Hai mayoritas ulama mengatakan meyakini bahwa Allah sholat alimala myakro diva hati hadil Allah kita sholat tidak dianggap sampai baca dan kata hati Saya menerangkan, Nabi Dawid Sohabat ala Adil Luka dikansil Quran atau dikumpul Quran. Dan ini adalah Nabi yang dikijabkan oleh Nabi Al-Faiz. Nah, saya ingin menyampaikan kepada mereka bahwa kemudian ini, ini, ini, ini, ini, ini. Gairah belajar Fatiha atau semangat belajar Fatiha itu hilang. Saat lafat-lafat saya menjadi pakem.
Ini, ini, ini. Lafat-lafat saya menjadi pakem. Nikum pun menjadi rutinitas, ya. Lafat-lafat yang jadi pakem pun jadi rutinitas. Agama atau apa saja itu kehilangan ruh ketika hanya menjadi rutinitas.
Makanya itu tanggung jawab seorang ulama atau wali atau siapa saja untuk menghidupkan agama lagi. Lewat bahwa itu menjadi mental, harus menjadi karakter, menjadi apa. Makhul jasad yang menjadi insijam dikologi, menyatu dengan hati.
Misalnya, kalau saya melihatkan, saya melihatkan bahwa kalau benar ini harus disariatkan. Kalau berkali-kali diintikan Bapak untuk ijazahkan, ini hamilkan, ini guru-guru, ini kan sering mau swatika 100 kali. Itu dari segi rutinitas atau dari segi jumlah.
Tapi sebetulnya lebih dari itu, ini kalau terangkan. Kita atas nama sebagai ulama, atas nama sebagai piang sinyaksa ini perubahan di zaman. Ini kemudian fatiha atau agama itu tergusur oleh kata-kata yang diciptakan masyarakat modern ini. Misalnya demokrasi, misalnya kesejahteraan, misalnya apa. Sebab ini lewat ngajin ini kalau beli-beli.
Kenapa fatiha menjadi umul kitab dan kenapa pula diulang-ulang saat nama soh? Kandungan Kajing Nabi dan hadis seperti Allah Tawoh Kau samtu sholat baini wa baini abdi Nisfan Nisfunni wa nisfunni abdi Fa'idha kola abdu Alhamdulillahi robbil alami Kola hamidani robbi Sampai malik yaumiddin Ketika ia kanak budu Wa ia kanak sain Allah mengatakan, Wahadani Abdi, atau Zakarani Abdi. Ketika mulai ikhtinasirah talmusakim, Allah mengatakan, Ini hadali Abdi, wali Abdi masalah.
Ini jatah hambaku, dan bagi hambaku berhak mendapatkan apa yang dia minta. Perlu keatur akan terberiki bahwa, Ya Allah, boleh balik maturnya. Ketika kita mencoba misalnya, Alhamdulillahirrahmanirrahim, bahwa segala puji, segala nekmat, segala keagungan, segala yang ada di bumi ini, hanya milih Allah, Rabbil Alamin.
Itu satu kata pakem dalam Islam ini. Satu kata pakem dalam Islam. Bahwa segala puji, segala kebaikan, segala yang baik itu milih Allah.
Kenapa ini dikatakan pakem? Di era jahiliah, tentu orang mengkaitkan nekmat itu karena berhala, karena alat usia. Di era modern orang mengaitkan nikmat karena uang, karena fasilitas. Di era yang semu kayak ini, orang nikmat nunggu kalau jabat, kalau punya uang, kalau punya pengaruh.
Sehingga saat orang bisa memusnahkan itu semua, menghilangkan itu semua, dan meyakini bahwa semua nikmat itu karena Allah, semua kebaikan juga karena Allah. Makanya ini menjadi fakam dalam Islam. Alhamdulillah, bahwa yang berat dapat uji hanya Allah. Sebab itu Allah benar-benar tersanjung, saya mengintikan fa'idha qu'ala'l abduh, alhamdulillahirrahmanirrahim, qu'ala hamidani abdi, hamidah muji, ini kan soal apa? Abdi.
Nah, kata pakem dalam alhamdulillah, ini benar-benar pakem, satu kata yang luar biasa, satu pakem. Karena alhamdulillah ini harusnya bisa menghilangkan kesirikan, kegembiraan di luar karena Allah, dia memantapkan tawhid. Memantapkan segala yang menuju tafid dan menghilangkan yang bergabungan berkhasir. Ini penting kalau atur akan.
