Transcript for:
Rahasia Alhamdu dan Pembelajaran Tajwid

Alhamdulillah hari ini dikemenjelaskan sampai ke rahasia yang ke-19. yaitu Alhamdu. Alhamdu, kata Alhamdu berasal dari kata Hamidah, yang merupakan pujian kepada Allah Azza wa Zalla.

Kata Alhamdu lebih khusus jika dibandingkan dengan kata Ashukru, yaitu berterima kasih, dan Ahmadahu, yang berarti ungkapan kebaikan pada seseorang yang berdasarkan pengaturan atau takdir Allah Azza wa Zalla. maka bisa diambil kaedah setiap Alhamdulillah pasti termasuk Ashukru dan Al-Madahu. Namun tidak semua Ashukru dan Al-Madahu termasuk Alhamdulillah. Di dalam Al-Quran ada lima tempat yang diawali dengan Alhamdulillah, yang merupakan salah satu uslub dari Fawadihus Suar. Yang pertama ada di surat Al-Fatihah.

Kemudian ada di surat Al-An'am, Kemudian ada di surat Al-Kahfi, Alhamdulillahilladzi anzala ala abadihil kitaba wa lam yaj'an lahu iwaja Kemudian di surat sabak Alhamdulillahilladzi lahu mafis samawati wa mafil ard Kemudian yang selanjutnya ada di surat al-fatir Alhamdulillahifatirissamawati wal ard Kemudian lanjut rahasia ke-20, rahasia ke-20 yaitu faidah kata. Beberapa faidah penting pada kata-kata berikut yang disebutkan oleh Imam Ibnul Jazari, yaitu di Alhamdulillahi Rabbil Alamin, termasuk surat Al-Fatihah. Dari sisi ayat yang pertama, ayat yang ke-1, dari sisi kira'ah Imam Nafiq, Abu Amr, Ibn Amir, Abu Ja'far, Ya'kub Al-Hadj.

Kemudian ayat yang kedua dari sisi Contoh Musafriwayat Qolun dan Anafi Malik Yawmiddin, iyaaka na'budu wa iyaaka nasta'in, ihdina s-sirata al-mushtaqim, s-sirata alladhina an'amta alayhim, khairil maghdubi alayhim wa la t-tallin. menebalkan hamzah wasol, kemudian menambah sifat kol-kolah pada huruf lam, kemudian merubah huruf ha menjadi ha, sehingga merubah makna, kemudian memotong gunah pada huruf nim. Luruhnya kata Alhamdu yaitu mubtadak marfu dengan gemah.

Secara tajwid, lam sukun disebut juga lam ta'rif di hukum idhar karena bertemu dengan huruf H disebut juga dengan idhar Qamaria. Kemudian memsukun bertemu dengan huruf dal dihukumi dengan idhar safawi dan disertai guna dengan kadar satu harokat. Dari segi wakof jika wakof pada Alhamdulillah adalah kabih. Bisa wakof ikhtibari dengan sukun arid bisa dengan ismam bisa dengan arraum. Jika wakof pada Alhamdulillah adalah Hasan.

Secara ibtidak, jika ibtidak dari Hamzah Wasol dibaca Fathah. Jika Wasol dari Basmalah maka Hamzah Wasol tidak terbaca. Secara rosem, huruf Hamzah Wasol ditulis dengan rosemnya alif disebut Musaf Secara dobet, Hamzah Wasol diberikan tanda kepala sot pada Musaf, dobet, Madinah, dan Maghrib Secara kiroat, menurut Al-Hasan Al-Basri membaca dengan Al-Hamdi Sufyan Ibn Uyainah membaca dengan Al-Hamda Namun semuanya adalah kiroat zat yang tidak boleh dibaca di dalam sholat maupun di luar sholat. Kemudian ayat berikutnya, Surat ini termasuk surat Al-Kahfi ayat yang ke-19. Tidak ada khilaf pada mazhab Abdul A'i dalam penomoran ayat.

Kata Waliyat al-Tawf hanya ada satu tempat saja di Al-Quran. Memiliki lahan yaitu menebalkan huruf waw, menghilangkan sifat bayinah dan pada huruf lam. Kemudian menebalkan huruf lam yang kedua. Kemudian menghilangkan sifat itbak.

pada huruf to. Secara lugu, wawu adalah huruf atof. Lam adalah huruf jazem dan amr.

Kata yatalatof adalah fiil muzari jazem dengan sukun. Failnya adalah domir mustatir buah. Maknanya dan hendaklah dia bersifat lemah lembut. Dari sisi tajwid, Lam sukun ini termasuk jenis lam amar, yaitu lam pada fiil mudhari yang berubah dengan siroh amar atau perintah. Kenapa?

Karena susah diucapkan, maka butuh huruf waw, fa atau summa sebelum lam amar. Dari sisi wakof, wakof dilavalwal yatalatof jais, aksan diwasol hingga kata akhada, dan di sini wakofnya kafi. Secara iptida... pada lam amr tidak bisa ibtidak dari lam sukun dan harus ibtidak dari huruf sebelumnya, yaitu waw, fa, atau summa.

Pada lam amr yang diawali dengan summa, sebagian ulama membolehkan ibtidak dari lam amrnya dengan memberikan harokat kastro. Summal yaqadhu, contohnya. Dari sisi rosem, pada lam amr huruf waw, dan huruf fa ditulis mausul dengan lam sukun.

Ada pun summa ditulis maktu dengan lam sukunnya. Secara dobet, tanda tasjidzin pada huruf to diambil dari huruf pertama kata saji. Kemudian perbedaan huruf fa pada musab maghrib adalah dengan satu titik di bawah, ada pun musab masyrik.

atau Madinah atau Indopak huruf Fak tertulis dengan satu titik di atas dari sisi kiroat tidak ada khilaf dari kiroat mutawatiroh pada lafal waliatalatof lanjut ke ayat berikutnya Fak maniqturrafi makh makh makhot Fak maniqturrafi makh Surat Al-Ma'idah ayat yang ketiga disebut di dua tempat dalam Al-Quran. Al-Ma'idah ayat ketiga dan At-Tawbah ayat 120 Zalika bi'annahum layusi buhum Doma'un wala nasobu wala makhmasotun fisabilillah Kata makhmasotin Lahnya yaitu menebalkan huruf mim pertama atau kedua Merubah huruf kh menjadi ha Lugohnya maknanya adalah Maka pis perut atau kelaparan secara tajwid huruf khok cukun dibaca tahfim mutlak karena sebelumnya huruf berharokat fatwa Adapun jika sebelumnya huruf berharokat kasro dibaca tahkim nisbi. Secara wakof, wakof pada kata mafotin termasuk kabih.

