijakan atau industri, tetapi kita di sini mencari solusi ya Pak. Karena yang dibahas dengan Pak Archandra itu adalah tadi soal teknologi, teknisnya bagaimana, komersilnya bagaimana, benefit untuk negaranya seperti apa.

Nah kesimpulannya apa nih Pak yang bisa kita pelajari, bumi jadi lebih baik tetapi di kalangan industri, masyarakat. juga tidak muncul gejolak? Pertama, kita harus belajar memahami karakteristik negara per negara. Kita harus paham dulu.

Kalau kita ingin mengejar pertumbuhan ekonomi, maka sebaiknya atau yang biasa dilakukan oleh negara-negara lain, sumber energinya adalah sumber energi murah. Nah untuk itu, belajarlah apa kekuatan yang kita punya dari sisi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Yang kedua, untuk menuju energi bersih ke depan, yang kedua ini, ada strategi antara. Strategi antara ini yang harus diramu secara tepat dan akurat.

Sekali lagi saya bilang. Dalam masa transisi ini, yang mengeluarkan sumber energi yang mengeluarkan emisi yang jauh lebih bersih, itu adalah gas bumi. Balik lagi, itu ya Pak, manfaatannya ya.

Yang ketiga, kalau... Kita akan mengelola tambang-tambang dan kelistrikan. Yang bertumpu kepada kekuatan kita sendiri, maka lihatlah di sekitar kita, seberapa mampu masyarakat membeli energi listrik yang kita hasilkan.

Daya beli. Daya beli masyarakat. Itu harus jadi komponen yang diperhitungkan.

Itulah affordability atau kemampuan daya beli masyarakat. Kalau ada impact, Environment, yang disebabkan oleh kegiatan kita menghasilkan listrik, maka carilah teknologi yang tepat yang bisa mengurangi itu. Selanjutnya, yang ketiga, bahwa komitmen kita. Untuk menjaga bumi yang lebih bersih, itu tidak boleh terpengaruh oleh hal-hal yang mungkin karena kekurang pengetahuan kita.

Persaingan dagang dan lain-lain mengakibatkan kita maju mundur dalam menetapkan strategi yang cocok buat negara. Tidak akan sama strategi negara A dengan negara B. Ini yang dimaksud jangan terlalu kegenitan itu? Mungkin bahasa yang agak ininya, agak apa yang bahasa pada episode sebelumnya, jangan kita terlalu genit.

Realistis melihat bahwa satu hal yang kita selalu ingat, Bumi ini menurut data yang ada, makin lama makin panas. Scientist, ilmuwan, pakar dan lain-lain bersepakat bahwa ini ada penyebabnya adalah CO2, metan dan gas-gas lain yang menyebabkan pemanasan. Dan untuk itu kita juga menggugah kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk segera sebisa mungkin mencari cara masuk ke renewable energy.

Kalau ada lahan yang luas, bisa nggak digantikan dengan solar PV? Sehingga on use, maksudnya listrik yang digunakan untuk diri sendiri yang lebih green. Terakhir apa?

Terakhir adalah bahwa masing-masing negara selain dia punya strategi, kita juga harus memahami... Perilaku kadang-kadang ketidaksinkronan atau apa yang diinginkan polusi negara dan apa yang dilakukan dunia usaha kadang-kadang berbeda. Itu tidak saja terjadi di negara A, juga terjadi di negara B, juga terjadi di negara C. Kenapa?

Sistem ekonomi masing-masing negara berbeda. Ada yang sosialis, ada yang kapitalis, ada yang kombinasi dua-duanya dan lain-lain. Cara mereka mengelola ekonomi juga jadi beda. Untuk itu kita juga harus belajar. Negara A, dia punya sumber daya alam, sumber manusia, tapi untuk komit ke carbon tax atau trading scheme atau yang lain, mereka masih maju mundur.

Kenapa ya? Negara B beda lagi strateginya. Ini dari negara.

Dunia usaha gimana? Perusahaan-perusahaan energi dunia pledge akan zero emisi dalam operasi-operasi mereka tahun 2050-2060. Iya.

Tapi kita juga melihat sisi lain. Strategi bisnis apa yang mereka lakukan agar dalam menuju zero emisi tersebut, net zero emisi, apakah mereka masih berbisnis di fossil fuel atau tidak? Dan ini menjadi topik mungkin next-nya.

Strategi masing-masing ini, datanya seperti apa, bagaimana Cina melihat PLTU ke depan, lima tahun ke depan seperti apa? Kemudian, dari 2020, berapa banyak PLTU yang masuk ke marketnya China? Bagaimana dengan dunia? Kenapa mereka masih memilih PLTU? Mungkin itu menjadi topik kita selanjutnya.

Pak Archanra sudah booking sesi episode selanjutnya. Karena jadi sedikit bocoran ini Pak Archanra akan menjadi narasumber energi utama kami. Hari ini membahas tentang emisi karbon.

Terima kasih banyak Pak Archanra sudah membahasnya secara keilmuan, secara keahlian Pak Archanra. Semoga ini memberikan manfaat yang besar terutama untuk Indonesia. Lagi ya Pak, jangan berharap ada...

Ada perdebatan dalam diskusi di teras ekonomi bisnis. Karena ini yang ditonjolkan adalah bagaimana sih mengelola suatu isu. Bagaimana kita bisa menarik suatu manfaat seperti itu ya Pak.

Termasuk di emisi karbon ini. Terima kasih banyak Pak Archandra. Kita akan bahas isu energi di episode selanjutnya ya Pak ya. Sehat terus Pak Archandra.

Terima kasih. Sampai jumpa.