Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ketika saya masuk Islam Memeluk agama yang baru Saya punya banyak sekali kesulitan untuk memahami Islam Namun akhirnya ketika saya mempelajari dan mempelajari Lalu kemudian Melihat referensi demi referensi yang saya dapatkan Masya Allah Islam itu sangat sempurna, paripurna, indah, istimewa Dan saya mencoba untuk menyederhanakannya Bagi orang-orang awam yang baru mau belajar tentang Islam Orang-orang yang baru mau tahu tentang Islam Yang mereka yang berhijrah dan mau mempelajari agamanya Saya coba sederhanakan Dan akhirnya itulah yang kemudian menjadikan buku Beyond the Inspiration Saya buat dari hal yang sangat sederhana Untuk menjelaskan kenapa, why, pertanyaan awal tadi Kenapa sih Islam bisa jahit di masa yang lalu? Dan sekarang Islam itu terpuruk dan apa solusinya dan apa yang harus kita lakukan agar Islam kembali lagi berjaya Dengan singkatnya, Islam akan berjaya bila pemikiran Islam sudah berada pada kaum muslimin Itulah yang saya tulis dalam buku saya, Beyond the Inspiration Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT Sebagaimana kita senantiasa mencurah dan melimpahkan salawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW Alhamdulillah, puji dan syukur ketika kita hidup, ketika kita bisa bernafas ketika kita bisa mengucap puji dan syukur itu hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam kita bersolawat, kita bersalam dengan mengucapkan Allahumma salli ala Sayyidina Muhammad dan kita bersalam dengan Assalamualaikum Ya Rasulullah teman-teman sekalian insyaAllah dirahmati Allah pada hari ini kita melanjutkan Apa yang sudah kita mulai, yaitu adalah tentang bab ketiga daripada buku Beyond the Inspiration, teman-teman sekalian. Ini adalah buku yang kita bahas beberapa waktu terakhir ini, sudah episode yang ke-13. Dan kita membahas tentang jalan menuju keimanan. Dan dalam jalan menuju keimanan, di episode-episode yang terakhir, kita sudah sedikit menyinggung tentang iman yang produktif.
Nah, pada hari ini kita masih berbicara tentang iman yang produktif supaya kita benar-benar memahami bahwa penting sekali kita membangun sebuah keimanan yang produktif agar apapun yang ingin kita bangun berikutnya di dalam bangunan Islam itu menjadi sebuah hal yang baik, menjadi sesuatu hal yang benar. Jadi kita fokus pada melakukan sesuatu dengan seharusnya. Teman-teman sekalian, kita sudah bahas kemarin sampai pada satu kesimpulan Kalau seandainya iman produktif adalah keimanan yang dibangun dengan akal.
Dan memang seperti itulah cara Al-Quran menunjukkan manusia cara untuk mencapai sebuah keimanan. Maka Allah SWT berkali-kali di dalam Al-Quran memakai kata-kata untuk menggugah, untuk memicu berfikirnya pada manusia. Karena Allah menjadikan akal. kepada manusia untuk digunakan mencapai eksistensinya.
Nah, kalau gitu kita coba lihat. Ketika iman itu tidak didapatkan menggunakan akal, atau tidak diperoleh dengan menggunakan akal, maka dia menjadi iman yang tidak produktif. Atau, dia berkata bahwa dia beriman, dia berucap bahwa dia sudah meyakini Allah. Tapi tidak ada efek di dalam kehidupan dia. Misal, kalau kita tanya pada orang-orang di negeri kita, dan mungkin di negeri-negeri yang lain juga.
Apa agamanya? Mereka jawab pasti Islam. Karena 87% di Indonesia beragama Islam.
Tapi kalau kita tanya lagi, benar nggak kamu yakin dengan Islam? Dia bilang, benar. Tuhanmu siapa?
Allah SWT. Siapa Rasulmu? Muhammad SAW. Tapi apakah dia kemudian... bisa dikatakan penuh keimanannya ketika dia hanya menjawab dengan cara seperti itu, hanya keluar dari pedalisan, jawabannya tidak.
Misal, pertanyaannya selama teman-teman tinggal di Indonesia, berapa kali teman-teman setiap hari Jumat, lalu teman-teman masuk pada waktu sholat Jumat jam 12, harusnya yang laki-laki tidak ada ruhsah, tidak ada alasan untuk tidak sholat Jumat seperti wanita untuk alasannya tidak sholat misalnya. Maka setiap laki-laki wajib untuk sholat jumat. Tapi berapa banyak, berapa kali kita melihat orang-orang ketika jam 12, seharusnya mereka sudah di masjid, laki-laki, tapi mereka masih nongkrong.