Secara ibtidak, tidak boleh ibtidak dari kata majerul yang ada di tengah ayat. Secara rosem, tak marbuto tertulis dengan rosemnya huruf H. Karena itulah tak marbuto ketika wakof.

berubah menjadi huruf H karena kesamaan rosemnya. Secara dobet, huruf H tertulis dengan satu titik, atau yang disebut dengan alamatul i'jam, yaitu tanda pembeda huruf yang memiliki bentuk sama. Dan tanda ini dibubuhkan oleh Nasir bin Asim dan Yahya bin Ya'mar. Secara kiro'ah tidak ada perbedaan pada kiro'ah mutawatiroh pada lafal ini.

Kemudian di ayat Surat Ibrahim ayat 26 Kata ijtusat hanya ada satu tempat di dalam Al-Quran. Kata ijtusat memiliki lahan yaitu menebalkan huruf hamzah, menebalkan kol-kolah pada jim, merubah huruf sah menjadi sin, menghilangkan hamas pada huruf tak. Secara luguh maknanya dicabut. Mabeni dengan Fathah, Ta adalah huruf Ta Tanis. Kemudian secara tajwid terjadi proses iltikus asakinain, ketika dibaca bersambung dengan kata sebelumnya, Khobi Sa Tintusat, dan dihindari dengan memberikan harokat kasro pada huruf sukun yang pertama, yaitu Nun Sukun atau Tanwin.

Secara wakof, pada kata ini kabih. Secara ibtidak, Hamzah Wasol yang terletak pada fiil, cara membacanya adalah diberi harokat sesuai dengan harokat asli pada huruf yang ketiga, yaitu dibaca dengan dhommah. Secara rosem, Hamzah Wasol tertulis dengan rosemnya alif.

Secara dobet, pada musaf Indonesia diberikan huruf nun kecil pada iltikus asakinain. Sebagian ada yang menyebutnya dengan Nun Wikoyah atau Nun Wasol. Secara kiroat, jumhur ulama kiroat menambahkan harokat Tumma ketika iltikus as-sakinain sesuai dengan harokat Hamzah Wasolnya, yaitu pada kiroat Nafi Ibn Kasir, Hisam'an Ibn Amir, Al-Kisai, Abu Jafar, Kholaf. Lanjut.

Di surat Yusuf 51, al-ana khas khasal haqqu ana ra rawattuhu an nafsihi wa innahu lamina s-sadikin yaitu hanya ada di satu tempat dalam Al-Quran. Khas khasal, kata khas khasal. Memiliki lahan yaitu menebalkan huruf ha di kedua tempat. Menipiskan huruf sod yang pertama, menghilangkan sofir dan mengurangi kadar roho di huruf sod yang pertama.

Secara luguh, fi ilmadi mabani dengan fathah, maknanya menjadi jelas. Kemudian secara tajwid, sod yang pertama sukun sebelumnya fathah, sod yang kedua berharokat fathah. Keduanya berada pada level 2 dari marotibul tafqimnya.

Secara wakof, wakof pada khas-khasol-hak-ko adalah kafi. Secara ibtidak, wakof pada khas-khas-khas-kho. Dan ibtidak pada al-hak-ko adalah wakof ta'asuf atau serampangan.

Secara rosem, keduanya adalah huruf tanpa titik. Secara dobet, tanda sukun di Musaf Madinah diambil dari kepala huruf Kh dari kata Khafif. Kemudian tanda sukun di Musaf Maghrib diambil dari kepala huruf Mim, dari kata Jazm.

Kemudian tanda sukun pada Dobet Irak diambil dari huruf Ha, yang merupakan huruf paling lemah. Dan huruf sukun itu lebih lemah daripada huruf berharokat. Secara kiraat, Al-Hasan Al-Basri membaca dengan Hus-Siso dalam bentuk Maf'ul. Lanjut ke sarah ringkas.

bab ar-ra'at bab ar-ra'at bab ar-ra'at bab ar-ra'at yang pertama dan tipiskanlah suara ro ketika kasro dalam keadaan berikut. Keadaan huruf ro di baca tipis menurut riwayat hafiz, yaitu bisa berubah berharokat kasro yang asli. Contohnya di surat al-jin, Atau berupa harokat kasrotain Contoh Atau bisa berubah harokat para'i yang condong ke kasroh, yaitu harokat imalah. Contohnya, Atau berupa imalah sughroh atau taklil. Namun taklil tidak ada pada riwayat hafaz.

Contoh, Pada riwayat Qolun, Atau bisa juga dalam keadaan roh bertastid dan berharokat kasro. Contoh, Begitu pula, tipiskan ketika huruf roh suku. sukun dan huruf sebelumnya kasroh.

وَقَوْلَ فِرْعَوْنُ تُنِي بِكُلِّ شَاخِرٍ عَلِيمٍ Atau ketika dalam keadaan sukun arid dan bertasjid, adapun sebelumnya huruf berharokat kasroh. وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتِحٍ atau sukun sebelumnya sukun sebelumnya huruf Berharokat kasro. Hal fi thalika qasamulli dihijr. Atau ro'sukun sebelumnya huruf ya'sukun. Wa ma yastawil a'ma wal bakir.

Atau ro'ketika dibaca ismam. Wa intu badu. wa intubadu mafi anfusikum au yukfuhu yukhasibakum bihillah wa intubadu mafis wa intubadu mafi anfusikum au yukhasibakum bihillah wa yukfiru Baik berikutnya yaitu Jika huruf ro'sukun dan sebelumnya huruf berharokat kasro tersebut tidak bertemu dengan salah satu huruf istiqla atau huruf tebal.

Keadaan huruf ro'dibaca tebal menurut riwayat hafaz. Jika setelahnya merupakan huruf. istilah, maka huruf roh dibaca tebal, contoh inna jahanna maka nadmir foda atau ketika roh sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat arid, bukan harokat asli, atau hamzah wasol maka roh dibaca tebal bukan tipis irji'i ila rob Bikir roh dia tamar roh dia Kemudian dalam keadaan wasol Huruf roh yang didahulih Hamzah wasol Tetap tebal Illa lima nirkado Illa lima nirkado Wahum min khus Illa lima nirkado Wahum min khus khosyatihi musfikun ya bunayyarkab ya bunayyarkab ma'ana ya bunayyarkab ma'ana ya usada ya bunayyarkab Ya Abu Nayyar Kamma'ana Ya Abu Nayyar Kamma'ana Walatakum Ma'al Kafirin Lanjutnya Hai tak sibuk nahumah min ba'di sholat wa yuqasimani billahi in irtab takstabisu tahbisunahumah min ba'di sholat wa yuqasimani billahi in irtabatun Astagfirullahaladzim kurba walana kutumu syahadat Tawla idalla minal azimi usada Oh lanjutnya lagi ulang lagi tasibunahumma mimba'adhi sholat Hai woi kosimani billahi in irtabatun billahi in irtabatun lanas teri bihi sama nan walaukan walaukan ada berubah walain akhtum shahada wala nakhtum shahada tawwahi inna idalla minal afimin Wakur Rabbirhamhumakama Rabbayani Soghiro Kebalikan dari kondisi ro, dibaca tipis juga dibaca tebal. Seperti ro berharokat fathah atau jumah. Rabbanawa baasfihim, Rabbanawasfihim.

