Transcript for:
Pendidikan Berbasis Dampak di IPB

Salam Imam Haryanto Insight Pada kesempatan kali ini, Imam Haryanto Insight berada di IPB University Menyusuri kampus yang penuh inspirasi Menemui orang-orang hebat di IPB University Melihat fasilitas dan inovasi terbaru Mendalami penelitian dan perkembangan Mengunjungi area praktik dan penelitian Bersiap untuk wawancara eksklusif Selembapnya dalam podcast Bersama Rektor IPB Universiti Prof. Dr. Arief Satria SPMSI Salam Imam Al-Mu'adzim, pagi ini kita sangat beruntung bertemu seorang orang penting dan penting di Boko Rata Belur ya. Beliau tidak lain adalah Prof. Dr. Arief Satre SPMSI. Raton!

Institut Pertanian Bogor. Saya sangat terima kasih sekali pada ini. Selamat malam Pak. Bagaimana selamat pagi Pak?

Pagi, Alhamdulillah. Semoga sekali Pak bisa menerjumpa Bapak pada hari yang sangat luar biasa. Waktunya begitu padat dan sulit sekali ya.

Kita sedikit perkenalan dengan beliau. Beliau adalah seorang yang di IPB Bogor pada awalnya. Satunya adalah di bidang ilmu ekonomi pertanian. Kemudian ambil S2-nya di bidang sosiologi pedesaan.

Kemudian ambil S3-nya di bidang... Maritime Science, eh, Social Science di Kagoshima University of Japan, ya. Beliau sangat berpengalaman dan memuatkan Profesor Iwasuda. Dan beliau adalah dekan termuda di FEMA.

Paham nomor 39, apa masalahnya, Profesor? 39, oh, sudah jadi. Dan kemudian beliau menjadi rektor yang pertama yang dapat saat itu adalah pada saat tahun 19...

17.11 sampai 2022, kemudian terpilih kembali 2023 hingga 2028. Niel Subed sekarang juga diamanati sebagai salah satu anggota Pansel KPK. Tapi kita bicara yang soal pendidikan saja. Baik, selamat pagi, Prof. Prof, kita langsung saja.

Prof, ini hal apa yang menarik Prof. Bebe Cibung di dunia pendidikan? Ini yang menjadi reksa, kan, Prof? Ya, Menteri Direktur tentu karena pandingannya. Pertama, kita harus menjelaskan urusan-urusan unggul karena kekuatan berbuat tinggi terdekat pada urusan-urusan unggul dan juga terdekat pada inovasi-inovasi unggul.

Bagaimana menjelaskan calon-calon pemimpin bangsa dari berbuat tinggi yang harus dipersiapkan sejadi ini. Oleh karena itu, apa yang kita pandai-pandai adalah fokus pandai. Lulusan punggul dan inovasi punggul itu kemudian dikemas dalam sebuah konsep teknosocial planer university. Jadi ada dua pilar, satu teknosocial planer university, dua social planer university.

Dua-duanya penting. Kenapa dua-duanya penting? Karena dua-duanya itu diharapkan bisa menjaga impact. Kalau perkembangan tinggi yang bukan interpretasi universiti, emang tidak fokus pada bagaimana creating value.

Karena menciptakan yang dilayan. yang berwafaat untuk masyarakat walaupun untuk industri, walaupun untuk pemerintah. Oleh karena itu, kita diunggah-unggah dengan konsep Techno-Socio-Innovative University atau Inno-Property University ini. Kita ingin mencetak cawan-cawan tersebut. Oleh karena itu, kita mendoang dari awal, sejak masuk UPP ini, saya pasti orang-orang yang akan kita ikut.

Yang pertama adalah, kita masih konsen dan komit terhadap distribusi geografis. Bagaimana? Sekolah-sekolah dari daerah atau bumcil tetap bisa memiliki akses untuk berdiri. Kemudian yang kedua, yang paling penting adalah bagaimana kita ini juga membuka akses bagi para ketua OSIS. Pada awalnya orang ragu, kenapa para rektor membuka jalur ketua OSIS?

Biasanya kalau jalur usaha terpenting itu berhasil nilai. Yes, nilai rapat. Sekarang kenapa ketua OSIS?