Mereka masih kerja. Mereka masih melakukan aktivitas-aktivitas yang lain. Padahal sudah jelas, di dalam Al-Quran, ketika datang waktu sholat jumat, maka tinggalkanlah jual-beli dan segala sesuatu yang bisa melalaikan Anda daripada sholat jumat, dan pergilah kepada sholat jumat. Maka itu sudah sangat jelas sekali. Tapi dengan nyata-nyata dilanggar oleh orang-orang muslim yang jumlahnya tidak sedikit Misal kalau kita tanya pada mereka Angkot-angkot yang berkeliaran di jalan Mereka tetap nari ketika jumatan Lalu kita tanya sama mereka Mereka, bang kenapa abang nggak jumatan bang?
Dia pasti akan jawab kira-kira begini, ya saya kan harus kerja, saya kan harus nyari nafkah, saya harus narik angkot mas. Lalu kita tanya lagi kepada dia, mas kira-kira angkotnya ini kalau tetap narik, berapa yang didapet setengah jam ninggalin sholat jumat? Karena kan sholat jumat paling lama setengah jam, atau 45 menit lah, itu pun sudah jam al sudah ribet gitu kan ya.
Mungkin jam 12 sampai jam setengah satu, atau jam 12.45, terutama 12 sampai 12.30. Berapa lama setengah jam Anda narik angkot, ninggalin sholat jumat? Dapatnya ya kira-kira dalam waktu setengah jam.
Taruhlah dia beruntung banget, angkotnya penuh terus, maka dia dapatlah taruhlah 100 ribu. Taruhlah 100 ribu. Maka kalau kita jabarkan, kira-kira cara berfikirnya begini, atau efek daripada kehidupannya begini.
Kan sudah saya bilang, monitor di handphone kita atau di laptop kita, itu adalah hasil daripada processing yang terjadi di dalamnya, yang nggak kelihatan. Yang kita bahas tentang iman, iman itu adalah perkara yang nggak kelihatan. Perkara nggak kelihatan menghasilkan perkara-perkara yang kelihatan.
Yang kelihatan, sopir angkot ini ninggalin sholat jumat. Yang kelihatan, dia nggak mau sholat jumat demi untuk bisa narik 30 menit angkot. Oke, itu yang kelihatan.
Kita tanya lagi, kita bedah. Seperti apa kira-kira? Dapatnya berapa?
100 ribu. Oke, berarti cara berfikirnya begini. Dia berfikir, saya adalah hamba Allah.
Ketika ditanya Tuhannya siapa, jawabannya Allah. Ketika ditanya Rasulnya siapa, jawabannya Rasulullah Muhammad SAW. Itu sebelum kenyataan ditabrakan antara kepentingan Allah dan Rasulnya, perintah Allah dan Rasulnya, dengan taruhlah kewajiban dia untuk cari nafkah.
Maka sebelum itu terjadi konfrontasi, maka dia jelas milih Tuhan saya Allah dan Tuhan saya. Maaf, Tuhan saya Allah dan Rasul saya Muhammad. Maka ketika itu ditabrakan atau berkonfrontasi atau beradu kepentingan antara perintah Allah atau duit 100 ribu, ternyata dia lebih milih duit 100 ribu.
Berarti yang katanya bahwa dia meyakini Allah, yang katanya bahwa dia meyakini Rasulnya, dia menjadi seorang Muslim dan dia tahu bahwa dia seorang Muslim, itu nilai keyakinan dia kalau bisa dirupiahkan itu 100 ribu. Kenapa bisa begitu? Ya karena ketika dia ngaku Allah sebagai Tuhan saya, Rasul sebagai Rasul Muhammad sebagai Rasul saya, Islam sebagai agama saya, kan ada konsekuensinya tuh. Konsekuensinya dia harus sholat jumat, dia harus menerima perintah Allah, dan seterusnya. Tapi begitu itu ditabrakan dengan duit 100 ribu, ternyata dia memilih duit 100 ribu.
Berarti harga keyakinan dia kepada Allah SWT dan keadilan Allah. Dan bahwa Allah itu memberikan riski kepada hamba-hambanya Bahwa Allah itu lebih layak ditaati daripada apapun juga Bahwa kehidupan dia di dunia ini Ujung-ujungnya akan kembali kepada Allah Semua keyakinan itu dihargai 100 ribu Keyakinannya kalah Jadi dia lebih memilih 100 ribu daripada keyakinannya terhadap Allah atau keyakinannya bisa diganti dengan duit 100 ribu. Dan sebenarnya teman-teman sekalian nggak hanya tukang angkot.