Sehingga ruh, ruh bahwa Alhamdulillah sebagai ruhul Islam, itu kelihatan sekali. Alhamdulillahirrahmanirrahim. Kau lah hamidani, hafidh. Hamba ku benar-benar muci saya.
Kenapa muci? Dimulai dengan Alhamdulillah. Kalau boleh balik masuk, bahwa segala perilaku hamba atau mental seorang hamba, harusnya menuju Allah itu arahnya menyanjung.
Mulanya Alhamdulillah berdenan dan istighfar. Kalau itu termasuk ulama, istighfar itu beluh. Dia tahu ya, sering.
Tapi tidak sesering bahasa Alhamdulillah. Karena Alhamdulillah itu paling sering diulang-ulang di Quran dan ini harus menjadi pakam. Menjadi apa? Pakam.
Bukan kami tua, tapi Alhamdulillah, amin. Kalau boleh balik-balik, dalam ilmu tasawuf maupun ilmu balagoh. Cara ilmu balagoh ini, namun kami tua, ini bahasanya insya. Bahasanya apa? Insya.
Kami itu muciingsun Allah yang Allah. Ini cara belaka, cara tak tahu. Kau itu sahabat, kau nganti muji Allah. Kau mau muji tenan, muji menganti sepi?
Sepi, Pak. Jika ini Mustafa menemukan aku, berhormat bagus. Mau hormati Mustafa, paling sepi, Pak. Paling nyusup.
Aduh, Raja tidak enak. Kau mau hormat, nganti? Ngantin Allah? Sepi.
Sebab itu di Quran itu tidak ada kata Alhamdulillah yang diesnatkan. Semua Quran, semua. di situ. Nabi tidak pernah mentradisikan misalnya orang sabbah tuwoha atau hamid tuwoha. Tapi semuanya dengan bentuk pakem.
Ini itu kalam kebar. Kalam sudah menjadi kalam kebar. Alhamdulillah subhanallah.
Alhamdulillah. Kenapa demikian? Karena kalau hamid tuwoha, saya muji Allah. Mungkin muji tenan, muji mengantih. Jadi kalau dalam rasa balako itu misalnya zaman muni.
Sultan adalah orang agung. Dengan mengatakan saya menghormati Sultan. Itu beda sekali.
Kalau saya menghormati Sultan artinya saya pribadi menghormati Sultan. Atau aku yang menghormati Sultan, orang yang menghormati nanti sepi. Beda kalau dipakemkan.
Dipakemkan gini. Sultan adalah manusia agung. Itu semua orang yang menyalahkan Sultan itu salah.
Kalau bukan Republikan, bukan Sultan, ini masih dulu. Ini banyak. Ini banyak. Kalau mau kan menuansir, Fatihah itu semuanya pakai kata pakem, kata dasar. Secara konstitusi ini, kaitannya dengan undang-undang apa?
Dasar. Fa'idha qawla al-abduh ini tengah diskusi. Alhamdulillah qawla hamidani abdi. Hamba kumujia.
Bukang orang tersanjung sekarang. Nah, saat ini kan secara tasawuf, secara ilmu hakikat, bahkan secara ilmu luhut. Ilmu apa? Luhut.
Itu kenapa tidak hamid tuwoh. Saya menguji Allah, karena kalau saya menguji, menguji mengganti sepi. Misalnya saya di duit Rp.
100.000, terus aku menguji pengiran, berarti pengiran tari P, Rp. 100.000. Ada di caleg, di PR Bantul, berarti pengiran tari P, Rp.
100.000. Saya tidak mau menguji. Tapi itu bisa kalau dipakamkan, kalau dipakamkan itu tadi misalnya saya mengatakan, Sultan adalah manusia agung. Itu siapa saja menghina, kesannya salah. Allah adalah zat yang harus disembah.
Allah adalah tempat tujuan akhir. Allah wis. Itu tidak ada di kata-kata manusia muslim meyakini Allah wis. Tapi tidak ada kata-kata manusia muslim atau manusia mu'min meyakini Allah wis. Tapi dibakamkan Allah wis.
Memang Allah benar-benar zat yang menjadi tujuan akhir. Faham ya, kesenangan ini? Dan wiridah merendah manti tak ijai-jai. Mereka wiridah yang terlalu kesenangan ini.
Jangan lupa untuk menikmati, sekolah-sekolah. Matanya dalam tazawa kemudian dikenal makam fana. Makam yang menghilangkan diri sendiri total. Di depan kebesaran. Karena kita menisah ayah, mau menenangkan hormat, itu nanti sepi.
