Itu dulu bisa sampai 6-8 juta per hari. Nominal per bulan sekitar 150 ke atas lah. Sekarang cuma 60, 70, paling mentok 90. Ya kalau di rata-rata sekitar 100 juta lebih lah per bulan. Turunkan gengsi mu, pakailah malu mu di saat muda mu. Dan jika nanti ketika kamu sudah tua, kamu sudah tidak malu-maluin.
Ngapain malu? Kan kamu nggak merugikan orang lain. Kan malah yang malu itu yang jajan menuruti gengsinya itu dengan duit orang lain.
Orang tuanya, kamu gak usah malu, kamu kan jajan menuruti gengsi, itu dengan uang kamu sendiri, gak usah malu. Kamu buktikan dengan hasil kamu nanti. Definisi sukses dari saya itu bukan kita kerja kepada orang, tapi oranglah yang bekerja kepada kita.
Jangan lupa kepada Allah, karena yang memberikan hidup, yang memberikan riski, yang memberikan semua di dunia ini, hanyalah Allah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Perkenalkan nama saya Muhammad Alfa Priandito Dari sekolah, asal sekolah SMK Alingmang Bukrubuh Alamat saya Banaran 8, Banaran, Pelain, Gunung Kidul, Yogyakarta Sekarang saya berumur 17 tahun, SMK kelas 12 Jurusan RPL, Rekayasa Perangkat Luna Jadi dulu dari SD kelas Dulu saya sekolah juga sambil jualan jajanan pasar seperti martabak, seperti donat, jajanan-jajanan pasar lainnya. Terus dari kecil juga sudah terbawa oleh senang sukanya berjualan, jadi terbawa sampai sekarang.
Jadi saya dulu kelas 1 SMP, saya mondok di pondok pesantren Alikmah Hubuk Rubuh, terus saya keluar. dari pondok itu memasuki kelas 2 SMK. Sekarang juga kan orang tua jualan sayur di pasar, jualan ecer.
Dulu setelah corona itu kan saya melihat ayah saya itu seperti kekurangan pemasok. Terus juga seperti melihat petani-petani itu tidak bisa menjualkan hasil pertaniannya. Jadi saya meminta ide kepada orang tua saya, akhirnya orang tua saya memberikan solusi, carilah sayuran dari petani lokal, petani daerah sini, di sana ada petani, coba. ke sana coba tawarin udah dijual atau belum hasil sayur, hasil pertaniannya.
Nanti kalau belum terjual bisa kamu beli, nanti dijual lagi ke ayah saya. Dulu memang saya membantu ayah saya mencarikan sayur seperti ini, tapi karena semakin banyak hasil pertaniannya juga, semakin banyak petani-petani, jadi sekarang ayah saya membantu saya dalam pemasaran. Dulu saat saya memasarkan jamur tiram terutama, yang lainnya pulang sekolah pada main atau gimana saya dulu ke pasar Wonosari menggunakan motor belakangnya dikasih bronjong itu terus bawa jamur dulu membawa 20 kilo itu ya paling kejual 3 kilo 4 kilo mungkin hanya sampai lima kilo dan lambat laun waktu ke waktu semakin banyak orang mengenal saya jamur tiram juga sulit dicari jadi banyak yang meminta kontak saya, minta nomor WA saya, jadi pada pesan bisa dulu itu sekitar satu kental lebih, satu setengah kental lebih saya bawa pakai motor dalam satu hari.
Hanya di pasar, kalau sehari terus nanti biasanya orang pada nyamperin, nanti sudah didata, ini pesan berapa kilo, ini pesan berapa kilo gitu, jadi ke sana cuma nganterin gitu lah. Itu sekitar 3 bulan setelah itu karena hasil jamur menurun, juga karena cuaca juga. Terus itu tadi berpikir dan mencari solusi bagaimana caranya saya bisa mendapatkan uang jajan lagi. Akhirnya saya mencari petani tersebut, terus saya ambil hasil sayurnya, lalu saya jual lagi ke ayah saya.