Setiap orang, setiap manusia itu punya keyakinan dan keyakinan itu ada harganya. Karena dia mendapatkan keyakinan itu dengan harga, maka keyakinan itu bisa diganti juga dengan harga tertentu. Contoh misalnya, ada orang meyakini. pokoknya yang paling penting dalam hidup saya adalah keluarga saya misal, kalau dia meyakini begitu lalu ada orang datang oke, menurutmu kalau sana keluarga anda yang paling penting kira-kira berapa yang bisa saya bayar agar anda ninggalin keluarga anda ada toh, orang-orang kayak gitu lalu kemudian dia bilang oke, saya mau untuk keluar kota ninggalin keluarga saya dengan harga tertentu berapa harganya? kalau saya dibayar 200 USD per jam Taruhlah misalnya begitu Atau ada orang yang dibayar cuma sekedar 200 ribu Mau ninggalin keluarganya Alasannya karena terpaksa Tapi tetap ninggalin keluarga Intinya adalah ada keyakinan Yang dia bisa diganti keyakinan itu dengan sesuatu Dan kita semua juga begitu Ada orang lagi misalnya Ada orang lagi dikatakan Kamu seberapa yakin kamu dengan Allah dan Rasulnya Saya yakin dengan Allah dan Rasulnya sepenuh dengan keyakinan saya Lalu kemudian dibilang Kalau gitu Apa yang bisa saya lakukan untuk bisa mengganti keyakinanmu?
Dia bilang nggak ada satupun di dunia ini. Maka ketika dia ditawarin 100 ribu, jangankan 100 ribu, 1 miliar, dia ditawarin 200 miliar, dia pun nggak akan mau. Ketika dia tahu bahwa keyakinan dia terhadap Allah dan Rasulnya lebih berharga daripada dunia dan si isinya. Kalau dia tahu, dia nggak akan mau ganti.
Balik lagi, keyakinan itu punya harganya, dan harganya itu bisa dibayar atau bisa diganti dengan sesuatu. Contoh misalnya, polisi. Nggak semua polisi sih. tapi ada polisi, ada faktanya polisi-polisi yang kalau kita ngelanggar di jalan, lalu kemudian kita salah, lalu kemudian dia harusnya nilang kita, tapi dia bisa diganti keyakinannya. Dia bisa diganti keyakinannya terhadap kebenaran, terhadap keadilan.
dengan jumlah uang tertentu. Berapa kira-kira? Ya tergantung merek mobil atau merek motornya. Kalau merek mobilnya bagus, atau merek motornya bagus, mungkin harganya lebih mahal. Begitupun juga dengan Hakim.
Begitupun juga dengan lebih tinggi daripada... Hakim, Hakim Mahkamah Konstitusi Atau misalnya, ya segala macem lah Itu bisa untuk diganti keyakinannya Jadi keyakinannya tentang kebenaran Keyakinannya tentang keadilan, itu bisa diganti Dengan harga tertentu. Sama, Allah juga Memention bagaimana Allah Mengganti sesuatu dengan sesuatu yang lain Innala hashtaro minal mu'minina Angfusahum wa amwalahum Bi'annalahumul jannah Bahwa sesungguhnya Allah mengganti Harta dan mengganti Apa namanya, jiwa kaum muslimin Dengan surga. Jadi Jadi Dikatakan pada kaum muslimin, kamu senang gak dengan dunia? Ya senang lah.
Kamu senang gak hidup di dunia? Ya senang lah. Tapi kalau mau diganti, mau diganti dengan apa? Ya kalau dengan surga aku mau. Jadi kira-kira gitu.
Jadi setiap keyakinan kita tentang sesuatu itu bisa diganti dengan sesuatu yang lain. Asal harganya cocok, kita ganti. Pertanyaannya, berapa harga keyakinan kita terhadap Islam?
Apakah bisa diganti dengan duit 100 ribu? Seperti kasusnya orang yang Jum'atan yang gak Jum'atan tadi ataukah bahkan bisa diganti dengan 50 ribu kita yakin pada Allah, ya yakin yakin Tuhanmu Allah, yakin Rasulmu Muhammad, yakin ya udah kalau gitu saya kasih sekardus mie instan mau gak kamu ganti oh ya gak ada masalah asal saya bisa makan ini salah satu contoh apakah perkara kayak gini dikatakan keimanan yang produktif? Tidak.
Kenapa? Karena keimanan dia tidak berdasarkan proses berpikir. Ketika keimanannya tidak berdasarkan proses berpikir, maka keimanan itu dengan mudah bisa diganti, dengan mudah bisa dilupakan, dengan mudah bisa jadi tidak berarti di dalam kehidupan dia. Kenapa? Karena dia tidak ngerti nilainya seperti apa.
Misal, bagi seorang editor, komputer high-end itu tinggi sekali manfaatnya bagi dia. Maka ketika dia dikasih komputer HN yang mungkin harganya 50an juta. Maka itu menjadi sesuatu kayak harta karun berharga bagi dia. Tapi kalau Anda kasih komputer ini yang harganya 50 juta kepada gelandangan misalnya itu tidak menjadi berarti bagi dia.