رَبَّنَا وَبَأَثْفِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ رَقْسُكُنْ sebelumnya huruf berharokat fathah atau dumah Kullama rub Wala kode arsalna Musa Rok berharokat fathatain Atau dumatain Wabarun biwalidati Wabarun biwalidati Wabarun biwalidati Walam yaj'alni jabbarun Wabarun atau wabarun Wabarom, wabarom biwalidati, walam yaj'alni jabbarun shakia, walam yamsasni bashar, kola kadalikillahu yakhlukum man yasha' Rok bertasdid dalam keadaan Fadha atau Duma Nanti selesainya ini mungkin Dijugupkan ya Sudah hampir setengah jam Tapi tidak usah Tidak apa-apa selanjutnya Oh ini yang halaman selanjutnya Berhenti Rok bertasdid dalam keadaan Fadha atau Duma Wabar Rombiwalidat Wabarram biwalidati walam yaj'alni jabbaram shakiyya Terus ulkhuru, ulkhuru apa ilkhiru Ustadz? Ulkhuru, ulkhuru gitu Ustadz Ilkhiru apa Ilkhuru? Suaranya kecil banget ya. Ilkhuru.

Mungkin yang lain, tadi ini ada suara telpon masuk, jadi kecil banget. Ilkhuru. Yang lain, keluarkan dulu suaranya. Ilkhuru bil khuri wal abdu bil abdi wal unsa bil unsa.

Roksukun sebelumnya huruf sukun dan sebelumnya berharokat fathah atau duma. Wal fajr. Innahu lafarihun fakhur.

Innahu lafarihun fakhur. Roksukun. Roksukun arid dalam keadaan bertastid dan sebelumnya huruf berharokat fathah atau duma.

Ya kulul insanu yauma idin ay. Yaqulul insanu yawma idin ainal mafar Mimba'di wasiatin yusabiha Audaini ghaira mudar Panjang pendeknya itu Mimba'di wasiyati yusa Mimba'di Yaknya kepanjangan tadi um Mimba'di wasiyati yusa Biha'audaini gaira mudar Rok juga dibaca tebal ketika wakof dengan raum wa intu baduma fi anfusikum au yukfuhu yukhasibakum billah wa intu baduma fi anfusikum au yukfuhu yukhasibakum bihillahu fayaufir gak kuat usatnya oke, sampul nih Sampun Ustazah Ya ini masih kurang terdengar Lagi yang lain yang dengar mungkin Dengar Ustazah Selanjutnya Ana ya Ustazah Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah Ana sampai di Rahasia ke-21 Yaitu Babro dan Kiro At Di sini ketahui lah di antara faedah yang tersembunyi pada bab ini adalah jenis-jenis roh di dalam Al-Quran. Yaitu terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama roh pada huruf mukoto'ah dan roh pada huruf ijaiyah asliyah.

Dan semua huruf roh ini ada yang selalu dibaca tebal, ada yang selalu dibaca tipis, dan ada yang memiliki dua wajah, yaitu tebal dan tipis. Khusus pada riwayat wakhtanafi, masih ada tambahan penyebab roh dibaca tipis. Di antaranya adalah yang pertama, ketika ada yaklin atau yakmat sebelum roh berharokat fatha atau domah, baik di tengah ataupun di akhir kata.

Namun ada pengecualian di beberapa kondisi. Penjelasan lengkap ini bisa merujuk pada usul riwayat wakhtanafi. Kemudian yang kedua, ketika ada huruf berharokat kasroh, baik huruf istiqla maupun istiqfal, sebelum roh berharokat fatha atau domah, baik di tengah maupun di akhir kata, baik bertandwin maupun tidak.

Terjadi dalam satu kata. Kemudian pada huruf mokote'ah, huruf roh memiliki dua wajah, jika dilihat dari riwayat atau kiwaatnya yang dibaca. Misalkan seperti ini Yang pertama adalah Misalkan di suruh Yunus Ayat pertama Alif La Moro Tilka ayatul kitabil hakim Nah disitu Kalau menurut riwatnya Hafs Imam Qolun Imam Ibnu Kasir, Imam Ya'kub, Imam Abu Ja'far, dan itu dibaca tebal.

Tapi kalau yang menurut Imam Syubah, Waks, Aduri, Imam Asusi, Imam Ibnu Amir, Imam Hamzah, Al-Kisai, dan Khulaf, itu dibaca tipis. Ini pada lafad Alif Lam Ro ini ada di surah Yunus ayat 1, surah Hud ayat 1, surah Yusuf ayat 1, Dan surah Ibrahim ayat 1 dan Al-Hijr ayat 1 dan juga Aro'Du ayat 1. Kemudian kita masuk di syarah ringkas bab lamad. Baik ya ke 44 disini disebutkan. Dan tebalkanlah suara huruf la pada lafat Allahi bila sebelum lafat jalalah. Lafat jalalah ini terdapat huruf yang berharga Fathah.

Atau domah seperti pada kata abdullahi yaitu di surah Maryam ayat 30. Atau di surah... di lafad a'budallahi a'budallaha ya itu juga dibaca dengan tebal adapun bila sebelumnya berharukat kasroh maka huruf lam dibaca tipis seperti misalkan pada lafad alhamdulillahi itu disuruh al-fatihah ayat 2 ya eee Ustazah, mungkin anak setelan itu dulu ya, soalnya masih di luar. Nanti insya Allah pekan depan lanjut di rahasia yang kedua-dua.

Ayo Mbak Endah, selanjutnya. Baik Ustazah, bismillahirrahmanirrahim. Masuk ke rahasia ke-17.

Al-Qur'an Atimu Pada bait yang ke-27 Al-Imam Ibnul Jazari menyebutkan Malam yuja widil Al-Qur'an Atimu Dan kata Al-Qur'an Tanpa huruf Hamzah Setelah huruf Roh Adapun kita terbiasa mengucapkan dengan Al-Qur'an dengan huruf Hamzah Perlu diketahui bahwa Imam Ibnul Jazari Bermashab Shafi'i Dimana Imam Ash-Shafi'i Rahimahullah, meriwayatkan cara pengucapan atau membaca lafaz al-Quran adalah tanpa hamzah. Dan kiraat yang membaca seperti ini tanpa huruf Hamzah adalah kiraat Ahlul Meccah yaitu Ibn Kathir dan Ibn Muhaisim. Berikut ini adalah hadis sebagai sandaran periwayatannya.

