Transcript for:
Filsafat dan Pemahaman Tentang Tuhan

Terima kasih kerana menonton! Ini ada satu pertanyaan dari teman kita, Muhammad Nazril Ardiansyah. Nah, ini beliau mahu bertanya tentang filosofat ceritanya. Saya mahu bertanya kepada Mbah Nun tentang belajar filosofat. secara mandiri itu kira-kira bagaimanakah karena saya semakin lama semakin bingung memahami tentang Tuhan memakai logika saya kira-kira bagaimana ya ini pertanyaan anda ini mencerminkan bahawa anda Disposisi, jadi berada pada posisi yang tidak tepat melihat diri anda, hidup anda dan Tuhan.

Kita itu bagian dari Tuhan, terus kita dikasih logika dan logika itu hanya bagian sangat kecil dari... dari logika Tuhan terus kita pakai untuk memahami sumbernya kan tidak bisa. Jadi anda mendekati Tuhan dengan logika terhadap ciptaan Allah.

Dengan ciptaan-ciptaan. Jangan dengan Tuhan. Jangan kepada Tuhan anda pakai logika.

Artinya, artinya tidak mencukupi. Orang anda itu memahami rasa manis saja. Apa itu manis itu? Filsafat adalah indok segala ilmu. Sekarang jawab secara ilmu atau secara filsafat.

Manis itu apa? Legi itu apa? Asin itu apa? Seseorang merasakan asing kan kerana dikasih tahu ibunya bapaknya itu asin.

Ketika asin itu datang ke kita secara original Kan kita tidak menyebutnya asin Dan ide asin itu kan dari Allah Ide manis itu dari Allah Itu saja ajaib kan Jadi itu saja tidak logis Betul Hai itupun asin atau manis itu pun tidak berdasarkan barang yang kita kenyam atau kita makan tapi berdasarkan juga alat yang kita pakai receivernya hingganya servernya tapi serius fiturnya receivernya kan gitu manis kayak apapun kalau lidah anda tidak bisa merasakan manis bau kayak apapun kalau anda kena profit anda anas Mia jadi jadi ini cara berfikir anda bisa jadi profit untuk anda ini memahami Tuhan secara logika Emang siapa kita ini memahami Tuhan? Tafakkaru fi kholkillah, walata tafakkaru fi zatillah. Jadi, fikirkanlah logikakan, rasionalkan pemahamanmu segala macam tentang ciptaan Allah.

Tapi jangan menghadapi Allah atau melihat Allah, menilai Allah, menimpulkan Allah dengan logikamu. Kerana puncak pengetahuan filsafat adalah ketidaktahuan. Jangan dipikir anda belajar filsafat, mahu kuliah, mahu mandiri, mahu apapun, terus puncaknya pengetahuan. Tidak.

Puncak pengetahuan adalah ketidaktahuan. Puncak pengetahuan adalah kesadaran bahawa kita tidak mengerti. Orang-orang itu tidak bisa memahami yang saya cakap manis, asin, orang-orang tidak boleh. Kamu fikir siapa yang punya ide asin itu dulu? Bagaimana manusia diberikan ide asin, ini mambu, ini badek, ini apa jenisnya?

Ini apa? Lihat ini yang Jawa ya? Kecut, perengus, bajin, perengus segala macam. Kalau Jawa kan macam-macam pengalaman-pengalaman rosanya.

Itu saja kita tidak faham. Kalau kita Tuhan dulu kan kita menciptakannya tidak seperti ini. Itu saja bagaimana logikanya.

Bagaimana Tuhan boleh punya ide mengenai manis? Tuhan itu mempunyai idea mengenai membuat makhluk, ada yang melata seperti ular, ada yang lari seperti gijang, ada yang berdiri seperti manusia, ada yang terbang seperti burung. Itu kok mempunyai idea itu loh. itu. Itu loh.

Tak logis bagi saya. Sebab kalau saya jadi Tuhan, saya tak punya ide sampai seperti itu. Saya susah menjelaskannya karena ini bukan wilayah filsafat. Jadi kalau anda menghadapi hidup ini dengan filsafat, anda membuka pintu-pintu penderitaan. Oleh karena itu, yang ditawarkan oleh Islam bukanlah pemahaman terhadap Allah Tapi pemahaman dan apresiasi dan cinta kasih kepada ciptaan Allah Nah di situ nanti Terrefleksikan hakikat Allah itu Tapi bukan Allah itu sendiri Jadi bayangan Allah itu akan muncul di mana-mana tapi it's not Allah himself itu bukan Allah itu sendiri Tapi bayangan-bayangan Allah ayang-ayang kalau bahasa Jawanya gitu Jadi menurut saya jangan berjalan di situ kalau saya Jangan berjalan mempelajari filsafat untuk menemukan Allah Yang tidak logis babar pisang, kamu jadi kamu itu bagaimana?