Kenapa? Karena dia nggak tahu ini manfaatnya untuk apa. Karena dia nggak tahu ini gunanya untuk apa.
Kalau gitu untuk apa? Dia guna juga saat untuk apa? Dijual.
Ya kalau nggak boleh dijual. Gitu kan ya, berarti dia tidak ada gunanya untuk mendapatkan itu. Sama, ketika seseorang mengerti nilai daripada akidah, maka dengan berapapun dia nggak akan mau ganti.
Nah, bagaimana cara mengetahui nilai akidah itu, nilai keimanan itu, nggak lain dan nggak bukan adalah dengan akal. Ketika dia ngerti dengan akal, maka dia nggak akan mau ganti dengan apapun. Ada seseorang mendapatkan emas, dan dia tahu ini emas, dan dia tahu berapa harganya, maka dia tidak akan mau menukar emas itu dengan berapapun. Tapi kalau dalam kesempatan yang lain, Ada seseorang punya air putih, 1 galon, 1 galon 20 kilo misalnya. Lalu kemudian dia tahu inilah galon yang terakhir yang pernah ada di dunia ini, air terakhir yang pernah ada di dunia ini, maka dia diganti dengan berkilo-kilo emas pun dia nggak akan mau.
Kenapa? Dia akan mikir, kalau tadi, kalau sana emas, bila dibandingkan dengan yang lain, emas lebih bernilai. Tapi ketika nggak ada lagi air di dunia ini, maka emas nggak bisa dimakan. Maka saya nggak akan mau ganti dengan emas seberapa kilo pun.
Artinya apa? Nilai sesuatu benar-benar ditentukan dengan cara pemaknaan kita. Kalau kita mengerti, kalau kita memahami, kalau kita sudah berhasil untuk mencapai satu hakikat, nilai hakikat tertentu dengan akal kita, maka itu menjadi sebuah keyakinan yang kuat.
Nah, ini yang kita balik lagi kita katakan keimanan yang produktif. Kalau gitu kita lihat. Sekarang kita kontraskan.
Sorry, kita kontraskan. Bagaimana keimanan yang produktif berdasarkan akal itu? Oke, coba lihat. Tadi kalau tukang angkot, itu yang ketika dia menjalankan Islam, dia nggak mau taruh lah, nggak semua tukang angkot ya, itu contoh aja. Dia nggak mau karena dia lebih memilih duit 100 ribu.
Sekarang sebaliknya. Bagaimana contoh orang yang sudah mengimani sesuatu, atau yang sudah yakin dengan sesuatu? Ini contohnya. Pernah pergi ke dokter? Saya yakin semua orang yang ada di sini pernah pergi ke dokter, minimal tahu dokter itu kayak apa.
Nah kalau Anda sudah pernah pergi ke dokter, coba bayangin. Suatu hari Anda sakit, dan sakitnya ini sudah menahun, dan saking sakitnya Anda benar-benar terganggu dengan sakitnya ini. Sakitnya apa misalnya?
Anda nggak bisa nafas, nafas Anda sesak banget, dan kalau sana dilanjutkan Anda yakin Anda bakal mati. Maka Anda pergi ke dokter dengan sebuah keyakinan bahwa saya nggak bisa nyembuhin diri saya sendiri, dan saya sudah coba dengan segala cara. Tapi saya nggak bisa, maka dia datang ke dokter dengan sebuah keyakinan bahwa dia berharap sembuh untuk daripada dokter itu. Artinya dia ketika dia ke dokter, dia berharap dari sana dia sembuh. Maka ketika dia datang dengan mental seperti itu, maka dia datang kepada dokternya.
Ketika sampai kepada dokternya, dokternya bilang, Ada apa pak? Ya dok, ini saya sakit, sesat napas banget dok. Ini saya nggak bisa napas dok, sudah susah banget. Napasnya dok, udah lama sekali dok ini saya berharap mohon untuk diperiksa supaya saya dapat obat apa. Dokternya bilang, oke kalau gitu baring diranjang.
Dia baring diranjang. Oke kalau gitu buka baju. Apakah dia bilang begini, dok saya enak-enaknya nyuruh saya. Tadi nyuruh saya guling diranjang, sekarang nyuruh saya buka baju. Dokter mesum ya?
Nggak bakal yang bilang begitu. Kenapa nggak bakal? Karena dia tahu bahwa dia nggak paham apa-apa.
Dan dia tahu bahwa dokternya... dokter itu paham dan dokter itu lagi mau meriksa dia. Maka dia nggak banyak protes, dia langsung buka baju.
Setelah dia buka baju, dokternya bilang, buka matanya, dia buka matanya. Jangan menjem, jangan menjem. Buka mulutnya, dia buka mulutnya.