Yang artinya aku mendengar Abu Al-Abbas Muhammad bin Ya'qub berkata Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam bin A'yan Al-Misri menceritakan kepada kami. Abu Abdullah Muhammad bin Idris as-Shafi'i menceritakan kepada kami, Ismail bin Abdullah bin Kustatin menceritakan kepada kami, dia berkata, aku memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Sybil. Sybil ya Ustazah. Dan dia Sybil mengabarkan bahwa dirinya memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Ubaidillah bin Katir.

Dan Abdullah mengabarkan bahwa dirinya memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Mujahid. Dan Mujahid mengabarkan bahwa dia memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Ibn Abbas. Dan Ibn Abbas mengabarkan bahwa dia memperdengarkan bacaan Al-Qurannya kepada Ubay bin Ka'ab. Kemudian Ibn Abbas berkata, Ubay bin Ka'ab memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW.

Kemudian Asyafi'i berkata, aku juga memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Ismail bin Qutatin. Dan dia menyatakan bahwa dirinya memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada Ibn Abbas. Kemudian Asyafi'i berkata, aku juga memperdengarkan bacaan kepada Ali Ismail bin Qutatin.

Dia pernah berkata, kata Al-Quran, Al-Quranu. Tidak tersusun dari huruf Hamzah dan tidak berasal dari kata Qaraqtu. Seandainya kata ini berasal dari miscaya, dia bisa disebutkan dalam bentuk Nakiroh tanpa huruf Alif dan Lam, yaitu Quranan.

Akan tetapi kata Al-Quran itu adalah sebuah nama tersendiri, seperti halnya kata At-Tawrat dan Al-Injil. Korotuh menggunakan huruf Hamzah. Sedangkan kata Kuronuh, Al-Kuronuh tidak menggunakan huruf Hamzah. Kemudian pada selanjutnya rahasia ke-18. Jadi.

berlebih-lebihan dalam menuntut dalam ilmu tajwid itu bisa membunuh manusia. Beredar dalam media sosial penggalan video nasihat asyekh Dr. Solih Al-Fawzan Hafizahullah Ta'ala, beliau mengatakan, sekarang ini berlebih-lebihan dalam tajwid telah menyembeli orang-orang. Ini masalah, mereka perhatian dengan lafaz, tetapi mengesampingkan makna, mengesampingkan amal, Hanya perhatian dengan tajwid.

Dan benar bahwa agama kita memerintahkan kita untuk menjadi orang yang pertengahan. Bahkan dilarang berlebih-lebihan. Dalam semua jenis ibadah, amal salih, dan semisalnya. Pada hadis telah menceritakan kepada kami Ismail. Telah menceritakan kepada kami Uyainah bin Abdurrahman dari ayahnya dari Buraidah al-As.

Al-Aslami berkata, pada suatu hari aku pergi untuk suatu keperluan. Ternyata Nabi SAW tengah berjalan di hadapanku. Kemudian beliau meraih tanganku. Kami pun pergi bersama-sama di hadapan kami.

Ada seorang salat. Ia memperbanyak ruku dan sujud. Lalu Nabi SAW bersabda. Apakah ia terlihat berbuat riak? Aku menyelat, Allah dan Rasulnya lebih tahu.

Beliau melepaskan tanganku, kemudian mengumpulkan kedua tangan beliau, lalu membenarkan dan mengangkat keduanya. Kemudian beliau bersabda, Pegang teguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja. Pegang teguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja. Pegang teguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja.

Sebab, Barang siapa yang berberat diri dalam agama ini pasti akan binasa olehnya Hadis Riwayat Ahmad nomor 21.885 Nasihat ini yang juga sejalan disampaikan oleh Al-Imam Ibn Jadari di Ba'id ke-32. Berlebihan dalam membaca Al-Quran, contoh berlebihan dalam makhwari juhuruf, yaitu dengan Menekan terlalu kuat pada makhrod-makhrod sudah tentu. Kemudian berlebihan dalam sifatul huruf.

Seperti menembalkan huruf. Tafqim melebihi huruf itebak. Kemudian berlebihan dalam itmamul harokat.

Seperti membuka mulut sangat lebar. Sehingga seakan-akan menelan 4-5 jari ketika mengucapkan huruf berharokat fathah. Kemudian yang keempat, berlebihan dalam tempo. Terlalu cepat atau... atau terlampau lambat.

Kemudian berlebihan dalam hukum, seperti memanjangkan mat, melebihi enam harokat, kadar terpanjang pada mat. Kemudian berlebihan dalam lagam, atau makomat, tanpa memperhatikan kaedah tajwi dan makna ayat. Kemudian berlebihan dalam suara, seperti orang berteriak dengan keras, atau membentak.

Kemudian memaksa diri dengan membaca panjang dalam sekali nafas. Hingga terjatuh dalam menculi nafas di tengah bacaan. Kemudian membaca dalam keadaan mengantuk.

Karena dalam hadis Aisyah rohdiya Allah wa'anha. Bahwa Nabi SAW bersabda. Apabila kalian mengantuk ketika sholat, hendaknya dia tidur.

Sampai hilang kantunya. Karena kadang ada orang yang sholat sambil mengantuk. Mungkin dia tidak beristighfar tetapi mendoakan keburukan untuk dirinya sendiri.

Hadis riwayat muslim 1871, Abu Daud 1312, dan yang lainnya. Kemudian ta'as suf. Ta'as suf itu bermudah-mudahan atau serampangan dalam membaca Al-Quran. Contohnya ketika tidak memperjelas pengucapan huruf dari sisi makhluk.

Misalnya huruf Ain dengan Hamzah. Kemudian menghilangkan beberapa sifat huruf seperti menghilangkan kolok-kolah. Kemudian tidak konsisten dalam hukum seperti gunah, mat, dan lainnya. Kemudian bermudah-mudahan tidak perhatian dalam alahan seperti menukar huruf, menambah, mengurangi huruf. Dan yang paling sering terjadi adalah menambah atau menghilangkan huruf mat.

Kemudian selanjutnya tidak menyempurnakan harokat. Berhenti dan mulai bacaan pada tempat yang asal-asalan. Contohnya wakof dilafat salam dan itibak dari kata hiyah. Kemudian tidak menggunakan lajah bahasa Arab dan mengucapkan mencukupkan diri dengan logat daerahnya. Sehingga merubah huruf.

Seperti orang Jawa membaca ain dengan ngain. Atau orang Sunda memjafah menjadi pak. Atau orang Makassar membaca lo, tafhim menjadi ra tipis dan banyak lagi.

