Bismillahirrahmanirrahim Fakolah mukaumater sopohudhun Ahtu bima lam tu fitbi Ahtu ngerti ingsun Ngerti sing ikhato Ngerti sing komplit Bima gelan perkora lam tu fitkang Ora iso ngerti manjeni Aji gelan ma Segesi ngerti Wajib sukalan teko insun, uto masur insun teko insun gaen panjeningan, min sabge insangin kota sabga. Dia saka, ini saka ya aman ni, ibu kata saka, ibu noloko. Kalau ngocok orang ini jadi bingung gara-gara buku selain manusia kan nabisin kan?
Minta baik saking kota nawa sabah ya aman. Rasaba wanoto pekis, sofi kelan, atrip, watargi lan tinggal, atrip, masi tekelawan tanwin, lan ikal tanwin, koki la, tunti sabayu koki la, bili aman, nang nang ya aman. Sumia seranan nama koki la, bismillah, dini lan arahan imbah, lalu ngebi ahli li aman. Lha, dikibari kang ngitung ismijad bin suriqah dan tangwin opo min sabain. Maus bagian diruah min sabain, berarti daigab alamiah.
Si bagian diruah opo min sabain. Yakinin kang min sabain binabarin kelawan cerita. Kau barin dikisiklawan cerita yakinin kang meyakinkan kang benar. Ini sata menengsun wajat tumundu engsun ingroatan engwido.
Tamlikum kang wajani topo ingroah rum engrijal. Yal tawi ingroah kumalikatun rojo. Alagum katu. Kedua ahli laman, sebuah ispul ahli laman.
Iswa kangkai, jenengi rojo itu, bilgis. Kalau kita nama-nama bilgis, nama-nama kata-kata ini. Semua yang nama-nama, kita nama-nama.
Wah, u, tiad nan, dan paringi, sopoim roah, mingkul di jahe, insaling, sabun-sabun, berkoro. Yata juga budo ilahi maing set, sopo almulubu, kero-kero raja, minah alat, disengkro-kero alat, walau kuda silang perlengkapan peran. Wah.
Walau dha'tilang, perlengkapan kurang. Dha'tilang, hidah. Niku hitungan. Hitungan masalah kawin ini hidah. Nah, hidah ini perlengkapan kurang.
Perang. Walau hal ini, niku kata-kata, Dwi Imroa, Arsena Tawi, Ona Arsena Tawi, Dwi Arsari, Nuntekese, Singgah Tana, Alpimun Kang Kekik. Tungguh Tawi, Singgah Tana, Usama Nunagiro, Niku walang pulau Tiro. Walaikulah Tiro, Niku saleng, Nunggisah. Tiro-tiro, Nunggisah.
Nunggisah. Waduhu, teambani ku argaunatiroan. Terti patamulo senti, penguari sanggupi patamulo meter. Luas ini, prampulometer, argaunatiroan.
Wartifahu, salakunan, wirwa. Madrubun, kang jenggawin, nadatio, sito. Saking matlan, peloko.
Mukalalur, kang jitatak, mukalalur, kang jenias, mukalalur, bertatakan, mukalalur, kang jenias, biduri, kelawan, mutioro. Wadihakuti lahmar, lanyakuti lahmar, wajah-wajah, wajah-wajah, awastor, kang ijuk. Jambrut, wakwa langsangik jambrut.
Wakwa ngurungutikak ke arah, iku menalihak putih lahmar. Wahamahnya wakwa preng, wakwa anggel temen-temen, wakwa seng, wakwa anggel temen-temen, wakwa anggel temen-temen, wakwa preng, wakwa koyus, saingan, wakwa temen-temen. Menalihak putih lahmar, wakwa jambar, jatah lantur.
Wakwa jambrut. Alahi wengatasi arah, tak patu abe, bintang, nobitung, bintung. Alah kulibat, bintang, iwutut, wengatasi penjabat pintu, alah kulibat. tiap rumah gabun utaya ono lawang, mutolakong, nganjeng kunci wajah tumendu yang sunha, yang imroh, anto bilgit usungnya temen-temen ini macam bilgit, nabalgit, sengusung, sengusung bilgit, tapi nabata nasional ya bilgit, nabalgit nabata nasional, nabata lokal, nabata lokal Nasa Sabiru blokoh, ni wong nanti blokoh. Mantel wong putih.
Wong nanti wong pemanjal, kaya khasut, wong nanti khasuti. Wong nanti wong nganggur, kaya wong sele, wong nanti wong putih. berarti Sulaiman al-harbil mukad jasa kalau cerita kitab-kitab Taurat Nabi Sulaiman menggun al-harbil mukad jasa berarti Nabi Sulaiman menggun kene berarti Sulaiman menggun al-harbil mukad jasa padahal orang parah kemah ayo, malapinu ngga apa aneh-aneh, saya mikir saya nulis buku saya mikir efek dari Sulaiman menggun Sulaiman berarti Sulaiman al-harbil mukad jasa bumi jengkis ujano ya, tak terlalu jauh Kota tako ngono, ngono koko muka.
Tapi wangangkuru yola, iku yukawalane pangeran, iku yukertane. Iku yukertane, iya sepen podo-podo mati pangeran gole, reskis mono aira, sabut jerot-jerot. Ini sesok menyesatkan.
Misal-misal kan orang ikut toh, asal itik dunya, yaa, kek barang besar. Nyi siadah, eh. Cuma ulama'katanya, boh, itu ngomong.
Menyanyi ulama'itu komentar, izaidu harati sitan, waltidaru, faliziril alim, ilmaku, maila. Jadi kalau ada fitnah yang bisa orang alim harus ngomong. Kalau diri alim, ilmah orang alim harus menampakan kalimannya. Jadi orang alim wajib ngaku alim. Asal alim tenang.
Misalnya Nabi kutu ngaku, kalau tidak malah kena naku lah. Lalu, terus ini kan yang perintah, yang berat. Orang alim ya berat.
Sisi berat alimnya, nomor dua berat ngakunya. Terima kasih. Kadang-kadang orang alim ngaku alim, tapi saya beritahu. Karena sekali orang alim ngomong itu kelihatan, pelirunya teori selain orang alim itu kelihatan.
Orang alim itu beda, alim betul. Bukan berbeda dengan imam alim. Itu satu kejadian yang diberitakan Imam Ghazali. Ini kasus nyata.
Ada ulama alim, tapi alimnya mungkin belum berapa ada. Di Cina itu ada yang aplok, tapi belum aplok. Karena dia pengagum suhut itu, anti dosa itu. Dia menerima paklanya ulama bahwa zaman akhir itu, Hidat zaman suhut, walujumul suyut, warido bilkut, ilahan. Tamu.
Hidat zaman suhut, walujumul suyut, warido bilkut, ilahan. Ini zaman yang menang. Wangus menang, tengok-tengok yang memak.
Mengangkat kakak dari sementara nguret. Kata bisik. dipertahan nanti kuenapa?
Mati. Lalu kapan ya Rasulullah? Hilal. Hinala yang manus jalit jari-jari. Itu zaman ketika orang tiap jagungan harus didosa.
Mana ada moro, ngonmati, ya dugem. Temuk-temuknya umar, asal jagungan tetap dosa. Dosa.
Sambil itu. Jadungan kiai, bekiayu, khasud khasudan. Bejaduan bepreman, omongannya elek. Jadungan bekiayu, khasud khasudan.
Ngo narak khasud khasudan, pamer-pameran pinter. Iwi ria. Ranget. Nah itu ada dua ulama besar. Itu Imam Haroman ketemu temannya.
Sama-sama ulama besar. Terus Imam Haroman bilang gini, gurunya Imam Widya Imam Haroman. Saya berdoa sama Allah supaya pertemuan sama jendengan ini terulang lagi. Saya sangat mencintai pertemuan ini karena saya ketemu wali kayak kamu. Temannya itu wali abdel.
Tapi kata temannya wali abdel begini. Tapi saya naudhu billah ketemu lagi sama jendengan seperti ini. Wadid maum harumah. Memangnya saya kriminal loh sampai jina pun. Terus temannya cerita.
Tuhidbu antatajai yangali watajai yanggul. Kalau kita sama-sama ulama tering ketemu, kuwayo ngambu alem-alem, dengan gaya sekandar wang alem, aku yobo, hadiri boto-boto, iya boto-boto, pamer, dan mulai kumauku. Walau hasil terus, gak nyanggup lama, nyanggup silap.
Ini rungut Allah benar. Ketika banyak yang berjalan ke Jawa, Lebanon, Lubanan, orang kuno orang Arab yang ada di Lubanan, Lebanon, orang Arab di Lebanon. Jadi orang Arab tidak bisa baca lesan, orang Arab tidak bisa baca lele, tidak bisa saka, Himalaya tidak bisa.
Makanya jauh-jauh Himalaya tidak bisa bertanam, waktu kejauhan lele, orang Arab tidak bisa Himalaya. Alhasil banyak yang naik ke Gunung Lubanan. Wajilah sholat, wajilah sholat. Waduh dia bisa lagi, bisa belajar peke, bisa belajar hape, bisa belajar. Wajilah kesempatan berulama, sehingga alimnya kelas dosa, okafos.
Wah, saya hafal tadi, kalau sama tidak percaya lihat di kitab Minhajul Abidin. Kita menopak Minhajul Abidin, karangan terakhir Imam Muzalim kita menopak Minhajul Abidin. Lalu dia ganggaran kitab lagi. Terus ulama yang kelas buat tadi bilang begini, Ya akal-akal hasil, ta'abtu mu'umata Muhammad fi a'idin mu'ubidati. Hati-hati, eya na we tu wislah negeni tengok-tengok wiritan di lengkungiran, uang-uang lu dipimpin wong rapender.
We na ena wislah negeni umatimu sabat, tinggal dipimpin wong orang. Deku setia ilmuni wang, mengaleng uang-uang putih dia ilmun. Mengaleng kira usah nyong alwayo FPI, wakai uspeh kiyon umatiku preman-preman ini.
Ya banyak kaceng di umat preman, kusahal, tapi na, mau ale, kira-kira preman dipimpin wong prender, nanti dipimpin aku. Jadi ulang itu pun dimikir ngomong, jadi kakak kaget dia itu mesti disengini preman tak jamin, atau lama itu mesti preman lakuna, dia ini yang bingung. Nah, jia mo ibu tetap remak, jia mo seneng ungguliyo, nga seneng ungguliyo tambah lagi.
Nah, jadi kini ya gini unggulingan nga ingu, kalau orang itu gini-ingin. Orang ngeriti wale, agreti wale, di umamu. Kuingritik misalnya organisasi tertentu ngurma orang liberal. Palingan kacang, orang gede ngaku, mereka nenggono orang-orang liberal di situ, gede Muhammadiyah, orang gede ngapi, mereka nenggono misalnya orang remak, misalnya. Jokakan Rami Talin Nah terus Tapi nanti wale Kamu menyokal FPI karena ada Karena ada, misalnya ada Karena nanti wale Ya bet kamu benti pimpin apa benti pimpin Waduh malaparan Makanya kurang dikuru, dikata.
