Transcript for:
Pancasila: Nilai Kehidupan Banyak Masyarakat

Dalam jejak sejarah kali ini kita akan membicarakan tentang Pancasila. Seperti yang kita tahu, Pancasila itu adalah dasar negara Indonesia. Namun, meski kita sudah diajari Pancasila dari pelajaran sejarah sejak kecil dan sebagainya, ada nilai-nilai lain di balik Pancasila itu sendiri. Ternyata Pancasila itu bisa menjadi nilai kehidupan atau living value bagi masyarakat Indonesia.

Bagaimana pengamalan Pancasila di era modern ini? Bersama saya telah hadir Prof. Hermanu, Kepala Studi Pengamalan Pancasila Universitas 11 Maret, yang akan memberikan keterangan dan penjelasan tentang Pancasila sebagai nilai kehidupan dan pengamalannya di era modern. Mari langsung kita sapa.

Halo Pak Hermanu, apa kabar? Baik, kabar baik. Iya, sehat selalu, Pak Alhamdulillah.

Untuk bulan ini kan kita mau membicarakan tentang Pancasila nih, Pak Kalau Pancasila itu sendiri kan sebenarnya kita tahu. Itu ada lagunya kan ya, Pancasila Dasar Negara dan sebagainya. Semua orang tahu Pancasila.

Semua orang Indonesia tahu Pancasila. Tapi sebenarnya Pancasila itu apa sih? Definisinya itu apa? Itu banyak, mungkin ada beberapa orang yang menyalah artikan. Nah, di sini kan...

Baik Hermanu sebagai Kepala Pusat Studi Pengamalan Pancasila. Untuk lebih memperjelas, sebenarnya Pancasila itu apa sifat definisinya? Pancasila itu yang disampaikan oleh Soekarno itu adalah filosofi konserat. Filosofi konserat itu adalah dasar filsafat bangsa Indonesia. Jadi dasar filsafat.

Kemudian Soekarno juga menyebutkan, sebagai pandangan dunia, well-tuned sound, pandangan dunia. Nah kemudian dia juga menyebutkan sebagai red star. Red star itu artinya bintang penunjuk. Bintang penunjuk bangsa kita bahwa kita kelak itu mau seperti apa. Kita kelak apakah kita mau seperti bangsa kita yang ingin menjadi satu negara modern dan maju.

kemudian yang terdiri dari berbagai macam etnis dan religi atau tidak sama sekali. Nah itu kan satu tawaran pada anggota sidang yang dilakukan oleh Soekarno. Nah ketika itu tawaran, maka ada satu hal yang perlu nanti harus kita catat, yaitu idenya Muhammad Yamin bahwa perlu harus di samping... Pancasila itu ada sila-sila seperti itu, tetapi harus memasukkan satu hal yang paling penting yang nanti menjadi satu kekuatan bangsa, yaitu yang disebut dengan Bindeka Tunggal Ia. Nah itulah kemudian menjadi suatu dasar sekali dalam pemikiran kita.

Suatu bangsa yang macemuk, yang berkeinginan mencerdaskan rakyatnya, dan berkeinginan untuk memajukan rakyatnya. serta berkeinginan untuk modernisasi. Nah itu satu bagian dari idealisasi Soekarno ketika saat itu.

Baik, sedangkan kalau untuk kenapa sih negara itu harus memiliki dasar seperti Indonesia ini memiliki dasar Pancasila, itu nanti kegunaannya untuk kita ke depannya itu apa Pak? Nah, Indonesia ini adalah suatu negara kepulauan satu. Indonesia ini adalah negara yang memiliki etnis...

begitu banyak ratusan etnis dan di dalam ratusan etnis itu ada satu hal yang paling penting yaitu mereka mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Nah ketika ini seperti itu, kemudian ketika kita bangsa yang tidak mengakomodasi keberagaman itu menjadi satu kekuatan, maka yang dikhawatirkan bahwa bangsa yang tidak mempunyai ideologi yang jelas nanti akan terjadi perapuhan di dalam bangsa. perjalanannya. Nah, kita sudah 75 tahun merdeka.

Perjalanan kita seperti apa? Ada satu hal yang perlu harus dicatat, bahwa bangsa kita itu belum bisa membangun civic nationalism. Nah, civic nationalism itu dasarnya pada kita mengikuti pola-pola bahwa kita sudah mencoba untuk menarik dari perspektif etnis menuju ke perspektif.