Kemudian bermudah-mudahan ketika tidak mempedulikan riwayat atau jalur apa yang sedang dibaca. Bahkan mencampur at-talfik dengan riwayat yang lain. Kemudian selanjutnya sarah ringkas tafhim dan tarik. Babut tafa taho.

dan tarkikanlah suara pada huruf-huruf istifal yaitu menipiskan dengan mengalirkan suara ke bawah yaitu dengan menempatkan lidah rileks ke bawah tidak menegang dan terangkat ke atas karena kondisi asal huruf yang memiliki sifat istifal adalah tipis, kecuali alif, lam, dan ro. Karena ketiga huruf ini bisa dibaca tipis, bisa dibaca tebal, tergantung kondisi huruf atau riwayat yang dibaca. Kemudian pada bab ini, Al-Imam Ibnul Jazari akan menyebutkan beberapa keadaan pada huruf istifal yang sering berubah menjadi tebal. Yang pertama, huruf alif dan bentuk-bentuknya kemudian berhati-hatilah jangan sampai mentafkirkan menebalkan kemudian Huruf alif yang terletak di depan kata hanya ada dua kemungkinan, yaitu alif sebagai Hamzah Wasol atau alif sebagai Hamzah O. Tidak mungkin sebagai sifman.

Ima al-Zari memberikan perilakas yang tertulis dengan rasam alif pada awal kata. Karena ketika alif disambung, mengikuti huruf sebelumnya jika huruf sebelumnya tebal maka harus menjadi alif muhfakomah alif yang dibaca tebal jika huruf sebelumnya tipis maka alif tersebut dibaca tipis sebagai huruf saya lanjutkan Alhamdulillah sampai pada bab berlebih-lebihan dalam ilmu tajwid bisa membinasakan manusia banyak diantara manusia itu binasa karena lantaran dia berlebih-lebihan dalam hal apapun terlebih dalam membaca Al-Quran seperti banyak diantara yang tersebar di media sosial tentang disitu ada satu nasihat yang dinasihatkan oleh Sayyid Dr. Salih Al-Fawzan, beliau mengatakan, sekarang ini banyak orang yang berlebihan dalam mempelajari dan menerapkan ilmu tajwid. Ternyata belajar dan menerapkan ilmu tajwid yang berlebihan itu telah banyak membinasakan orang-orangnya.

Ini beliau mengatakan ini adalah sebuah masalah dimana... Banyak orang yang sangat perhatian terhadap lafat dan mengkesampingkan makna dari kandungan Al-Quran itu sendiri. Dan juga mengkesampingkan amal, mengamalkan dari apa yang dia baca dan hanya khusus perhatian pada bacaan tajwidnya.

Maka itu perlu kita hindari takaluf dalam hal ini. yang sesuai sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW pada hadis yang sangat panjang. Hadisnya, Fantolakuna namshi jami'an.

Fa'idha nahnu bayna aybinah birajulin yusalli, yuksirur ruku'a wassujudah. Fakala nabi, fakala nabi sallallahu alaihi wasallam, aturahu yurai, fakultu Allah wa rasuluh, a'lamu, fataraka yadi min yadihi, summa jama'a bayna yadihi, fajala yusawibuma. Jadi hadith ini diceritakan oleh seorang perawi namanya Ismail. Telah menceritakan kepada kami siapa? Uyainah bin Abdurrahman.

Ini bersumber dari ayah beliau. Dari Buraidah al-Aslami. Dia berkata, apa yang beliau katakan, pada suatu hari kami itu keluar, pergi pada satu keperluan.

Pada satu keperluan itu ternyata, Kami bertemu dengan Nabi di tengah jalan. Beliau persis berada di hadapanku. Kemudian beliau meraih tanganku. Maka kami pun pergi bersama-sama dengan beliau. Kemudian, Dan ketika kami bersama-sama dengan Nabi, maka di hadapan kami itu ada seorang yang sholat.

Jadi kami melihat beserta Nabi itu ada seorang laki-laki yang sholat. Birojulin yusalli yuksirur rukur. Dan dia itu memperpanjang rukunya dan memperpanjang sujudnya.

Fakola Nabi sallallahu alaihi wasallam. Maka tak kala itu Nabi... Mengatakan demikian.

Nabi bersabda ya. Apa kata Nabi? Apakah kamu melihat dia berbuat riak?

Kemudian aku pun berkata ya. Bu Roida al-Aslami berkata. Aku berkata bahwa Allah dan Rasulnya lebih tahu. Jadi aku mengatakan bahwa Rasul.

Allah dan Rasul yang lebih tahu kemudian apa? beliau melepaskan tanganku kemudian kemudian beliau mengumpulkan atau mengepalkan kedua tangan beliau, lalu beliau membenarkan dan beliau mengangkat mengangkat tangan keduanya lalu beliau bersabda apa kata sabda beliau? pegang teguhlah petunjuk pegang teguhlah petunjuk atasmu kosidan aleikum yakni dengan tenang dan bersahaja yakni pegang teguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, sampai Rasulullah mengulang lafad itu tiga kali kata-kata yang sama yaitu apa yang beliau sabdakan fayakulu aleikum hadian kosidan aleikum hadian Sampai Rasulullah mengulang beberapa kali Itu tandanya Bahwa hal ini harus kita perhatikan Ketika Rasulullah berpesan Dan pesan itu diulang beberapa kali Itu adalah tanda takkit Penguat Supaya kita itu benar-benar memperhatikan Pesan yang dipesankan oleh Rasulullah Maka apa Nabi mengatakan barang siapa barang siapa yang memperberat diri dalam din dalam agama kemudian Nabi mengatakan pasti dia akan binasa olehnya maka ini yang perlu kita perhatikan pada lafat pengulangan Rasulullah berulang tiga kali alaikum hadian qasidan alaikum hadian qasidan Sampai berulang tiga kali. Itu tandanya kita harus benar-benar memperhatikan apa yang Rasulullah pesankan.

Bahwa takaluf berlebihan dalam apapun. Kalau yang di hadis ini dalam perkara ibadah saja itu tidak boleh berlebihan. Seperti itu tadi. Itu pun tidak di... Anjurkan sehingga dia melalekan ibadah atau amal-amal yang lain.

Semua kita dilindungi oleh Allah dari perkara ini. Nasihat yang sama juga disampaikan oleh Al-Imam Ibn Al-Jazari pada baik dalam al-Matan Al-Jazari pada baik yang kedua. Bukan milan min ghairima takal lufi.

Bil lutfi fin nutqi bila ta'assufi. Di situ kita dilarang. Dalam belajar saja, dalam perkara belajar ilmu tajwid, kita juga dilarang untuk takaluf berlebih-lebihan. Dalam mengucapkan huruf, dalam melafatkan mad, itu berlebih-lebihan.