Saya sampaikan bahwa ini kita ingin mencetak calon-calon leader. Kalau orang sudah aktif di OSIS SMA, maka hampir pasti dia itu bergala aktif di OSIS SMP. Tiga tahun sudah biasa melayani orang.

Boleh tambah tiga tahun lagi di SMA atau OSIS, maka enam tahun dia sudah biasa mengambil keputusan cepat, negosiasi, lobby, public speaking, video proposal, menyelesaikan konflik, menggerakkan orang. Itu kan soft skill yang memang dimiliki oleh leader. Lalu kata itu dengan kita menerbut para.

Pertama sekali, setelah penyelesaian sudah ada, setelah tugas saya, untuk menjelaskan calon-calon pemimpin itu sudah 60%. Bayangkan kalau saya tidak menang, tidak menang di kelas, selama 4 tahun, bisa tidak yang kita ajarkan itu menjadi pemimpin? Nabi Yisrael harus bersentuhan dengan realitas, dia harus bersentuhan dengan banyak orang, dia harus bersentuhan dengan hidup berkembang, konsep lebih besar lagi.

Warga boleh masuk, tapi ke depan kita juga setelah masuk di Ibebin, kita siapkan ekosistem yang kondusif. Seluruh masyarakat IPB, begitu masyarakat IPB, kita berikan pelatihan 7 Habits of High Effective Health. Semua wajib ikut.

Bagaimana wajib ikut? Yang pertama kali, keperluan 70. Calon-calon leader, tidak ikut OSIS, semua masyarakat IPB, jalur apa pun harus ikut itu. My chapter, menjadi orang proaktif, menjadi orang yang bisa mengumumkan waktu, menjadi orang yang menjadi mental pembelajar.

Karena apa? Bagaimana? Pelatihan itu bisa mengukur orang untuk bisa menjadi seorang yang benar dan sejati. Nah itulah yang kemudian kita mendorong dosen-dosen untuk menjadi sebetulnya.

Dan itu kemudian mereka tersertifikasi sebagai rasional. Ini sudah berlapsu ke Raleigh Peace Hospital. 5 tahun ya, 19-2-21-2.

3-4 sudah 6 tahun. Sudah berjalan. Alhamdulillah.

Nah kemudian setelah itu mereka berlapsu ke Raleigh Peace Hospital. Karena mereka tahu bahwa mereka tidak bakat di mana. Ada yang ingin menjadi pengusaha, ini yang 3%.

Ada yang ingin menjadi akademis dan menjadi politisi. Atau menjadi birokrat atau menjadi pengusaha atau profesional biasa. Dan ternyata, yang menjadi pengusaha itu memang banyak. Nah, kita punya program tanpa panggilan apa. Tentu itu adalah business planning, atau tidak, bisnis mentoring, business education.

Kemudian kita siapkan program startup school, CEO school. Nah, berarti program-program ini ternyata 3 top 3 gua nalut. Ada MySuiteBit sudah eksplorasi ke Amerika.

MySuiteSuiteMasjid 5. Itu kenapa? Karena memang kita rancang dari awal. Sejak begitu masuk, wilayah paketnya apa? Krupah MySuite. Kemudian kita melakukan proses penelitian kepada mereka.

Sehingga kalau baru sudah lihat di ruangan ini, di belakang kita ada namanya Startup Center. Jadi berarti MySuiteMasjid sudah sukses. bisnis, kemudian masuk ke tahap kepentingan untuk belajar bisnis lebih secara real.

Nah, itulah kira-kira gambaran bagaimana kita membuat ekosistem yang kompetitif. Yang kedua adalah, dulu kalau kita bicara kurikulum, kita bicara akademik. Sekarang kurikulum IBB adalah akademik dan non-akademik. Karena dulu saat IBB, mengajar outcome itu bukan hanya dari kuliah saja. Mengajar outcome dari kehidupan kampus.

Karena outcome itu tidak jadi tidak, kira-kira bagaimana? Kita harus aktif di BEM, kita harus aktif di hiburan profesi, kita harus aktif di organisasi ekstra kampus, dan seterusnya. Kita juga harus menggunakan soft skills. Tidak hanya dari perkuliahan dan sistem peperiksaan konvensional, tidak mungkin.