Nah, ini yang paling penting. Karena kalau kemudian kita melihat ya... Di era global awareness sekarang, kesadaran global kita, bahwa kita di era yang sekarang dengan perkembangan teknologi ternyata budaya luar, politik luar, relasi komunikasi dengan luar itu begitu cepat sekali. Nah kalau kita tidak mempunyai kemampuan dalam konteks ideologi itu, kita tidak punya kemampuan. kemampuan untuk melakukan seleksi informasi itu akan selalu menimbulkan satu ketegangan.

Nah ini yang dihindarkan. Jadi tagline kita itu bangsa yang masuk, ya kita harus berpikir tentang perspektif kita itu harus menghargai berbagai etnis lain, atama lain, dan sebagainya. Saya kira itu yang akan saya sampaikan kepada...

Baik, kita harus menghargai keragaman. Ya, menghargai keragaman. Ya baik, karena Indonesia ini kan terdiri dari pulau dengan kebudayaan yang mungkin sangat beragam, sangat banyak. Sehingga kita harus bisa hidup selaras, seharmoni dengan sesama kita bangsa Indonesia gitu ya Pak ya? Betul, ya betul sekali.

Oke, kemudian mungkin bisa diceritakan Pak, bagaimana sih penyusunan... Sejarah dari Pancasila itu sendiri, pembuatannya mungkin pada saat itu? Pancasila itu mulai BPUPK, jadi dulu itu Baik Penyelidik Usaha-usaha Kemertekaan Indonesia. Nah ketika itu, itu dimulai bersidang, itu didirikan pada 29 April, kemudian berjalan, sidang Mei, bulan Mei itu mulai sidang. Kemudian pada 1 Juni, sidang itu ada misalkan Supomo berbicara tentang dasar negara.

Kemudian Muhammad Yamin juga bicara tentang dasar negara. Nah, pada 1 Juni yang mengucapkan lima sila itu, itu hanya Soekarno. Oke, itu tahun berapa Pak? Soekarno itu menyampaikan pada 1 Juni 1945. Nah.

Ketika Soekarno menyampaikan ini, ini sebagai satu simbol bahwa kita sebenarnya ditawarkan oleh Soekarno itu lima sila. Lima sila ini kemudian kalau Anda ingin, di dalam sidang ya, kalau Anda ingin menelusuri itu ada tiga sila yang urgen. Nah nanti kalau kemudian ditelusuri lagi itu ada satu sila yang urgen. Nah ini kan... tawaran Soekarno ketika di dalam sidang itu kemudian ada yang mencoba merespon dari pidatonya Soekarno itu kemudian Soekarno memberikan satu jawaban seperti itu.

Tetapi bagi saya apa yang dikemukakan Soekarno itu kemudian masuk di dalam panitia kecil yang berisi sembilan orang dalam panitia kecil yang berisi sembilan orang ini, termasuk Soekarno ada di dalamnya, menghasilkan satu yang disebut dengan piagam Jakarta. Nah, piagam Jakarta ini menjadi satu hal yang sangat penting bagi kita, karena piagam Jakarta ini sebagai embryo bahwa kita, Pancasila itu nanti ada di dalam mukaddimah, di dalam Undang-Undang 1945. Tetapi yang harus kita ingat, Bahwa ketika sidang selanjutnya di dalam PPKI ternyata ada perdebatan. Perdebatan itu terkait dengan menjalankan syariat agama Islam.

Nah itu yang kemudian oleh teman-teman, sahabat-sahabat dari Indonesia Timur itu menolaknya. Kenapa harus begitu? Sudah dibuat satu hal yang tunggal saja yaitu ketuhanan yang ma'aissa.

Salah satu orang yang kemudian di dalam proses perdebatan itu yang kemudian mendorong supaya tidak perlu ada itu adalah Kaksman Singo Dimejo. Yang kedua adalah Ki Hamid Bagus Kusumo, dan yang ketiga ada Wahid Hashim, kemudian ada Muhammad Hatta. ada Yamin, kemudian ada Soekarno, disitulah kemudian mereka-mereka mengatakan bahwa kita harus mempertimbangkan.

persatuan sebagai primus inter pares. Kalau persatuan sebagai primus inter pares, hal-hal yang menimbulkan suatu ketegangan kelak, ini harus dimulai dihilangkan dulu. Nah, akhirnya tujuh kata, dalam ketuhanan dan seterusnya wajib menjalankan syariat Islam, nah itu kemudian yang wajib menjalankan syariat Islam itu kemudian dihilangkan. Nah, ini sebenarnya win-win solution sebenarnya. win-win solution antar elit saat itu.