Kemudian juga dilarang juga ta'asuf, artinya di situ bermudah-mudah, serampangan, meremehkan, itu juga dilarang. Ada pun takaluf, dalam membaca Al-Quran itu banyak. Di antaranya apa saja?

Di antaranya berlebih-lebihan dalam makhwari jul huruf. Yaitu dengan menekan terlalu kuat pada makhraj tertentu. Itu dilarang. Takaluf dalam hal apalagi dalam membaca Al-Quran, tentunya diantaranya juga berlebihan dalam sifatul huruf.

Seperti mendebalkan huruf tafhim terlalu lebih sehingga menyerupai idbat. Jadi tafhim seperti huruf-huruf yang... yang tafhim gitu ya, yang di sana dia tidak memiliki sifat ibad, sehingga terdengarnya seperti dia memiliki sifat ibad.

Terus apa lagi? Di antaranya juga kita dilarang dan berlebihan dalam baca Al-Quran dalam apa saja, berlebihan dalam itmamul harokat, seperti membuka mulut yang sangat-sangat sekali lebar gitu ya, seakan-akan menerlan sampai empat sampai lima jari kita. Jadi saking lebarnya gitu ya, itu pun juga dilarang.

Artinya di situ itmam yang sesuai dengan porsinya. Jangan sampai berlebihan. Dalam itmam misalnya seperti itmamul haroka pada huruf fathah misalnya. Pada huruf yang berfathah. Itu jangan sampai membuka luweber sampai seperti orang yang memenelan lima jadinya.

Kemudian berlebihan dalam hal apa lagi? Yaitu berlebihan dalam tempo. Mungkin bisa tempunya terlalu lambat, itu juga dilarang.

Sampai menjadikan bacaan itu seperti ada madanya, juga dilarang terlalu tempu yang sangat cepat. Karena memang mungkin diburu waktu, jadi membacanya terlalu cepat, itu pun juga berlebih-lebih dalam mencepatkan tempu bacaan Al-Quran itu juga dilarang. Terus dalam hal apa lagi? Berlebihan dalam hal apa lagi? Yang seringkali seseorang pembelajar Al-Quran itu bertakaluf.

Berlebihan dalam hukum. Seperti memanjangkan madid. Berlebih kadar harokat misalnya. Madidnya sejatinya enam. Maka dibacanya lebih dari kadarnya.

Itu pun juga dilarang. Berlebihan dalam hal apa lagi? Langgem.

atau langgam, atau makomet. Sehingga apa? Sangat perhatian terhadap langgamnya, namun dia tidak perhatian terhadap tajwid, serta tidak merenungi makna bacaan yang sudah dia baca. Itu pun dilarang.

Sangat meliuk-liukkan bacaan langgamnya, sangat perhatian terhadap langgamnya, namun tidak perhatian dalam kaidah ilmu tajwid. Bahkan dia melupakan makna dari ayat yang sudah dibaca. Terus takaluf yang dilarang, apalagi berlebihan dalam suara. Seperti orang yang bentak-bentak, mungkin berusaha untuk berada di makrojinya secara benar, namun suaranya dikerasin sehingga seperti orang membentak-bentak atau seperti orang berteriak-teriak. Itu pun juga dilarang.

Sehingga itu pun dari bagian takaluf. Terus hal apa lagi yang harus kita hindari dalam membaca Al-Quran? Memaksakan diri dengan membaca panjang dalam sekali nafas.

Padahal nafasnya tidak kuat misalnya. Seharusnya wakof ya, sehingga kalau misalkan orang memaksakan diri untuk meneruskan bacaannya, padahal nafasnya itu tidak mampu, tidak sampai, maka terjatuhlah pembelajar Al-Quran ini dalam hal Mencuri nafas Di tengah bacaan Itu juga dilarang Terus takaluf dalam hal apa lagi Yaitu membaca dalam keadaan mengantuk Karena apa? Karena Rasulullah SAW Pernah menyampaikan dalam satu hadisnya Apabila Di antara kalian itu ngantuk Na'asa itu artinya ngantuk Fis solati ketika solat Fal yar kud Maka hendalah ya tidur Ini perintah ya Jadi ketika seseorang membaca Al-Quran Dirasa dirinya sudah gak kuat untuk membacanya Kita memilih untuk sesuai dengan apa yang Rasulullah sampaikan Jadi kita gak boleh memaksakan diri untuk membacanya Padahal Pada posisi itu mengantuk Begitu ya Jadi disitu Rasulullah berpesan Iza na'asa ahadukum fissolah falyarkud Apabila salah seorang di antara kalian itu ngantuk, fis sholat, ketika sholat, maka dia memilih tidur dulu.

Dia memilih untuk tidur dulu. Padahal ini dalam waktu sholat. Padahal bukan pada waktu tilawah.

Padahal ini Rasulullah mengkhususkan pada waktu sholat. Terlebih pada tilawah. Karena pada tilawah itu kan bukan hal yang wajib. Maksudnya ketika orang itu membaca, ya Allah. Pasti berikan pahala ketika Orang itu tidak mau membaca ya pasti dia Tidak mendapatkan pahala dari Dari bacaannya Ini padahal pada waktu sholat saja Rasulullah menyarankan untuk tidur dulu Sehingga apa Sehingga yadhaba itu artinya telah pergi Artinya telah hilang Telah hilang apanya Ya rasa kantuknya فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى Maka sesungguhnya فَإِنَّ أَحَدَكُمْ Karena kadang seorang di antara kalian itu Ketika sholat dalam keadaan ngantuk وَهُوَ نَعِسٌ Sholatnya dalam keadaan ngantuk لَأَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ Sehingga pada asal mulanya Dia sebenarnya itu ingin beristighfar kepada Allah Karena rasa kantuknya itu Faya sub-banaf sahuh.

Sehingga dia melontarkan mungkin kata-kata yang buruk untuk dirinya sendiri. Seperti itu ya. Maka itu kita hindari.

Bahkan ketika sholat saja kita disuruh untuk beristirahat dulu. Sehingga rasa kantuk atau lelah itu sudah hilang. Maka kita kembali untuk menjalankan perintah Allah. Terlebih pada tilawah.

Kalau pada saat kita tilawah dirasa kita lelah dan capek, ngantuk. Istirahat dulu. Baru kemudian kita melanjutkan sehingga apa yang kita baca sesuai dengan makna yang kita tafakuri. Selanjutnya ta'asuf.

Kita dilarang juga ta'asuf. Selain kita dilarang takaluf, kita juga dilarang untuk ta'asuf. Ta'asuf itu apa? Ta'asuf itu artinya seseorang yang bermudah-mudah. Gampang-gampangin, serampangan.