Kurang sering dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, aku dikata, Jadi kalau hukum itu bisa dibalik-balik. Maksudnya kalau badingannya seperti itu, makanya ngaji ulama bin Roh. Tidak harus pulang, saya lagi uslah.
Tapi aku uslah, terus jalanan, jualan rogen dulu, terus wah, ya hebat. Maksudnya, ya hebat. Makanya ulama itu roto-roto kancangan. Aku akhir-akhir berdingan di Wong Pasek di Kanjangan lama 6 menopo nama APC. Tapi kadang-kadang Wong Mesiracosa meritik, Wong apa?
Wong Pasek, Wong Pasek. Dia semua, nama-nama Kiai Alin, Pakar Prondohaya, nama-nama Pakar Ki Wong Pasek, nama-nama Pakar Pengedaran Nargoba, nama-nama Pakar Midiayu, meskipun si-si terus diwayo, ya raro. Kami kuewnya biar bergadinya, di pari, di pari bagian Narboga, dan di sini ya pengedahan.
Tapi nanti pari di Ruken, ya di sini, di Ruken, di Ruken, di Ruken, di Ruken, di Ruken. Iya ngomong, sementara ilmu-ilmu saya nggak ada di, sama kemungkinan-kemungkinan, itu ulama. Akhirnya saya ngutang di kanan, saya mended. Waduh, gara-gara kuusah, nek mati, saya ngutang di kanan, saya mended. Saya ngutang di kanan, saya mended.
Saya ngutang di kanan, saya mended. Nayaumuladhe taroktum ummatamuhammad bi'aitil mubid'hatiya Lata'ike rat'gedar bi'aitil mubid'hatiya hati, nah preman-preman orang lain idil anuqiyah imalat bibi'ben wongkabir rat'imobid abid'ben jandawar Nasi'abdari Kulajaya Legria ni wana wong terkenal maling, wesh cilat kenek standar tingkat misterius, wesh cilat kenek, kenek, mesti kenek. Ngu sore-sore suan kaka, iya ii gula mesti mati, gula ni wani dikit peningkat misterius, mesti mati gula.
Naman, awan pintan ni wos. 80-an, 80-an mungkin kan, di suan datang, ini jadi kapal ke, ini harusnya, cuma tinggal mati-mati, cuma mati, cuma tinggal bewas jatuh anak-anak, wakilnya anak-anak, itu ketika kapalnya beri berteman dia, ini memang itu proses kiai kebina umum. Dan itu hanya tiga kiai alam yang berani di rumah, termasuk bakar daya. Yes, yes, we wakiyat ni ana, ee, sakut tauting wakoni, ee, ne, te kuti senang giyai, ee, ne, ee. Era ana, ee, unapakor, utu ni gedung lagi, te, te, sana, ee.
Jere-jere prasalih, misalnya preman, apetan janan gaya-gaya sobat, kapet gaya nolak, kenangan gaya-gaya elak, kenangan gaya-gaya liberal, kapet, sobatnya serah anak putuhnya, ketati normal. Jere-jere bakal, uang sabar musti nemu, erah anak ini musti teti uang sorot. Karena ini dikantor, suatu hari kabar-kabar mati.
Tapi meswati, erah anak-anak itu, kaya-kaya, ini. Dia kan kakak jikalain, kaki. Wong kiai kacanan ngopatek, kisah alam ngapik kacanan ngel. Kaki kiai orang ngedajani ngopatek.
Kisah alam. Lagi bener, biis karek. Ngupur alamu.
Narawan kecemprung ya orang usah, tapi narawan... Ndra senggatut ya usha, dari pengukur itu ya kusih, ya rama ukurannya. Ukurannya ya kukirin, ya senggatut, ndra ya pangil. Ukurannya itu ya senggatut, pangil.
Ukurannya itu ya kukirin, ya senggatut, pangil. Ndra breman-breman di timben, hapu-hapu itu ya, wakil itu solawatan. Di situ ya, kita dimituk berpengiran. Ndra ya, dari hapu-hapu itu yang dimitirin, nanggara kita punya almarhum aman-aman. dan berharga takdirun adib.
Uang itu kakak jadi senang, maksa uang biasa lah. Kalo nge-patek lah, kok senang nge-ngatek. Itu ya sejauh-jauh gak kebatek. Tapi itu ya takdir.
Jangan-jangan yang ngati buku luwet senang nge-patek di bangun nopo. Soalnya, kalau kurang senang, lah uang jawa kan bayar. Kaya pengajian ini kan bayar Ini stadion bayar lah pokok.
Mece itu cara bayar ke Jumatan. Tapi film bayar. Kukurang seneng, sing wani berkorban, mesti mulai gratis. Korban.
Kukurang jadi ketua PBN, uang Jumatan akan bayar. Saya ingin mengucapkan kepada Anda tentang Jemaatan. Jemaatan, silakan bayar.
Tapi tidak berbeda. Ini adalah ajaran saya. Jemaatan. Jangan-jangan kita lebih mencintai mereka daripada mereka sendiri.
Jika Anda ingin mencintai mereka sendiri, silakan mencintai mereka sendiri. Jika mereka tidak mencintai mereka sendiri, mereka akan mengecewakan mereka sendiri. Jika mereka tidak mencintai mereka sendiri, mereka akan tetap mencintai mereka sendiri. Berarti lu ke tenang artis, lu ke tenang nyari. Mekir ni makanya dari-dari khabirin jan.
Hadis almarhumana khabar itu ya bisa rok tapi ya takbir. Takbirin jangan-jangan kita ini lebih menyintai orang yang tidak. Tidak apa? Salai. Makanya saya ini diudali lulus.
Allahumma ammar khabar. Yona iyon aur. Pambil ya, terus ulama ini diperbandingan.
Gawin mawisali, ulamu naik ke temulama, terus diperbandingan. Ini pun lagi, tak contoh nomale gue ni mah. 25 Zaman Nabi'u, nama perang Nung Itnam biar wong kafir menang.
Dunyanya wong kafir disita, nga. Nabi'u pun tak ada apa-apa. Disita.
Padahal dunyanya wong kafir itu sebagian contoh transaksi. Jual beli anjing, bagi, sebagian juga... judi, mungkin sebagian juga tanpa si perempuan prostitusi dan itu binasil Quran وَلَا تُغْرِي رُفَعَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِيُّهَاءِ إِنْ أَرَوْا بِنَا تَحَصُّنَا لِلْتَبْدَوُّ حَلَطًا حَيَاةٍ دُنْيَا mulai juli sebagian orang kafir bisnis itu bisnis itu prostitusi kemudian setelah perang orang islam menang ya tidak hanya orang kafir yang dibawa ke medan perang dikitah siapa orang islam saya pernah ditanya sama seorang pakar Al-Fatihah bukankah itu berarti merebut hartanya orang kafir? Padahal sebagian didapatkan dari cara yang haram. Kenapa Nabi mau merebut harta yang asal-usulnya dari haram?
Nah makanya di Quran menyangkut halalnya goni ma ada ayat Fakulu min ma'al goni hudum halalam. Karena normalnya goni ma itu haram. Kalau ulang lagi, normalnya goni ma itu haram. Karena min amwaling kufar.
Dari harta orang kafir yang mereka kerjanya Nggak bener Tapi kalau dibalik Ilmunya dibalik Kalau hartanya orang kafir dikembalikan orang kafir Nanti jadi kekuatan ke kafiran atau ke Islam Itu kan sama dengan ada penjahat Garang omeng rufin, mau sugerin misalnya Mau-mauin Rufin sugerin di alpak, sugerin Tuh digarong Garongin gogo senti, gogo berdum, gogo ahad Kata Ruge, kata Ruge orang itu, moga kakungan itu tidak bisa dikembangkan. Mereka ini juga tergadang, kira-kira gede-gedean tawaran. Nah kenapa kalau goni itu dikembalikan ke orang kakse, tapi jadi kekuatan orang. Nah yang terdiri perempuan, bahasa-bahasa itu sendiri menunggu.
Dalam aturan perang, kalau perang ya orang menculik, perang. Dalam aturan perang kalau diperang. yang ikut perang termasuk perempuan, sekali kalah ini kan jadi amat. Jadi amat artinya, wang kafir kalah.
Terus misalnya, Sri kita sekal Ruhin, jadi bujunya Ruhin. Berarti Ruhin ngeloni Sri. Teorinya sama.
Kenapa itu menjadi kalah? Kalah dalam Islam kan dua kan, istri sama. Nama Nyaillah ala adwajim, om amalaka'a iman Kenapa? Jadi salah logikanya sama, kalau seri ini dikeloni wong kafir yang mempopulasi, menjadi populasi orang-orang Nah dikeloni rukhin kok anak ini jadi kiting-kiting itu apa? Artinya perempuan itu alat produksi, kalau yang produksi wong kafir ya soro kufaron, kalau yang produksi muslim, soro islam Karena anak-anak rukhin lain gini, gini, gini, gini, gini, gini Ngawur semua, gede-gede, di latih, tau kemana, di poso.
Mana poso, di atas, di beli, di beli. Makanya, itu banyak dosen-dosen, ketika tanya saya langsung tak selim, mengakui. Karena tadi perempuan itu alat produksi, kalau di paket kafir yang merugisi orang kafir, kalau di selam ya.
Yang amat loh ya, bukan terus mencuri, ngambil terus. Yang perang, maksudnya koteknya perang. Ya itu ulama. Lalu kita berkhusus dengan teman-teman, berkhusus dengan teman-teman, jadi janggal sampai peristiwa loko. Aman.
Kutubi akal. Lewat akal ini, bro. Kenapa Nabi menyita rakyatnya orang kafir yang kalah saat perang?
Karena kalau dikembalikan ke mereka, menjadi alat. Lilkufar menjadi alat, jadi kekuatannya orang. Ya, sama seperti nanti statusnya Belkis atau Belkis seperti itu.
Belkis itu ratu. Ratu Sabar. Kalau ini ada dinikahi Sulaiman dan dia ada nikah, tapi putih lelaki itu tinggal digulur, ini salah kok.
Dinekahi anak tua, rapat. Jadi maksudnya dinikahi Sulaiman. Kalau coba-coba komentar, oh ini anak Nabi Sulaiman, gue orang-orang ngayu. Tidak gitu, belah yuk.
Jelam, oh leh, leh jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam-jelam, jelam Kau tidak akan menjaga Nabi. Kau tidak akan menjaga Nabi. Kau tidak akan menjaga Nabi.
Kau tidak akan menjaga Nabi. Kau tidak akan menjaga Nabi. Kau tidak akan menjaga Nabi.