Intro Jadi memang dulu saya diberi modal sekitar 6 juta untuk ya membeli hasil pertanian dari para petani Dari bapak saya dikasih, nanti kamu beli ini, ini, ini, ini Selang beberapa waktu, beberapa bulan itu kok hasilnya banyak, uang segitu itu kurang akhirnya saya memutuskan minta lagi, kok semakin banyak, akhirnya saya usaha sendiri, gimana caranya saya bisa membeli hasil pertanian dari para petani, dan juga ada yang Dari petani itu ada yang dibayar dulu, ada yang dijualkan terlebih dahulu. Itu dulu sekitar 4-5 bulan yang lalu itu bisa sampai 6-8 juta per hari. Untuk sekarang mungkin karena cuaca juga tidak mendukung, juga kekurangan air, apalagi di daerah Gunung Kidul ini, di daerah yang sulit air. Jadi banyak tanaman yang mati yang biasanya dalam jangka waktu.
waktu tertentu itu masih bisa dipanen tapi sekarang sudah tidak bisa dipanen. Jadi untuk sekarang mungkin menurun sekitar 2 sampai 3. Nominal per bulan sekitar 150 ke atas lah. Sekarang cuma 60, 70, paling mentok 90, bahkan bisa lebih tapi ya tergantung hasil panennya juga.
Ya kalau di rata-rata sekitar 100 juta lebih lah per bulan. Jadi saya menjual ada gambas, ceme, kalau di Jawa Barat biasanya oyong, terus juga biasanya ada pare, ada timun, ada terong, ada cabai-cabaian, ada banyak lagi lah. Tapi yang mencolok dari kami, yang biasa kami jual bisa sampai luar kabupaten, luar daerah Gunung Gidul itu jamur tiram sama gambas ceme itu. Biasanya kan petani itu hanya bisa menanam. mengolah juga memanen tapi tidak bisa menjualkan.
Jadi saya membantu para petani untuk menjualkan hasil pertaniannya. Dari awal panen itu biasanya saya sudah survei, melihat, Pak Bu ini sayurannya sudah ada yang beli atau belum? Apa sudah ada yang punya atau belum? Kalau belum boleh saya beli nanti saya jualkan. Nanti kalau boleh ya kami ambil hasil pertaniannya, kami jual lagi.
Terus nanti kalau... ditolak atau udah ada yang punya ya sudah sudah seperti itu dan juga dulu memang saya mencari para petani untuk saya beli hasil sayurnya tapi untuk sekarang Alhamdulillah banyak petani-petani yang sudah mengenal saya mengenal orangtua saya jadi banyak yang menawarkan hasil pertaniannya itu ke ke saya biasanya ke saya ke ayah saya tapi untuk mengengsel semua urusan yang di petani itu biasanya saya yang mengengsel yang mengendalikan. Kalau jualnya kami biasanya kalau hasil pertaniannya sedikit mungkin hanya di satu pasar.
Tapi kalau hasil pertaniannya banyak, pasar pelayan khususnya sudah tidak bisa memadai menjualnya, mungkin kami bisa menjualnya ke pasar Wonosari, terus juga bisa ke pasar Prambanan, pasar Muntilan, dan untuk saat ini mungkin hanya empat pasar itu di wilayah Jogja. Ayah saya itu kan jualan eceran di pasar dan di sebelahnya ayah saya itu ternyata kosong. Sekalian saja disewa untuk penyimpanan sayur tersebut.
Jadi setiap saya memaking atau menerima hasil sayur dari petani itu biasanya saya menerimanya di pasar dan di kiosk itu. Kalau di pasar-pasar luar kami biasanya tidak mengantarkan. Tapi biasanya orang dari pasar tersebut yang datang mengambil barang. Bisa dibilang distributor.
Sebulan belakangan ini saya pernah tidak mendapatkan hasil pertanian. Mungkin saat-saat sulit pas usaha itu, pas harga pasaran menurun, atau cuaca atau musim yang lagi tidak baik atau panas, ya itu sebagai tantangan buat kita untuk bagaimana kita menghadapi ujian tersebut. Untuk sekarang mungkin sulit barang, tapi untuk mulai Januari besok saya punya proyek sekitar 10. ton gambas perbulan 30 ton gambas untuk proyek pertama nanti mungkin seterusnya ke sayur-sayur lainnya kita membantu petani mungkin meminjamkan modal atau memberikan modal tertentu untuk memberi tolong tanamkan sayur ini gitu Karena saya juga masih siswa, masih sekolah juga.
Uang banyak itu untuk apa sebenarnya? Namanya juga cuma buat jajan, buat mungkin beli kebutuhan sekolah, atau membayar sekolah juga. Jadi saya mengambil keuntungan hanya sedikit juga. Saya memikirkan para petani, petani itu, contoh petani seperti ini kan, maaf, sebelumnya petani kecil yang harus kita bantu untuk menjadi besar. Kita mengambil untungnya sedikit dan kita beli juga dengan harga yang wajar lah untuk para petani.
