Transcript for:
Kisah Panggilan Romo Dery

Aku percaya akan Ratu Rus, gereja dan halinya kurus, berampunan rasa, kebangkitan rata, hidup manajer. Salve, sahabat katolikokren, kembali lagi dalam seri Toko Inspiratif yang menghadirkan kisah dari para imam, biarawan, dan biarawati. Pada kesempatan kali ini, kita sudah kedatangan salah satu narasumber dan tentunya sudah tidak asing lagi bagi sahabat katolikokren. Beliau adalah Romo Select Top, Top 1 Indonesia untuk kategori Romo. Romo Deni Sabah.

Romo, salve, selamat malam, Romo. Hai semuanya sahabatku Katolik Ukraine. Iya puji Tuhan. Gimana kabarnya Romo? Oh I'm so great.

Luar biasa. Luar biasa ya Romo, iya. Dan sahabat Katolik Ukraine, pada kesempatan kali ini kita akan mengenal lebih dekat bagaimana sih kisah panggilan Romo Deri sampai akhirnya terpanggil menjadi imam.

Siapa tahu? Oh, di sini ada nih khususnya sahabat Katoliko Keren, orang-orang muda, anak-anak muda nih yang bisa mengikuti jejak dari Romo Dery. Dan juga bisa mengikuti karya-karya yang luar biasa dari Romo Dery khususnya di dunia digital. Romo, kita langsung saja dalam sesi yang pertama yaitu kisah panggilan.

Romo bisa bagikan bagaimana sih perjalanan Romo hingga akhirnya terpanggil menjadi seorang imam sampai saat ini. Silahkan Romo. Oke, thank you semuanya.

Thank you buat kesempatan ini. Thank you untuk mau berbagi bersama saya. Pada prinsipnya, kalau saya, saya meyakini panggilan Tuhan itu selalu misteri.

Jadi kayak kita nggak tahu, nggak ketebak semuanya. Jadi mungkin banyak orang berpikir, bukan berpikir, maksudnya banyak orang punya kisah terpanggilan itu mungkin sangat luar biasa, sangat wow, mungkin kayak Abid Daniel, atau kayak Yunus, atau Musa. Kalau saya sih sebenarnya normal-normal saja ya, panggilan saya. Amin dan kayak tidak ada sesuatu yang menurut saya terlalu istimewa.

Tapi cuma entah kenapa, sejak kecil, kalau ditanya diri besar mau jadi apa. Entah kenapa saya selalu bilang mau jadi romo, pengen jadi imam. Mungkin karena rumah kami itu, bapak dan mama itu punya kenalan imam begitu banyak, sehingga rumah kami itu menjadi tempat persinggahan para imam. Kalau datang ke kota, selalu singgah ke rumah kami, makan siang atau makan malam, atau rehat sejenak, bercerita di situ. Mungkin...

Itulah yang kemudian membuat saya tertarik untuk menjadi imam. Kedekatan, mungkin kedekatan saya dengan imam, itulah yang membuat saya kemudian ingin menjadi imam. Ketika mulai masuk SMP, bukan SMP, waktu masih SD dan mau komunik pertama, hal yang kemudian buat saya pengen jadi imam itu adalah, saya tuh jeles sama imam, karena waktu komunik pertama, kita tuh dapat hostingnya yang kecil, imamnya kok besar ya. Hostinya, gitu. Jadi saya tuh kayak, saya harus jadi imam biar bisa makan hosti yang gede kayak gitu.

Jadi kayak lucu, tapi ketika saya refleksikan lagi, panggilan Tuhan tuh datang melalui hal-hal sederhana seperti itu, hal-hal kecil seperti itu, lalu nanti dari waktu ke waktu emang nanti dimurnikan. Jadi kayak dari awal mungkin karena kerekatan dengan para imam, kemudian karena kepengen... Makan host yang besar. Selanjutnya, saya tuh punya satu teman SMP, sahabat gitu loh. Sahabat yang dekat banget.

Jadi ketika tamat SMP, kita beda sekolah tapi, ketika ketemu, di suatu waktu, saya tuh tanya ke dia, lu nanti lanjutnya kemana sih? Habis SMP ini, mau ke SMA mana gitu loh? Saya, udah.

Saya bilang, saya belum tahu mau kemana. Nah, teman saya ini, dia bilang, ayo kita ke seminari. Seminari tempat calon-calon romo. Saya bilang, sekolah apa itu?