Aku ingin berang. Aku ingin berang. Aku ingin berang.
Aku ingin berang. Aku ingin berang. Aku ingin berang. Aku ingin berang. Aku ingin berang.
Ya, itu akhirnya jadi pucuni dapd, jadi orang sholikah. Akhirnya lewat, Sofiah binti Huyani itu menceritakan tentang ibu daya yang dianggap. Sofiah ceritakan, aku pertama iman, berdua bapakku tukaran bepamanku.
Bapakku tukar supir paman. Paman ini menengene, ia puyai binatok. Ini wajilat wajil Nabi Akhir Zaman.
Nabi Akhir Zaman ini Muhammad ini. Woy ayor roh di patah wujit, taruh di Injil. Terus woy raglit iman, Nabi wujit na iman Muhammad. Tapi ketuaku kok jadi anak buah. Liku soviatu.
Wajib, li Bapak berpaman ini bodo gendone, bodo bodo. Buaran Bapak ini mutus na perang ini. Tapi ini ngedunga berkala. Nara kalah ini, peripot kan?
Sampai ngomong. Ya, kiri tiga ruang api ini ya, sopia. Ya, segini, misalnya, gua walis.
Lapan, tusa, api gua ngaro sopia, terus gua belen, ane ngape. Ganti raki, wong, ngape. Emang nanya, api ini wakuan, walaik ini, adi men.
Laka, lagu mu ini, ane akali, ane rasionali, ane isi. Segini, wakumu itu, husu-husu, ane. Sampai usut, sampai rezeki.
Tapi takut hukum, karena melengkar. Kecil takut itu pun. Hukum, jadi melengkar. Ngani nampak, takutnya selama.
Saya tidak ingin mengulangi ulama, saya ingin mengulangi ulama. Saya ingin mengulangi ulama yang berusia 12 tahun. Saya ingin mengulangi ulama yang berusia 12 tahun.
Saya ingin mengulangi ulama yang berusia 12 tahun. Saya ingin mengulangi ulama yang berusia 12 tahun. Saya ingin mengulangi ulama yang berusia 12 tahun.
Saya ingin mengulangi ulama yang berusia 12 tahun. Organisasi yang ada, Muli berdakwa, Terus gerdek. Biro-biro, Jadi, Tidak ada orang-orang, Ada organisasi, Yang ada, Dengan betanya, Berhemat, Jadi, Terus gerdek. Berhemat, Jadi, Menurah oleh, Malakoyok. Oh, Melandu selama-lamanya, Sumpul, Macem-macem, Sabar, Biro-biro, Jadi, Tidak ada orang-orang, Menurah oleh, Malakoyok.
Tapi, Rasa harapan, Rasalah, Tidak ada orang-orang, Nanda Rai ini, sapa, ini pokoknya, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini Katalah mpuhori diulang-ulang, wakana yulang obuhi maram, jening ini waduh, tapi jalan ini wakani wakani, senangan ini ngakali kanjing nasi, fakulih berhenti ngakali, tapi jika ini nakal ini jodoh, anak nakal ini senangan ini menjijikkan nasi, betul ini uang ini pada daerah maram, senangan ini betul ini sohabat, bahkan kanjing nasi, senangan ini membiara, tapi setiap ini itu. Nggak, ngubiara nung Nabi Mambu, ya dikhat, ya Nabi. Aqimu alayil khadr.
Saiku kutubohat, ya dikhat. Ya dikhat, ya jama'at, ya Nabi. Dari itu saya maklumnya sampai saya pindah umar, saya ngedikan ya khimari, ya khimaru, orang orang dihisiin, ya Nabi. Tapi ketika orang takap terlewat, Nabi dia, ini yang dipakai dari Nabi Mambu, ketika menafsirkan hadis itu, mengharai hadis itu, juga itu khasir alat kolani.
Kata Nabi, Ya Allah, ta'lamu, usai'in, na'uyuk, yukib. Kamu jangan melahati dia, dia itu mencintai Allah dan Rasulullah. Terus kata Imam Ghazali komentar, إِذَا لَتُقْرِجِلْ مَحْسِيَةً مَحَبَّةً لَهُ رَسُولٍ Orang yang masih-mahsiah itu bukan bisa dikatakan sudah mencintai Allah dan Rasulullah. Lestai ini pereman-pereman yang biasa maqiyat.
Kira-kira untuk bisa berbicara berdiri di ini, mantap. Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak Saya tidak mengucapkan komentar, karena saya tidak mengucapkan komentar di Jum'atan. Saya tidak mengucapkan komentar di Jum'atan.
Pertama sekali saya tidak mengucapkan komentar di Jum'atan. Di Jum'atan juga tidak ada komentar. Di Jum'atan juga tidak ada komentar. Saya tidak mengucapkan komentar di Jum'atan. Saya tidak mengucapkan komentar di Jum'atan.
Tapi di Jum'atan juga tidak ada komentar. Lekisupati Wanggula nukwa beka jantan naka ni maulet Seng takoyi wanggat cuman Lius moteni Ngane wantar wanggalen Nga kipi duni sae wala maamakaweti Nga yonk wong tatonan ni maulet Seng kusut Nga kipi duni sae wala maamakaweti Gila ini opo, opo gila ini opo, ngawet satu orang, amin, jaga dan jaga, nengdak, dan uyo. O, sik, yes, dan bala muli, dan nama lawan, dan bala bala, kapan-kapan, gila nama, ya kapan-kapan, ya kapan-kapan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, nama lawan, Sementeng rakyatnya orang tui nyabuk belakang, mes, haa, haa, kudusurin tako ya, kusipatang siang reman, naka ni maulik, tapi rasulat ku punget, ya punget tako. Punget tako. Mau tako ngateni ku, naku so nga rasulat, diwa nga rasulat, dusos, diunget, maulik, ya punget tako, naku so naku, dusos.
Tidak, karena orang tidak tahu, karena mereka tidak memiliki hubungan dengan orang lain. Karena mereka tidak memiliki hubungan dengan orang lain, mereka tidak akan menikmati. Tetapi mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar.
Mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar. Mereka tidak akan memikirkan hal-hal yang benar. Mereka tidak akan memikirkan hal-hal yang benar.
Tetapi mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar. Mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar. Yang jelas, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar. Mereka tidak akan melakukan hal-hal yang benar. Jadi, ini kisah ini kurang ajar, ini kurang boleh mengganti kira-kira ini tidak harus, ini harus menangani.
Tapi, kalau kira-kira ini tetap menghentikan, lakar-lakar ini, itu tidak akan berhasil. Ajar-ajar itu tidak akan berhasil, ini harus dihentikan. Sekali-kali ini, ini tidak akan berhasil.
Tereman-tereman ini, pasti akan ditakuti. Ini adalah yang saya katakan, kira-kira ini. Nis mo nol, na ibu gitaran, so e melalai nanggupu mis, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang ibu salam, wang Ketua penyakit gula. Jadi ini berubah dengan dokter tapi tetap mengonsumsi gula. Terus dia menyingin guna napa berubah dengan dokter nanti ini dia mengonsumsi gula.
Dia ngubit tak. Jadi pengiran, saya ngeroh ilmu medis ya ngeroh, guna nih ngubit tak. Lana rangupin malah mati. Lana rangupin malah mati. Tetapi kan bisa, bisa ngomboi tanpa gula, gini-gini.
Tetap asupan gula jadik tubuhi, gunaannya apa, simpeir so. Bu nambah ira kuningan, bawa-bawa soal, gula ya, orang-orang sana gulit-gulit. Tapi fungsi ngilangin kuningan, jauh-jauh ke fakwa.
Nanggulurakunapangan. Malam hati, lho. Jadi, sosiwale.
Saya kena adanya rasulat, ato ra Islam ke, wani, fakwa ngom. Nanggulantang, ya, yuk iya iseng kuningan, ratantang. Saya kena kecewa, be kereman. Apa gunanya sepuluh maulid tapi orang rasulat?
Woy, saya kira tante. Terus ke wani. Apa gunanya Islam lah rasulat?
Terus ke wani, padwa. Nah, orang tak pernah dibuat rasulat. Wani, teman-teman. Tapi akulah yang rawani.
Nah, orang juga yang peningin, Gus. Woy, Islam lah rasulat. Nah, orang yang rawani, podo rawani deh, kan?
Lah, maka podo rawani ini semenengah. Orang mendesak, kalau malah omong rawan podo, salah ya kan? Kedengeran.
Sehingga khusus-khusus, ditantang, Wani gak muni pulau Islam, Rasulullah itu yang satu orang yang tak Islam? Wani muni mana? Nggak, saya harus jawab.
Gak berani kan? Aku ditantang, yuk itu, sampai lewat wak. Wah, itu Islam lah, Rasulullah itu lah.
Aku yang lakukan, cium, muntuh, diajaran. Ya, semalem mungkin protes sosial, mengucapkan kata peri, kata peri, sesuai dengan sholat. Nah itu nyatanya, si Saber, luwih api. Ndungu baru kaya Saber, luwih berpengharapan, nubat nong wong ratu, nanti bangkiai si Papok, muni-muni kumau. Fahadit?
Fahadit? Wong Papok berarti anti teori, anti gradualism, anti proses, anti macem-macem. Ita ada mong ngomong.
Pada saat ini, waktu yang berlaku, saya yakin, saya tidak akan menang. Orang-orang yang saya temukan, saya tidak akan menang. Pada saat ini, saya tidak akan menang.
Nabi Suleman, Nabi Nabil, saya tidak akan menang. Nanti-nanti nupat nawa kaperku, Rasul kaper di nupo. Nanti lagi, menurut masjid al-isun, nawa nura iso kaper, setelah mengakoni, disono kukir.
Ketika mahal, ketika ibu iman. Iman itu nikmat paling besar seolah, paling-paling kecilnya yang bisa dijaga, hati. Sehingga orang kehilangan nikmat seolah, terbuka kehilangan nikmatnya iman. Paham, teman-teman?
Biasa, kan? Nah, itu pokoknya orang lain yang tahu. Nah, kalau orang Fahad, saya kata, kan jangan menggigal. Muka-muka saya pihat-pihak, saya kata, apa saja itu. Orang-orang tadi kebelas saja.
Ya, iya semua orang lain. Nanti ketahuan, ya. Terus caranya, tidak punya lagi.
Ya, itu. Ya, itu. ngaji kumbe ulama, ulama itu mergoti kembandi.
Waw kata setiang uslah, niku nabi-nabi ngendikan uslah itu kapan ya rasulullah halal, kena layak manusia itu, ketika tiap jagungan mesti ono du, misalnya zaman akhir lama temi jagungan, orang tani tonggok. Misalnya orang kata ini, bodoh-bodoh pamer ilmu, pamer pengertian, macam-macam, ini ya salah. Tapi nanti banding no, saya kira kondong-kondong aji sama asap terjalanan, kuyon cekungan.