Kalau tidak, itu matanya. Lagi tidur, lagi dirizki, ini kami tua, lagi radion apa? Rizki.
Sehingga Alhamdulillah dipakemkan sebagai konstitusi, sebagai dasar. Alhamdulillah. Begitu seterusnya, Ar-Rahmanir-Rahim, Malikawmiddin, semuanya pakai kata pakem.
Bahwa ini Pancasila, konstitusi negara. Bahwa ini presiden orang agung, ini ulama orang agung. Itu lebih pakem ketimbang sampai mengatakan saya hurmat presiden, saya hurmat sultan. Karena saya ini kan kemudian...
Sebatas mana sih? Saya ingin dimaksud, Mereka tidak bisa membiduhkan Allah sesuai tingkat kehormatannya Allah, sesuai tingkat kebesaran Allah. Sebab itu nanti kalau ngajari itu semuanya Alhamdulillah, Subhanallah.
Sama nanti pun ngerti hadis, Semuanya pakai redaksi Pak Pem. Ini pakai redaksi Nawa. Jika kita tidak menghargai pakem, kita tidak bisa istighfar.
Memang kaitannya dengan makhluk. Kami tidak memiliki kekuatan untuk memiliki kekuatan untuk memiliki kekuatan. Mesti kepentingannya kita memiliki kekuatan untuk memiliki kekuatan untuk memiliki kekuatan. Jika kita tidak berhubung, kita harus berhubung. Kenapa?
Karena jika kita tidak menghargai pakem, kita tidak bisa istighfar. Jika kita tidak menghargai pakem, kita tidak bisa sekitar pintu. Ini termasuk fatiha.
Oke, ayat. Gorsi, yang pakem-pakem itu mesti tidak ada yang mengaitkan dengan mah. Loh, surat apa ya? Bukaan, nombakas, menu soblat. Sebabnya kalau berbalik-balik cerita, kata-cerita tentang dunia, tentang sahabat, tentang hadis-hadis, tentang yang membunuh rokok, itu tidak apa-apa, mereka tidak tahu apa yang membunuh rokok.
Ini rokoknya menurut diri mereka, ya kanan, ya manan, ya kanan. Dan dia yang mati menurut diri mereka. Saya malekat yang pusing, ini orang di neraka tetap muci Tuhan.
Ya santai banget, ini ngerokok muci perempuan. Terus saya pengiran, malekat, kau tahu ngerok, tahu lagu, ini ngerokok, ini muci. Dengar terus, kustik, lu lagi jaga.
Oh ini ngerokok, ini muci terus. Terus akhirnya takut juga pengiran, aku selalu bawa ngerokok, ini muci aku dulu, aku hubungannya ngerokok, hubungannya gue lagi, ini ngerokok, ini muci. Saya bilang, ini ngerokok, ini muci. Alhamdulillah perasaan yang ada, sebagai orang alim perasaan Tuhan.
Mungkin maliknya di sini tidak ada, tapi kemudian di sini ada. Itu tidak ada pengaruh. Apakah kalau misalnya sudah begitu, saya tidak boleh menguji Tuhan, saya tidak boleh menyembah Tuhan?
Menyembah Tuhan itu hukum patem. Hukum apa? Patem. Tidak ada kaitannya dengan neraka atau apa. Seperti saya harus mengatakan, dua tambah dua itu empat.
Saya tidak bisa jadi apa tidak. Saya kalau waras mengatakan dua tambah dua apa? Empat. Paham ya?
Sama seperti saya harus mengatakan Allah bersatu, Allah as-somat, Allah al-haq. Saya dapat surga bandar, ya harus tetap begitu. Akhirnya pengiratan tako, lalu aku amin nyembah, aku amin menguji aku.
Mungkin neng rohko. Oh, jadi malah diterangkan pengiratan. Nah, apa hubungannya?
Ketika neng rohko gak menguji, kita berhubungan. Nah, jenis kaulah kita menguji, apa? Gusti Allah.
Nah, ini pentingnya Alhamdulillah. Dengan kata Pakem. Itu bahwa... Joroban Sabalawa, jenis kalam sobar kalam sudah dipakemkan.
Nggak bisa rubah, harus alhamdulillah. Itu hamidani abdi. Terus sampai dengan segala keputusan, kepakeman, alhamdulillah. Akhirnya orang ada isek. Nah ketika isek ini, rindu ini, kemakam hudur.