Dalam membaca Al-Quran Seperti halnya Seorang yang tidak memperjelas pengucapan huruf Dari sisi makhroj Misalnya huruf A'in Huruf A'in dibacanya dengan Hamzah Seharusnya R dibacanya A Atau kebalikannya Yang seharusnya A dibaca R Nah seperti itu Jadi Ta'asuf itu asal-asal bunyi Asal-asal bunyi Tidak melihat betul huruf apa yang dia baca Kemudian ta'asuf apa saja yang sering terjadi Pada pembelajar Al-Quran Yaitu menghilangkan beberapa sifatul huruf Seperti menghilangkan kol-kolah Pada satu bacaan misalnya Karena mungkin Yaitu tadi serampangan asal-asal saja Asal bunyi Maka Sifat pada kol-kolahnya itu tidak terbaca. Itu pun juga kita dilarang dalam hal ini. Kemudian ta'asuf, bermudah-mudahan yang sering terjadi pada pembelajar Al-Quran, itu tidak konsisten dalam hukum, seperti tidak konsistennya dalam gunnah, tidak konsistennya dalam mad, dan lain sebagainya.

Artinya di situ, misalnya ya, bacaan itu sebenarnya gunnah yang akmal matakun. Dia bacanya asal saja Asal dengung Pada level yang pertama harusnya disempurnakan Kadar gunahnya Nah seperti itu Maka itu pun juga kita harus hindari Kemudian keesof bermudah-mudah dalam hal apa lagi Yaitu orang yang tidak perhatian dalam lahan Seperti menukar huruf Sering ya ini huruf itu tertukar karena tidak perhatian terhadap huruf yang dibaca. Kadang lahan itu juga bisa tertukarnya huruf, lahan juga itu bisa terjadi ketika yang asalnya huruf itu tidak ada, dia tambah di situ. Misalnya yang seharusnya tidak ada huruf wa, misalnya ya, terus dia baca wa di situ. Padahal harusnya tidak ada wa di situ.

Dia baca ada wanya. Itu juga termasuk dalam kategori ta'asuf. Selalu bermudah-mudah. Serampangan dalam membaca Al-Quran. Dan yang paling sering terjadi adalah menambah.

atau menghilangkan haruf mad. Karena ketika bacaan itu sudah ditambahkan mad, padahal asalnya tidak ada madnya, itu sudah salah fatal. Artinya fatal. Artinya di situ sudah dia merubah dari sisi lafat. Karena pada asalnya tidak ada alifnya, dia tambah alif di situ misalnya.

Yang menjadikan yang seharusnya benda itu tunggal, dan menjadilah benda itu banyak. Atau istilahnya dua. Kalau misalnya disitu sebenarnya tidak ada alifnya, terus dia tambah alif, itu menunjukkan bahwa benda itu adalah dua. Atau kebalikannya, menghilangkan huruf made. Padahal disitu sebenarnya harusnya ada huruf made-nya.

Maka itu harus kita hindari pula. Kemudian ta'asuf dalam hal apa lagi yang kita harus hindari, tidak menyempurnakan harokat. Artinya kita, apa ya, Ketika membaca Al-Quran, harokatnya itu harus benar-benar kita perhatikan.

Karena pada dasarnya ketika harokat saja berubah, padahal harokat ya, misalnya ada bacaan di Al-Quran ya, misalnya ada bacaan yang berbunyi, min ahlil kitabi, nah dibacanya min ahlil kitaba, misalnya seperti itu. Nah itu sudah merubah. Dari susunan bahasa, sehingga rusaklah maknanya pula ketika rusak harokatnya, rusak lafatnya, juga merusak terlebih pada maknanya.

Maka itu harus kita hindari ya, harokatnya itu harus kita sempurnakan, tidak boleh kita ubah harokat satu dengan harokat yang lain, atau kurang ikmam, sehingga seperti bacaan imalah. itmam pada sisi harokat fathah, kurang itmam pada sisi harokat kasroh, dan lain sebagainya. Nah, kemudian tak asuf dalam hal apa lagi yang harus kita hindari? Berhenti dan memulai bacaan pada tempat yang asal-asal.

Jadi dia gak melihat maknanya. Di situ kalau di dalam Al-Quran, surah surah Al-Qadr, ya. Di situ surah Al-Qadr yang di situ ada berbunyi Saya baca ayatnya. Terus kemudian dibaca.

Nah itu salah. Cara baca seperti itu salah. Karena apa?

Karena di situ dia asal berhenti. Kulli amrin salam. Itu berhenti di situ.

Berhenti. Padahal di situ antara salamun hiyahatta ma'pu'la'il fajr. Itu ada keterkaitan makna. Jadi ada keterkaitan makna antara salamun hiyahatta ma'pu'la'il fajr.

Di situ maka kita harus hindari. wakof asal wakof, ibtidak asal ibtidak, tidak melihat makna. Maka pembelajar Al-Quran pun juga harus, yang minimal kita bisa menerjemah Al-Quran, yaitu batas minimalnya. Supaya kita itu tidak sampai salah dalam wakof, tidak salah dalam ibtidak.

Harus berusaha kita untuk minimal bisa menerjemahkan isi dari pada Al-Quran. Quran yang kita baca. Kemudian ta'asuf dalam hal apalagi yang harus kita hindari yaitu tidak menggunakan lahjah bahasa Arab. Dan banyak orang yang mencukupkan diri dengan logat daerahnya.

Kalau logatnya daerahnya Jakarta biasanya kan ada logat Jakarta biasanya dikasih Sunda itu juga sama ya. Belakangnya itu kalau huruf mad Dia tambahkan hamzah Seperti itu Misalkan ada dalam bacaan Al-Quran Saya hanya memberikan contoh Supaya kita juga menghindari Misalnya ada bacaan orang yang seperti ini Ada hamzah di belakang Padahal di situ tidak ada hamzah Nah itu dia mencukupkan diri dengan logatnya Logat yang biasa menambahkan Hamzah di belakangnya. Seperti itu. Juga kadang ada orang yang logatnya kental jawanya.

Ain tidak bisa ain. Sehingga bacanya ain itu kayak ada n-nya. Maka itu ketika belum bisa harus terus belajar. Tentunya kita juga bersama dengan itu pula kita memohon doa, taufik.

Semoga Allah memudahkan nisan-nisan kita untuk benar dalam dan terhidar dari lahan-lahan. Nah seperti itu ya. Ada mungkin orang yang di daerah tertentu rohnya itu ada banyak getaran. Maka di situ pun juga harus kita hindari cara baca seperti itu.