Siapa yang menciptakan, siapa namanya? Nazril Ardiansah, Muhammad Nazril Ardiansah. Ya. Nazril.

Nazil menjadi Azil, Nazil itu saja kan, itu kan misteri yang tidak logis, luar biasa. Kamu lahir misalnya tanggal sekian tahun sekian itu ya Kalau dikejar lagi loh Kamu kan tak lahir kerana bapak ibu mu tak kahwin Jadi sebenarnya kamu itu hakikatnya lahir itu ketika bapak ibu mu kahwin Gitu kan? Betul tak?

Kalau bapak ibu mu tak kahwin Kamu tidak lahir dari itu. Betul tak? Jadi hakiki ya.

Hakiki. Kamu lahirnya itu ketika bapak ibunya kahwin. Ketika itulah kamu ada kans untuk lahir.

Ternyata bapak ibunya juga. Kahwin itu kan mereka sendiri itu tidak ada. Kalau tidak kerana kakeknya, neneknya, buyutnya. Dan semua leluhur-leluhurnya. Jadi semuanya kelahiran kita itu kelahiran berujung di Allah itu sendiri.

Jadi kalau mahu bersifat ayuh. Tapi anda pusing sendiri. Jadi silakan mengembara, silakan mengeksplorasi seluruhnya itu.

Tapi jangan terus datang dengan perjanjian kepada dirimu bahawa saya harus faham secara logika. Bagaimana? Bagaimana?

Orang kamu itu logika fisiknya tidak bisa kok. Rambutnya Nazril ini keriting apa lurus apa ikal atau apa. Bagaimana logikanya kok Nazril rambutnya begitu sementara tetangganya tidak, temannya tidak.

Itu bagaimana? Logikanya bagaimana itu? Saya tiap hari itu tidak faham para diri saya kok.

Kok bisa ya? Jantung saya ini bergerak terus, berdenyu terus, berdetak terus, di luar kendali saya. 100% 100% saya tidak bisa mengendalikan, saya nyuruh dia berdetak tidak bisa, saya menghentikan dia berdetak juga tidak bisa.

Kecuali saya bunuh diri kan gitu. Itu kan sebagai sebuah penciptaan kan misterius itu, tidak logis itu. Tidak logis. Kok Allah punya ide gitu-gitu lah. Ke Allah itu punya idea seperti itu.

Jadi, kalau anda terbiasa dengan kreativitas, anda kagum terpesona kepada seluruh ciptaan Allah ini, dan itu sudah cukup. Maka hasilnya adalah ketakjuban kepada Allah. Tapi anda tidak perlu melihat Allah. Allah sendiri sampai-sampai Allah mengatakan seolah-olah engkau melihat aku kalau engkau tidak bisa melihat aku, percayalah bahawa aku melihatmu.

Itu karena-karena batas hakikat manusia seperti itu. Jadi jangan jangan jangan Allah kamu pegang dengan logik kamu wong logikanya bikin Allah Allah itu maha hantu mahasiluman misalnya kamu sekarang punya logika terus irasional ini Allah begini-gini-gini-gini Lepas itu, Allah tiba-tiba mengubah logik anda. Itu tidak boleh.

Allah mengubah fakta yang anda katakan. Itu tidak boleh juga. Dan Allah boleh berkuasa seperti itu. Min khaydu layakhtasib, Qala min qalam gindil basar. Itu hanya sekejapan mata.

Bisa mengubah apa saja. Bahawa itu tidak terjadi, ya kerana Tuhan bukan kamu. Misalnya sekarang, sekarang Indonesia tiba-tiba tidak ada. Yang ada kerajaan Mojopahit, Sriwijaya misalnya.

Bisa saja Allah. Bahawa tidak terjadi, ya kerana Allah bukan kita. Kalau saya kan maunya bukan Indonesia seperti ini kalau saya gitu ya.

Tapi kan saya tak bisa merubah. Allah bisa. Allah bisa kalau mungkin bilbasar sekejapan mata tadi itu.

Bisa merubah. Misalnya gini, ini Helmi gitu ya. Itu kan untuk mengetahui bahawa ini Helmi secara filsafatnya. Itu kan harus butuh pengetahuan bahawa anda Helmi betul dan saya memahami bahawa anda Helmi. Tapi kalau ternyata Helmi itu kemudian tiba-tiba bukan Helmi, menurut saya, Helminya tetap.

Tapi menurut saya oleh Allah ceklek gini, ini bukan Helmi tapi Adin. Kan sudah berubah. Kenapa tidak?