Dimasukin termometer, dia nggak protes. Dok, ini apa dok? Kenapa dimasukin dalam badan saya dan segala macam? Dia nggak banyak protes.
Dokternya bilang, diem ya, dia diem. Dokternya bilang, nafas ya, dia nafas. Apapun yang dokternya bilang, dia lakukan persis seperti apa kata dokternya.
Kenapa? Karena dia paham dia mau sembuh. Karena dia paham kalau dokternya itu salah diagnosis, dia bisa bahaya.
Karena dia tahu sakit itu membuat dia menderita, maka dia mengharapkan kesembuhan. Maka dia mau nurut apapun kata dokternya. Ini yang dinamakan dengan iman. Maka sebenarnya Anda sudah mempraktekan keimanan yang produktif itu secara tidak sadar.
Ketika Anda pergi ke dokter misalnya, atau orang di kantor sama bosnya, itu juga keimanan yang produktif. Dia tahu persis kenapa dia harus menaati bosnya. Bosnya bilang, besok datang jam 7, dia datang jam 7. Bosnya bilang, jangan pulang nanti jam 4, dia nggak pulang. Bosnya bilang begini, dia lakukan. Bosnya bilang begitu, dia lakukan.
Kenapa? Karena dia punya keimanan yang produktif. Untuk bisa melakukan apapun perintah bosnya, dia harus beriman dalam tanda kutip kepada bosnya.
Untuk melakukan apapun perintah dokter, dia harus beriman dalam tanda kutip kepada dokter tadi. Ini keimanan yang produktif. Sekarang kita andaikan lagi. Ada orang pergi ke dokter, tapi ketika dia sampai ke dokternya itu, dia mendapati sesuatu yang berbeda. Apa yang dia dapati?
Dia masuk ruangan dokter, tiba-tiba ruangannya warnanya gelep. Ruangannya warnanya gelep, tercium dari hidungnya bau menyan. Setelah dia lihat, uh ternyata di meja dokternya ada menyan.
Ada asap yang membumbung dari sana, terus dokternya keluar. Dokternya keluar, waduh. Ternyata dokternya pakai bajunya bukan pakai baju dokter, tapi bajunya pakai baju surjan, misalnya.
Atau baju kotak-kotak. misalnya. Atau baju ada totol-totol macan tutul, misalnya. Lalu kemudian dia pakenya, pake belangkon, rambutnya panjang gitu kan ya, terurai dan nggak terurus, nggak pernah dikeramas, giginya hitam, lalu dia ngomong, sakit apa, mas? Lalu kemudian, dia minum terus disembur.
Kira-kira dia percaya nggak dokternya? Nggak percaya sama sekali. Maka ketika dokternya, yang dalam tarah kutip yang kayak tadi, dokternya bilang, keranjang. Dia nggak mau. Kenapa?
Dia sudah deg-degan. Dia sudah curiga. Nah curiga ini adalah keimanan yang tidak produktif tadi Atau sesuatu yang menjadi awareness pada manusia Dia mulai merasa curiga ini ada apa?
Manusia yang tidak percaya nggak akan mau taat Manusia yang nggak trust nggak akan mau taat Atau manusia yang tidak beriman tidak akan mau taat Karena trust dalam bahasa agama adalah iman Iman adalah trust dalam level 100% Itu keimanan Pertanyaannya gimana cara dapat trust dalam 100% ini? Itu yang nanti akan kita bahas Yang jelas teman-teman sekalian Kalau dia tidak punya trust Maka dia nggak akan mau menaati Suruh buka baju, dia kan gak mau. Lah kenapa?
Kenapa saya harus buka baju? Emang kamu siapa? Dia mulai nanya-nanya, kamu dokter atau bukan?
Dia berusaha untuk mereveal, untuk... membuka, ini dokter beneran atau dokter gadungan? Kenapa? Karena dia tidak percaya. Sebaliknya, ini cara untuk percaya.
Dia datang ke ruangan dokter, maka dokter itu tahu persis bahwa segala macam pengobatan dia sangat terpengaruh oleh kepercayaan orang. Maka sejak orang itu masuk ke ruangan klinik dia, ke ruangan periksa dia, itu semua yang ada di ruangan itu adalah untuk meyakinkan pasien. Karena dia tahu keimanan kepada dokter itu penting.
Keimanan adalah tanda kutip ya. Bukan keimanan terhadap Allah loh. Dalam tanda kutip.
Dia tahu itu penting banget. Maka ketika Anda masuk, Anda sudah mulai diyakinkan. Bagaimana ketika Anda diyakinkan? Anda masuk, ruangannya bersih.