Dan juga untuk harga juga kita untuk gambas sendiri, kemarin sekitar 4-5 bulan yang lalu ketika saya mendapatkan omset sebesar itu, kami mengatur harga gambas atau ceme di daerah istimewa Yogyakarta, di provinsi Yogyakarta terutamanya. Karena gambas atau ceme ini kan biasanya dikirim. dari Mboyo Lali, dari Klaten, gitu. Tapi kita membuktikan bahwa hasil dari daerah istimewa Yogyakarta juga bisa bersaing dan kualitasnya juga bagus. Untuk mengatur keuangan, saya dibantu oleh satu karyawan saya.
Alhamdulillah karyawan sudah tidak sekolah, sudah lulus, sudah berkeluarga. Jadi untuk keuangan biasanya diatur oleh karyawan saya tersebut atau biasanya dibantu oleh orang tua saya. Untuk sekarang, satu, tapi... 4 sampai 5 bulan yang lalu itu ada 4, 1 karyawan tetap yang sudah lulus itu dan 3 teman saya sekolah, daripada di rumah nganggur main game atau gimana saya ajak bantu saya, barang saya lagi banyak ya kemarin saya mendapatkan penghargaan Wira Usahawan Belia momenku siap berkemas angkatan 2 2023 tingkat provinsi Yogyakarta tentunya bangga karena Tidak hanya saya juga yang bangga mungkin dari orang tua pernah mengatakan saya bangga dengan Anda. Jadi ini sebagai bentuk bahwa anak muda itu bisa, nggak harus kerja di orang, nggak harus kerja di mana lah gitu.
Jadi peluang usaha itu ada, tapi bagaimana kita mau atau tidak kita menjalankan usaha tersebut gitu. Untuk kedepannya akan saya lebih memberikan banyak kapasitas para petani. Sumpah, Mak, saya... Sekarang memiliki sekitar 10-15 petani dan mungkin untuk kedepannya mungkin akan menambah sampai puluhan lah, kalau bisa sampai puluhan. Dan membantu para petani-petani kecil terutama untuk menjualkan hasil pertaniannya.
Yang membedakan pola berpikir, cara berpikir. Mungkin cara berpikir saya atau teman-teman yang sudah berwirausaha itu, gimana caranya saya di umur segini sudah bisa punya penghasilan, sudah bisa jajan sendiri atau beli kebutuhan sendiri. Tapi biasanya orang anak-anak muda sekarang...
Gengsi untuk melakukan hal-hal yang bisa menguntungkan bagi dia, tidak merugikan orang lain, terutama menjadi wira usaha itu biasanya gengsi, malu. Jadi yang membedakan kami dengan siswa-siswa lain itu biasanya gengsi dengan malunya. Ya malu itu hanya membuat kita ya stuck di sini, berhenti di titik ini, tidak mau maju. Ketika kita mau malu, ketika kita mau berusaha, kita jangan sampai malu.
Jadi habiskan malumu di masa muda-muda Dan ketika kamu sudah tua Sudah tidak malu-maluin lagi Dulu pernah ketika saya teman-teman saya juga kan ikut ekstra kulikuler futsal jadi dulu setelah saya setor jamur pasar Wonosari saya masih membawa bronjong itu masih membawa karung yang di belakang itu berangkat ke lapangan futsal sampai saya wah tukang jamur, tukang sayur, tukang jamur tapi dengan sekarang banyak orang yang oh gimana sih caranya, oh gimana kok bisa begitu kok bisa sampai penghasilannya segitu itu gimana dan itu dulu juga saya pernah waktunya Saya berangkat ke Pasar Wonosari, biasanya sekolah-sekolah itu baru pulang. Jadi saya sering berpapasan dengan siswa-siswi dari SMK. Mungkin, wah dia cuma bakul jamur, dia cuma tukang jamur, tukang sayur lah.
Tapi memang pekerjaan jual sayur atau membantu petani untuk menjualkan sayurnya itu memang bukan pekerjaan yang wah. Bisa dibilang pekerjaan yang ya... Bisa dipandang rendah Tapi bila kamu melakukannya dengan bersungguh-sungguh Atau kamu terjun dulu Kamu usaha dulu Nanti kalau tahu hasilnya Baru boleh ngomong seperti itu Menset-menset seperti itu Sama dapat dari mana, Mas?