Saya ngaji cekungan terus ulasi kuyon. Saya kira pas api kuyon, saya kondong aji, artinya sedang tidak maksiat. sampai orang wedo, sampai macam-macam. Saya ini tinggal masyarakat, hukumnya ibadah, orang ibadah.
Saya ini masih keibadah, tapi kuyon itu sebetulnya. Makanya sebagian ulama usul seperti ini, mubah itu sudah ada, yang ada itu wajib. Karena saat-saat sore-sore ini misalnya sama negara wajib, kuyon masih kebanyakan.
Kuyon itu mubah. Mubah itu tidak ada gajaran, tidak ada apa-apa. Itu teori yang salah menurut bagian ulama.
Bagaimana kamu bilang guyon itu ngubah, Begoncok? Wah, guyon berarti lingkal maksiat. Lagi kalmaksiat, uganjaran apa, Begoncok? Uganjaran. Maknanya guyon, Begoncok, uganjaran.
Nanggola senang, nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang.
Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang.
Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola dukuyon, gemakulon, senang. Nanggola Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya.
Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya.
Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya.
Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya. Kami tidak akan mencoba untuk mengubahnya.
Nani spekian pakal itu pekian, takkan itu rupi ya wakil. Mereka keba turu, berarti galina, wakam ale, gak ngerasaini wong. Mereka turunewang ale, mibeta, mereka ke turu, berarti dibanggatia, sulat atiwam.
Turu. Ia wakil dibenta. Lagu nangibeta salah peraninya.
Permangan warat angok. Warikum waspambat, pombos gok, permangan suru. Lha niyati mana gimana? Gali so nganto, nanggala sore so turu.
Lha uuuret, uuuret. Nguribus, mbole orang-orang. Meskipun ane pengiraan, nanti kita jauh-jauh, apa ane? Mestinya orang-orang nocarane nguribus.
Kita nganto, itu pasti kalau niyati lah. Keninggalan siasat, itu dengan siasat. Tunggu raya yang rakan ni uang raya satu-satu, ngona tangi nyati sholat jubur, melayak nyati delok kudroi pengiran, delok ronggimo berjengguyu alhamdulillah, delok umung tangi ake, katusya ake, berijaya islam alhamdulillah. Sera usapaya unang uang wikial, sole ape muten ape.
Unang ijamang kati napi muten ikial kata, tiang unape kata. Naya ceri bangu ija, unang uang oben masarakat sempurno ibuang sompon. Unang ijamang napi unang unape kati mokue ape uang sempurno.
Naya sompon muten unang muten ape. Faham? Saiki ijamang napi kata tiang unape kati.
Naya iya kuwe tibok uwe wapel kong sati sosio naro soka. Ibu ibu soko. Buye wong mige, e tapi narasi kita-kita ure boraduwerepo, kita-kita, tamu ngerusukoi jan, kutita-kita nani tenta di biayok, ngerasi kita-kita kuya soba e, delo delo wong, delo, delo wong e, delo, kutrewe pengiran, kutrewe pengiran macam-macam, nong supaya nong narat, nong peleru nong macam-macam. Sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga, sehingga Nabi Sulaiman itu ciri khasnya Siti Goni Sulaiman itu Al-Ardil Aduh, betul-betul ciri khasnya Siti Goni Sulaiman itu Siti Goni Sulaiman itu Waktu itu, Neng Sileman tanpa istina. Bismillahirrahmanirrahim.
Wajh jelas dia yakin, ya. Berteras, yakin. Neng Sileman janggutin.
Terus, tabga ini ku tiang-tiang. Tetis balut kita, kita pilih kita tiang-tiang. Lalu pilih kita ini ku, wangwetok, wayu.
Ini, ben wanggana ngadat. Kerajaan ini luar biasa mewah. Tapi, laki-laki pilih-pilih itu tidak akan terjadi, karena karena itu seperti, tidak akan terjadi, itu adalah pertatangan. Itu tidak akan terjadi, tidak akan di ruangan khusus, tidak akan di tempat lain. Bersama dengan surat Nabi Sulaiman, ini tidak akan terjadi.
Itu mengirim ujian kepada Nabi Sulaiman. Di Tulisi, nama utasannya diomongin, kok Suleman nakamu berarti rojo, narakamu berarti nama nanti. Labil kitu yang namlarate, marteniku piram-piram, didunggot, corosanikitu disukani pita, didunggot lagi, dunggot sapi. Barang Suleman ngerti, dikandani malaikat, dikandani pilih, dikandani go.
Sulemano ngencen, nggawe jalan emas. Uang jalan kemas. Tinggiril kong ngeke ijaran-jaran. Ijaran elek, ijaran tenang.
Yungu ya yungi se. Barang utusan ibilkes, gowo hadia, urpang sanik diibat, urpang emas. Masing dihiyat. Jepun emas ninggolo, jadi gedokan jalan. Wah, yang langsung lemas.
Waduh, jepulnya emasnya gini, terima pindah kedokan namanya. Entah. Jadi Nabi juga ya barang.
Tidur namanya, kan ada anak orang yang jeput gini diwakil. Hahaha. Jadi Nabi Sulaiman juga ya tenang. Ya seneng-seneng ini ngakali Nabi Sulaiman.
Jadi nanti, kadang-kadang kalau ngakali ini, ya nanti Nabi ini, rupanya Nabi ini. Nasi Sulaiman itu rungka berjaya, pilkis itu ayu terakanuan, iya tak tanya. Tapi jadiku iya rata sembuhi weh Sulaiman, runga-runga ayu buat tira. Roti jadika ikosit, nasi ilik pilkis itu rambutai, ukaya nopo, cairan. Jadi pilkis itu ayu, tapi sikil-sikil nopo.
Nasi Sulaiman sikil, nasi ninsengan kapan tuh. Lha nga garroh, mwong kepedroh korarroh. Nolani kaya toleh nama-nama jenik nama nawa.
Ia s'pengenani, nolani mwong kutu, ibu nyoro. Tase kutu bohon mati mwong toleh, tapi ibu nyoro. Nase tiwakira poko naora.
Nanggilewa mwase lho, ringga seri tau nanti Sulaiman ibu, mwong kong ayu kong yatiri, piak siha, kong belai atu, mwiri nonggo. Sehingga perang itu seramu dua bilbis, seramu dua perang, perang dua perang. Dua bilbis akhirnya Rakyat Kuat kirim pahukan ketika satu farta, satu farta itu hampir dua kilo, dua kilo dari kerajaan Suleman, Suleman, Rakyat Kuat, dirimu pahukan.
Bilkit melok, melok mimpin. Akhirnya Jerman ngomong, Soko tingso lekarno hingga tanahnya Bilkit. Jadi diifrit, Anak adik-adik ini, Kau belahan baku malu, Memakami. Kura siap lekarno, Padahal yaman, yaman kok.
Palestina rian perjalanan dua bulan, Jorok kala penerbangan dua jam. Penerbangan gue, terus jadi ipret saya bisa mendatangkan sebelum kau berdiri. Jadi Suleiman, uri suatu amin balik.
Saya ingin lebih cepat ketimbang itu. Ya terus itu kohlan lagi, aintaku ilmu minal kita, ala hati-hati, kau belajar takda ilaihkan aku, terus. Terus akhirnya Nabi Suleiman itu, kenmaru. Ket meram ket det, niku kerajaan e Pilgis monten beriku. Singgah tanah ne sinton, Pilgis monten beriku.
Akhirnya walasil, Pilgis niku ngeberiku. Beriku terus. Tidak koi inawa, tidak koi gada njolema.
Ahak gada arsuk, sejora ahak gada arsuk. Apa betul? ini tinggal tanah kamu, apa seperti ini, ada katanya itu apa seperti ini itu kan tidak pinter, kalau lihat, kan naku, kayaknya iya, jadi mulai dari itu pinter, kemudian pinter kalau tidak pinter, pinter, kalau tidak pinter, pinter, itu pinter kalau tidak pinter, itu pinter, kalau tidak pinter, itu pinter Haram, tapi kalau manhat itu harus kenapa? Ngebet, manhat itu metode, metode Jawa itu pasti ngebet.
Apa ini arah kamu? Saya pikirkan kalau sekarang itu ya kayaknya iya. Kalau hari ini Sereman itu, ya nanti ada lagi ibarat, kalau ada lagi ini.
Enggak, sopom, mamarotu. Menkohari, teteke rumah kacara. Ni sore kacara, niti ke isweng.
Teteke tionde wa, teteke maho, nak ninten ututu, soho nak higo ninten. Naurar noko nukerro, naurar noko. Teteke teteke nabitue mungu. Nye iyo, nak ninten ututu, soho nak higo.
Teteke naurar noko, nukerro kio. Oh, kakak kiri-kiri kakak meliwati iku, terus si gilip di cincin. Tapi kan, gue emang gak ngomong.
Takut melok deh, kakak tetap ngomong itu cincin. Oh iya, kakak ngomong begitu. Gak ada sampean biar kukumin sekirnya, walau makanya kukumin makausnya semua biar. Orang ngomongkan nyingcing, tapi dikening ngondisi, eno ben bilikin.
Tapi darah itu seorang orang ngomongkan. Sekarang di rasul, toh, pilih-pilih, benek, menjepakan kondisi. Bilikat menyingkir. Oe, Pala maru'atgu, hati-hati urabah, Ujjah, wakasabat, Ansapaya, Waranjibun lo, Mokok agar bangun, jerubisan.
Nah, ketik kan, izinnya titik, lana jerubisan. Ujjah, ujjah, ujjah. Oe, Pala maru'atgu, doh. Khasifat hulud jasaw wakajapat, Anshapwe khaswe titinjam, Baro titinjam sipuli kakakhtani rikshirinita, Oraonong weto, sikilak, sipilo sikile, Kisai suleman, unakaya jersin, Sipuli sikile mwakakali atu uta, Berdato rasun nangyawo, Berdikini, Berdikini nopawli awis, Tengung, Ewa kakile kakselo nangyawo, Mada wara wakil, Dengke sikito, Nakutuleman kakselo nangyawo, Arawar, Arawar, Arawar, Arawar, Arawar, Tapi gini kaya sa, li yuk dihukum ni. Maulane ini, ini dihukum Rabakal sepi ketua nabi berkarak ni nyurut saya, lakuan ni ngunik.
Hahaha, ngonoa iu, sepenting. Maulane Rabakal ini melak ulu lakiu, maumane ketuane. Wonggonggong, nomadili, wonggong.
Wonggonggong, ngonoa. Maulane ini nominasi ulu lakim iu, rapamane ketuane. Ia mau nabi, unuwa. Tapi selekan daraku ya, tu, dihukum tu Allah, dihukum nabi. Hahaha.