Win-win solutionnya itu seperti itu. Tetapi kalau kemudian kita flashback ke era yang sekarang ini, agaknya ini yang menjadi satu permasalahan. Ada satu kelompok yang tidak menyetujui penghilangan ini, karena penghilangan ini kelihatannya akan menimbulkan hal-hal yang negatif. Tapi bagi saya pribadi, ini paling ideal ketika ini dibilangkan. Karena kita mengakui, karena struktur masyarakat kita itu begitu beragam, kemudian agamanya juga ada enam.

Nah ini apakah juga akan seperti itu kalau kemudian terpampang di dalam undang-undang dasar kita, pembukaan undang-undang dasar kita seperti itu. yang menimbulkan satu kriksi dan konflik di masyarakat yang akan datang. Saya kira itu yang akan menarik untuk kita melihat Pancasila. Iya baik.

Penyusunan Pancasila ini pada saat itu, itu sebenarnya gagasan apa sih Pak? Gagasan awal apa yang membuat pemimpin-pemimpin negara kita kemudian merumuskan Pancasila itu sendiri Pak? Ini menarik.

Justru saat itu ketua sidangnya orang Jolo. Oh iya? Ya ketua sidangnya itu...

Radiman Widyodiningrat seorang dokter dia dokternya Pak Bono X, dokter pribadinya Pak Bono X, dia seorang intelektual dan dia juga seorang yang sangat memahami struktur masyarakat Indonesia sangat memahami kondisi masyarakat Indonesia maka di kalasidang itu dia justru yang menyampaikan Kita harus punya dasar negara. Apa dasar negara kita? Nah ketika ditanya itu, kemudian semua menyampaikan pendapatnya. Dan tetapi yang kemudian di dalam sudan itu, yang dipandang oleh Dr. Radiman Widyodiningrat, itu bahwa dasar yang mendekati idealisasi yang dipikirkan oleh Radiman itu adalah dasar yang dikembangkan oleh Soekarno.

Nah, gitu. Jadi siapa yang menginginkan? Yang menginginkan adalah, satu, keperadiman, yang kedua, yang menginginkan juga anggota-anggota dalam sidang BPUPK itu. Jadi semuanya mengendaki, harus ada dasar itu.

Kalau tidak ada dasar, nanti akan terjadi satu konflik, akan merepotkan kita semua. Itu jalan pikiran mereka seperti itu. Baik Kalau bicara Pancasila, itu kan kita juga bicara tentang lambang negara.

Yang kita tahu itu adalah Garuda ya. Sering bisa kita dengan Garuda Pancasila. Nah tentang lambang negara itu sendiri, itu bisa diceritakan Pak mungkin?

Itu pembuatannya bagaimana setelah Pancasila itu dibuat, kemudian baru lambang atau gimana Pak? Dasar itu dibuat dulu, baru kemudian dibuat lambang. Misalnya Tuhan itu kemudian bentuknya pabintang. Kemudian keadilan sosial itu bentuknya padi dan kapas.

Itu satu hal. Kemudian kemanusiaan itu bentuknya rantai. Nah itu dibuat adalah oleh Sultan Hamid.

Jadi Sultan Hamid itu yang kemudian membuat itu. Kemudian ditawarkan. Meskipun dalam sket itu jelek ya.

Tetapi kalau kemudian karena beliau... juga bukan ahli lukis. Kemudian kalau konsep itu sudah diberikan, kemudian dialihkan ke orang yang ahli membuat lukisan, saya kira itu hasilnya seperti sekarang.

Baik, berarti kan pembuatan lambang negara juga dilakukan dalam sidang tersebut? Atau itu ada di luar? Oh, setelah. Jadi setelah sidang pertama itu menentukan filosofi Gronslai itu. Kemudian secara kebetulan Sultan Hamid juga menjadi bagian dari itu.