Sehingga akhirnya perkuliahan sendiri kita modifikasi, bahwa harus banyak program-program yang bergaya soft skills, para sehatnya, sama kehidupan di luar perkuliahan. Yang penuh dengan penemuan soft skill termasuk asal, manajer, dan sebagainya, itu masuk dalam kurikulum. Jadi kurikulum kita, kurikulumnya holistik. Tidak hanya menciptakan orang-orang pintar, tapi menciptakan calon leader.

Sebenarnya orang-orang memiliki soft skill untuk melakukan kolaborasi, komunikasi, melakukan problem solving, kemudian juga critical thinking. Tapi dosiknya tidak terlalu banyak. Bagus sekali Pak. Saya tertarik Pak. Bagaimana pada ilmu?

Holistik atau socio dan teknologi Terutama menggabungkan dengan real life yang ada di kampus Menjadi modal untuk mendidik mereka Terkeluar itu betul-betul Industri itu terima Itu bagaimana? Pertama kan seorang alaman pribadi saya sebagai bau asis SMP Oh gini sebagai bau asis SMA Ya kan saya merasakan bahwa saya ditempah di organisasi Bukan di perkuliahan semata Pembelian hanya memakai kognitif, itu hanya kognisi kita, intelektual kita, kepiktaran kita, tapi kehidupan nyata, kehidupan kemah sesuai, kehidupan pelajar di luar kelas, itu yang mengasah kematangan sosial. Apalagi kalau kita kerja, sekarang 80% yang diperlukan adalah kemampuan sosial, kemampuan social skill, bukan lagi soal IQ, itu penting, tapi sekarang tidak, social skill, berkah-berkah. Nah itulah, saya banyak belajar dari para anak pribadi saya, sehingga saya merasakan bahwa kalau kita ingin mencetak calon leader, memang harus satu bibitnya bagus, kemudian kedua ekosistem kita umpar.

Dan alhamdulillah, sekarang ini didirulah banyak berkontik. Kami sudah membuat kursus di KFIN dan 7NLBD, kemudian ditambahkan dengan talent mapping. Itu adalah kebutuhan yang saya inginkan.

Saya tidak bisa memahami ini sebelum kami memberikan kemampuan keras atau kemampuan mahal kepada mereka. Dan mereka harus menurut saya diperlukan oleh masyarakat. Tentu karena jaringan saya. Jaringan ini tidak harus saya berhubungan dengan dunia luar.

Saya juga memiliki industri untuk meneliti. saya beruntungan dengan dunia profesional dan dengan dunia politik, saya punya banyak teman. Jadi saya banyak berhubungan, diskusi dan sebagainya karena masukan-masukan dari rekan-rekan saya itu bisa saya tangkap untuk menjadi sumber inspirasi sendiri.

Karena ini bisa dari diri kita sendiri atau dari hasil kita di alat banyak orang. Dan kita ramu, kita pemas. Kemudian kita membuat multi-sistematis untuk menceritakan cara-cara itu.

Kalian bisa lihat di video ini, pada tahun 1990, pada saat saya semester 1 di IPB dulu, pernah mengikuti pelat X2, dan pelat tiap itulah yang merombak pribadi saya. Karena terbaik dari bergibar karya saya, cara pembelajaran saya, sikap praktis saya, setelah ikut kursus itu, saya berubah. Sehingga saya merasakan dampak dari pelat tadi itu. Sekarang saya merasakan itu satu langkah pada orang lain, bahwa saya karena pelat tadi ini, saya jadi seperti ini.

Sekarang saya berharap dengan pelat tadi ini, Yang lain-lain juga bisa ditularkan bisa lebih berkembang, lebih hebat daripada saya. Kau tahu, sebagai dosen kan tugasnya dalam mencapai orang lain lebih hebat daripada saya. Jadi saya juga sedih kalau mahasiswa-mahasiswa saya kehebatannya membatas, terbatas, dan sebagainya. Saya ingin mahasiswa saya lebih hebat daripada orang lain.

Jadi apa yang bapak dapatkan, apa yang bapak rasakan, bapak bagi. Jadi ada seluruh mahasiswa, seluruh dosen juga, ada pikiran yang sama. Ya, full systemnya pembatas.

Sekarang kan bukan hanya sekedar mahasiswa. Dosen kan juga harus dilatih, setelah coffee. Ya, cara melatih terbaik dosen adalah dia ikut teotik. Ya, menjadi istrinya itu.

Sehingga di kelas pun dia bisa menjadi sumber inspirasi. Karena apa? Guru yang biasa-biasa saja hanya bisa menyampaikan.