Ha.. Si.. Walaksel akhirnya di ngasih cerita Ustri kek akhirnya tunda Walak tim si Indran Rasni terus ke aslam tu Ma'a Sulaiman Nabi Zulalir Ustri Alamin akhirnya Ke nyata ni ke prosesnya panjang Ke uang Islam na uang ke prosesnya nama Katanya dia dewa Akal-akalang kata sama-sama Ke mulana ini nanti ngintikan al-harpu Nama khidmat, uang perani Walain ibu Tapi nipu singgah jeno apiye aku. Perang diulang nopo nipu.
Tapi nipu singgah jeno apiye nopo aku. Kata Suleman jadi nipu. Deni lah ini ya ngerti nama itu apa nanti gue gedokan.
Kalau gue tenang ini mah amok. Cuma kalau satu teori, satu strategi, gimana BNP LBK itu, dan masih dikemasi, wakil, dihias, semuanya ini dimusik, lu gedokan, lho. Nggak suatu saat BNP LBK ngerti, ini Culeman, mati, diadaini, lu dupulir, dan senang. Ya, kalau tak teritok, itu tidak bisa dipikirkan, terutama dengan yang mengerti strategi ini.
Agung, kalau mulai menang, itu tidak akan berkaya. Jadi, sebetulnya, maka rupa, maka ropa, itu tidak akan berhasil. Maka ropa itu, ropa itu juga punya trik. Dia punya ropa?
Trik. Triknya ropa itu tentu saja halal. NUEM BIN MAKBUR, NUEM BIN BIN MAKBUR, NUEM APALOI, IKU TIANG ISLAT, TIANG YA RUDIH, TIANG YA RUDIH, KOMPONEN WRAP BERAGAMAN, TIANG YA RUDIH, WALASA NUEM NIKU MAKBUR ISLAT, PAK PERANG, RUWAN NAI PERANG NUKONG, NUEM APALOI PETAAN AITA, MAKA MESTINA TU MENURUT KATATAN RESMI TU 480, 480 APANAKBUR, NAK MESTA MESTINA TU.
480, yang tulisan resmi ini. Biasanya 480 kilo. Mekah Medina itu 480 kilo.
Nabi posisi di Medina. Biasanya seperti ini. Kabir Quresh itu mengirimkan pasukan, setuat-suatnya ke Medina. Orang Yahudi, Quraidah dan Yahudi Bani Nazir itu, Bani Nazir sekitar hanya 7 kilo. Gitu, di sini, di ruang ini.
Terus ada Nasara Nazirah. Kenapa? Berarti, ada kan ada Quraidah, Nasara Nazirah, Yahudi Quraidah dan Bani Nazir.
Empat kekuatan ini sepatah melawan mukamad. yang mereka menyebutnya Muhammad. Berarti disebut Azad. Azad itu jauh kecil. Jamanya lah, Pak Tengok.
Maka dia berada di perang kuali. Perang apa? Kuali. Jadi Nabi ngalami perang direbut empat kekuatan besar.
Akhirnya Nabi yang sedangkan Nabi-Nabi yang dikitinggalkan, dia berpunyi-punyi, tak latak dari Nabi. Perang kira-kira kalah, semuanya mengomah dari Nabi. Pen-KP Pengeran, dari Salman al-Farithi ar-Rasulullah wa'l-Nunyi'un Sayyidina Muhammad. Apa, Ma?
Ini ku pendapat sama Wahyu. Ini orang-orang yang pendapat ku. Maksudnya, ini orang Wahyu yang keluar abang, tapi orang pendapat di sini kan keluar abang.
Ini pertanyaannya, Wahyu al-Hafawilika, amhi al-Hakita Tuharti. Apa ini? Magidah, magidah itu mereka yang sakaidun, sakaidul kafirin, ilhamidul alamin.
Nabi jawab, ini hanya magidah. Setiap zaman, ya Rasulullah, tradisi kita orang Persia kalau perang pasti kalah itu bikin punter. Ukurannya adalah, sudah terbaik pun dah kita nembus, kita melompat.
Tapi Nabi menghentikan, ya sudah tidak apa-apa bikin punter. nomor dua, kalau perang kemudian kalah itu kita harus memapak musuh di luar kalau kita kalah anak-anak kita melarikan diri jadi Nabi, yuk ini adalah kebenaran Rasulullah yang akan diberikan kepadanya tapi Nabi, di sini, di sini itu Nabi, itu jurusi pengiran tapi kalau di dalam masyarakat itu rutin tapi Nabi yakin, itu rutinnya itu orang pengiran karena Nabi itu mesti, kalau berpikir itu waktu itu, itu rasional tapi kalau di dalam masyarakat di dalam masyarakat itu sampai 6 bulan dari itu orang-orang itu sudah bisa Kuda terbaik gak bisa melompat, panah terbaik gak bisa sampai kaki nabi bergauntun apa. Waktu saat ada lela dan berita ada hujan salju, hujan salju orang gak berani keluar dari tempat. Terus ada orang sawat juga insan, orang rumah rumah sawat juga insan ternyata no end bin masuk. Ya Rasulullah, saya ini tidak masuk Islam.
Dan tidak satu pun dari kaum saya dan mereka yang tahu kalau saya ini Muslim. Dan saya ini mitranya orang Yudhiyah, mitranya orang-orang yang lain. Dan saya ini bukan orang yang berbakat, orang yang berbakat.
Dan jelalani kupas kisah jum'at jum'at akhir. Ya Rasulullah, nopo pulau bujong, perlu ngakali mereka. Jadi, dari kan tidak bisa, wih.
Ya, wakali, ya, nopo. Fainal firqah, fainal farqah, kita. Ini perang, ya.
Ngakali. Tapi orang ngakali, ya, gue untuk duit. Ini kriminal, ya. Gue tenang akal lagi, nopo.
Kalau di hati positif, di hati kriminal. Jadi nanti, ya kaya nampak sakit aja, kerang itu wujud. Terutama di bentuk obat, di gelombik itu. Akhirnya itu emang marah itu yang apa?
Marah itu yang Yahudi, Yahudi Kure itu. Yahudi Kure itu, Yahudi Bandi Nazrat. Jara nya 7 Kg, ya beda ya? 7 Kg, 7 Kg Ketua nya di mana? Di Yahudi Wah, kebel kerataan Woi, perang kok PD, perang kerataan Woi, kita ini didukung oleh orang Kure Pasti kita menang, mereka ini mayoritas Sekarang kita maling kita Orang Kure, orang Kure Wah, Kure, wah, memang Perang itu, nak bermenang, ini mulai Nak pas mulai, ini kek ini Tukang kecewek, antang-dangan, mau kama-kama Jadamnya di lakuinan nanggokwe, usen parah.
Mana, pokoknya kok jenama-jenama, iyo, kok wak, ngajar, ngajar. Kalo kongkongkore, mulai, pangkat-pangkat, kongkolog. Gilo, mesti kona, wes, raperan ini menangkukwe, segelat-gulang. Tati, kok jadamnya wong iklan, di lakuinan nanggokwe. Wajar juga.
Ngakurang-ngajar, ngakurang. Wes, tadi kongarani wongkore. Abis-abisan, abis-abisan, tadi kisang di parah.
Apikot ya, aku marah ni Yahudi, Yahudi, gaya ni emang itu, orang-orang itu, gaya ni, toh, mungkin orang berjaya, jat perang situ, ada situ satu, mana ada Yahudi, toh, di sana, gaya itu, bisa juga nyerang, toh, perang ini, namanya niat perang harus nyerang ini, ini, ini, kan jadi, saya mengu Yahudi, jat perang situ, yuk, rapet itu, weh, tenang, apikot ya, marah Yahudi, ya, masalahnya, perang, orang-orang, jat perang, Ah, aku suki an elek, setu-setu wang aja. Uwa nguleraan regani ya uci kok tenana. Uwa, uang ya uci ngerti, ula, suki anu gendor. Uwa, dia memutus kuat. Kuat, iya, setu-setu, uang ya, uang, uang, uang, uang.
Uwa, tak pedek-pedek. Nanti ku nane kuno, haka lu, iyo. Nanti haka lu, iyo. Nane ngamakaru, ngamakaru.
Iyo, nori kaya saya, iyo. Tapi, singpesek. Nanti Islam nanti ake, ini ini biar ngarokan uang-uang wayok dengan air ake, juga air ake.
Jadi air wayok di rawan, berkatannya kakek anjung. Yoi biar di situ, yoi. Umpon-umpon di situ uang Islam luar air ake, mungkin populasinya kalimbenan nunggu. Nanti lagi yang sembah hukumnya lah, nama-nama dunia, apa lagi, nama-nama. Ini sebagian contoh rekayasa memperbanyak hukum, yang kira layak lalu, lalu satu sementara, nanti lagi wali-wali di sewa aja, lagi Islam, nama-nama.
Islam, nama-nama, mayani. Tapi nasi lalu, nasi itu lah putih, kecil, lalu satu akun, nasi itu lagi yang kemumpreng, nama-nama. Tapi roh kegian kegeni Islamu lewat Mahidah.
Lewat nonggo? Tapi Mahidah sengate. Asli ni umyawuti belomu.
Ura, emang matang lo yang meravokasi Nuan. Iyong yawuti gue putanggani Muhammad. Ketika perang itu mulai, itu berapa besar? Ketika saya berpikir, itu benar.
Ketika perang itu mulai, itu berapa besar? 480 kilo. Tentu tidak ada yang tidak bisa menang.
Tidak ada yang tidak bisa menang. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda.
Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda.
Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda.
Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda.
Mereka menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Tidak, saya tetap berdoa kepada Allah. Dan ini adalah ulama-ulama.
Tidak menerima hidup saya dengan kebijakan yang saya lakukan. Tetapi saya tidak menerima. Saya tidak bisa menerima. Saya tidak bisa menerima karena saya tidak memprotek. Akhirnya, ketika kejadian saya, saya berdiri-diri.
Saya berdiri-diri, saya berdiri-diri, dan saya berdiri-diri. Saya berdiri-diri, saya berdiri-diri, sampai habis. Saya berdiri-diri.
Alkimo, krimal berpergolongan topik Ibu, Fahad Pangla Ali merikau wa juridal, langpa, kewadah wisog danis perang lah iso menang, amin puting beliung, koyo ngejes, kocoran ajit. Jadah wisog sen, hirtat luar, jom muleh, moro mekang. Jadah gali-gali bala-bala naku isin, urang perang menang kok muleh. Koi ra muleh langus, tetap muleh. Koi aning muleh, koi aning muleh.
Adire, nubuang tetap menang. Adi, perang hondak, otot perang aset, nunamine hondak, gulai nopo. Iku menang mergo oma zibil, oma izmrofil, sing, nga takno angin puting gini. Tapi owa rambuwa akal yo mergo no peristiwa no angin watu, yo no peristiwa akalnya Salman Al-Faiz dijawin opo. Dan saya ini wama perjaga akal opo.