Kemakam apa? Hudur. Nah makam hudur ini kemudian diepresikan lewat redaksi Iya kanak hudur? Iya kanak hudur.
Kalo nama nyeban jenengan, nama nyebuan tulung, jenengan. Mereka berkoro, nama nyebuan tulung. Ngebuang terus naksiri deh. Nyebuan tulung ada biber tua, ada bibur. Nyebuan tulung dari caleg, dari DPR, nyebuan tulung dari pengaruh.
Akhirnya nyebuan tulung, bakat manusia, misi bu. Kepala-kepala itu bergantian dengan yang paling menikmati. Itu kan tidak jelas kriteria.
Bergantian dengan yang paling menikmati. Nikmatnya Allah itu nomor satu yang jelas itu iman. Sama ridha, sama kota-kota.
Ini gue ingat. Kemudian gue balik-balik matur. Gue sudah ingin berhenti. Senang.
Jumat. Jumat itu gue mau pulang ke sarang. Jam walau kan tersesat. Karena gantikan dua minggu ke depan gue mau pulang. Kulon berkali-kali ngelepas tongko-tongko haji, kulon ngekomong.
Haji itu hebat karena ibadah. Sehingga ibadah yang lain juga hebat. Misalnya kita sepir, ibadahnya sabar.
Kita kaya, ibadahnya jagad. Kita alim, ibadahnya mulang. Kalau di pulau ini, misalnya ditetapkan dengan kuat haji, itu biasa. Saya lebih bangga saat mengajar.
Karena saya ulama, saya akan lebih merasa nyaman ibadah kalau melakukan. Soal saya secara materi mungkin ditetapkan dengan kuat haji, ya saya wajib haji. Karena saya secara materi ditetapkan dengan kuat haji. Tapi itu kan kaitannya dengan liat.
Karena kuat haji, wajib mengajar. Tapi kebanggaan kita sebagai ulama, sebagai orang, kebanggaan kita karena mengajar. Perasaan pulau ini, umpamu keluar haji. Karena apa?
Kita harus yakin bahwa Nabi hanya diadakan khairukuman ta'ala malkuran wa'l-qur'an. Selagi kita masih ta'ala malkuran wa'l-qur'an, kita menjadi khairukum. Dan kita harus nyapain.
Saya sangat yakin. Faham ya? Jadi kita harus yakin. Sebab itu anam ta'alihim bentuknya kayak apa ya? Bentuk yang digerakkan Allah.
Dalam niti yang singgah dengan hari ini. Jangan taksirkan, tapi kemudian itu lagi, orang selalu banyak kepentingan. Senang duit, nikmat di duit. Senang jabat, nikmat di jabatan.
Senang weduan, nikmat di bujuan. Paham ya, senang pengaruh, nikmat di orang yang nyucubi, orang yang giluk, senang omongan, dijang-diting, mau enggak. Terus diterusakan, siroh telah diinak, anam tali, muhoiril matlubi, apa lagi. Pantangannya orang takwa, mesti paling ditakuti itu kalau Allah tidak berkenan. Pantangannya orang takwa itu mesti tidak, jangan sampai punya sikap Allah tidak berkenan.
Yang paling dekat dengan sifat Allah tidak berkenan, itu tidak bisa syukur. Kalau tidak berkenan, kalau tidak berkenan, tidak bisa syukur. Kalau tidak berkenan, tidak bisa syukur.
Paham? Karena tidak syukur itu awal dari orang janggal dengan keberadaan Tuhan. Sebab itu tidak ada hadis ekstrim kayak orang tidak syukur.
Orang Zinu hadisnya jeringan. Orang Matani orang hadisnya jeringan. Tapi kalau orang tidak syukur, Malam yastur na'mai, walam yastir ala balai, falyatu proban siwali, waliyak rusmintak ti ardi, nama wasamati. Sehingga sukar BNM Masku, perasaan aku pangeran. Orang gue pangeran dia, gue nanti angker.
Kalau gue pangeran, kok sama dengan bumiku. Terdapat tiga rukun, barang ditampung di negara lainnya. Ancaman pada si Inan, se-ekstrim itu, paling banter ancaman yang diinom nebun rokok.
Iku yang di-Quran, jangan istisna ilaman takde. Waladzina ladu nama Allah ilahan akhor, walayatul nanafsalatih kharam Allah ila bil haqi walah. Yes.