Dan disesuaikan dengan logat daerah masing-masing itu salah. Maka Al-Quran itu adalah bahasa Al-Quran. Dan dia tidak boleh disamakan dengan lahjah-lahjah selain dari lahjah-arok. Kemudian hal apa saja ta'asuf yang sering terjadi pada pembelajar al-Quran, yaitu tidak memperdulikan riwayat atau jalur yang sedang dia baca. Bahkan yang mencampurkan, atau dalam istilahnya, itu at-talfiq dengan riwayat-riwayat yang lain.

Jadi dia mencampur adukan, karena memang tidak paham riwayat, sehingga mungkin di satu riwayat misalnya, ada ya bacaan yang... Kayfa fa'ala Nah itu kan ada bacaan yang dibaca Kayfa fa'ala Dia dicampur-campur Antara riwayat ini, riwayat itu Maka itu pun juga harus kita hindari Karena ketika mencampur bacaan Dalam satu jalur periwayatan Itu pun juga dilarang Artinya kita nggak boleh ya Kalau misalkan kita ambil jalur riwayat Misalnya hafiz anak asing Kita baca seperti jalur yang beliau terima Gitu ya Kalau misalkan kita bacanya riwayatnya riwayat warsh, sesuai dengan yang diterima oleh beliau. Tidak boleh mencampurkan antara bacaan riwayat satu dengan bacaan riwayat yang lain.

Kemudian pada perihal tafkhim dan tarqiq. Di situ ada babut tafkhim wa tarqiq. Di situ,...

Di situ ada Ada perintah untuk Mentertikkan Suara pada huruf-huruf istifal Jadi Tertikkanlah mustafilan Pada huruf-huruf yang istifal Dari beberapa huruf yang istifal Maka di situ ada perintah untuk Menipiskan baca Yang di sana, di situ ada huruf-huruf yang istifal. Di mana cara kita bacanya, yaitu menempatkan lidah kita relax saja. Di bawah, nggak perlu tegang, nggak perlu mengangkat lidahnya.

Karena pada posisi ketika lidah tegang, kemudian lidah terangkat, sehingga huruf yang sebenarnya istifal, huruf itu menjadi tafkhim. Kayak mirip berubah sifatnya, yang sebenarnya harusnya istifal. Kemudian dibacanya dengan Tafkhim. Kemudian, Waha dhirun Tafkhim alaf dil alifi.

Di situ, Waha dhirun. Di situ, kita lanjut ya. Kondisi asal huruf memiliki sifat istifal adalah tipis.

Kecuali apa? Kecuali alif, lam, dan ro. Karena ketiga huruf ini bisa saja dibaca tipis.

Jika mana diiringkannya dengan huruf yang tipis Jika disebelahnya itu huruf tebal Tergantung kondisinya Harus dibaca tebal Sesuai dengan riwayat yang dibaca Seperti itu ya Jadi roh, lam, dan alif Itu sesuai dengan alifnya itu mengikuti huruf yang dia baca Nah pada bab ini, al-imam ibnul jazari akan menyebutkan beberapa keadaan pada huruf istifal yang sering berubah menjadi tebal. Yang pertama huruf alif dan bentuk-bentukannya. Dan berhati-hatilah jangan sampai mentafhimkan atau menebalkan lafat yang tertulis dengan alif, bila sebelumnya huruf itu sarkik. Di situ ada maklumat yang berbunyi Huruf alif yang terletak di depan kata Hanya ada dua kemungkinan Yaitu alif itu sebagai hamzah wasol Atau alif itu sebagai hamzah kotor Tidak mungkin sebagai alif Nah, Imam Ibn Jazari memberikan contoh dari lafat yang tertulis dengan rosem alif pada awal kata, karena ketika alif disambung di tengah atau di akhir kata, alif itu bisa menjadi huruf madd.

Sedangkan sifat huruf madd itu mengikuti huruf sebelumnya. Jika huruf sebelumnya itu tebal, maka alifnya menjadi mufahoma. Jika sebelum alif itu tipis, maka alif.

Madatnya juga harus dibaca tipis. Seperti itu ya. Nah penjelasan hubungan antara alif dan hamzah adalah sebagai berikut. Ulama terdahulu menyebutnya aliful wasol.

Karena tertulis dengan roslinya alif tanpa tanda kepala ayin. Jadi alif wasol itu tandanya apa? Wasol itu berarti kan dia dibaca terus kan.

Nah itu tandanya itu di situ tanpa ada kepala Ain. Jadi biasanya kalau wasol itu tandanya itu ada di atasnya alif itu ada kepala sod. Ada kepalanya sod atau roksusod. Ada kepalanya sod yang kecil di atas alif itu. Nah itu berarti tanda dia adalah alif Hamzatul Wasol.

Seperti itu. Berkata Imam Ibn Sarraj dalam kitabnya Usul Fi Nahwu Aliful Wasal disebut juga Hamzah Za'idah. Disebut Hamzah berarti bisa menerima harakat dan bisa juga menerima sukun. Disebut Za'idah karena bukan huruf asli dari satu kata sehingga terkadang terbaca, terkadang tidak terbaca.

Disebut Hamzah Wasal karena merupakan wasilah untuk menuju fi'il. Isim dan huruf yang dalam keadaan huruf pertamanya sukun Agar bisa terbaca Karena dalam bahasa Arab tidak mungkin satu kata diawali dengan sukun Karena itu muncullah hanzah wasol Yaitu aliful wasol Agar kata tersebut tidak terbaca itu maksudnya Nah di dalam satu contoh disitu Ada bacaan alhamdulillahi rabbil alamin Nah disitu kan ada Raksusod Maka kita lihat Lihat di awal kata itu Apa gitu ya Kalau ada Raksul Ain Itu berarti Hamzah kotor Kalau ada Raksusod Berarti dia itu Hamzah wasol Dan dia bisa disambungkan dengan Ayat yang sebelumnya Seperti itu Insya Allah sampai sekian ya Ustadzah Gimana? Sudah semua belum?

Sudah Ustadzah, saya sudah sampai Halaman 108 Ustadzah Saya cukupkan disitu Baik, baik. Alhamdulillah. Cukup pelan, cukup gamblang sih sebenarnya.

Tapi ada juga yang terburu-buru. Itu tadi, Om Tati, kenapa? Izin keluar nggak? Izin keluar sebentar, Ustazah katanya.

Maksudnya izin untuk keluar nggak sampai selesai gitu, Ustazah. Di chat tadi itu. Ya sudah, dicukupkan saja. Om Zul, silahkan ditunggu.

Alhamdulillah kita cukupkan pertemuan Di siang hari ini Semoga ilmu yang kita dapatkan Barokah Barokah ilmu, barokah waktu Dan semoga apa yang kita dapatkan Ini bisa bermanfaat Untuk di dunia sampai terlebih Di akhirat nanti Kita cukupkan dengan doa Subahana kallahu wa bihamdik Ashadu allah ilaha illa anta Astagfiruka wa atubu ilaih Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.