Oh anak buka kuatan supra, ya ubi-ubi Allah ujad yang paling kuawaso. Tidak pernah ngusung ajak wali-wali yang miso para pengiran. Sini kita ujad kekuatannya Allah, cu racional.
Makanya nanti ceritanya Mbak Hamid Faisalwi langsung nggak pernah mbak Faisalwi lho. Mbak Hamid Ubin Faisalwi, Fius Kulonu, Mbak Yuni Mbak Faisalwi. Mbak Yuni kan, Fius Kulonu, Mbak Yuni Mbak Faisalwi. Jadi Mbak Hamid Faisalwi nanti ceritanya. Perang yuha, aku fitur November.
Ternak lah, aku fitur November. Tarang tungtong, aku wan berhasil masari. Oh, cuaca fitur November. Kiap kesin kau buntu curung, kau. Lah, maku tes uji.
Sintonya pun pesawat, ibu. Kiap kesin, aku ura iso. Akhirnya, ada-ada, coba-abira fitur 7 November.
Kau ikiap kesin, kakak lomong. Kekinu, kesin. Perang, ika kesin, menarik. Tukangit pulut tawa Tawa hamet sikita Pupo Tere hamet sikita Mak pupu e popo Tere hamet sikita Wala perangguluk utuwa ake Sa are-are sura po yung agun e ka Singba apa jamu Kerajaan, lalu masih orang-orang perang Kurokawai yang ada. Jadi kata-kata itu di tentara, yang bapak itu sebagai nyeblok, kalau tidak, itu sudah dikulahkan oleh Jenderal Sudirman, itu dikulahkan oleh Pertama-tama.
Jadi itu sudah dikulahkan oleh Pertama-tama. Jadi itu sudah dikulahkan oleh Pertama-tama. Jadi itu sudah dikulahkan oleh Pertama-tama. Jadi itu sudah dikulahkan oleh Pertama-tama.
Bapak itu, setiap tentara itu ke Timur-Timur, Timur-Timur itu dikulahkan oleh Bapak. Begitulah yang dikatakan. Saya tidak ingin mengingatkan kepadanya, karena saya tidak mengingatkan kepadanya. Saya tidak ingatkan kepadanya karena saya tidak ingin mencoba. Saya tidak ingatkan kepadanya karena saya tidak ingatkan kepadanya.
Tapi segini zaman ini, wong kesemangat ya kukun, babes rarap ngopo sejar. Yus ngoni. Ini raka protes, yus ngini ini kersanai pengeran.
Ong ngukumi tirik perang di kersanai pengeran, kui dihukumi kenang woy ya kukus. Yus ngini. Bahaya, merku itu mau. Pengeran ini yu raterimo, naman nangik perang, poni tak umo krono akali cinta Salman.
Aisai. Merku umo krono akali Salman, kok wong kak... Kaper ngentai ini berbulan-bulan mati, wong, itu. Mereka kehilangan logistik.
Tetap yang marah kalah itu, Fahar Tawna al-Ibu'l-Ikhaw, wajibnya itu dulu, langit-langit. Yang marah kalah, mung kafir mulai, mergoloh angin, buberi. Ini, ini.
Tapi, itu juga, buah jatah ini, selalu mati, itu ide, lho, maik, hontar, mulai dari ulama-ulama itu, muka sapa, gue jadi ulama itu, mending mau jauh-jauh ngakil. Al-Qur'an tetap ini, diminat gini. Seragam itu, rapatnya masuk akal.
Ini namanya, Pembangkang yang menangkap adalah orang yang beragama. Saya tidak menceritakan, saya adalah paman. Saya paman. Saya sudah berada di perang. Saya sudah lahir di kapil.
Saya sudah berada di perang. Saya sudah berada di perang. Saya sudah berada di perang.
Saya sudah berada di perang. Saya sudah berada di perang. Saya sudah berada di perang.
Saya sudah berada di perang. Saya sudah berada di perang. Saya sudah berada di perang. Ya, yung ingali lawa ita ila ibu nama, rajivu, nye keringkibu ya pente.
Mwari kwa sampean keringkaini, sopa aluken pente. Akili, ngile kiai terapkai. Nuko, sengra terapkai, keringkaini. Mungkwa rana keringkai, sopa waini ikil, malara karu-karu, wani wameyarana, sengkai, siyarana nama.
Yes, ngono pengirang keringkibu haram, tapi yono sakit kare. Tunggu yung rasane nama. Perenti yang kibeto. Akhbar di atroh, ya Rasulullah ini tawanan saya.
Ini dari akhbar. Ya Rasulullah, saya itu tidak ditawan orang ini. Saya ini dikangkap orang. Si ngomong putih, ngambil serban, ini-ini. Ternyata si nyetel akhbar itu jebri.
Mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mwengi, mwengi mweng Tapi ini berhubung sama kan ini, ini 4 periara semua ini, ini mati di pulau, mulai ini 5 pulau. Tapi, ini yang dikawali ini, iya iya, dunia ini, itu pun, nanti orang-orang polisi, nanti orang-orang masyarakat, buktinya apa? Nanti di pengadilan, dia 21 belum, wah, ini orang-orang, ini gue sokoh, ini dia, iya iya. Tapi akhirnya garing perang menang. Aku ngiling nomornya, soal apa, salah satu-satunya, aku mbak lagi nomor.
Kota lagu mba ma roma ita id roma ita, wala agin na wora roma. Kue perang badar menangin orang mergok kue. Mergok, campur tangannya, obat tukana ku.
Wala malam takutuluhum, wala agin na wora. Kota lagu mba ma roma ita id roma ita, wala agin na wora. Nah, cukurnya di mana menangin ku kaji nabi, bareng musuh wewang kakir kan kita ngasut.
Wala ngasut, kita sama-sama ngasut. Kita sama-sama ngasut. Kita sama-sama ngasut. Kita sama-sama ngasut.
Kita sama-sama ngasut. Kita sama-sama ngasut. Kita sama-sama ngasut. Nabi Muhammad s.a.w. mengatakan, Tidak, tidak, tidak. Tidak ada orang yang mengatakan, tidak ada orang yang mengatakan.
Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Jadi perangnya tidak bisa ditentukan. Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu.
Mereka tidak tahu. Tidak ada orang yang mengatakan, tidak ada orang yang mengatakan. Janganlah mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu.
Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu.
Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Tapi mereka tidak tahu.
Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Barang mulai gitar, gitar di rumah, so Allah nurun ayat, walam takutunuhum walakin nabohat, kotalah umbah mahrumaita, hidromaita walakin nabohat. So, makanya apa Quran itu yang kenangan, paham ya?
Minimal kaya uloh. Rok, maksudnya samaanannya tak taksirin. Nara roh, ya sudah terus mati, yaudah, bahaya, terus mati.
Barang Allah nurun ayat. Aku terus ngomong apa ngerasa, terus ceritong ke ya rosa ngomong, aku rosa nga nate pade bacaan di buder, ngerasa bacaan nga temen duduk. Akhirnya dong aku tewe-tewe, lorakot doi nini, mwala.
Aku di bagi yuk. Yus ngoro pengira. Nah, akhirnya, kaya-kaya yang rontok kata-kata itu, penanganan sejarah, sehingga akhirnya dihapus. Nah, itu.
Kalau orang-orang Islam yang rasional, semua kampus-kampus yang ada di sini, ceritakan sama Al-Faizyib, sempat rasional langsung. Lalu, aku mengalami, bro, aku yang menengahnya. Aku menengahnya, aku yang menengahnya.
Nah, orang-orang tidak melak-melak, karena menghukumi diri, dia itu rarangnya, itu menghukumi. Kalau berbentuk itu, menghukumi apa? Wajal wong rog kapir, iwayat nabiku yakstuk urok, jadi yakstuk yukob jodan widuror, bin payak su ala buji yukufar, wakola sahati buju sahati buji. Nungu, sohbat iwayat. Akhir wong kapir, nah tapi nabis bagi manusia yukra ison, wong masa mohsat, deman kok ison ijak no wong kapir, sewu, opo nabis, masang kitok-kitok, melalai bepengiran, di lingok wama, rong maikam.
Idroma ijad, wala jinnaboha, kaya yuraiso, ngantong tisit yuraiso, sing ditismo. Kami, kiri sopet, terus di awal, pokoknya rasgilaan bawal, rasgilaan kapetnya menang, mulanya agomel, yuridu buah, mungkiza, tapi yuridu buah. Akan. Ini semua orang pemenang, kaya uang itu, kaya, Akan, oto, terus ini budaranya kiri, yang nanti diayai ngopi, toh, anti-aka. Kepungan ini orang satu yang menengahnya, menengahnya orang satu.
Lalu kita bagi peluang sering untuk undangan, undangan-undangan istimewa untuk biskara benjir-benjir. Tengah pahamu ki ae terkena tuku, tuku ni presiden lho. Wanjana ni presiden, kecah tersen sinin to ake. Naga kuwa posyidara karawan ki ae. Terkena wali pena, na jine pokoi uri pena.
Nekula posyidara. Kehene karte, kera kera wana, apasot no punta. Kerti ye. Angketa pa iti ae, kesi ae ngote, kender tasawa.
Aku mau di bener ya Allah, nakalang, mau di kalang kok nanggap bener nih Perkara itu tadi, gak ada dalam sejarah, yang nanti itu udah ada titiknya Perang kontak itu secara akal, semua secara sepakat. Tidak ada yang mengatakan Salman Al-Farisi adalah kontak. Tapi dalam teori kita, dan di mana yang mengatakan kapal hancur itu, itu merupakan teori Nuhain bin Mahfuz. Tidak ada yang mengatakan Nabi Yuracan Al-Alam itu adalah Nabi Qalabit Salman bin Nuhain.
Ini yang mengatakan apa? Ini apa? Mergolah angin? Putih beliung lah, ini benar.
Ini benar kapal. Perang badar itu, mergolah menang, itu soal penang surat menangan. Bapak-bapak Tapi tolong Kami bercerahan ini musuhnya jauh-jauh masjid-masjid, jauh pijak rada, rada-rada, takut belomot. Wami kumatuh berjaga-jaga ini.
Barang-barang goni ma, ayat-ayat itu orang, nabi nerangno, mungkin ya Rasulullah, kalau itu dihimpur kaget, orang tak baca kok, dati berjaga-jaga. Tapi kata-katanya berjaga-jaga, bersemurung-murung, dati-dati goni ma, macam-macam. Mereka jahit abad, barang goni ma, ditik-titik langsung.
Ya Rasulullah yang menangkap saya sudah orang gini, memilih dua orang yang putih untuk menjelaskan. Jadi saya berkata, tidak perlu sopo, ini kelaku, demam, aku tidak mau ragu. Lagi ternyata jibril. Ngani mabuhari gawit tamu, senggini, bel pun siapil-pil. Gap kesunatan nganggu baju nopo putih.