Betul, guru yang baik bisa menjelaskan. Guru yang hebat itu menginspirasi. Luar biasa, sekarang yang kita harapkan adalah bahwa dosen-dosen yang lebih baik, dosen-dosen yang menginspirasi.

Bukan sekedar bisa menjelaskan dengan baik. Itu menginspirasi apa? Menggerakkan orang lain untuk berpikir lebih jauh, menggerakkan orang lain lebih semangat bekerja, lebih semangat belajar, itu menginspirasi. Dan inspirasi saya harapkan bukan hanya dari kata-kata, tapi menginspirasi dari karya.

Ini kaya saya menurut dosen-dosen harus menghasilkan inovasi-inovasi. Di inovasi-inovasi itulah pembedahan bisa menginspirasi banyak orang. Agar masuk juga, oh saya bersama dosen ini, dosen punya karya apa? Karena tidak karyanya apa sih, karyanya apa, karyanya apa.

Bukan kata-katanya apa, semat. Kata-kata boleh, tapi karya lebih. Bagaimana? Terus lagi, Pak. Bagaimana, Pak?

Pemerintah tentang jurnal penulisan, dan zoologus itu apakah penting banget atau lebih banyak riset-riset nyata untuk manfaatkan masyarakat? Karena paradigma saya paradigma dan. Bukan paradigma atau.

Dan publikasi ya, ke masyarakat juga ya. Jadi, cara sampai di bentuk karya saya tidak pernah paradigma-paradigma atau. Pada keadaan, kita juga harus berpikir.

Kita juga harus berpikir untuk mengukur sejauh mana kemampuan akademik kita, kemampuan riset kita, dan sejauh mana pemikiran pemimpin kita diterima oleh dunia luar. Karena apa? Hasil riset kita juga perlu untuk menginspirasi dunia.

Jadi, orang yang mampu banyak memulihkan sikap kita rasional adalah orang yang bisa menginspirasi dunia. Memang, kita bisa pilih ke dunia dengan cara yang satu-satu ini, lalu tulisannya satu-satunya, tapi senangnya harus memiliki dia. Pikiran-pikiran kita itu hanya bisa Tersampaikan secara sistematis lebih luas kalau melalui media. Kalau risalah komunikasi terperusak, terbatas bisa sehari dua orang. Tapi sekarang bisa jutaan orang hanya dengan media.

Itulah menurut saya penting. Kedua, kemasyarakat juga penting. Karena peristiwa adalah kekuatan dan kemanusiaan yang lebih besar dari yang diperlukan oleh orang tua. Yang sebaiknya berkekuatan tinggi.

Yang juga memberikan impact. sehingga IPB ini sekarang fokus pada impact. Alhamdulillah sekarang kita sudah berada di 5730 desa di Indonesia.

Menurut Wins, inovasi-inovasi kita sudah masuk ke desa-desa. Keimpatan yang kita tolong, sekarang desa-desa di Indonesia sudah ekspor. Ada ekspor kopi, ada ekspor manggis, ada ekspor pempompos, ada banyak ekspor-ekspor.

Raja Alwin dan SPB ini kenapa? Karena inovasi-inovasi IPB. Sehingga alitasi kita bahwa inovasi tidak hanya bermain di pasar. Dalam negeri, tapi kita harus main di pasar global.

Yalah, begitu saja bisa kita dapatkan. Wah, ini sen. Tim RNS itu meyakinkan orang bahwa IPB bisa menjadi hebat, bisa menjadi besar, meyakinkan petani. Pempetani juga bisa hebat, bisa sukses, bisa masuk pasar gelombang. Sekarang kalau Bapak pergi ke Agribusiness and Food Park di IPB, kita ini akan mengambil petani dari kampus. Kita siapkan pernihannya, kita dapingi teknologi, mereka menjual kembali ke IPB, kita packing, kita pasang ke 54 supermarket di Jabodetabek di Indonesia.

di Jabodetabek dan di berbagai tempat, tidak hanya di Jabodetabek sebenarnya, tapi paling baik di Jabodetabek. Jadi kalau bapak lihat organik-organik sayur, organik di berbagai supermarket, sebaiknya dari BP. Itu dari siapa? Dari petani-petani karagangkus.