Nah itu kemudian dia yang melukiskan. Jadi ketika proklamasi kita sudah punya lampang itu. Oh baik, luar biasa. Baik, kemudian ya Pak Iya kalau Pancasila itu kan ada yang bilang ini merupakan ideologi negara, ini merupakan dasar negara, atau ada juga yang bilang ini merupakan nilai kehidupan atau living value masyarakat Indonesia. Nah ini sebenarnya Pancasila ini yang mana sih Pak?

Pancasila itu kan digali dari nilai-nilai kehidupan kita. Jadi ingat ya. Kita kan punya nilai kehidupan.

Coba sekarang misalkan ketika dulu Soekarno itu melihat di pedesaan, suatu saat dia jalan-jalan melihat pedesaan. Kemudian ketika dia berada di satu persawan, dia melihat petani itu saling membantu, kemudian saling bergelombol, kemudian mengerjakan secara bersama-sama. Itulah suatu nilai yang dalam kehidupan.

Tapi, sekali lagi, pakar-pakar filsafat itu selalu mengatakan bahwa Pancasila itu bukan ideologi. Kita tidak perlu harus menyebutkan Pancasila itu ideologi. Orang-orang filsafat akan menyatakan begitu.

Nah, bagi saya, kita boleh menyebut ideologi. Atau kita boleh menyebut nilai-nilai kehidupan. Nah secara kebetulan kalau kita kemudian mencoba untuk bisa melihat kehidupan di kampung-kampung, mereka sudah saling membantu.

Betul kan? Jadi kalau ada tetangga yang kemudian mau punya hajatan, katakanlah kanan-kiri itu sudah membawa beras, membawa kebutuhan apa untuk diserahkan kepada yang punya hajatan. Itu bagian satu nilai.

benarnya nilai kehidupan. Dan kalau nilai kehidupan seperti itu, kita bisa menyadari bahwa itu bagian nilai satu kemanusiaan, satu bagian dari nilai persaudaraan, persatuan, dan seterusnya. Nah inilah yang kemudian itu sebenarnya nilai kehidupan.

Kalau Pancasila menganggap, kalau saya pribadi menganggap Pancasila itu nilai kehidupan. Dan kalau itu bagian dari nilai kehidupan. Semua orang. Sebenarnya wajib melakukan itu.

Kalau misalkan ada orang kaya, kemudian dia melihat orang miskin. Kalau di, katakanlah di Instagram itu kan banyak orang. Kemudian dia berhenti bertanya, Pak, Anda ngangkat ini dari mana menuju ke mana berapa hari?

Dia mengatakan dua hari. Tiba-tiba orang itu mengatakan, Bagaimana kalau ini saya borong semua, nanti akan saya berikan kepada kolega-kolega saya. Nah, bukan kan itu satu nilai kehidupan, memberikan satu kesejahteraan pada orang untuk bisa menikmati hidup yang serba susah ini kepada orang lain.

Nah, itulah satu nilai kehidupan bagi saya. Nah, itulah yang kemudian saya mengatakan sebenarnya pantasila itu nilai kehidupan. Setiap orang bertuhan, setiap orang berusaha untuk berkotong royong sebagai manifestasi persatuan, ada rasa kemanusiaannya, kemudian mereka selalu berbincang-bincang untuk merumuskan sesuatu, ataupun mereka selalu mencoba untuk bagaimana cara menyejahterakan orang lain.

Nah itulah sebagai satu nilai kehidupan. Akhirnya itu jawaban saya. Luar biasa sekali.

Mungkin gini Pak, bisa diterangkan ke teman-teman kita yang mungkin kurang memahami ya. Bedanya nilai kehidupan dengan ideologi itu tadi gimana sih Pak? Ideologi itu begini. Misalkan kapitalisme itu selalu melekat di dalam dirinya, itu ideologinya, ideologi kapitalisme itu selalu melekat dalam kehidupan yang individual.

Nah kita, kita itu kan tidak. Ideologi kita itu bukan ideologi. kapitalisme dan individual. Kita itu tidak selalu bergerombol.

Makanya itu yang selalu sekarang dilarang susahnya itu di era COVID ini, dilarang bergerombol. Ini kok rasanya susah banget. Iya, susah sekali itu. Ya, betul kan ya? Betul.

Betul kan? Ya, ini yang kemudian. Kita nggak bisa kemudian hidup individualis, kemudian aku-aku.