Rubin ini ditanoh, cipril saterang pester nganggu baju putih. Gua tengkatik, maksudnya paham ye. Maksud cipril, raihkan nasional, sromotin nopo.
Tapi ya, tapi ya, tapi ya, tapi nengi wajat, rujit, nengi ngelak nopo. Nengi ngelak nopo. Nanggap mangal be'aku, tapi yorahem, yorahem. Nengi ngelak nopo.
Maun e, Kisah-kisah saya, akhirnya saya bercerita, saya mengerti, saya tidak ingin menggambarkan apa-apa. Saya mengingatkan, nanti Suleman juga mengatakan. Suleman itu berkata, saya tidak ingin menggambarkan apa-apa, saya tidak ingin menggambarkan apa-apa.
Saya tidak ingin menggambarkan apa-apa, saya tidak ingin menggambarkan apa-apa. Saya tidak ingin menggambarkan apa-apa. Saya tidak ingin menggambarkan apa-apa.
Tapi orang tinggal raja, nah uang tinggal sana, kongkoyaman, kong tak kedeban beribad, tuh, balik. Berarti kombinasi antaranya akal, baik, it. Uang lagi, kongkoko ting perang, kongkoko mokok, yorang anu ting nyebel. Itu semua orang pengeana.
Dan saiki uang ting apalakal, toh, sepuluh. Tapi uang lama ikin, nggak sepuluh makan. Tak boleh, bener juga, mbok tak roh. Ya sungetan.
Nanti kalau ulang lama ya dikeramah tapi diwetak. Ya sisi keringat ulang lama ya dikeramah tapi diwetak. Ya diwetak tapi dikeramah. Ya tapi ya sisi keringat ulang lama ya dihati mati sisi keringat ulang lama.
Ya diwetak tapi dikeramah tapi diwetak. Ya diwetak tapi dikeramah tapi diwetak. Ya diwetak tapi dikeramah tapi diwetak.
Ya diwetak tapi dikeramah tapi diwetak. Semangat Tawag Merawat di Ubudiyar, kalau di tepil Mekasapa, ada ngabang gelo, Mekasapa, ini teman, Mekasapa, ini ilmi, kalau sering ngomong, ini sebuah sholat, ini konggitin, ini konggitin, ini konggitin, Kata, halaman eku kena. Iku kena kena, maksud e. Lagu e, takwa mawani ruwa na, e tali so. Maksud e, ku logi, teregiti na.
Anggota kong garis, usikal rano telpani. Usikal benang, solat kusti. Wala, naung jene nganteng sakut. Kami mengikuti, ketemu, nama-nama saya, diimang, berdiskusi, sampai kelar.
Kita itu, kita telur, dipercaya. Kita tidak ada, kita tidak ada. Kita tidak ada, kita tidak ada.
Sebenarnya, saya ingin berhutang persimbangan. Nanti dua-duanya, orang-orang, yang dua-duanya mati, yang dua-duanya mati. Mala naku kakar horo, apeti prekara tukter cha apela, maata tukter kwa matuk chamiya, naka kujama tukter wa tukter kamaati, tukter apeti tukter ye wato wato nama, maani, re pakta maaku kakar kude, namiya ratani ro apuka, maa pokete, maa apuka kakar kambu, tukantane naapila ke tukantane tukun.
Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru.
Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru.
Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Tidak ada yang meniru, tidak ada yang meniru. Kami ingin menguatkan, ingin menguatkan, jadi penguatkan yang alim-alim ini.
Kena upah ulama alim-alim zaman pilihan. Dan kita tidak akan mengakrabkan, sampai semua orang berada di kender-kenderan kedua-kedua. Perkaraan orang Islam dikhusu, ini ku dibagi Belanda, masjid, dan alun-alun ini, diang ke Belanda, ku wasapi anda kiai, berkogiai, dibagi masjid, dan dikutip, alun-alun. Bahasa yang dulu, ku diang alu Belanda, ku kelihatan. Kini bahasa yang dikawal surat, resolusi, nama, siap, mawan Belanda, yang berjual nama, ayat.
Ini yang diinginkan berbongkok bukaan, ini yang semangat disini untuk berdua-dua. Bukannya kusuk, kalau ngopong, digami lontong rawangan. Keringin dikongkong ngiroda tujuan, lakirin terkenal dia itu, kacana.
Keringin dikongkong ngiroda tujuan, Kala ini ating takor, kanjana nung fateh kukume vieh, nang bina nung fateh kukume, apeh, weh tuan wae, serunga maulu ketemu pengirat. Bener no, ke kanjana nonte, ala he, bina nonte, apeh, nonte kato kueh, apeh, kueh kato kueh, melewe diwarai wo. Lu mikir tu ngu suwe, tapi lu meyakinkan.
Saya ingin ngomong lo preman ngopo budang lo do si pejajah, kukume? Ape. Si ngomong?
Ape. Tapi napa preman nyolong? Ele.
Si ngomong? Ele. Napa ngomong kecolon, kiai toh orang?
Tidak kiai. Si ngomong ketuanya, penyonggongnya. Napa capek si ngomong?
Kiai. Kiai. Sudahlah. Pak Ferman mau leh sengaja, kiai. Karena pas nyupes, ini mesti kiai sama pengajar.
Tapi itu semelon, itu aja. Jadi mau leh orang, diin wakil, diin aliman, lah, tidak orang. Nanti, ngusofa ngomong ibu degera ngaji aku ni teti isi. Nga tau langsung, nang bener mikir.
Tapi, elen ni nang, kanjana ngomong pasek, hukumnya kok bete? Elen. Bina ngomong pasek? Nasi. Ngomong pasek katuk biayu?
Nasi. Api, kiayu katuk ngomong pasek? Elen. Elen kan?
Weh, senyum rusik. Cilat, dek? Nah, iyo. Mulanya, nabi-Nya tahu rumah, uang seneng-anek maapun, iyo tidak aman, benar. Nganti, nabi wapat, ini, iya tak apa.
Ini ku masyuk, jenik ini. Saka iyo lakpo guna mok, gimana? Jengkong kata cerita ngomori gini. Era Tidina Usman Tegihoni, tani ku wang nengdorir. Cerita nini ku wang nengdorir sayut derdidi, sara-sya.
Dorir ini ku wang pijat. Ungerir wesat tu, tuang pulang. Wesat tu, mawarang masjid, cok. Jadengi kunyundi.
Tidu untun beca ini. Tidu untun, tang-tengah masjid. Kari wajib jiri, wang bukak-bukak ayawang wajib ati go, ati rawang wajib ati sumpah, sing mungkulatupat, si solatupo, jiri gawang. Logo ni kwe suwet, si tuntan magna, iki lo, si gawang gawang, si tuntan ma, si tuntan ma, si tuntan ma, si tuntan ma, si gawang gawang iwi nyo, si tuntan ma, si tuntan ma, si tuntan ma, si tuntan ma, Bahagian ke pengen lo sebut, ini aku matang, kecok matang, toh ngomong kan, dikanteng, dicecero, cinta. Di sini ngawas, dianteng, di cerah.
Kuekin, amirul mu'minilu, cirok mampu. Jika saya cek, ke sopet, dikuyuk, kak betong, mu'zamanak, kiwani, ngono, mu'zamanak. Kati kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, kutuniku, k Mereka mau belinya kona, Lho, sekelas.
Tih, wih, woh. Preman itu mati kemigi itu, wani. Mati kemigi itu, Mereka mesti, Wah, gitu.
Itu ada yang ngalih, Woy, terus-terus, Woy, kakaknya, Menurutku, Ngek, kanjangan preman. Bina preman. Preman gak setia.
Kau lah atu midu nani? Atu midu nani jimat? Sampai putih, bang.
Kalau nahnu ulu kuwatin, inni ulkiah ya iwal ma law, inni ulkiah ilaih kita bunggari, izhab dikitapi. Semapala menggunulih jawesoko Nabi Sulaiman, niluhulul maling utkul, izhab. Tujalah jiraf dikitapi, bladu suratingsun hadayatilah kitapi, palti. Mohon wibanuk jiraf ilaih, mahir bilgit takarani. Ayo bilgit, sasegiti bilgit, wakomi halal, wakomi bilgit.
Terus, Sumpah Tawallah mengkonuli mudir siro, insorib begitu minggu siro atau mudir siro anggun sangking bilkit agal lagi. Eh, wakit lang madukat siro kalau iban yang singparan menunggu sangking bilkit agal lagi. Pantul mokoni ngawano si Roma atas ngopo ya riji ulan balesi sokong ake. Ya riji ulan balesi sokong ake, minasih api sangin jenot.
Jadi cari Nabi Suleman yus, pinter, westerong, jowol, dapet. Surat yuk kaino bilkit. Terus kue rontok ngadok, jelok perkembangan, reaksinya biin. Nanti bisa nabi yus mikir, jelok, reaksinya biin. Pak kodahu, monggo jubok-jobok, but-but, beri suhu-suhu, ediki lama kata Nabi Suleman wa atas.
Wa Allah, jendulah. Minal jawabi fa'afu dhahu wa'atara wa'khawla halani bu'onok yang pinggir-pinggirnya birkit yung dudal tawi pengawal-pengawalnya birkit. Waltaulang nipa'an sopor, yentenu, hudh-hudh-hudhu yang kitab. Kitab ini surat si Hijriyah yang dalam pangkuannya.
Pilkes, kala mara aku mengkonekati sopo pilkes yoyingsura, kerta aset wangkong dritak, napa, jirotak sopo pilkes. Tras, waso jat nantu dritak sopo pilkes, sopan beranawati, yawing wikas etikomi impen, wana masalakun dritak. Mwakasih, mana ra orang, wito, nanti pemimpin.
Ngorong. Ucu-ucu kau tidur, sik. Ucis binum, sik.
Naku, binum, sik. Merendene mwono, uci gulir, naku. Semawa pokantongkono ni mandek saupo pilgit, ala maingatasi berkorot, dikain dan surat.
Terus semakola, nungwanulingutasowo pilgit di atrofi kaum hidam marim. Piro-piro, kaum i pilgit, i munyok. Ya ayuhal malal.
Ya ayuhal malal. Eh. Piro-piro pun gowo, jorotan ini pun gowo. Ini satu-satunya kita dihilangkan kelahiran janggul.
Baca si Rezani yang dihilangkan ke janggul kedua, kita ujiankan ke janggul janggul janggul yang dihantar ke janggul janggul. Masyarakat yang dihantar ke janggul janggul ini masalah jirwa. Kulkiah itu tentu miktar dari ilah yang ada di insya Allah.
So nampak kitabu, nampak kitab, karimun kan, apik, setotan terdurumat. Maktumun dikisihkan di tempel. Rian orang kitab terdurumat itu di tempel, iskunanya kuno. Jadi Rian itu di tempel itu kuno, zaman Nabi Sulaiman surat resmi ini yang dihantar ke tempel.