Jadi artinya apa? Impact itulahnya. Sekarang kita lihat. Bapak ini berapa langkah di atas para rektor yang lainnya?

Pak Enie berpikir bagaimana usaha ini diserap oleh industri kita. Itu bapak meng-create industri itu sendiri, bahkan berbisnis, melecet, melatih mereka. Sehingga pas lulus itu sudah berpengalaman, bisa dilapangkan.

Ini Pak Patu kafir nggak ke Profesor atau Rektor-rektor yang lain? Saya sering juga para rektor di Indonesia, saya sering diundang kemana-mana dan oleh para rektor itu untuk sharing. Nah, bagi saya bukan sharing, bagi saya adalah saling belajar. Karena saya harus belajar dari siapa pun, setiap kali saya ke perubahan tinggi lain, saya juga belajar.

Bukan hanya sekedar sharing, saya tidak merasa bahwa kita di atas, ya lain-lain enggak. Karena setiap orang, setiap istri pasti punya kekuatan yang berbeda. Sehingga saya selalu, ya, apa yang menjadi kekuatan bergantung lain saya temukan.

Lihat sekarang saya dapatkan perubatan swasta kecil. Ada hal-hal, pasti ada hal-hal baru yang bisa kita pelajari. Kita ambil manfaat. Itu selalu saya lakukan untuk sehingga saya itulah mencoba-coba dan menerapkan pada diri saya mental sebagai pembelajar secara tinggi.

Pembelajar saya belajar sebagai leader, belajar sebagai rektor. Saya belajar dari rektor-rektor di dunia, rektor di Amerika, rektor di Amerika. Saya juga belajar dari rektor-rektor di Indonesia.

Dulu-dulu kecil saya belajar soal itu, sekadar soal value yang diterapkan apa. Jadi ternyata sebenarnya banyak yang kita belajar di dunia ini. Dan pada saat belajar itu, apakah kita belajar kegagalan orang lain atau kita belajar kegagalan atau kita belajar kesuksesan atau dua-duanya.

Dua-duanya belajar itu kan bisa belajar kegagalan atau belajar kesuksesan. Jadi saya bisa mengambil hikmah kenapa dia seperti itu, kenapa dia bisa berhasil seperti ini. Waktu rata ada variabel yang penting, dan variabel yang tidak diberikan oleh orang lain itu bagus, tapi mungkin karena komunikasinya kurang pas, sehingga lebih efektif. Sehingga kalau saya harus mengemas dengan lebih baik lagi, jadi saya mengambil hikmah.

Jadi nilai-nilai yang diberikan oleh semua orang itu harus kita sokin. Jadi, saya itu. Harus mengajarnya kepada orang.

Open mind, open mind. Jangan merasa besar, jangan merasa hebat. Karena kegagalan kita itulah ketika kita sudah merasa hebat, merasa paling hebat, merasa paling besar.

Dan merasa paling pintar ini, merasa paling pintar. Itu adalah membuat kita tidak peka, Fredo. Bukan soal perubahan, tentu saja.

Pak, ini kan perubahan itu begitu besar, Pak. Pak, sebab Pak mengadaptasi sekali dengan perubahan-perubahan yang ada di hiburan, Pak. Nah ini... Apakah ada perubahan yang ramah di sudut pertanian bawa ini?

Ketika itu ada perubahan nama atau kena fungsinya? Bagaimana menurut Anda? Sudah berubah menjadi IPB University.

Oh, ada adopsi? Oh iya, iya, iya. Ada adopsi?

Oh iya, iya, iya. Ya, itu. Lalu juga ada masalah untuk melakukan rebranding. Rebranding itu penting untuk agar baju kita lebih lebar lagi.

Ya, dari lebih positif, baju kita lebih lebar. Tetap kita fokus pada pertanian. Pertanian menjadi kode kita. Aku rumah ditim ya. Pertanian itu adalah uptan.

peruntangan, pertanakan, perikanan, pertanian dalam agrokompleks itu menjadi salah satu mandat penting di IPB. Jadi itu yang terpikirkan. Jadi kembangkan produk-produk di lain, ya itu penting untuk bisa mengikuti perkembangan zaman sekaligus mendukung bidang-bidang ilmu yang memang menjadi mandat di IPB. Waktu Bapak terpilih di Direktor, pertama kali, kemudian terpilih lagi itu, Bapak inginkan atau memang karena teman-teman pesan-pesan atau profesor yang inginkan Bapak ini? yang kedua, bisa kalian tahu itu melihat percaya itu, Pak, terpilihannya kan tidak semua orang bisa berpilihan dua kali, Pak itu kan salah air saja, Pak waktu pilihan kedua, ya saya tidak kampanye karya-karya kita lah yang menjadi bahan gambar untuk dimudik karya itu terserah, Pak karya-karya itu tidak perlu kita unyikan orang-orang sudah tahu silakan, kalau apa yang saya lakukan ini oke Ya, sedangkan saya siap untuk pilih.