Sampai wameh faldali kayal koasaman terus, diudu alayatul simanan terus, sampai ijiknya ilaman. Dosanya zinom ateni wang. Iku ijiknya istisna ilaman.
Tapi kalau dosanya rasul kurda, ada ilaman tak baik. Pokoknya hukumnya beneran bagus. Waling kabar itu minat adat dinoboh. Saya tidak bisa berbicara, saya tidak bisa berbicara, saya tidak bisa berbicara.
Bang Din, kamu sudah syukur di Pertuanggol. Kamu beli? Kamu sudah patah. Cokok, kena cocok, betul-betul. Makanya dalam ilmu hakikat, yang namanya syukur itu pakem dalam Islam.
Semua di koran itu, Pak Insakartum, Pak Eridan, dan aku. Walainkabar pengen agakilah Sudah tidak ada istisna'illah Habis disitu Falyatnya berubah Kalau saya ingin melatih syukur Sampai sekarang saya melatih Saya sering berpihak Sampai saya menjelaskan Saya tetap sering berpihak Saya sering berpihak Sampai ingin saya melatih diri Bahwa saya syukur itu tidak boleh kena Jangan-jangan saya syukur karena dicucup santri, disalami, dan belai dihormati. Saya melatih diri. Bukan aku berdewa, saya syukur.
Kadang-kadang saya salah faham. Kita harus melatih diri. Ternyata itu tidak apa-apa semua.
Kalau kita berlatih harus itu tidak apa-apa. Jangan sampai syukur kita ini terbiasa dengan hijab. Misalnya syukur untuk duit, syukur untuk prestasi. Itu harus kita latih, kalau tidak kita akan terjebak syukur bersarat.
Bukan pengeiran sih, bersarat. Syukur apa? Bersarat. Bangunan politik tapi, bangunan kontrak politik tapi. Kualitinya bersarat setelah pemilu legis latih.
Bukan pengeiran harus pakam, kalau tidak bersarat. 300 keluargaan ini, keluargaan dari. Anakku kalau ada sekolah di GSD, aku lelah ada.
Kalau bapak nanti tidak jadi orang, seorang, gak senang bapak semua. Itu gak apa-apa kan, gak apa-apa. Harus dilatih.
Anak-anak ini kecil sangat. Bukan papa, bukan karena kita gede orang, harus dilatih. Bahwa hubungan dengan Tuhan harus final.
Allah, harus final. Termasuk final dimulai detik ini juga. Final dimulai detik ini juga.
Jangan katakan hubungan Tuhan itu menunggu kita di surga nyaman, kalau di neraka sengsara itu enggak. Sekarang juga kalau kita dapat diri Tuhan yang akan nyaman, dan kita enggak ingin surga lagi. Sekarang juga kalau kita dapat surga Tuhan, sekarang juga kita sengsara, enggak usah menunggu kita nanti di neraka. Kalau kita merasa suaranya seperti ini, pas mulai, pas menang, pengiran, bukan apa-apa. Memang hubungan dengan Tuhan harus dimulai bergedek, bukan nanti-nanti.
Makanya ketika anda berkata, kamu akan melihat bahwa akhirat itu sudah mulai sekarang. Lalu, akhirat itu akan berakhir. Terus diterangkan, satu hingga. Inti daripada suara itu kan simbol Ridowa.
Inti dari neraka simbol suktu. Apa puasa itu kuat nampak suktu? Apa puasa itu gak kuat misalnya nampak Ridowa? Apa puasa itu siak dan yang paling penting Ridowa, yang paling menghendari suktu? Rasa nanti ini akhirat.
Sekarang juga kita punya kenikmatan yang luar biasa karena Ridowa. Juga punya kesengsaraan yang luar biasa karena... Apa nanti ini so?
Dan itu saya nikmati betul, kalau tiap detik itu hubungan saya dengan nama, termasuk hubungan saat saya jatuh. Karena saat saya jatuh, kalau saya sengsara itu bodoh-bodohnya orang. Misalnya aku jatuh paling benar kan, paling benar misalnya kayak Madun, misalnya Mustafa, karena aku gak ngepom, gak ngemarkai-markai, berarti aku turun jatuh.