Saya kan nggak tahu apa itu seminari. Nah, hanya karena ini ajakan teman dan akrab, dan saya bilang, ayo coba-coba yuk. Tapi, saya tidak kasih tahu ke orang tua. Saya cuma bilang, Mama, Papa, saya mau liburan sama teman-teman ke kota sebelah. Kebetulan seminar itu saya bilang, minta duit dong biar jalan-jalan bentar sebelum, kan abis ujian, masih stres, masih pusing, puyeng kepalanya dengan semua pelajaran, mau dong jalan-jalan ke sana.

Ya dikasih, dikasih duit sama Papa dan Mama, lalu jalan-jalan. Mereka taunya saya jalan-jalan, tapi sebenarnya itu saya ke sana buat ikut testing. untuk masuk seminari saya ikut, ada 3 hari tes seminari terus itu tuh kayak memukau saya, oh ternyata ada sekolah khusus ya buat imam buat pastor gitu loh, lalu kayak saya ingat lagi deja vu sama kegiatan-kegiatan masa-masa dulu dimana saya melihat imam kok mereka tuh lebih dihargai ya, ketika mereka datang ke rumah saya, tempat duduk di meja makan itu dikuasai oleh mereka. Ini kayak saya pengen jadi kayak mereka.

Ditambah lagi ketika saya mengingat lagi masa-masa kecil waktu melihat imam menerima hosting yang lebih besar, itu kayak, oh ternyata mereka-mereka itu ada sekolah khusus kayak gini. Sudah, maka setelah saya mengetuk testing dengan baik, Puji Tuhan, saya lolos gitu loh. Lolos, ada pengumumannya, dikasih kayak sertifikat gitu.

Saya ke paparan mama, saya bilang, Papa, Mama, habis ini kayaknya saya mau lanjut ke seminari. Papa dan mama kayak speechless, nggak tahu mau ngomong apa. Kayak nggak ada dalam rencana hidup mereka juga kali ya. Ya sudah saya bilang saya sudah habis testing dan sudah lulus, jadi ya sudah saya ingin jadi imam.

Maka disitulah saya berproses. Jadi kemudian saya mulai belajar tentang apa itu menjadi imam, apa kerjaannya nanti, masa depannya gimana, dia tuh nggak kawin, dia tuh bakal kesepian sepanjang masa. nggak ada pendamping hidupnya, terus tapi kerjanya itu adalah kerja untuk melayani umat, kerja tanpa ada imbalan. I mean that, wow ini kayak satu challenge nih buat saya, dan ini seru kayaknya.

Maka saya memacu diri saya untuk terus bertahan di tempat itu. di jalan itu, jalan untuk menjadi imam. Jadi ini yang saya bilang misteri.

Dari awal saya berpikir mungkin sudah jadi takdir rencana Tuhan. Hingga akhirnya saya punya kerekatan dengan para imam, dan kemudian ada ketertarikan menjadi imam. Saya berpikir... Itu bukan satu kebetulan yang biasa. Setelah itu, ya sudah saya fokus terus sampai jenjang ke frater, diakon, dan akhirnya ditabiskan menjadi imam di tahun 2019 kemarin.

Wah luar biasa Romo. Romo ditabiskan menjadi imam itu di keuskupan mana Romo? Keuskupan Atambua.

Oh di keuskupan Atambua, di Belu dan sekitarnya gitu ya. Kan Romo di Atambua. Yes. Wah luar biasa Romo. Dan Romo, sahabat Katwekren, saat ini juga kalian pasti tahu nih, Romo Dery sangat aktif di dunia digital, khususnya di platform TikTok nih.

Nah, bagi yang belum follow, jangan lupa untuk follow akun TikTok Dery. At Romo Dery Saba. Dan pasti ya kalian akan sangat-sangat terpukau dengan konten dari Romo, dengan ciri khas Romo, pewartaan dengan gaya kekinian anak muda nih mengikuti kita.

Ya sudah gue tahu lu sayang gue Lu juga tahu gue sayang lu Jadi kita tuh di status yang itu Dan itu tuh berlangsung sampai Kita hampir 4 atau 5 tahun ya Kedekatan itu Sampai ke titik dimana Setelah Setelah wisuda S1 Saya melanjutkan masa top Tahun orientasi pastoral Nah, abis tahun orientasi pastoral itu adalah tahun di mana persiapan terakhir saya untuk mau ditabiskan menjadi diakon. Nah, disitulah saya bergumul. Bergumul dengan diri saya.