Aku, kamu, kamu kan nggak bisa seperti itu. Selalu ada yang mencoba untuk meminta, untuk membantu, dan sebagainya. Nah yang membedakan ideologi itu adalah ketika dalam proses ideologi, katakanlah ideologi kapitalis, orang akan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan orang lain.

Nah itu ideologi kapitalis. Nanti beda lagi, sosialis akan beda lagi. Maka saya selalu daripada saya ngomong ideologi kapitalis, sosialis, Mending saya ngomong nilai-nilai kehidupan, pak Jafila nilai-nilai kehidupan saja. Itu lebih fleksibel kalau saya ngomong begitu. Jadi nggak perlu, kalau melihat dari apa yang dikemukakan oleh Soekarno, itu kan satu, Wil Tamsung, Dasar Pilkapat.

Kemudian ada Pandangan Hidup, ada Bintang Penunjuk, Let's Start. Berarti kan itu sebenarnya tidak... tidak secara eksklusif yang menyebutkan Pancasila ideologi. Maka kita boleh menyebutkan Pancasila itu living value aja lah, nilai kehidupan aja.

Saya kira itu jawaban saya. Ya berarti itu kan tapi dasar negara ya Pak ya? Ya, dasar negaranya ya seperti itu. Baik, kalau menurut Pak Hermanu sendiri Pak, sebagai Kepala Studi Pengamalan Pancasila ya Pak ya?

Ya. Pancasila ini gimana sih Pak di era modern ini? Pengamalannya bagaimana kalau menurut Baik? Jadi pada masa saya akan mencoba melihat di kelas B ke belakang. Pada masa Soekarno, Pancasila itu memang sejatinya itu belum menjadi satu dasar yang begitu kuat ya.

Belum disosialisasikan secara kuat, belum dienkulturasi secara kuat. Masa Soekarno itu masih ada ketegangan-ketegangan politik yang melekak dalam pemerintahnya. Kemudian masa Soekarno itu Pancasila terlalu dogmatis.

Terlalu dogmatis sehingga semua harus dipaksa untuk mempunyai 36 nilai Pancasila. Padahal Pancasila itu nilainya banyak sekali, nggak terukur. Kalau kemudian di era reformasi, pantasila dipinggirkan, tidak dibutuhkan. Nah inilah kita sebenarnya sampai dengan era ini, sekarang ini.

Kita mencoba, mencoba untuk menelusuri pantasila itu di masyarakat itu sudah ada nggak? Nah ini sekarang sedang saya menelusuri ini. Jadi di pusat studi itu baru berdiri tahun 2018-2020. Ini saya mencoba menelusuri. bagaimana kehidupan mereka.

Apakah di dalam masyarakat itu pernah ada satu penyelesaian kalau ada konflik keluarga atau konflik antar mereka. Kalau ada, itu bagian dari proses penyelesaian secara musawarah. Itu yang paling penting sebenarnya.

Nah, kita tidak bisa menjustifikasi. Ada salah satu daerah di Boyolali, di desa Sampetan. Ini satu yang di-research oleh mahasiswa saya. Di daerah sampetan Hindu, di situ ada masyarakat yang beragama Hindu, ada masyarakat yang beragama Katolik, ada Nabi Radiman, ada Islam. Tapi mereka hidup secara hormoni di suatu desa itu.

Nah ini bisakah ini menjadi satu percontohan bagi kita, bagi bangsa ini. Kalau di desa saja sudah bisa hidup seperti itu, kenapa ditarik ke tingkat nasional itu belum bisa? Ya, Pak Ini yang kemudian yang harus kita pertanyakan terus secara menerus.

Kalau memang kita memiliki satu living value di akar rumput itu seperti itu, semestinya di tingkat nasional harus bisa seperti itu. Nah, tetapi sekali lagi di tingkat nasional ini, kan bumbu politiknya terlalu banyak. Kalau bumbu politiknya terlalu banyak, itu menjadi sesuatu yang kurang enak. Kurang enak masyarakat-masyarakat pedejaan, terutama melikati, itu sudah tidak begitu terpare.

Ini terus terang saja seperti itu. Di hasil riset mahasiswa saya yang S3 ini, dia melihat di sampetan itu ternyata mereka tidak pernah keadanya konflik, mereka saling membantu dan sebagainya. Nah, karena itu saya selalu menyatakan bahwa cobalah kita melihat Pancasila secara living value di satu kawasan, kawasan, kawasan.