Dari orang tua saya karena dari kecil dididik untuk berjualan, untuk ngapain malu? Kan kamu nggak merugikan orang lain. Kan malah yang malu itu yang jajan menuruti gengsinya itu dengan duit orang tuanya.
Kamu nggak usah malu, kamu kan jajan menuruti gengsi itu dengan uang kamu sendiri. Nggak usah malu. Jadi orang lain biarlah ngomong seperti itu, tapi kamu buktikan dengan hasil kamu nanti.
Orang tua yang selalu memberikan mindset jiwa-jiwa. Wira usaha itu orang tua yang mendidik Ayah saya bapak Nasihat Turunkan gengsimu Pakailah malumu di saat mudamu Di saat remaja Dan jika nanti ketika kamu sudah tua Atau sudah memiliki pangkat derajat Kamu sudah tidak malu-maluin Dan juga ada Jangan lihat orang dari cara berpakaian Tapi lihatlah orang dari cara bicara Karena berpakaian belum tentu bisa berbicara dengan attitude gitu Dari pagi saya berangkat sekolah, nanti pulang sekitar kadang jam 2, kadang jam 3, tergantung jadwal hari tertentu. Nanti setelah pulang sekolah, langsung ke sawah, ke petani untuk mengambil hasil pertanian.
Nah nanti sekitar jam 4, jam 5 nanti. kita membawanya ke pasar, di pasar pelayan nanti kita packing, biasanya para petani itu memackingnya itu dalam bentuk sak, bagor nih kok. Ya nanti di lapak itu kita memacking, seperti 5 kiloan atau 10 kiloan, nanti tergantung jenis sayurannya.
Biasanya aktivitas saya sampai jam sekitar jam 7 sampai paling... Malam juga bisa sampai jam 10. Jadwal main mungkin nanti saya menyempatkan waktu karena sekarang juga kan panen menurun. Jadi ya saya gunakan waktu itu untuk main gitu. Sekolah tentunya selalu support karena di lingkup sekolah itu ada pembelajaran PKWU, kewirausahaan. Jadi kami dilatih untuk belajar cara berwirausaha.
Kita diajarkan untuk membuat peluang. Dan dari sekolah juga memberikan seperti waktu atau ya biasanya sekolah-sekolah itu pulang jam 4, jam 5. Sekolah kami biasa pulang jam 2, jam 3 seperti itu. Dan juga dari sekolah biasanya ketika saya ada acara seperti harus pulang terlebih dahulu untuk mengambil sayur-sayuran yang banyak tentunya. Mungkin saya bisa pulang terlebih dahulu.
Dari PKWU saya mempelajari sebuah peluang. Usaha, bagaimana kita menyikapi usaha kita ketika kita di bawah atau ketika kita di atas, diajarkan untuk berinovasi, berkreasi untuk usaha yang kita lakukan, untuk kedepannya bagaimana, untuk menganalisis. peluang usahanya itu sebesar apa dan juga ya membantu kita untuk di sekolah SMK itu sudah berpikir Bagaimana kita bisa mencari uang jajan sendiri terutamanya ya bahkan kalau nggak salah salah itu pemasok pengangguran terbanyak itu dari lulusan SMK karena teknologi yang membuat para lulusan SMK itu tidak bisa kerja di industri-industri yang biasanya dikerjakan oleh lulusan SMK jadi dari situ saya berpikir daripada saya kerja di orang atau kerja di dimana mending saya membuat lapangan pekerjaan tersebut SMK bisa itu SMK bisa maju bisa bekerja bisa berinovasi lah yang paling penting mungkin. Guru PKWU saya, Pak Wahyu Setiawan, S-Kom. Yang saya pelajari dari dia itu, dari ketekunan, dari disiplinnya, dia cara mengajarnya yang banyak yang suka, banyak murid-murid suka, dan juga Pak Wahyu itu adalah sosok guru, aslinya itu guru RPL, Rekayasa Perangkat Lunak.
Guru ya informatika, tapi dengan kepintaran dia, kecerdasan. Beliau itu bisa mengajar banyak jenis pelajaran, contohnya juga PKWU tersebut. SMK itu adalah sekolah yang bagus.
Banyak orang bilang setelah lulus bisa langsung kerja atau bisa kuliah, sedangkan mungkin SMA harus kuliah terlebih dahulu baru kerja. Jadi SMK itu adalah seperti jalan. cepat menuju kita bekerja.