Jadi jangan kejar Allah dengan logika. Nanti kamu gila. Ok, dari pertanyaan Nasril ini, barangkali paralel juga dengan ini, Mbak Nun kan sering bertanya atau mungkin lebih tepat mengkritik kalian lihat wajah anda dicermin saja harusnya kan bersyukur melihat gigi anda tidak tubuh ke bawah itu bersyukur ini kalau saya tarik ke agak apa namanya dalam konteks pertanyaan mas Nasril ini kan begini, kita tidak mungkin dan tidak logis seperti yang tadi Manan sudah sampaikan, mengcapture Allah secara definitif, objektif memahami zatnya, tetapi tapi uniknya di sisi lain Allah itu menebarkan jejak-jejaknya di alam semesta di ciptaan ayang-ayang ayang-ayangnya tadi tapi terhadap ayang-ayang kita apa ayang-ayang tadi itu melihat macam-macam fenomena itu tidak serta-merta atau tidak kontan kita itu connect gitu ya Nah itu ada apa sebenarnya Jadi kalau anda pakai Torikot filsafat kan anda terbentur kepada pernyataan endingnya pokoknya yang lain Syakamit Lihisai Allah tidak seperti apapun Yang kamu rumuskan Yang pernah kamu ketahui Kamu lihat Atau kamu apa Allah tidak seperti apapun Ya sudah anda berhenti di situ Dan anda Anda tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu membantah itu Karena batas anda di situ Makanya kepada Allah itu Bukan memahami Bukan memahami apa namanya Bukan memahami Allahnya Tapi memahami polsenya Memahami kasih sayangnya Memahami keputusannya Kemauannya Kehendaknya dan seterusnya Itu Orang Jawa mengatakan Allah itu tidak seperti apapun Dan tidak bisa dikira-kira Al-Quran mengatakan Allah itu tidak seperti apapun Jadi Nazril ini mau merumuskan kayak apapun Logis apa tidak logis menurut dia Itu tetap bukan Allah Apapun hasil pemikiran dia Mau iya mau tidak itu tetap semua bukan Allah Pokoknya Allah itu bukan seperti yang kamu kira-kira, kamu rumuskan, kamu fahami atau apapun.

Andai kan kamu mendapatkan rumusan logis, oh Allah itu begini-gini. Ya itu berilakunya, sifat-sifatnya 99, 100, 100. 46 dan 30 segala macam itu kan gejala-gejalanya apa indikator-indikator kehadiran Allah tapi bukan Allahnya kan gitu jadi kalau kalau Allahnya enggak usah dicari kamu tidak akan bisa mencari karena Rasulullah sendiri mengatakan pokoknya kalau kamu menyimpulkan apa mengenai Allah itu bukan jangan Allah akhirat saja tidak Akheratnya kita tidak bisa menyimpulkan. Cuma sekarang anda breakdown, bikin satu sistem atau bikin desain kehidupan akhirat, dengan imajinasi filsafat. Apakah di surga itu nanti ada orang lahir, terus kita hidup sama kakek kita, sama ibu kita, kan gitu. Terus, apakah kita punya rumah dan punya tetangga, terus ada RT, RW, RK, ada kampung.

Apakah kita perlu kerja, apakah kita tinggal makan, apakah ada persaingan di surga nanti. Kan itu saja tidak terumuskan kok. Kan kita tidak mengerti hidup tanpa makan. Kita tidak mengerti hidup tanpa persaingan. Kita itu tertentu secara fisik di surga, sebagaimana di sini, misalnya tinggi badan saya 100, misalnya 172. Nanti di surga itu ada tinggi badan atau tidak?

Di surga itu ada orang sholat atau tidak? Di surga itu ada pemerintahan atau tidak? Di surga itu ada mall atau tidak?

Perlu mall atau tidak? Kalau selawatan, nyanyi-nyanyi, bergembira, apa namanya, mencintai Rasulullah, saya masih bisa bayangkan. Misalnya gini, anda lihat di kota itu ada apa di kotamu?

Oh ada pasar di surga. juga tangga itu Coba anda breakdown Coba anda design anda ada korek sipul ya ada korek sipul di akhirat terang yang ada orang merokok enggak di sana segala macam itu bagaimana enggak usah Allah kamu kehidupan akhiratnya enggak bisa enggak usah tahu enggak usah enggak usah enggak usah akhirat jin jin sekarang jin kamu kenal jin berapa Nazril apa indikator bahawa itu Kalau kamu orang Jawa, Nyairo-Roki dulu itu jin atau manusia mokswa atau kutub lain dari jenglot misalnya. Emang kita ini punya logika apa?