Walaupun itu benar, berarti inilah percontohan, projek percontohannya itu ada di sini. Terima kasih. Baik, jadikan dari penelitian itu tadi, kemudian diharapkan bisa diterapkan ke Indonesia secara nasional. Pak, kalau untuk standarnya sendiri gimana sih Pak? Apakah masyarakat itu sudah memenuhi Pancasila atau sudah mengamalkan Pancasila dengan baik?

Sebenarnya yang dilihat itu standarnya dari mana Pak? Standar di suatu, misalkan di suatu desa atau kampung, standarnya itu bahwa di situ ada banyak orang yang beragama berbeda. Jadi kalau di suatu kampung ada agama Islam.

agama agrani, agama Kristen Katolik, atau agama Hindu-Buddha. Nah itu satu sebenarnya kalau ada tiga saja, tiga saja berbeda agama, itu bagi saya tidak cukup bahwa kawasan itu bisa dikembangkan menjadi kawasan Pantagila. Yang kedua, kalau di kawasan itu mereka saling bersinergi, saling bersinergi kemudian saling membantu. tingkat sosialnya bagus, itu berarti itu bisa menjadi satu nilai.

Yang kedua, menjadi satu tingkatan untuk menjadi satu kawasan yang memang mengembangkan satu nilai pandang jelajah. Yang ketiga, andai kan satu ada konflik, ada konflik baik itu konflik agama atau konflik keluarga, konflik politik, dan bisa diselesaikan oleh mereka sendiri, maka itu sebenarnya bagian dari. Nah ternyata kategori-kategori ini sebenarnya perlu harus diikat secara setil kalau kita masuk ke dalam kehidupan masyarakat itu.

Andai kan kita tidak, misalkan di kawasan itu mungkin agaknya tidak bisa. Satu hal harus ada teori yang perlu saya sampaikan, teori tentang masyarakat majumur. Yang pertama kalau masyarakat itu bisa menjadi suatu masyarakat yang komunitasnya baik itu harus ada plural.

Di situ masyarakatnya plural, yang kedua masyarakatnya dinamis sekali, jadi mereka interaksinya dinamis sekali. Tetapi ada satu hal yang tidak bisa dilepaskan yaitu mereka itu sudah hidup di alam yang modern seperti sekarang. Nah kalau di arah modern itu kemudian kita masih meributkan soal agama, maka sebenarnya kita belum menjadi satu fase masyarakat yang sangat plural. Jadi itu saja. Terima kasih.

Baik, luar biasa sekali. Banyak sekali yang bisa kita pelajari hari ini ya Pak ya, dari jejak sejarah Pancasila dari awal hingga saat ini pengamalannya. Mungkin dari Pak Hermanu sendiri ada pesan terakhir buat teman-teman Pak? Ada yang mau disampaikan mungkin?

Kita sebagai masyarakat yang sangat peluruh, yang macemuk, yang sangat beragam, cobalah kita menghargai teman, kita bisa menerima pendapat teman, dan keandekan itu nanti pada fase berikutnya kita bisa menghargai kehidupan berdampingan, itu menjadi sesuatu yang sangat indah dalam kehidupan. Tetapi kalaupun kita tidak bisa hidup di berdampingan agaknya susah ya. Tidak pada saling menghargai dan seterusnya itu menjadi sangat susah bagi kita. Saya kira itu. Baik, luar biasa.

Terima kasih banyak Pak Heriwato atas waktunya. Terima kasih atas pelajarannya yang telah diberikan kepada kami tentang sejarah Pak Niasila itu sendiri sebagai dasar negara dan sebagai living value pengamalannya di era modern ini. Mungkin kita akan bertemu lagi di lain waktu, Pak Hermanu Ya, siap. Baik, terima kasih banyak, Baik. Ya.

Oke, Tribuners, itu tadi percakapan kita bersama Prof. Hermanu Semoga bisa memberi manfaat dan pelajaran bagi kita semua. Jangan lupa tetap laksanakan protokol kesehatan, dan sampai ketemu lagi di lain waktu. Terima kasih sudah nonton.

Jangan lupa like, subscribe, dan share ya.