Lalu kalau kadang-kadang selama ini saya tidak oke ya, diorang-orang ini, saya harus... Mungkin apa, saya tidak berdialog dengan Menteri Pendidikan. Membesarkan universitas, Pak. Ini yang diperlukan. Ini yang membesarkan itu masyarakat, itu lulusan juga.

Perlu ini, Pak. Jadi mereka itu betul-betul berguna. Lulusan itu ada manfaatnya.

Ini persoalan pada Indonesia ini, Pak. Ambil banyak persoalan. Ini lulus-lulus pengangguran. Lulus-lulus pengangguran. Ya, kasihan.

Yang ini sekedar ada. Ini gimana, Pak? Menjawab pertanyaan soalan masyarakat, bahwa itu sekedar ada, tapi menjawab persoalan masyarakat. Itulah yang kemudian penting bagi kita untuk melibatkan, ya.

user dunia industri, pakai kurikulum data supaya kurikulum data diresen sesuai dengan apa yang dikendali masyarakat atau dikendali oleh industri sehingga itulah, pentingnya kita open it dari dunia luar kita menganggap bahwa diktat kita ini paling bagus, paling penting sementara di pabrik sana, teknologi sudah semakin tinggi apa yang diaktifkan sudah tidak relevan lagi tapi kalau kita melibatkan mereka, kita tahu soalnya perkembangan teknologi, perkembangan skill apa yang diperlukan Perkembangan soft skill apa yang semakin diperlukan. Dan terakhir kini memang sudah di tahu, pada kebutuhan yang real. Seperti misalnya dengan perusahaan-perusahaan baru di seluruh pilihan seperti Google, mereka harus bisa memberikan perspektif untuk dunia perusahaan-perusahaan startup baru yang punya ciri-ciri seperti ini.

Sehingga lulusan kita juga lulusan yang siap untuk bisa mengisi post-post profesional di situ. Tapi sebenarnya yang paling penting bagi kita adalah apa yang punya. Creating opportunity itu yang justru yang paling penting.

Dan kita dorong pada para lulusan itu, ya kalau kita menunggu kesempatan, kita tetap perlu perhatikan apa setiap. Kalau kita mencari kesempatan, masih ada harapan. Tapi kalau kita mampu menciptakan kesempatan, kita akan berjaya. Terlalu biasa.

Sedikit saran pesan terakhir buat para lulusan dan mahasiswa menghadapi tantangan ke depan ini. Apa yang perlu dipersiapkan? Perubahan sangat cepat.

Dan skill yang kita miliki hari ini, itu hanya bisa bertahan 5 tahun. Dalam 5 tahun, 30% tidak relevan lagi skill yang ada hari ini. Sehingga kalau kita tidak menjadi seorang pembelajar sejati, mental pembelajar, pembelajar sepanjang hayat, ya kita akan ketinggalan jang. Kita akan menjadi kinus aus. Kalau kita tidak mampu untuk menjadi pembelajar sejati.

Hari Senapi kan jelas. Jadi, belajar sepanjang ayat, Edison mengatakan, Jadi, tentu kita tidak ingin mati. Dan kita bisa dikatakan mati kalau kita dalam kehidupan ini tidak punya para nampak.

Kenapa? Karena kita tidak mampu beradaptasi terhadap Tuhan. Kenapa tidak mampu beradaptasi? Karena kita tidak belajar. Jadi, saya kata itu yang saya sedangkan.

orang yang memiliki lelah dengan agilitas yang tinggi sehingga adaptif dan bahkan menjadi transakter terperupat. Luar biasa. Demikian statement berutub dari Prof. Dr. Arief Satria, STMSI, IPEPETO, Institut Pertanian Bawar University. Terima kasih Dr. Tiranda, sampai jumpa lagi.