Makanya nama saya Ainun Najib. Bukan Ainul Akal, bukan Aklu Najib. Karena akal ini apa? Akal itu sangat...

sangat terbatas makanya ini kalau diterusin kalau dalam pemahaman modern kan ada akal ada hati ada otak kanan emosi ada otak kiri logikanya logika itu itu juga bagi saya itu kan idiomatik aja itu simbolik tapi tidak benar-benar seperti itu kalau menurut saya hati dan fikiran itu bukan dikhotomi hmm Kalau saya, Allah bertajali, kemudian dia berpusat berumahnya di hati kita, kemudian dia punya pegawai namanya akal. Misalnya, saya sering kasih contoh, misalnya ada bangkai tikus yang sangat busuk, kita lewat terus kita mau muntah. Itu kan ada mekanisme politik sedemikian rupa.

Bau tikus tadi, bangkai tadi masuk hidung. Hidungnya terus. Kasih ke hati, hatinya nyuruh akal. Menurut kamu bagaimana akal?

Akalnya memberi rekomendasi. Sebaiknya tidak usah dicium baunya. Kalau bisa dimuntahkan saja. Terus akalnya kasih rekomendasi, terus lapor ke hatinya, hatinya baru menyuruh Tungguh Roan untuk muntah. Itu panjang lalu lintas birokrasinya.

Tapi kan kita mengalaminya kan langsung, Tungguh, begitu kan? Jadi sebenarnya itu saja misterius, itu saja tidak logis. Bagaimana logikanya?

Yang sering Helmi tadi bilang, lo untung gigimu itu dihentikan. Cuma kalau gigi ini tidak berhenti pertumbuhannya, dua kali lipat saja kan sudah susah. Kan sudah benturan.

Nak merongos begini pun, terus tidak dihentikan kan juga nanti sampai ke tanah. Itu kalau gigi. tinggi badan kalau dihentikan terus beli baju di mana kamu untung sama Allah itu ditentukan umur 22 23 rata-rata sudah berhenti pertumbuhannya itu jika alat kelaminmu tidak dihentikan sama Allah memanjang sampai keliling Jogja terus melungker di alun-alun dan seterusnya Cepat gimana itu semua itu semua anda tak bisa memahami dengan logika Saya kepada Allah itu hanya takjub, kemudian tawakal dan online lah, mengakses terus lah.

Justru kerana puncak filsafat adalah ketidaktahuan. Kalau anda masih tahu sesuatu, itu belum sampai puncak berarti. Kalau anda sudah sampai ke puncak pengetahuan, hasilnya adalah ketidaktahuan.

Makanya kita hanya dikasih kalimat Rubana makholak tahadabatillah Subhanaka wakinah adhabanar Cuma itu kalimatnya dan itu Allah Kasih paket Udah lah ucapkan itu saja daripada Kamu cari-cari aku dengan logika Udah lah Pokoknya Ya Allah engkau tidak sia-sia menciptakan semua alam semesta dan makhluk-makhluk ini. Engkau Maha Suci dan Ya Allah hindarkan aku dari api neraka. Mungkin api neraka itu adalah kalau kita menempuh sesuatu yang tidak pada tempatnya atau tidak pada arahnya. Kan Allah jelas, وَلَمْ يَكُلَّهُ كُفُوًا أَخَدٌ Kamu mau logis kayak apapun, puncak logi kamu adalah tidak logis. Kamu mau tahu kayak apapun, puncak pengetahuanmu adalah ketidaktahuan.

Seluruh saya menulis sampai hampir 100 buku itu kan, semua itu kan hasil ketidaktahuan saya. Maka saya menulis, kerana saya tidak tahu. Kalau orang modern kan, kerana saya tahu, maka saya menulis.

Tidak. Saya menulis kerana saya tidak tahu. Maka saya mencari. Di tengah mencari itu, saya cadat pencariannya. Itu saja sudah beda kok.

Itu antar kita loh, belum lagi sama Allah. Jadi menurut saya, Mas Nazil, anda sangat menarik dengan pertanyaan anda ini, tapi menurut saya... Mudah-mudahan Allah mengizinkan untuk sampai kepada batas di mana anda akan menantakan رَبَّنَا مَعَكُلَكْتَهَا تَبَتِلَ سُبْحَانَكَ وَكِنَهَا تَبْنَارَ Sebelumnya anda akan menemukan وَالَمْ يَكُلَّهُ كُفُوَانَهَا Atau لَيْسَا كَمِتْ لِهِ شَيْءٌ Allah itu tidak seperti apapun Yang bisa dirumuskan oleh logika Tidak seperti apapun Itu semuanya bayang-bayang saja Itu ya, ok