Bau-bauan obat. Lalu ada tempat praktik. praktek yang menarik, ada tempat praktek yang meyakinkan, ada foto-foto yang dipajang di sana, dia lagi salaman sama sama raja apa, dia lagi salaman sama presiden, dia lagi kemudian ikut seminar apa, dia lagi dapat penghargaan apa, itu dipajang biar anda yakin bahwa ini dokter talk chair, ini dokter keren, ini dokter top pokoknya, lalu kemudian keluar lah dokternya dokternya keluar, dandananya rapi, rambutnya biasanya disisir ke samping, kalau nggak disisir ke belakang, rapi Tapi kalau misalnya Anda masuk ke ruang dokter, lalu kemudian rambutnya begini. Anda mulai bertanya-tanya, ini dokter atau aktor film Korea?
Nggak ada dokter-dokter yang nggak rapi. Soalnya dokter rapi semua. Rambutnya ke samping atau rambutnya ke belakang pakai kacamata. Mukanya terurus, giginya rapi, gitu kan ya. Pakai baju dokter, jas warna putih, lalu kemudian dia nanya, ada yang bisa saya bantu?
Sakit apa mas? Lalu dia kemudian mendiagnosis dan segala macamnya. Dan yang paling penting adalah yang meyakinkan Anda bahwa dia benar-benar dokter, ada di situ yang namanya surat izin praktek.
Surat izin praktek ditaruh di sana untuk meyakinkan bahwa dia dokter yang sudah punya izin praktek dari Ikatan Dokter Indonesia atau apalah misalnya. Taruhlah begitu. Maka Anda yakin. Setelah Anda yakin, Anda mau diapa-apain sama dokter tadi. Karena Anda mengharap sembuh dan Anda yakin betul dia dokter.
Apalagi kalau sudah ada referensi daripada teman-temannya Anda. Temen-temen anda bilang, eh kamu sakit apa? Ini sesak napas nih. Oh, datenglah ke dokter itu.
Lah kenapa? Gue kemarin bro, gue sesak napas sama kayak lo. Persis sama kayak lo.
Lo rasanya begini kan? Iya bener. Rasanya kayak gini kan? Iya bener. Nah, gue sama persis kayak lo.
Kemarin gue pergi ke dokter ini bro. Apa yang terjadi bro? Gue baru sampai pintunya aja.
Sembuh gue. Waduh. Lah kalau misalnya ada referensi kayak gitu, anda semakin yakin lagi.
Dan ketika anda yakin, maka anda dalam tanda kutip beriman pada dokter tadi. Maka anda akan menuruti semua permintaan dia. Naik ranjang, naik ranjang. Buka baju, buka baju. Napas, napas.
Tutup mata, tutup mata. Buka mulut, buka mulut. Setelah selesai kemudian periksa, Anda dikasih resep. Resepnya, lalu dia jelasin. Mas, ini resepnya ya mas ya.
Anda itu menderita penyakit TBC tau nggak mas? TBC tingkat parah mas. Lah kalau Anda tidak nurut dengan saya, Anda kayaknya 3 bulan lagi lewat deh mas.
Lah terus gimana dok? Saya nggak mau mati dok. Ya sudah, kalau gitu beli nih obatnya. Ini obatnya tolong makan setiap hari sekali.
Dan harus habis, dan harus terus-menerus, dan jangan pernah bolong selama 6 bulan. Ingat ya mas ya, jangan pernah bolong selama 6 bulan. Kalau 6 bulan nanti Anda nggak makan obat nih, sekali aja Anda mati, jangan cari saya lagi.
Yalah dok, kalau misalnya saya sudah mati, gimana saya cari dokter? Iya pokoknya Anda harus makan dengan benar. Makan dengan rekomendasi.
Nah kalau ini vitamin, supaya Anda lebih kuat paru-parunya. Dan mas, Anda ngerokok ya? Waduh iya dok, berhenti ngerokok sekarang juga. Kalau nggak berhenti, mati Anda 2 bulan lagi.
Dia nurut, walaupun dia sangat hobi ngerokok, dia beli obatnya walau mahal, dia turuti saran dokter walaupun susah. Kenapa? Karena dia pengen baik, karena dia pengen hidup, dia turuti seluruh perintah dokternya dan nggak banyak tanya. Dia nggak akan tanya, dok ini kenapa obatnya harus 6 bulan?
apa pengaruhnya kalau saya nggak makan sekali aja? Tolong jelaskan sampai saya paham. Tolong jelaskan dengan pengetahuan-pengetahuan dokter secara kimiawi bagaimana, secara biologi bagaimana, apa pengaruhnya bagi hormon saya, jelaskan dengan sejelas-jelasnya.
Karena dokter, lo aja yang jadi dokter kalau gitu. Kenapa nggak ada yang pernah nanya dokter tentang resep yang dia kasih? Kenapa harus 3 kali sehari? Kenapa harus 2 kali sehari? Kenapa harus setelah makan?