Sampai menganggap masjid ini makhluk pengiran, tapi kita tidak bisa, karena pengiran. Ngomongannya, lah kok bintol? Sejauh ini, bintolnya, pulangnya, pulangnya biasa-biasa, masalah tahu itu, pulangnya pakem. dengan atau tanpa kisah ya Alhamdulillah makanya ketika Alhamdulillahirrabbilalamin fa'idha koral abduh Alhamdulillahirrabbilalamin koral hamidani abdi nah kesaksian ulama yang pada tingkat demikian tadi yang saya terangkan tadi itu kesaksian yang nanti ulama itu sejajar dengan malaikat bahkan sejajar dengan Allah lalu ketika ini memudahkan orang ulama kecuali wali Ngerulama apa orang wali, kuserapati ulamak. Mergo kesaksiannya ulamak, disejajarnya kesaksiannya malaikat, bahkan kesaksiannya pengen.
Ini yang disebut dengan ayat, Syahidah wa'anawla ilaha illahua wal malaikatuh wa'ulun ilmi. Harusnya ulun ilmi kesaksiannya setara, Syahidah wa'anawla ilaha illahua wal malaikatuh wa'ulun. Tapi karena hijab yang setiap hari bertebaran, kita kesaksian kita pas-pas. Alhamdulillah, ini adalah mertuanya. Tapi, ini bukan untuk diberikan ke mertua.
Alhamdulillah, saya sudah berhasil. Saya sudah membuat kontrak dan membuat kompensasi. Saya sangat senang dengan ini. Saya sangat senang dengan ini. Apa yang bisa dilakukan oleh orang Islam?
Saya tidak akan menyesal. Saya akan berusaha untuk memperbaiki ini. Soal sasih doang, menin pengiran ngomong sasih. Dan itu yang hadir setiap detik di hatinya Nabi. Sebab itu Nabi meskipun hukum sosial, cara ngentikan manka, Ibn Billahi Wali'al-Milakhir, value cream, jahro, value cream doi.
Semua kebaikan pada manusia, pada makhluk, itu karena kontraknya Ibn Billahi Wali'al-Milakhir. Tapi kalau kita kena hijab, kontrak kita ya karena sosial. APB, kompetensi, APB. Bermasih, Jawa, Bung, Binti, Hori.
Wih, itu SPK, ini kontrak ini sosial. Itu komunis ini, karena kontraknya hanya selalu dengan mas. Kalau kita mau mensejasi, kontraknya bahkan untuk sosial, kontraknya dengan Tuhan.
Makanya ini bila-bila... Saya juga sudah mulai, saya sudah mulai, saya sudah mulai, saya sudah mulai. Saya sudah mulai, saya sudah mulai. Saya sudah mulai. Untuk kontrak saya dengan Allah, saya sudah mulai.
Untuk kontrak saya dengan Allah, saya sudah mulai. Itu bedanya Nabi. Saya sudah mulai, saya sudah mulai.
Saya sudah lama tidak Nabi Muhammad yang Nabi. Saya sudah lama tidak Nabi Muhammad yang Nabi. Keturunan Nabi-Nya kalau gitu, bahkan untuk hukum sosial saja.
Nabi inginkan makan, ayub minubillahi waliyamil akhir. Semua hukum sosial, entah itu baik sama tetangga, entah cara ngomong yang benar, kontraknya itu karena kita yang menubuhkan. Bukan karena imbalan hukum, tapi bahasa ini mulai tergeser, karena orang mu'min sudah ada LSM.
Bermat di uang binti bur, tebar pesona biar punya daya tarik. Itu harus kita latih terus. Dengan pelatihan ini terus, maka kesaksian ulama dari searah dengan kesaksian malaikat.
Sedangkan kesaksiannya, teman-teman, yang disebut nama Syahidahullah An-Nawla Ilaha Illahua Wal Malaikatuh Wa Ulul Ilmiko Imam Bilquistus. Kenapa begitu? Karena kesaksian ulama tidak menunggu nanti.
Semua ini sekarang. Itu yang disebut Nurul Basiro. Selara'i tal'atirota atroba ilaiha min antartatila nama.
Akhirnya, sekarang juga dimulai. Saya tidak bisa bayangkan, saya tidak bisa berbicara, saya tidak bisa berbicara, saya tidak bisa berbicara. Ini dari Nabi Attaqwa Rahuna.
Waisiru ila sadri salatanama. Attaqwa apa? Attaqwa Rahuna dimulai dari mana? Dimulai dari mental kita, tidak pernah mengaitkan semua kejadian, ila ila Allah wa ila Allah.
Tapi kalau kita masih mengaitkan kejadian dengan makhluk, itu awal dari kebencanaan, kesirikan. Saya senangnya nanti ini di duit, senangnya nanti ini di soporan, nanti ini bujuanirama, nanti ini nyurih. Itu bukan bangjuda, jadi senangnya nanti ini rahmar, selen.