Inna hu min sulemana Inna hu tatani suratu min sulemana Sanging sulemana Wa inna hu lan tatani itini suratu E matmu na bututisi matmu Itini suratu Bismillahirrahmanirrahim Bismillah Allah taklu Ojo beleti Tirol Saling sulemana Nyi rati praktis Bismillah, besok meletihkan aku. Waktu ini muslimin. Kau itu tokoh aku dalam gak ada nama Islam. Tapi itu sepakat.
Maksudnya orang-orang. Kalau nabi s.a.w. nanya orang saya, orang-orang itu nanya orang lain, nama-nama. Saya ukuran amung yang mau tahan kenua, ketuhan.
Sudahkan roh, dibawa lejen sampai matem-matem. Nanyur hati ke Allah Ta'ala Aliyah. Waktu ini, Gak usah meletek, ayo reswan aku.
Uduh esok. Haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa, haa Surat Nyontewu, uang larat, awang sopan. Uang larat, sih.
Uang larat, muni, uano. Ayo, sopan aku, malahan, kan. Kolat, ngucap sopa pilkit.
Ya, yu ala malat, uhe poro bunga, wa, aktu, ni. tanpa kesaksian kalian semua. Jelas lagi, tanpa menunggu musawara. Nopo konsensus musawara, nopo konsensus orang-orang. Ya, banyak-banyak semua umum, nenggali aklamasi.
Terus, macam-macamnya. Kalau lu pada jawab, sopapatu kan itu, nah, itu kita perlu wajib. Mungkin ini kekuatan, perlu berjalan, ini penabuk, atau kekuatan, saya pikirkan banget. Eh, asal berkuat, atau asal dikuat, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, tapi yang dalam urusan berat.
Yang jelas kita ini orang kuat, militer yang sangat kuat. Walhamdulillah, dari keputusan ini, mulai ini, kita terserah jenengan. Sang juri, maka angan-angan wabah jenengan, maka tak mudik.
Pokoknya terserah jenengan. Maka yang apa, tak mudik, nak berhentak wabah jenengan, nak ikut, nukit, maka kita ini orang kuat, terserah jenengan. Kalau disuruh nyerang, ya nyerang. Kalau disuruh jambah, ya jambah. Yang jelas kita siap.
Sekolah Jawa, Sobong Pilgis, Inal Mulu, Katak, Raja, Idratah, dan Sobong Mulu. Koryatan yang sisi kampung. Apa juga mau pengurusan Sopo Muluk yang koryat.
Ayo kita beri diri sebangunan juga. Wajahari langkotor Gawes Sopo Muluk Ayo kita alih-alih yang penduduk yang terhormat dikaya jilatan yang ini. Yang jilatan mulia, jilatan ini.
Waka jari kaya paham, yos nguniku kelakuan raja-raja yang mursilul kita dikirim kita. Jadi, bila kita, kita ini ngadepi Suleiman. Suleiman itu, ya umumnya raja.
Kalau mereka menang, pasti mengginakan kita. Mana nih biaya? Perang aja. Mereka nakau menang, mesti gini dihina.
Dihina, kan ini jajal sih. Ayo joperang. Tapi Bilbes itu rusuh. Dia punya referensi kitab-kitab sama lagi.
So joperang sih. Jajal ini dikaih hadiah. Tapi ini dikaih-kaih rafat tertinggung.
Jajal ini hadiah. Ngukuh nak! Sulaiman ni kunompo, berarti rapatin abie. Tapi nana lah berarti.
Nasa buku-buku kurang saiki. Kaya saiki umat-umat Nabi orang-orang ajaran. Nampo yukiai, nampo.
Ini sari hati Nabi Suleiman, kusti hatus. Rie ni ubil, gitu kurang nengok-nengok. Naka Suleiman nampo, berarti raja. Nana lah berarti na. Berkata-kata nabi-nabi, orang nabi, kecuali diskriliku yang ngerti kitab samaan.
Ini orang-orang benar. Bilkis itu roh Suleiman Nabi, itu zaman perak. Sebelumnya tunduk Suleiman, itu roh. Perkara ini diberapa kriteria seorang Nabi.
Melayu jidat, dikain apa? Hidia. Satu, potija.
Potija ini ketika Rasulullah umur selama tahun. Sejaringan selama tahun ini sekitar 23-24. Ini berapa?
Kriteria Nabi, apa yang dikatakan Nabi Muhammad? Akhirnya ngomongkan sama Isyara, kan bahagiri Muhammad, dia akan menjirinya. Ternyata, kalau itu dihubungkan oleh Muhammad, itu diurus.
Ternyata. Nabi ternyata dari Maitaroti, Yapanatu, diiyup-iyupi, berarti Muhammad itu Nabi itu. Tapi umur selama tahun, Nabi Khadijah nikah.
Kuyakin, Muhammad itu calon berhenti nikah selama lima tahun, lalu perkembangan. Kau raja di Nabi-Nabi, padahal alamanya aku raja. Nabi? Tengah.
Pas umur 40 tahun, Nabi Muhammad mulai senangnya. Iya, tenggul. Mulai muni dedek.
Mengsarati Nabi, budur arawan. Mereka nyongkone Nabi, Malaikat Jibril, Malakun. Mau, mau.
Mulai mau ayu dredek. Terdauh yang minuni, yang minuni juga mau muli. Kasih itu kalau Nabi kalau orang, orang dredek jumpa perso, muntira Nabi.
Nabi mau jumpa apa? Nabi mau amat, itu orang Malaikat. Naya nyongkone Malaikat. Nabi itu menerima ummi, ummi itu lupa. Mereka tidak tahu, mereka tidak tahu, mereka tidak tahu.
Ketika mereka menerima, mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu, mereka tidak tahu. Ketika mereka tidak tahu, mereka tidak tahu. Ketika mereka tidak tahu, mereka tidak tahu. Paham ya, jadi ku suruh, ngak nunggu ngak nunggu, ngak nunggu.
Jadi nabi terukun, nabi kakun, ngung-ngung, ngung-ngung. Kalau dijawi ya, nyiwun jawi, dorong asarannya yaudah agih. Daghilu ya pinter, tapi pinter api. Kemudian ya kalau dijawi yaudah ujung, ush, warang-warang isu ya dijawi warapak binaukal. Berdiskusi warapak nyimpulno, herka namus ala dijawi Musa Muhammad, kewisilah nabi.
Iku namus, namus itu semacam alikat, singkotoni Musa. Terus, terus saya. Sayangnya tak ketua, sore isi enam, so bengini pas kiusir, tak hilang. Senyisa Nagu Muhammad, awamu kerikia, motokolo jemben kiusir. Weta, kue so ben, nasibem kiusir.
Tenang, suatu saat nanti kiusir, sayangin budi. Lati ngucu, hoti isya. Tidak, itu tidak terlalu banyak.
Masjidnya, Rasulullah, kapan-kapan jadilah jadilah jadilah. Ya, itu tidak terlalu banyak. Ya, itu tidak terlalu banyak. Jadilah jadilah jadilah. Nabi Muhammad.
Ya, itu tidak terlalu banyak. Nalaihiri nabdi atam sofal, yana yuketi perpistakaan, yana nabdi nanak, khotijah, dalem edo budi, malak. Iyo, yada, yada nabdi iyo.
Maring Jibril tako. Khotijah kan kanab, iyo nara. Ya khotijah yukilo Jibril tako. Khotijah yukilo, sakimawatan kupu ne, kupu ne kanak. Ibu bu.
Ya, ibu buno. Ayo guna khotijah, ikon kupu. Matakirata bayang no.
Asute ayu yukilum, ngomotu yukilum. Yanak ayu rakilum. Kufu.
Naki wapati kata paekelewisi. Ke roha. Hal ro'aitahu, hal ro'aitahu. Iche ono, tipri.
Na'amdele rama badiya. Kufu, nane, puku kiri. Hal ro'aitahu, na'amdele. Ketika mulai nyeblok-nyeblok kelandi, khimari di jeblok, kelandi di jeblok, balik di jeblok, nanti nabi ar-Rahul lagi ngomong, ketika muli jeblok kelandi, darah-darah kan jadi ngerasuk.
Pada muli di jeblok-nyeblok, ketika halorai tanggung, ija jiblun, ka'onong manggung, itu aksir ya Muhammad, huwa jiblun, umuhu setai muda Allah. Akhirnya Khotisha s.a.w. berkata, Nabi Tena, Nabi Tena, Umar Mawikura Jibril, Rauh-Rauh Muda, Udh-Udh-Udh, Faham? Akhirnya Khotisha dikitarinya, Jibril itu s.a.w. berkata, Jibril itu Umar Rauh Muda, Mereka nabi Muhammad itu umur kita, Ije Jibril, Ije, Kedua Ije, Ije, mereka kenapa?
Mereka Khotisha mulai copot-copot, Ije, maju! Wah! Bisa saya, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berp Caronak beruang amat bareng Khotijai Juto, Jibril Ije.
Ije wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah, wah Orang-orang berjaya nabi yang pintar kaya khadijah. Dan nabi yang jahat khadijah, apa di hayat kita. Nah, setelah khadijah kabung, jatuh nabi terus jahat kaya poligami. Lainnya tak sampai nara poligami, ya nabi berjaya ngurung-ngurung.
Tapi nanti suruh-suruh, nantang mereka orang yang mau mungkuk. Tapi kalau raksan dengan orang sini-sini, ini poligami harus kena rasul biar, rasul-rasul poligami harus dikampungi di sini. Tapi ya tetap halal, ya. Kita lwani makalah ini lho. Kita lwani tantangannya ini lho.
Paham ya? Itu nubuah itu jelas konsensus. Jadi Khadijah itu pilih. Kiri ini Jibril itu, seorang roh ngubur. Berarti enak.
Bubuk yang pangkuannya itu saya pesan apa itu? Tidak masalah. Beda halal kan?
Nabi di pangku Khadijah halal, tidak masalah. Tapi baru mulai buka-bukanya Jibril. Nah ini aksirnya Muhammad itu Jibril.
Ya parah. Berkongkri kriani ngono, niki tas-niki tas sama, mawi cipri li kurat leluhur. Makanya kalau orang Tasawuf itu jenazah gantong, yang omah itu rata-rata.
Bahkan orang Tasawuf yang berlebihan itu, habis ini di dingin dewewe, janggang guna kok Tasawuf, nanggungkan. Nah, kalau orang Tasawuf itu biasa woy. Wongkowe woy. Orang Tasawuf dewewe, di dingin juga rata-rata.
Yes, unggu wewai, senang ane kok api ni rupo ngapai? Yes, iya saai, sementing kurang nabra-nabra ngono ewo, senang ane kok? Jadi kapai wono ukuran, ane waini mursilatun ilai imbi aja.
Subhan Allah wa bihamdihi wa ridha nafsihi wa zinad arafihi muda taqalimati.