Nggak pernah ada yang nanya. Kalaupun nanya, cuma sekedar nanya aja. Tapi nggak sampai kemudian dia untuk membantah dokter. Dan untuk merasa lebih tahu daripada dokter. Kenapa?
Karena dia tahu dokter itu sudah belajar, dia belum. Karena dia tahu dokter itu sudah kuliah, dia nggak kuliah. Karena dia tahu dokter lebih tahu daripada dia.
Itu kalau orang sudah beriman. Maka efek daripada orang sudah beriman adalah dia menuruti setiap apapun yang diminta sama yang dia imani itu. Dalam perkara dokter, penting banget bagi dokter untuk membuat orang percaya bahwa dia itu capable, bahwa dia itu bisa, bahwa dia itu sudah memang dokter, bukan dokun gitu loh maksudnya. Nah, maka keimanan adalah sebenarnya sebuah proses dengan akal untuk bisa mengindera apapun yang membuat kita yakin bahwa apapun yang kita imani itu layak untuk diimani maka ketika itu sudah terjadi Maka disitulah muncul keimanan yang produktif.
Keimanan yang punya efek. Apa efeknya? Efeknya adalah ketaatan.
Efeknya adalah kita menaati apapun perintah-perintah yang telah diberikan oleh yang kita imani. Dalam hal dokter, maka kita turuti semua yang dokter mau. Dia bilang, olahraga ya, setiap hari 15 menit. Minimal setiap hari 15 menit jalan kaki. Atau kalau nggak, coba lari-lari kecil.
Kalau nggak, coba olahraga sepeda. Kalau nggak, coba nge-gym. Dan kalau bisa, olahraganya dari jam 8 sampai jam 9. Jangan jam 12. Mutung Anda.
Oke, siap dok. Saya akan melakukan olahraga. Selama ini olahraganya apa? Alhamdulillah, saya olahraga setiap hari 3 jam.
Ngapain? Main PS. Itu olahraga jari. Itu contohnya.
Oh, kurangi olahraga PS-nya. Sekarang olahraga catur. Oh, sama aja.
Sekarang olahraganya olahraga di luar. Yang outdoor misalnya. Nah, itu semua dieta hati. Nah, ini tolong beli obatnya.
Yang ini wajib. Nah, ini kalau ini obatnya boleh dibeli, boleh nggak? Kalau ini obatnya ya boleh-boleh saja lah. Tapi saya sarankan dibeli. Dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya.
Artinya dia akan taat ketika dia sudah dalam tanda kutip beriman kepada dokter. Pertanyaannya, kok bisa orang-orang muslim sekarang sama dokter ketika disuruh sesuatu nggak banyak tanya. Tapi ketika disuruh sama Allah banyak tanya. Disuruh sama Allah banyak protes.
Disuruh sama Allah merasa lebih tahu daripada Allah. Allah bilang bahwa Kamu harus kerudungan kayak begini bentuknya, ini suratnya, ini ayatnya, batasannya kayak begini, kamu harus kerudungan kayak gini. Dia bilang, oh itu kan zaman dulu, itu kan nggak lagi relevan sekarang. Zaman sekarang tuh yang penting kita tuh adalah wanita tuh suci.
Yang zaman sekarang tuh wanita tuh tidak diganggu, lebih tau Anda atau Allah. Kalau seandainya dokter aja anda taati, lalu Allah mungkin anda lebih anggap lebih rendah daripada dokter Padahal Allah jelas lebih tahu daripada dokter, Allah menciptakan segala-galanya Kadang-kadang manusia itu sok tahu daripada Allah karena dia nggak beriman kepada Allah Dalam tanda kutip, nggak penuh keimanannya kepada Allah Kenapa nggak penuh keimanannya? Karena dia tidak pernah membuktikan bahwa Allah tuh capable Dia nggak pernah membuktikan siapa yang dia imani itu.
Dia nggak pernah membuktikan apa yang benar-benar bisa dilakukan oleh Allah. Dan dia tidak pernah menemukan ilmu dan bukti sehingga keyakinannya itu menjadi 100%. Maka iman adalah bukti plus ilmu.
Kalau orang ada bukti, orang ada ilmu, maka dia mencapai keyakinan 100%. Keyakinan 100% itulah dalam bahasa agama disebut dengan iman. Atau dalam bahasa fikih disebut dengan akh. Jadi teman-teman sekarang sudah sedikit bisa melihat Kenapa sih ada orang-orang yang sami'na wa'atona Karena dia sudah beriman kepada Allah Dia sudah selesai dengan pemikirannya itu Sehingga ketika akalnya sudah selesai untuk mengimani Allah Maka selanjutnya dia sami'na wa'atona Atas segala sesuatu yang halal dan haram yang diberikan Allah Itu sudah masuk akal Sebagaimana orang ketika pergi ke dokter, dia menaati perintah dokter dan resep-resepnya itu juga masuk akal. Kenapa?