Bahwa, karena apa kesel? Senang nanti ini santri lo, kalau santri udah keseran. Umat hati ini jembar, umat gaya ini orang yang janggat.
Untuk itu politika, itu yang harus dikejar. Saya sudah biasa, saya sudah senang, saya sudah repot, saya sudah kena. Betapa jeleknya kita, hubungan dengan Allah, saya sudah bersalah.
Jadi, saya mengira bagai partai politik, saya sudah bersalah. Saya sudah kontrair, saya sudah bersalah. Jadi, salah yang menuntunkan, ya Allah. Ini karena kacar, ya Allah, karena kacar.
Makanya, lewat ngaji lagi, Pak Doni ini menggayuhi dan menggabungkan. Gulab Mimper Moda Fatihah Akting Satus itu buat pelatihan, bahwa itu tidak main-main. Fatihah dikatakan umur kitab, umur Qur'an itu tidak main-main. Memang di situ banyak pakem-pakem akan kesaksian kehem. Pakem, pakem itu sudah diundang-undang.
Alhamdulillah, segala kuji milik Allah. Milik Allah ini itu wawukul latif. Kalo kamu berusaha, kamu bisa berusaha untuk berjasa. Karena kamu bisa mengatakan segala bukti milik Allah.
Kalo kamu bisa berusaha, kamu bisa berusaha untuk berusaha dengan teman-teman. Karena KB itu bisa berusaha untuk berusaha. Ini penting, kalaulah.
Karena manusia itu yang punya keinginan, punya keinginan, keinginan itu harus diberikan. Keinginan itu harus diberikan. Kalau sebagai manusia, tidak ada uang yang diperasakan.
Misalnya kalau kamu belajar, tidak ada uang yang diperasakan. Tapi, sehingga orang yang keimanan, mereka harus berpikir, rupanya nasi. Rupanya nasi, ya Allah. Kalau orang yang ekstrim, orang yang bisa berpikir, mereka bisa melakukan. Bisa melakukan, ya Allah.
Tetap perangkat terbesar adalah jasanya Allah. Paling penting jasanya manusia, yang memindahkan. Ini segar, dipindahkan.
Segar yang asli, dipindahkan. Tapi, yang segar tetap mengerang. Ini bisa diperlukan di bumi, ya bumi ini mengerang. Bahkan DNE BW, kenapa kamu lebih gampang melihat ini ketimbang melihat sandure ini? Ini jenis si Javan, kok lu kelihatan lo, apa, dari menteri ini, apa, dari...
Kenal menteri, dari mana, kantor. Artinya kalau orang itu Allah Tuhan, mesti sepontanya melihat Allah. Bami sepontanya melihat.
Meskipun pada akhirnya ada syariat, ada aturan, itu hanya aturan syariat. Kita hormat Tongo bukan karena kita ingin dihormati. Memang syariatnya Allah.
Sama kita maturnuan Menteri-Menteri itu. Itu mereka Allah mutus, maturnu. Kalau orang mutus, orang gunanya ke-AB. Biasanya menteri-menteri.
Kalau ini berjasa, dia mesti dikatakan orang. Barang yang diberikan itu adalah pengiran. Bisa-bisa ada pengiran yang diberikan. Selonang-selonang diberikan. Bisa-bisa ada pengiran yang diberikan.
Kalau berak-berak matur, ibadah paling gampang adalah ikhlas. Kalau dibodoh, diberikan ikhlas itu, ibadah paling gampang. Kalau tidak ada ikhlas, kamu tidak akan berjaya. Kalau tidak ada pengiran Kristi, kamu tidak akan berjaya. Kalau tidak ada ikhlas, kamu tidak akan berjaya.
Semari ngiai gampang, bergolongan apa? Gampang itu, ya. Kalau misalnya kebanyakan berjasa, baik santri.
Tidak ada yang lebih baik, tidak ada yang lebih baik, tidak ada yang lebih baik. Bisa, ya. Tidak ada yang lebih baik, tidak ada yang lebih baik.
Tidak ada yang lebih baik, kan gampang. Tidak ada yang lebih baik, malah lu, ya. Tidak ada yang lebih baik, tidak pikir dulu, malah lebih baik.
Misalnya saya kebanyakan di suarga, tidak ada yang mengajar saya proposal yang berbicara suarga. Tidak ada yang mengajar saya. Menurut saya, saya menyembah jenengan, kalau jenengan enak, malah nyaman.