Dari SMK di Yogyakarta itu, ada sekitar tahun kemarin, ada sekitar 91 lebih wira usaha muda yang omsetnya lebih dari 2 juta, bahkan bisa sampai lebih dari 5 juta per bulan dari SMK. Dari pengusaha kecil, pengusaha besar, bahkan menengah juga. Untuk setelah SMK mungkin saya terus lanjut untuk berwirausaha, membuka lapangan pekerjaan, dan mungkin saya akan kuliah. Karena jurusan saya juga kan rekayasa perangkat lunak, bisa dibilang tidak nyambung dengan usaha saya. Jadi mungkin besok untuk kuliah kalau nggak ngambil jurusan bisnis juga pertanian.
Orang-orang bilang itu jiwa kamu atau cocoknya itu di bisnis, kamu itu bagusnya itu di bisnis. Dulu cita-cita saya itu pilot, tapi karena background keluarga yang berbisnis, jual, beli itu, jadi saya mungkin merubahnya menjadi cita-cita saya itu menjadi wirausahawan. Untuk sekarang mungkin distributor dulu, tapi untuk kedepannya mungkin akan usaha kuliner, karena orang tua juga dulu seorang penjual mie ayam yamin. Kalau saya, jangan malu, jangan gengsi itu saja.
Malu sama gengsi itu hanya membuat kita stop di titik itu, tidak ada kemajuan. Karena ketika kita mau mengambil langkah untuk maju, kita tidak memikirkan omongan orang lain. Ketika kita sudah nanti sukses atau kita sudah maju, mungkin orang-orang bisa bilang, gimana tuh caranya, gimana kok bisa gini, gimana kok kamu itu bisa mendapatkan ini. Di Pondok itu juga diajarkan kemandirian.
Gimana kita terjun di masyarakat Berpikir untuk kebannya gimana Seperti di pondok saya kan pondok Al-Quran Jadi kita punya target dalam sebulan kita harus hafal apa Dalam sebuah apa setahun kita harus hafal berapa jus Kita harus katam berapa jus Dan itu membentuk para santrinya untuk setahun kita harus dapat apa Kita harus seperti apa gitu Jadi kita harus mengatur lah Jadi merencanakan untuk hari esoknya gitu Selalu bersyukur, selalu dalam keadaan susah atau senang, biasanya orang itu dalam keadaan senang, lupa dengan Tuhannya. Kita diajarkan kalau kita susah, kita lari ke Allah. Tapi ketika kita di atas juga kita jangan lupa kepada Allah, karena yang memberikan hidup, yang memberikan riski, yang memberikan semua di dunia ini, hanyalah Allah untuk anak muda, khususnya teman-teman seumuran saya. Itu gunakan waktumu sebaik mungkin karena di waktu-waktu kita ini memang banyak waktu untuk belajar, banyak waktu untuk main. Tapi sebisa mungkin kita membagi waktu juga untuk membantu orang tua kita untuk perekonomian.
Dari membantu orang tua itu kita bisa berpikir, oh jadi gini rasanya kerja, oh jadi gini rasanya orang tua itu dari pagi sampai malam. Malam, nanti dari malam sampai pagi lagi, bahkan pagi sampai pagi lagi, itu bekerja banting tulang itu kita bisa ngerasain dan nanti kita sadar sendiri, oh gini ya beratnya cari uang, jadi sebisa mungkin saya nggak jajan banyak-banyak lah ketika kita membantu orang tua kita, sebisa mungkin untuk mencari jajan sendiri. Nanti ketika kita mengeluarkan uang tersebut atau mengeluarkan untuk beli jajan atau beli kebuktuan sendiri, ya nggak perlu minta orang tua lah intinya.
Umur saya sudah segini juga ya melihat orang tua dari jam 12 malam sampai jam 12 siang itu di pasar jualan. Gimana tau rasanya dan juga saya dulu pernah merasakan jualan dari jam 12 sampai pagi saja saya sudah tidak kuat. Dan akhirnya saya mencoba seperti ini melihat para petani kok mau panas-panasan mau seperti ini ternyata berat. Dan jadi pesan untuk teman-teman juga pikirkanlah orang tua kalian ketika kalian mau ya itu tadi menuruti gengsi itu.
meminta apapun, tidak harus sekali minta harus ada, sekali minta harus dituruti. Jadi sebisa mungkin kalian beli barang yang kalian inginkan dengan usaha kalian sendiri. Dan juga definisi sukses dari saya itu bukan kita kerja kepada orang, tapi oranglah yang bekerja kepada kita. Saya Muhammad Al-Fabriandito dari SMK Alimang Hubuk-Hubuk.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih tel