Karena dia sudah membuktikan bahwa orang ini dokter dari akalnya. Maka apapun perintah dokternya, maka dia bisa taati itu dan itu pun masuk akal. Islam juga sama, maka orang nggak bisa bilang, kalian itu disuruh nggak makan babi, mau-maunya, disuruh kemudian pakai kerudung, mau-maunya, nggak pernah mempertanyakan.
Loh kenapa mempertanyakan? Ini kan perkara syariat, ini perkara resep, Pak. Yang harus Anda pertanyakan itu adalah dia dokter atau bukan. ketika Anda sudah bisa pastikan dia dokter, maka Anda jangan tanya resepnya karena Anda nggak bakal ngerti, dijelasin juga percuma karena Anda nggak kuliah, karena Anda nggak pernah koas, karena Anda nggak pernah praktek Anda di...
Anda dokter jelasin pada Anda yang pengetahuan Anda terbatas ya percuma, dokternya stress duluan Dokternya malah undan, ya sudah lah kalau gitu ya terserah kalau mau berobat ya berobat, nggak mau berobat ya sudah. Nah kenapa? Karena dokternya bingung.
Dokternya nggak tahu lagi, Anda itu sakit tapi nggak tahu diri gitu maksudnya. Anda itu pasien tapi berlagak kayak dokter. Anda itu pasien tapi berlagak lebih tahu daripada dokter.
Dokternya bilang, ya kalau kamu lebih tahu daripada saya, kamu ngobati diri sendiri aja. Nggak usah pergi ke saya. Nah sama kayak Allah juga sama, persis sama. Nah kalau seandainya dia sudah mengimani Allah, dia sudah... bertanya, inilah yang gak jadi Tuhan apakah ini Tuhan atau bukan kalau dia sudah dapat pembuktian dengan akalnya, bahwa ini adalah Tuhan maka menaati Tuhan itu menaati kemudian halal haramnya menjadi sesuatu yang masuk akal bagi dia maka itu tidak perlu lagi dijelaskan, kenapa?
kalau Tuhan mau menjelaskan segala-galanya maka Anda tidak akan mampu untuk menangkap itu, kenapa? karena dia Tuhan, Anda hamba Anda terbatas, dia tidak terbatas kalau dia mau menjelaskan ilmu dia pada Anda hancur Anda... Bisa difahami ya? Kalau misalnya Anda bisa mengerti ilmunya dia, ya andeng Tuhan. Makanya kalau misalnya, kalau Tuhan boleh ngomong, ya yes, diatur terus nggak mau, ya yes, terserah.
Ini terjadi juga pada orang-orang yang ketika dikasih Allah aturan, mereka nggak mau. Maka Allah katakan, ya sudah, terserah. Allah kasih semuanya. Allah katakan, Allah bukain semuanya bagi mereka.
Dilulu. Silahkan kalau mau bandel, bandel lah sana, nggak usah nurut sekalian Nanti sekalian diazab sekalian Nah kenapa? Karena sudah nggak mau diatur lagi Ini kejadian teman-teman sekalian Nah intinya adalah keimanan yang produktif adalah keimanan melalui akal Keimanan yang tidak produktif, keimanan ikut-ikutan Keimanan yang nggak pakai akal, keimanan apkiran Maka pertanyaannya adalah Kenapa kalau sama dokter kita bisa dalam tanda kutip beriman Tapi sama Allah kita tidak bisa beriman Karena kita sudah membuktikan bahwa dokter ini capable menjadi seorang dokter, ada tanda-tandanya, ada buktinya, kita sudah mengilmui.
Sedangkan kasus pada Allah, tidak semua orang muslim mengilmui. Tidak semua orang muslim membuktikan bahwa Allah adalah Tuhan. Karena itulah dia masih meragukan, dia masih menyangsikan, dia masih membantah, dia masih membangkang atas kemudian perintah-perintah Allah yang kemudian diturunkan kepada dia. Bahkan, dia menganggap bahwa Allah itu tidak lebih daripada sekedar hiasan di dalam hidup dia cuma ditaruh di dalam KTP doang tapi dia nggak mau untuk menatih perintah Allah nah kita akan lihat ketika orang sudah sempurna keimanannya itu bagaimana kemudian dia menanggapi kejadian-kejadian di dunia ini termasuk bagaimana tukang angkot tadi ketika dia sudah beriman dengan benar seperti apa yang harusnya dia lakukan walau lambis sob, kita sambung dalam kemudian kajian yang berikutnya semoga bermanfaat Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Intro Intro