Tidak ada yang mengajar saya berbicara suarga, tidak ada yang mengajar saya. Saya ini dari seorang jika, yang menjaga uang rakyat itu contohnya gampang. Kaya fatah tubuhi wadon, ala amalin huwa muftihi ilaikah. Amkai fattat tubul adzraliman huwa muhtihi ilaikah.
Menurut keyakinan seorang mu'min, segala amal baik kita itu kan karena hadiah dari Allah. Karena pemberian Allah. Kau itu tidak kerana Allah, itu mulang kerana Allah. Kau itu tidak ada hadiah, kok malah berjalan-jalan.
Kau itu tidak ada, luar asal. Itu kodokara misalnya madun tak ada duit amil ya, jadi itu tak pedagang. Kau itu pedagang di hadiah pulau.
Mereka pedagang itu. Kalau bisa dagang, tidak ada uang. Kalau tidak dagang, saya malah bilang, oh, itu gendong, apa gendong? PKI. Jadi ikhlas itu gampang.
Seperti yang dikatakan Allah, bagaimana mungkin kamu menuntut sebuah iwat, sebuah pergantian, sebuah idola, yang beramal yang Allah tidak diandalkan. Allah posisinya, tidak ada dia, memberikan. Jadi, Itu apa-apaan.
Gue bisa hafal Quran, ini dikertanoh pengiriman. Gue bisa omangan, ini dikertanoh. Gue bisa ibas, ini dikertanoh.
Barang Allah yang kertanoh, ini berjalu. Ini waras, kan. Sebab itu kita dilatih dalam doa istilah. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa ma'ma'ti mu'lil lillahi rabbil alamin. La sariqa lah.
Nggak ada sekutu sama sekali. Termasuk sekutu dengan diri kita, nggak ada. Semua amal adalah karena Allah.
Mulani dari Singarang Hikam, itu sirinya kenapa tidak muni amil tulillah. Semua wiridan lahawla wa laku atai Allah. Kenapa tidak ada kata tu? Karena kalau ada tu itu kesannya kan amil tulillah. Misalnya Allah di atas.
Amil tulillah berarti kan amil tu. Pristi kulon amal. Lelah amal kulon itu tak kena jenengan.
Berarti kan ada saya, ada Allah. Sebab itu tidak ada ajaran dalam Islam begitu. Langsung lahawla wa laku atai Allah.
Bila suara, udah ada bahkan Amil tuh udah ada, kok ini kulau-kulau gila kan. Kalau ada orang yang meridah, udah ada. Langsung lah, awal-awal aku ngatain langsung. Karena kalau ada tuh, Amil tuh misalnya, kan ada tuh, berarti gue itu posisi duing amal. Rival, paham ya?
Terus orang Allah ini, gue dia ya malam. Kok kau undang gitu, gak kaya dia pengiran. Kalau tidak ada kesaksian, saya tidak akan menjawab. Saya tidak akan menjawab.
Saya tidak akan menjawab. Saya tidak akan menjawab. Saya tidak akan menjawab. Kesaksian paling adil, mereka jujur. Saya tidak akan menjawab.
Saya tidak akan menjawab. Banyak yang saya ingin mengamalkan, tapi tidak banyak yang saya ingin mengerti. Mesti ada, mesti ada. Mereka berkata, Tapi kalau Jadi artinya ini, kenapa tidak pas sebagai Kelar Kaci, Kelar Umbawa, saya status sebagai Um Sukai.
Kalau di tegir, kelar. Tapi saya status sebagai ulama, saya tidak pas mulai. Faham ya?
Gila-gila, jadi ulama, Um Sukai keren gitu. Keren, jadi saya sebagai apa? Faham ya? Kita harus yakin, soal hukum apa? Manta'alam, apa?
Alhamdulillah, surat doa ini surat 16. Ini karena ulama-ulama termasuk riwayat-riwayat, ada dua surat yang paling sering dibaca di arah. Ini surat yasin, kalian surat apa? Tapi surat doa ini populer ya.
Tapi surat yasin bisa ngomong, populer robo, pulau populer gobedak mengma. Mereka berkata, tidak, tidak, tidak. Ini Pado Lara.
Pado apa? Pado Lara. Orang-orang yang diamalkan, atau setiap kita, ini tidak apa-apa.
Mereka berkata, tidak, tidak. Akhirnya Pado apa? Mungkin 16, 5, 5. Alfa. Subhanallah, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, ibadah hati, i